HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PADA BALITA DI DUSUN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

(1)

(2)

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Istiana Dewi

NIM : 20120320014

Program Studi : Ilmu Kesehatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.


(4)

Yang membuat pernyataan

Istiana Dewi LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada,

ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmatnya hingga karya ini dapat terselesaikan.

Untuk junjunganku Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan untuk ku sampai akhir hayat.

Yang tercinta kedua orangtuaku Ayahanda Djasman dan Ibunda Suryati yang selalu mendukung baik secara moril maupun materil. Terimakasih untuk segala kasih

sayang yang telah tercurahkan serta Doa dan Restu yang mengiringi setiap langkahku.

Teruntuk Kaka dan Adik-adiku tersayang Ananda Heri Fathurahman S.T dan adinda Laeli Nur Janah dan Shofia Rosidah Ariyani atas doa, dukungan, bantuan, dan canda tawa yang selalu mewarnai sehingga memberikan motivasi dalam pembuatan dan penyelesaian KTI ini, semoga menjadi semangat agar adik-adiku dapat menggapai hal

yang sama bahkan lebih baik hingga dapat membahagiakan kedua orang tua. Teruntuk keluarga besar dan saudara-saudara yang selalu mendoakanku,

menasehatiku, dan telah memberiku semangat setiap saat.

Sahabat-sahabatku tercinta Eka Wahyuningsih, Azika Sasmika, Pratiwi Nova Ariani, Rizqi Nur Alifah, Rohana Fatmah Zahra, Femi kurnia, Choirul Chafidoh, Melya Meli


(5)

Vica, Lousiana Marta Raharja yang selalu memberiku semangat yang luar biasa selama proses pembuatan KTI ini.

Untuk teman-teman bimbingan ibu Azizah, Amalia Rizqiani, Yani, Niken, Rifki, Herman, Dhita, dan Almarhumah Mela Tiara yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

Teruntuk anak kos Jl Cinta yang selalu memberikan semangan dan doa Teruntuk seseorang yang selalu menyemangatiku, mendoakan, membantuku dan

mendengarkan keluh kesahku, terimakasih untuk semuanya

Teman-teman PSIK UMY 2012, terimakasih sudah menjadi keluarga selama 4 tahun ini, semoga kita wisuda dan menjadi sukses bersama.

HALAMAN MOTTO

“Suatu hal apapun yang telah kita usahakan baik itu berhasil atau tidak jika kita pernah memperjungkannya, kita tidak akan pernah menyesalinnya karena lebih menyakitkan jika kita gagal hanya karena tidak pernah memperjuangkannya”


(6)

“Allah SWT mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikan dengan baik”

(HR. Thabrani)

“Barang siapa merasa letih di malam hari karena bekerja, maka di malam itu ia diampuni”

(H.R Ahmad)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi


(7)

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penelitian Terkait ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Cedera Pada Balita ... 10

2. Pencegahan Cedera oleh Orang Tua ... 16

3. Pengetahuan ... 20

4. Perilaku Orang Tua ... 26

B. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel a. Populasi Penelitian ... 32

b. Sampel penelitian ... 32

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Oprasional ... 34

F. Instrument Penelitian a. Kuesioner Tingkat Pendidikan ... 35

b. Kuesioner perilaku ... 36

G. Cara Pengumpulan Data ... 38

H. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Validitas ... 39


(8)

I. Pengelolaan dan Metode Analisa Data

a. Pengolahan Data ... 42 b. Analisa Data ... 43 J. Etik Penelitian ... 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49 B. Pembahasan ... 53 C. Hambatan penelitian ... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 62

Daftar Pustaka Lampiran

DAFTAR TABEL Tabel 1. Definisi Operasional


(9)

Tabel 3. Kisi – kisi Instrumen Penelitian

Tabel 4. Interpretasi Nilai r Reliabilitas

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua dalam Pencegahan Cedera Balita

Tabel 4.3. Perilaku Orang tua dalam Pencegahan Cedera balita

Tabel 4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Cedera pada Balita


(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner penelitian Tingkat Pengetahuan

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Cedera Balita

Lampiran 5. Surat Izin Survei Pendahuluan

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian


(11)

(12)

xiii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN CEDERA PADA BALITA DI DESA

NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Istiana Dewi¹, Azizah Khoiriyati²

¹Mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, ²Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

INTISARI

Latar Belakang: Masa balita merupakan masa keemasan masa ini menentukan perkembangan anak selanjutnya, di mana pada usia ini anak mulai belajar hal baru yang mungkin dapat membahayakan anak. Pengetahuan tentang tumbuh kembang anak penting untuk mencegah cedera pada anak. Perilaku orang tua juga dapat mempengaruhi pencegahan cedera yang akan di lakukan orang tua. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengatahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah Orang tua balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Instrument penelitian ini menggunakan questioner yang di buat sendiri oleh peneliti. Data yang di peroleh dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas orang tua beusia 21-45 sebanyak 37 responden (92.5%), berpendidikan SMA 24 responden (60%), memiliki pekerjaan sebagi ibu rumah tangga 29 responden (72.5%), mendapatkan informasi dari keluarga 26 responden (65%). Mayoritas orang tua memiliki tingkat pengetahuan yang baik 25 responden (62.5), dan memiliki perilaku yang cukup 15 responden (37.5%). Hasil penghitungan di dapatkan hasil korelasinya 0.00 dimana p-value > 0.005.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil Penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera di dusun Ngebel Kasihan Bantul Yogyakarta.


(13)

xiv

CORRELATION BETWEEN THE LEVEL OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OF PARENTS IN PREVENTING INJURIES IN THE CHILDREN

UNDER FIVE YEARS AT NGEBEL VILAGE TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Istiana Dewi¹, Azizah Khoiriyati²

¹Mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, ²Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

Abstrak

Background: The toddler was the golden era of this period determines the further development of the child, where at this age that children begin to learn new things that may be harmful to children. Knowledge of child development is important to prevent injury to the child. Parents' behavior can also affect injury prevention that will be done parents. The purpose of this research is to know the correlation between knowledge and behavior of parents in preventing injuries in children under five in the Ngebel vilage Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Methods: The study was descriptive correlation with cross sectional approach. The subjects of this study are parents toddler in Ngebel vilage Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. This research instrument using a questionnaire that was made by researcher. The data obtained were analyzed using Chi-Square test.

Results: The results showed that the majority of parents beusia 21-45 as many as 37 respondents (92.5%), 24 high school-educated respondents (60%), has a job as a housewife 29 respondents (72.5%), getting information from family 26 respondents (65%). The majority of the parents have a good level of knowledge of 25 respondents (62.5), and has a behavior enough 15 respondents (37.5%). The result of the calculation in correlation 0.00 get results where the p-value> 0.005.

conclusion: Based on the study results showed that there is a correlation between knowledge and behavior of parents in the prevention of injuries in the Ngebel vilage Kasihan Bantul Yogyakarta.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa balita merupakan masa keemasan masa ini menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan motorik pada usia 1-5 tahun ini berkembangannya sangat pesat, baik itu motorik halus, motorik kasar, perkembangan sensoris, perkembangan kognitif dan perkembangan lainnya. Perkembangan lokomotor dan rasa ingin tahu yang besar membuat anak beresiko mengalami cedera. Mereka harus diawasi setiap waktu, terutama pada lingkungan yang tidak memperhitungkan keselamatan anak (Potter & Perry, 2010).

World Health Organisation (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai

suatu peristiwa yang di sebabkan oleh dampak dari agen eksternal yang muncul tidak sengaja, tiba-tiba dan cepat dan mengakibatkan kerusakan fisik dan mental. Praktik pencegahan cedera merupakan tindakan untuk meminimalkan tingkat kecelakaan yang diderita anak akibat kurangnya pengawasan orang tua. Menurut Kuscitawati, et al, (2007), cedera merupakan suatu ancaman kesehatan yang ada di seluruh dunia.


(15)

(16)

2

Cedera dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari luar (lingkungan) maupun faktor dari anak itu sendiri. Selain itu, cedera pada anak juga dapat dipengaruhi faktor umur, jenis kelamin, kepribadian, urutan kelahiran, waktu, cuaca, hari dan tempat. Selain itu, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kejadian cedera pada anak yaitu kurangnya pengawasan, bebas melakukan kegiatan apapun, kecanggungan, kelambanan karena koordinasi otot yang buruk pada anak, terlalu aktif, kurangnya pengendalian emosi atau sebagai bentuk pembrontakan anak terhadap orangtua yang terlalu melindungi (Kuschithawati, S.et al.2007).

Sebanyak 34 % kejadian cedera rumah tangga (seperti cedera terkena pisau, terpeleset dan terkena air panas) di pedesaan berusia 0-5 tahun. Untuk daerah perkotaan sebesar 26 % kasus cedera pada anak usia 0 -5 tahun. Sebagian besar cedera tersebut terjadi pada saat anak bermain (Kuschithawati, S. et all.2007). Menurut WHO (2005) tentang kejadian kecelakaan pada anak di dapatkan data bahwa 35 % kematian pada anak di sebabkan karena kendaraan bermotor, 5% karena jatuh, 4% karena kebakaran,13% karena tenggelam, 21% karena cidera tidak di sengaja.

Selain kejadian cedera yang terjadi pada balita di atas kejadian keracunan sering terjadi pada usia 1- 5 tahun karena pada usia ini anak sangat sering memasukan benda-benda ke dalam mulutnya untuk mengetahui benda tersebut. Ketidaktahuan pada usia ini terhadap bahaya air dan proses belajar berjalan pada usia ini kecelakaan tenggelam juga sering terjadi,


(17)

3

Beberapakejadian kecelakaan ini di sebabkan karena anak lepas dari pengawasan orangtua (Potter & Perry, 2010).

Menurut penelitian Kuschithaswati, et al (2007) di kota Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor lingkungan rumah tangga tempat tinggal anak yang tidak aman merupakan faktor yang paling berperan dalam kejadian cedera pada anak-anak dan kemudian di susul oleh faktor pengawasan orangtua yang masih rendah. Dalam QS. Surat An-Nisaa’ (4):9 juga menjelaskan agar orang tua menjaga anak-anaknya yang artinya:

“Dan hendaklah takut kepda Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak- anak yang lemah, mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Kejadian cedera tidak mungkin terjadi pada balita jika orangtua memiliki pengetahuan mengenai tumbuh kembang pada usia balita. Pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan pada balita perlu di ikuti dengan pemahaman tentang pentingnya pencegahan terhadap bahaya yang dapat terjadi pada balita. Sedangkan sikap orangtua yang terlalu membiarkan anaknya akan berdampak pada keamanan dan keselamatan hidup anak tersebut. Tindakan pencegahan berupa pengawasan dapat di lakukan oleh orang tua, karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya yang mungkin akan terjadi (Nursalam, 2008, dalam Kusbiantoro.D,2014).


(18)

4

Kusbiantoro.D (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sebanyak (68,18%) orang tua berpengetahuan cukup dan penelitian pada praktikpencegahan cedera pada balita sebanyak (63,64%) orangtua melakukan praktik pencegahan cukup. Dewi (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa antara tingkat pengetahuan orang tua tentang bahaya cidera dan cara pencegahannya dengan praktik pencegahan pada usia toddler berhubungan satu sama lain. Selain itu tingkat pengetahuan juga mempengaruhi frekuensi cedera pada anak, ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah memiliki angka kejadian cedera pada anak terbanyak. Berdasarkan analisa, didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin bisa mengidentifikasi faktor resiko cedera pada anak (Atak et all, 2010).

Menurut Kurt merumuskan model hubungan perilaku yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu, hal inilah yang menjadikan perilaku lebih kompleks (Azwar, Saifuddin. 2012).


(19)

5

Praktik pencegahan cedera diperlukan agar anak dapat menyelesaikan semua tugas perkembangan sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, yang nantinya dapat mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional anak (Depkes RI, 2007). Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang pencegahanterhadap bahaya cedera akan bersikap dan melakukan tindakan pencegahan cedera pada toddler (Dewi. R, & indarwati, 2011).

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2015 pada 10 responden di dapatkan bahwa hampir semua anak pernah mengalami cedera jatuh dan 1 di antaranya pernah terserempet sepeda dan tersedak makanan. Upaya pencegahnya orang tua balita dengan melakukan pengawasan saat bermain dan mengikuti di manapun anak bermain. Orang tua balita menganggap bahwa cedera balita merupakan hal yang biasa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita”.


(20)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah yang di tegakkan adalah “Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua terhadap pencegahan cedera pada balita.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua dalam melakukan pencegahan cedera pada balita.

b. Mengetahui perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan menambah pengetahuan serta pengalaman.

2. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan yang dapat membantu dalam menentukan tindakan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera anak usia prasekolah.


(21)

7

3. Bagi Puskesmas dan Posyandu

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada orang tua tentang pencegahan cedera pada anak.

E. Keaslian penelitian

1. Dewi. R, Indarwati (2011), tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua tentang bahaya cedera dan cara pencegahan dengan praktik pencegahan cedera pada anak usia toddler di kelurahan blumbang kecamatan Tawangmangu kabupaten Karanganyar. Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan

cross sectional. Pengambilan sampling menggunakan teknik simple

random sampling, jumlah responden sebanyak 82 responden. Hasil penelitian menujukan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan rendah (52.9%) dan sebagian besar memiliki sikap positif (60.3%) dan sebagian besar memilikirandom sampling, jumlah responden sebanyak 82 responden. Hasil penelitian menujukan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan rendah (52.9%) dan sebagian besar memiliki sikap positif (60.3%) dan sebagian besar memiliki praktik yang baik. Perbedaan dengan penelitian yang akan di lakukan yaitu jika pada penelitian yang di teliti hanya pada usia toddler sedangkan penelitian yang akan di lakukan yaitu melihat pada usia balita dari usia toddler sampai prasekolah, variable pada


(22)

8

penelitian ini adalah sikap sedangkan penelitian yg akan di lakukan yaitu perilaku.

2. Kusbiantoro, D. (2014), tentang praktik pencegahan cedera pada anak usiaToddler di tinjau dari pengetahuan dan sikap orang tua tentang bahaya cedera di desa Kembang Bahu kecamatan Kembang Bahu kabupaten Lamongan. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectionsl, penggambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel yang di ambil sebanyak 44 orang tua yang memiliki anak usia toddler di desa kembang bahu. Data penelitian di ambil menggunakan kuesioner tertutup, skala likert, dan cek list. Setelah di tabulasi, data di analisis menggunakan uji multiple linier regressional. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar (68,18%) orangtua berpengetahuan cukup dan hasil dari sikap orang tua di dapatkan hamper seluruhnya (79,55%) sikap orangtua positif, sedangkan hasil penelitian pada praktik pencegahan cedera pada anak usia toddler menujukan sebagian besar (63,64%) orang tua melakukan praktik pencegahan cukup.Pada penelitian ini variabel yang di pakai adalah sikap sedangkan penelitian yang akan di lakukan adalah perilaku dan hanya fokus pada toddler, jika pada penelitian yang akan di lakukan fokusnya pada balita. 3. Nugrahatmaja, A. (2011). Penelitian tentang penatalaksanaan pencegahan

kecelakaan anak usia prasekolah di dusun Geblagan kecamatan Kasihan kabupaten Bantul. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif.


(23)

9

Metode pengambilan sample menggunakan simple random sampling, sampel yang di gunakan sebanyak 44 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa penatalaksanaan pencegahan kecelakaan anak usia prasekolah di Dusun Geblagan kecamatan Kasihan kabupaten Bantul di katakan baik sebanyak (97,7%), cukup sebanyak (2.3%) dan untuk kategori kurang baik dan tidak baik tidak di temukan (0%). Pada penelitian ini variabel yang di pakai adalah penatalaksanaan pencegahan kecelakaan pada anak usia prasekolah sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan variabel yang di gunakan yaitu hubungan pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita.


(24)

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Cedera pada Balita

Anak usia balita di bagi menjadi 2 golongan yaitu usia 1- 3 tahun dinamakn usia toodler, dan usia 3-5 tahun di namakan anak usia pra sekolah, dimana usia-usia tersebut merupakan masa keemasan. Pada masa toddler anak akan semakin mandiri dan kognitif yang mulai meningkat. Anak semakin menyadari kemampuannya untuk melakukan kendali dan puas dengan hasil yang di capai melalui ketrampilan yang baru tersebut, keberhasilan yang didapat akan membuat mereka mengulanginya dan mulai mengendalikan lingkungan mereka. Usaha yang gagal dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang negatif dan tempramen yang tinggi, tingkah ini muncul saat orang tua mulai menghentikan tindakan mandiri tersebut.

Perkembangan motorik mulai berkembang cepat anak akan mulai bisa melakukan perawatan diri seperti makan, memakai baju, dan kegiatan toilet. Keterampilan motorik lainnya juga mencakup berlari, melompat, berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik dan menendang bola. Sebagian besar dapat mengendarai sepeda roda tiga, memanjattangga dan berlari cepat beusia 3 tahun. Pada usia 2 tahun


(26)

11

anak mulai mengalami peningkatankognitif untuk mengingat peristiwa, menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan membangun alasan berdasarkan pengalamannya terhadap suatu perisitwa (Potter & Perry, 2010).

Usia prasekolah koordinasi otot besar dan halus akan meningkat. Anak usia ini sudah dapat berlari, naik dan turun tangga dengan mudah, serta belajar melompat. Keterampilan motorik halus pada usia ini berperan pada kegiatan sekolah. Pematangan otak mengalami pertumbuhan tercepat pada area lobus frontalis yang berfungsi dalam perencanaan dan penyusunan kegiatan baru dan mempertahankan perhatian terhadap tugas. Anak usia ini dapat berpikir secara kompleks dengan mengkategorikan objek berdasarkan ukuran, warna atu dengan pertanyaan. Pada anak usia ini resiko kecelakaan jatuh menjadi lebih kecil dengan semakin tingginya kemampuan motorik anak. Pedoman pencegahan cedera pada balita juga diterpkan pada anak prasekolah. Anak harus mempelajari keamanan di rumahnya dan orangtua harus memonitor ketat kegiatan anak, di usia ini anak merupakan peniru yang baik sehingga orang tua harus memberikan contoh yang baik seperti memakai helm saat mengendarai sepeda motor (Potter & Parry, 2010).

Cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulkan kerusakan, baik fisik maupun mental (Dewi. R,


(27)

12

indarwati, 2011). Cedera pada anak biasanya berawal dari rasa ingin tahu anak yang tinggi danmelakukan sesuatu yang tidak sesuai kemampuan yang dapat menyebabkan bahaya (Kuschithawati, et al, 2007).

World Health Organization (WHO) menggambarkan cedera

sebagai suatu peristiwa yang di sebabkan oleh dampak dari suatu agen eksternal secara tiba-tiba dan dengan cepat menyebabkan kerusakan baik fisik maupun mental. Cedera tersebut meliputi terkena air panas, terpeleset, terkena pisau, keracunan, tenggelam, tersedak, jatuh, biasanya karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya.

Pengaruh utama yang dapat menyebabkan cedera pada anak ialah pada usia ini anak sedang mengmbangkan keterampilan motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus. Praktik pencegahan cedera merupakan tindakan untuk meminimalkan tingkat kecelakaan yang di derita anak akibat kurangnya pengawasan orang tua (Kusbiantoro. D, 2014). Cedera pada anak bisa di sebabkan karena benda benda yang ada di dalam rumah (Atak, et all, 2010)

Kemampuan perkembangan berhubungan dengan risiko cedera menurut Wong (2008) yaitu:

a. Bayi sampai 1 tahun

Mulai bertambahnya mobilitas, meningkatnya koordinasi mata– tangan dan refleks, bisa menggenggam volunteer berguling, mulai


(28)

13

terlihat bermain mulut, merangkak dan menarik benda-benda. Resiko cedera yang mungkin pada anak usia ini adalah aspirasi,tenggelam, jatuh, keracunan, luka bakar, kecelakaan, kendaraan bermotor, kerusakan tubuh.

b. Masa usia bermain 1-3 tahun (toddler)

Di usia ini anak belajar jalan, berlari, memanjat, mereka bisa membuka pintu dan gerbang, menjelajah segala sesuatu dengan mulut, di usia ini rasa ingin tau anak sangat besar, anak naik turun tangga, mereka tidak mewaspadai potensi bahaya yang di timbulkan oleh orang asing atau orang lain. Resiko cedera pada usia ini ialah kecelakaan kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan. Jatuh, tersedak, kerusakan tubuh.

Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak perlu diikuti dengan pemahaman pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas dari anak usia toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus. Oleh karena itu, orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak (Kusbiantoro. D, 2014).

c. Masa kanak –kanak awal 3-5 tahun (preschool)

Usia prasekolah ini anak akan mulai tertarik dengankecepatan dan gerakan, semakin terlibat dalam aktivitas- aktifitas yang jauh dari rumah, anak akan dapat bekerja keras untuk menyempurnakan


(29)

14

suatu keterampilan, mempunyai aktivitas motorik kasar yang bersifat waspada tetapi bukan takut, mereka menikmati danmencoba hal baru, mobilitas menjurus ke peningkatan kemandirian. Resiko cedera yang mungkin pada usia ini ialah kecelakaan kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan cedera tubuh.

Menurut Nugrahatmaja, A.S (2011) cit khasanah, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak dapat dikatagorikan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Karakterisitik anak

Karakteristik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui insidensi, tipe dan resiko cidera yang dialami anak. Karakteristik anak meliputi umur dan tingkat perkembangan, jenis kelamin, kemampuan kognitif, afektif dan motorik serta tingkat aktivitas anak. Secara naluri anak mempunyai rasa ingin tahu dan mereka akan belajar dari apa yang mereka lihat, sentuh, dengar, cium dan mereka rasakan.

b. Karakteristik agen penyebab

Agen penyebab kecelakaan yang penting untuk diketahui adalah air, api, mainan, tempat bermain dan bahan beracun. Menghindari kemungkinan kecelakaan dapat


(30)

15

dilakukan dengan melibatkan anak dengan memberikan pemahaman terhadap agen penyebab danbahaya yang bisa terjadi sehingga anak mengerti dan dapat menghindarinya. c. Karakteristik lingkungan

Lingkungan fisik dan sosiokultural dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak. Lingkungan fisik meliputi lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah. Lingkungan sosiokultural meliputi pola asuh, respon keluarga dan kepedulian dari pemerintah atau masyarakat sekitar.

Strategi pencegahan menurut National Safety council (2006) dalam Dewi. R, indarwati (2011) yaitu strategi yang pertama adalah dengan peraturan yang mewajibkan penggunaan sabuk pengaman dan pengikat tempat duduk anak di dalam mobil, dan juga upaya mengurangi pengemudi yang mabuk dan yang menggunakan telepon saat berkendara. Strategi yang ke dua yaitu dengan pemeriksaan keamanan produk untuk anak yang terbukti telah mengurangi cedera pada anak. Strategi yang ketiga yaitu kesadaran masyarakat untuk memasang alarm kebakaran untuk mengurangi cedera kematian akibat kebakaran. Strategi keempat menggunakan pelindung kepala saat bersepeda. Dan strategi kelima yaitu dengan


(31)

16

mengadakan mengadakan program pendidikan untuk anak-anak tentang pencegahan kebakaran, keracunan, penggunaan sabuk, keselamatan, dan keamanan air.

2. Pencegahan cedera oleh Orang Tua

Orang tua menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ayah dan ibu kandung. Peran orang tua terhadap anak usia balita yaitu memahami tumbuh kembang anak, memenuhi kebutuhan gizi, membeikan kebebasan agar mereka dapat melakukan berbagai hal yang tidak membahayakan, mengnyimpan benda–benda yang dapat membahayakan anak, mengawasi setiap yang dilakukan anak (Potter & Perry, 2010). Pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak sangat penting untuk menghindari cedera pada anak (Kusbiantoro. D, 2014), selain itu pengawasan orang tua juga sangat penting untuk mengurang cedera pada anak (Kuschithawati, et all, 2007).

Pencegahan cedera pada balita menurut Kusbiantoro .D (2014) yang dapat dilakukan petugas kesehatan angtara lain memberikan informasi dan pengetahuan pada orang tua serta selalu waspada pada gerak gerik yang dilakukan oleh anak. Upaya pencegahan yang dapat di lakukan orang tua di rumah yaitu dengan:

a. Menyimpan benda tajam di dalam laci yang dapat di kunci. b. Membuat lemari khusus untuk zat yang berbahaya. Orang


(32)

17

termasuk tumbuhan, subtansi pembersih dan obat obatan ini di lakukan agar menciptakan lingkungan yang aman bagi anak (Potter & Perry, 2010)

c. Menjaga lantai tetap bersih dan kering. Menghindari tumpahan air minum di lantai agar mengurangi kejadian jatuh pada anak (Atak, et all, 2010)

d. Memberikan alat bermain yang sesuai dengan usia anak e. Melakukan pengawasan terhadap anak dengan cara

memberikan perhatian pada anak. Pengawasan saat anak beraktifitas sendiri karena anak suka memasukan benda ke dalam mulutnya untuk mencegah keracunan pada anak (Amal.AI, et all ,2013)

Pencegahan cedera penurut Wong (2009) berdasarkan klasifikasi tipe kecelakaan yang bisa terjadi sebagai berikut:

a. Kendaraan bermotor

Gunakan restrain mobil yang tersedia atau gunakan sabuk pengaman, awasi anak saat bermain diluar, jangan biarkan anak bermain di pinggir jalan atau belakang mobil yang sedang parkir, awasi saat bermain sepeda roda tiga, kunci pagar pintu bila tidak bisa mengawasi anak secara


(33)

18

langsung dan ajarkan anak untuk mematuhi peraturan keamanan pejalan kaki.

b. Tenggelam

Awasi anak dengan ketat ketika berada dekat sumber air. termasukember, jaga pintu kamar mandi dan toilet agar tetaptertutup, pasang pagar disekeliling kolam renang dan kunci gerbangnya, dan ajari berenang dan keamanan dalam air.

c. Luka bakar

Putar pegangan teko kearah kompor, simpan korek api dan pematik api rokok di daerah yang terkunci atau tidak dapat di jangkau, letakan lilin dan obat nyamuk bakar yang menyala, makanan panas dan rokok di luar jangkauan, tutup soket listrik dengan penutup plastik pengaman, letakan kabel listrik secara tersembunyi dan tidak dapat di jangkau, jangan mengizinkan anak bermain dengan peralatan listrik , kabel atau korek api , tekankan bahaya api yang terbuka , ajari tentang apa artinya panas , dan selalu periksa suhu air mandi, atau suhu air 48.9̊ C, atau lebih rendah, jangan biarkan anak bermain keran air. Mengatur suhu air mandi dengan thermometer, memastikan makanan dan minuman


(34)

19

agar tidak terlalu panas, jauhkan anak dari dapur saat memasak (Zou.K, at all, 2015).

d. Keracunan

Letakan semua bahan yang berpotensi beracun diluar jangkauan atau di dalam lemari terkunci, waspada terhadap makanan, bahan makanan yang tidak bisa dikunyah seperti tanaman, letakan kembali obat atau bahan beracun setelah dipakai dengan segera, pasang penutup obat bertakaran secara tepat, berikan obat sebagai obatbukan permen, ajarkan anak agar tidak bermain–main dalam wadah sampah, jangan lepaskan label dari wadah beracun dan cari tau nomor dan lokasi pengendalian racun terdekat.

e. Jatuh

Pasang jaring – jaring pada jendela, paku dengan aman, dan pasang terali pelindung, pasang gerbang di atas dan bawah tangga, ganti karpet yang sudah robek atau tidak aman, jaga pintu pagar tetap terkunci agar tidak bisa terbuka oleh anak, pasang karpet dibawah tempat tidur dan di kamar mandi, awasi tempat bermain, pilih tempat bermain dengan lantai di lapisi bahan yang lembut dan aman dan yang terakhir kenakan pakaian yang aman.


(35)

20

f. Tersedak atau asfikasi

Hindari potongan daging yang besar dan bulat, hindari buah yang ada bijinya, ikan berduri, buncis kering, permen keras, permen karet, kacang, popcorn dan anggur, dan pilihlah mainan yang besar dan kuat tanpa tepi yang tajam atau bagian kecil yang bisa di lapisi

g. Kerusakan tubuh

Hindari benda tajam atau runcing seperti pisau, gunting atau tusuk gigi terutama jika belajar atau berlari, ajarkan tindakan kewaspadaan keamanan, simpan semua peralatan berbahaya, peralatan berkebun dalam tempat yang terkunci, waspada terhadap bahaya dari binatang yang di awasi dan binatang peliharaan, ajarinama, alamat, dan nomor telepon serta minta bantuan dari orang yang benar jika tersesat, pasang indentifikasi pada anak, ajari tindakan keamanan terhadap orang asing, jangan pergi bersama orang asing dan selalu mendengarkan kekhawatiran anak mengenai perilaku orang lain.

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera


(36)

21

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan tentang tumbuh kembang pada anak penting untuk mencegah cedera pada anak selain itu pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan perlu di ikuti dengan pemahaman tentang pentingnya pencegahan terhadap bahaya yang dapat terjadi pada anak (Kusbiantoro.D, 2014). Jika orang tua memiliki pengetahuan yang baik maka tingkat pencegahan yang di lakukan juga cukup baik (Dewi. R & indarwati, 2011), dan semakin meningkatnya pendidikan ibu, maka ibu akan makin dapat mengidentifikasi resiko cedera pada anak (Atak, et all, 2010).

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata


(37)

22

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apayang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi ataupenggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat


(38)

23

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yangditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Budiman & Agus. R (2013) antara lain:


(39)

24

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah, berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, maka mudah bagi orang tersebut untuk menerima informasi.

2. Informasi/ media masa

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelegence, news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyebutkan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat di ketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).

3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaanm dan tradisi yang dilakukan orang–orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau


(40)

25

buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang di perlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat


(41)

26

mengembangkankemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

4. Perilaku Orang Tua

Perilaku dari segi biologi adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan respon seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku merupakan komponen yang paling berpengaruh pada


(42)

27

status kesehata. Menurut Bloom membedakan perilaku menjadi tiga bidang yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, (Bloom, dalam Notoatmodjo, 2003).

Menurut Kurt merumuskan model hubungan perilaku yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan mempunyai kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu, hal inilah yang menjadikan perilaku lebih kompleks (Azwar, Saifuddin. 2012).

Orang tua sebagai suri tauladan utama bagi anak merupakan unsur terpenting dalam membina keselamatan anak, oleh karena itu perilaku orang tua di pandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan derajat kesehatan dan keamanan anak. Menurut Vranda (2011), banyak orang tua berpersepsi bahwa kecelakaan dan cedera pada anak usia toddler merupakan hal yang alami sebagai kompensasi dari periode tumbuh kembang. Sehingga kondisi seperti terjatuh, terpeleset, merupakan hal yang wajar dan di anggap sebagai kejadian sebagai kejadian yang tidak terlalu penting.


(43)

28

Perilaku di pengaruhi oleh beberapa faktor menurut teori Green. Lawrece di kutip dari Notoatmodjo (2007) yaitu sebagai berikut:

a. Faktor predisposes

Faktor ini berupa faktor pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, ekonomi, budaya dan lainnya. Sikap yang baik pada orang tua dapat mempengaruhi pencegahan yang baik pula. Pengetahuan yang baik tentang tumbuh kembang anak juga mempengaruhi dalam pencegahan cedera pada anak (Dewi. R & indarwati, 2011).Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi berpengaruh terhadap perilaku, pengetahuan membuat seseorang berpikir akan suatu objek atau stimulus (Kusbiantoro. D 2014).

b. Faktor enabling

Faktor ini berupa fasilitas dan pendidikan atau informasi kesehatan. Informasi mengenai pencegahan cedera pada anak penting agar orang tua bisa lebih waspada terhadap resiko cedera. Menurut Widianingsih (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita mayoritas baik, hal tersebut di sebabkan karena fasilitas kesehatan seperti PUSKESMAS, Sekolah Kesehatan, Rumah Sakit dekat dengan daerah tersebut, sehingga akses mendapatkan pelayanan dan informasi lebih mudah.


(44)

29

c. Faktor reinforcing

Faktor ini berupa perilaku tokoh masyarakat, perilaku petugas kesehatan dan komitment pemerintah.

Domain perilaku menurut Bloom di klasifikasikan menjadi tiga tingkat yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan orangtua tentang pencegahan cedera pada toddler di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pendidikan, pengalaman terhadap suatu kejadian dan fasilitas. Semakin tua usia seseorang maka semakin banyak juga pengetahuannya. Selain itu pengetahuan juga di pengaruhi oleh konsistensi seseorang terpapar informasi (Vranada. A, 2011)

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap dibentuk oleh komponen yaitu kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu objek, kecenderungan


(45)

30

untuk bertindak (Vranada. A, 2011). Pada pennelitian yang dilakukan Dewi. R & indarwati (2011), mengatakan bahwa sebagian orang tua memiliki praktik yang baik di karenakan sikaporang tua yang sebagian besar positif. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak, dengan sikap yang positif di harapkan praktik yang di hasilkan juga baik.

c. Tindakan atau praktek

Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 1985). Praktik pencegahan juga di pengaruhi oleh pekerjaan orang tua, pada penelitia Vranada.A (2011) pekerjaan sebagai buruh dapat mempengaruhi responden dalam mempraktikan pencegahan pada kecelakaan yang mungkin terjadi pada anaknya. Sebagai buruh, orang tua juga kadang kurang memperhatikan perilaku anaknya, sehingga kurang mengetahui apakah anaknya berperilaku membahayakan dirinya atau tidak. Pada penelitian Kuschitawati, et all (2007), menyebutkan bahwa praktik pencegahan cedera yang di lakukan yaitu berupa tindakan pengawasan yang masih rendah merupakan faktor yang paling berperan terhadap kejadian cedera pada anak, setelah faktor lingkungan anak yang tidak aman.


(46)

31

B. Kerangka Konsep

Factor -faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

- Pendidikan

- Informasi / media masa - Lingkungan

- Pengalaman - Usia

- pekerjaan

Keterangan:

: Di lakuan penelitian : Tidak di lakukan penelitian Pengetahuan pencegahan cedera

Perilaku pencegahan cedera balita


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti mencoba mencari tahu hubungan tingkat pengetahuan dan perilakuorang tua terhadap pencegahan cedera balita. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua kandung yang memiliki anak usia balita di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta dengan jumlah 40 keluarga.

2. Sample

Teknik pengambilan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara total sampling.

Kriteria sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu:

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini

1. Bersedia menjadi responden dalam penelitan yang di lakukan oleh peneliti.


(48)

33

b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini. 1. Anak di asuh oleh orang lain 2. Orang tua bekerja di luar kota C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Dusun Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini laksanakan pada bulan Juli 2016.

D. Variabel Penelitian 1. Variabel independent

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya mempengaruhi variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan orang tua dalam pencegahan cedera pada anak usia balita. 2. Variabel dependent

Variabel yang di pengaruhi nilainya di tentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel terkait pada penelitian ini adalah perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada anak usia balita.


(49)

34

E. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional N

o

Variabel Definisi oprasional

Alat ukur Skala ukur

Hasil ukur 1 Tingkat

pengetahua n

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang di dapat dari proses pembelajara

n dan

pengalaman ayah atau ibu dalam pencegahan cedera Kuesioner tentang tingkat pengetahua n

Ordinal - Baik jika nilainya ≥ 76-100 %

- Cukup jika nilainya 60 – 75 %

- Kurang jika nilainya ≤ 60 % 2 Perilaku

orang tuadalam pencegahan cedera balita Perilaku merupakan suatu respon yang di orang tua untuk

memberikan keselamatan balita dalam pencegahan cedera yang mungkin terjadi pada balita.

Dengan menggunak an

kuesioner

Ordinal - Baik jika nilai yang di dapat ≥ 76-100 %

- Cukup jika nilai yang di dapat 60 – 75 % - Buruk

jika nilai yang di dapat ≤ 60 %


(50)

35

F. Instrument penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner.

1. Kuesioner tingkat pengetahuan

Kuesioner tingkat pengetahuan ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pengetahuan pada pencegahan cedera pada balita. Terdapat 28 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap pencegahan cedera dengan menggunakan skala Guttman. Skala dalam penelitian ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu”benar dan salah”. Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk kuesioner, responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner ini yaitu:” benar dan salah”.

Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu

� � �� �=Jumlah nilai yang benar

jumlah soal x 100%

Arikunto (2010) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.


(51)

36

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 76-100 %. b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 60–75 %. c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 60 %.

Penyusunan instrument penelitian di mulai dengan membuat kisi-kisi di lanjutkan dengan pembuatan pernyataan dengan jumlah 13 pernyataan.

Tabel 2. Kisi – kisi kuesioner tingkat pengetahuan Kisi - kisi instrument penelitian

Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah upaya

pencegahan

Kecelakaan 1 1

Tenggelam 2 1

Luka bakar 3, 4 2

Keracunan 6 5 2

Jatuh 7, 8, 9, 10, 11 5

Tersedak 12, 13 2

13 2. Perilaku Orang Tua

Instrumen yang di gunakan untuk melihat perilaku orang tua terhadap pencegahan cedera pada balita dengan menggunakan kuesioner yang di buat oleh peneliti dan menggunakan skala Guttman. Skala dalam penelitian ini didapat jawaban yang tegas “ya atau tidak”. Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu:


(52)

37

� � �� �=Jumlah nilai yang benar

Jumlah soal x 100%

Kategori hasil dalam skala pengukuran ini menggunakan skala ordinal dengan kategori:

a. Perilaku pencegahan kategori baik jika nilainya ≥ 76-100 % b. Perilaku pencegahan kategori cukup jika nialinya 60 – 75 % c. Perilaku pencegahan kategori kurang jika nilainya ≤ 60 %

Penyusunan instrument penelitian di mulai dengan membuat kisi-kisi di lanjutkan dengan permbuatan soal dengan jumlah 16 soal.

Tabel 3. Kisi – kisi instrument penelitian perilaku orang tua dalam pencegahan cedera balita

Kisi – kisi Instrument Penelitian

Aspek Favorabel Unvavorabel Jumlah Upaya

pencegahan

Kecelakaan 1 1

Tenggelam 2, 3, 4 3

Luka bakar 5 1

Keracunan 7 6, 8 3

Jatuh 13, 14 2

Tersedak 9, 10, 11, 12 4

Kerusakan tubuh

15 16 2


(53)

38

G. Teknik pengumpulan data

1. Jenis Data yang Dikumpulkan a. Data Primer

Jenis data yang diambil langsung dari responden dengan menggunakan metode angket atau kuesioner. Metode angket atua kuesioner ini adalah pengumpulan data melalui pengajuan beberapa item pertanyaan kepada subjek penelitian dan jawabannya di berikan secara tertulis.

b. Data Sekunder

Data yang di dapat dari pihak lain dan data tersebut sudah ada. Dalam penelitian ini data sekunder di dapat dari kepala dusun Ngebel berupa jumlah orang tua balita.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner, responden di minta untuk mengisi kuesioner yang telah di siapkan oleh peneliti, dan responden diberitahukan tentang cara pengisian kuesioner yang benar.

3. Tahap Pengumpulan Data a. Tahap Persiapan

1) Mencari dan mengidentifikasi permasalahan dengan melihat fenomena yang ada di sekitar.


(54)

39

2) Konsultasikan masalah yang telah di temukan dan mendiskusikan judul penelitian bersama dengan dosen pembimbing

3) Mengajukan pembuatan surat pengantar untuk studi pendahuluan dalam mendapatkan informasi yang memperkuat masalah yang diambil peneliti dalam penelitian ini

4) Melakukan studi pendahuluan 5) Menyusun proposal penelitian

6) Melakukan konsultasi proposal penelitian dengan dosen pembimbing.

7) Mengerjakan revisi proposal setelah konsultasi.

8) Mendaftarkan ujian seminar proposal setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing

9) Menghubungi dosen pembimbing dan penguji terkait jadwal dan tempat ujian seminar proposal.

10) Mempersiapkan peryaratan ujian seminar proposal 11) Melaksanakan ujian seminar proposal

12) Mengerjakan revisi proposal setelah diseminarkan. 13)Uji etik penelitian

14) Mengurus surat izin penelitian setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel.


(55)

40

b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan informed consent pada responden sebagai surat pernyataan kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini. 2) Memberikan bolpoin pada masing-masing responden sebagai alat

untuk mengisi kuesioner.

3) Melaksanakan pengambilan data dengan membagikan kuesioner pada subjek penelitian.

4) Kuesioner yang sudah di isi segera dikumpulkan pada peneliti, dan peneliti memeriksa kelengkapan responden mengisi kuesioner. 5) Penelitian di lakukan selama 1 bulan dari tanggal 10 Juli sampai 6

Agustus.

6) Setelah data terkumpul, peneliti mulai melakukan olah data dari editing, scoring, coding, input data, sampai tabulating.

7) Setelah pengolahan data selesai di lanjutkan dengan melakukan analisa univariant dan bivariant.

H. Validitas dan reabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan korelasi

product moment, dikarenakan untuk mengetahui hubungan antar item butir

pertanyaan dalam kuesioner. Instrument dalam penelitian ini belum dilakukan uji validitas, sehingga peneliti akan melakukan uji validitas di


(56)

41

Rumus pearson product moment correlation yang digunakan, sebagai berikut:

= N Ƹ XY − ƸX . (ƸY) √{nƸX2(ƸX2)}{Y2(ƸY2)} Keterangan:

r : Koefiisien korelasi antar variable X dan Y n : Jumlah responden

x : Nilai dari setiap pertanyaan y : Skor

NƸXY : Jumlah perkalian X dan Y ƸX : Jumlah skor item (X) ƸY : Jumlah skor total item (Y)

Langkah diketahuinya validitas suatu instrument yaitu dengan cara melalukukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Skor pada setiap item dijumlahkan kemudian dikorelasikan dengan jumlah skor totalnya, hasil dari skor instrumentlembar kuesioner akan dicocokkan dengan table statistic. Nilai r (Koefisian korelasi antar variabel X dan Y) dikatakan valid jika r hitung (r pearson) lebih besar atau sama dengan r tabel. Selain itu, variabel dikatakan valid jika nilai signifikansi p<0,05(Azwar,2009)

Kuesioner tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua di buat sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut sudah di lakukan uji validitas di dusun


(57)

42

Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta pada 20 responden dengan menggunakan uji pearson product momen. Pada kuesioner pengetahuan ini didapat 13 item yang valid dari 29 item pernyataan meliputi nomor 3, 6, 8, 10, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 25, 27 dengan hasil uji validitas bergerak antara 0.37-0,67 dikatakan valid. Sedangkan pada kuesioner perilaku didapat 16 item valid dari 30 item pernyataan meliputi nomor 2, 4, 5, 6, 8, 14, 15, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 29, 30 dengan hasil uji validitas bergerak antara 0.37-0.67 dianggap valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah hasil yang pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tanpa diukur atau diamati dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013). Uji reabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (Arikunto, 2013), dikarenakan untuk mengetahui tingkat reliable yang tinggi, dengan rumus sebagai berikut:

R = ( �

� −1)(1− Ƹ 2

�12) Keterangan :

R : Reliabilitas instrument K : Banyak butir pertanyaan Ƹab2 : Jumlah varian butir G12 : Varian total


(58)

43

Perhitungan uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan program computer. Koefisiensi keandalan alat ukur menunjukan tingkat konsistensi jawaban responden. Nilai koefisien α berkisar antara 0 sampai 1. Analisa uji reliabilitas dinyatakan reliable atau dapat diterima jika r hasil (r alpha) > kontanta (0,6) (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan sebesar 0.71, sedangkan kuesioner perilaku sebesar 0.72 dan kedua kuesioner ini memiliki nilai reliabilitas tinggi.

Tabel 4: Interpretasi Nilai r reliabilitas menurut Sopiyudin (2013)

Nilai r Kriteria reliabilitas

0,81-1.00 0.61-0.80 0,41-0.60 0.21-0.40 0.00-0.20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan data pada penelitian ini meliputi : a. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing Data (Pengeditan Data)

Langkah pertama yang dilakukan dengan cara meneliti kelengkapan data dan dilakukan penccokan pada setiap data yang


(59)

44

telah terkumpul sehingga tidak ada kesalahan dalam pengumpulan data.

2. Coding data (Memberi Kode)

Kuesioner penelitian yang sudah diisi oleh responden yang di beri kode oleh peneliti. Pemberian kode yang bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan mengklasifikasikan. Pada penelitian ini beberapa data yang dilakukan pengkodean adalah pendidikan (1=SD, 2=SMP, 3=SMA), pengetahuan (1=Baik, 2=Cukup, 3=kurang), perilaku (1=Baik, 2=Cukup, 3=Kurang).

3. Scoring

Menetapkan pemberiaan skor pada kuesioner tingkat pengetahuan yang diukur dengan jawaban benar dengan skor 1, salah 0, sedangkan untuk kuesoner perilaku jawaban iya dengan skor 1, tidak dengan skor 0.

4. Entry data

Memasukan data ke dalam computer dengan menggunakan aplikasi SPSS.

5. Cleaning

Semua data yang sudah di peroleh dari responden yang sesui dimasukan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya


(60)

45

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukanpembetulan atau koreksi.

6. Tabulating data

Data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria di hitung sesuai dengan variabel yang di butuhkan lalu dimasukan kedalam tabel-tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, peneliti mengecek nama dan kelengkapan identitas responden terlebih dahulu kemudian peneliti mengecek kembali kelengkapan data atau memeriksa kembali isi instrument pengumpulan data, termasuk kelengkapan lembar instrument. Analisa data pada penelitian ini adalah:

a. AnalisaUnivariant

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi danpersentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Tujuannya yaitu untuk menjelaskan atau membandingkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dari angka, jumlah dan distribusi frekuensi masing-masing kelompok tanpa ingin mengetahui pengaruh atau hubungan dari karakteristik (responden) yang ingin diketahui (Sugiono, 2010).


(61)

46

Karakteristiktersebut meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi menggunakan analisa data uji frekuensi.

b. Analisa Bivariant

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua terhadap pencegahan cedera balita dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dan menggunakan komputerisasi dengan tingkat kemaknaan α = 0,005.

Analisa ini di lakukan untuk melihat hubungan atau korelasi antar variabel independen dan dependen. Hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai ρ value ≤α(0,05), H0 ditolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan antara variabel independendengan variabel dependen. Sebaliknya, jika ρ value ≥α(0,05), H0 di terima dan Ha di tolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

J. Etik Penelitian

Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus di perhatikan. Peneliti mendapatkan izin etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY pada


(62)

47

tanggal 04 Agustus 2016 dengan nomor surat 272. Setelah ijin etik di dapat, peneliti melakukan penelitian. Masalah etik yang harus di perhatikan antara lain:

a. Informand Consent

Informnd consent atau lembar persetujuan yaitu lembar yang menjelaskan proses penelitian yang digunakan dan aturan sebagai responden diharapkan mampu untuk memahami dan bersifat sukarela untuk menjadi responden sehingga tidak ada unsur paksaan. Setelah bersedia menjadi responden, informand consent ditandatangani oleh peneliti. Tujuannya supaya responden mengerti maksud dan prosedur saat pengisian kuesioner.

b. Anomynity

Anomynity (tanpa nama) dimana peneliti menjaga kerahasiaan responden yang mencantumkan nama pada kuisioner. Masalah etikapenelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan nomor dan inisial nama pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang di dapat.

c. Confidentiality

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi


(63)

48

yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan untuk hasil penelitian. Jika peneliti melakukan penelitian lembar kuesioner dari responden diambil secara tertutup supaya terjaga kerahasiaanya. d. Justice

Peneliti mempertimbangkan bahwa penelitian kali ini adalah bersifat adil terhadap semua responden dengan tidak memandang sosial ekonomi serta peneliti tidak berlaku diskriminasi kepada responden yang di ketahui ternyata tidak bersedia menjadi responden


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Dusun Ngebel terletak di desa Tamantirto kecamatan Kasihan kabupaten Bantul Yogyakarta, wilayah Ngebel berada di dataran rendah dan memiliki iklim tropis, dengan luas wilayah 56,400 Ha. Batas wilayah utara desa Ambarketawang, batas wilayah selatan Bangunjiwo, batas wilayah barat desa Bangunjiwo, dan batas wilayah timur desa tirtonirmolo, dusun Ngebel di batasi oleh sawah dan sungai. Terletak di sebelah barat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dusun Ngebel memiliki 9 Rt, dengan tipe bangunan rumah mayoritas merupakan bangunan rumah permanen, tipe perkempungannya merupakan perkampungan padat penduduk, hampir semua jalan sudah menggunakan aspal dan dekat dengan ring road, mayoritas penduduk memiliki usaha kos dan rumah makan karena dusun ngebel berada dekat dengan wilayah kampus UMY. Di dusun ngebel terdapat SD, PAUD dan TK, untuk kemanan kampus terdapat pos ronda di setiap rt. Dusun ngebel memiliki kegiatan posyandu lansia dan posyandu balita, dimana posyandu balita di adakan setiap tanggal 13 dan di dusun ngebel hanya ada 1 posyandu, dan hanya terdapat 1 Pusksmas pembantu, dan terdapat 7 dokter praktek, wilayah dusun ngebel dekat dengan PKU Unit


(65)

2 Gamping. Mayoritas penduduk menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor untuk berpergian.

2. Analisa Univariant

a. Karakteristik responden

Table. 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Orangtua di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Pada bulan Juli 2016 (n=40) No Karakteristik

Responden

Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Usia

< 21 21-45 >45 0 37 3 0 92.5 7.5 2 Pendidikan

SD SMP SMA 7 9 24 17.5 22.5 60.0 3 Pekerjaan

Buruh Ibu Rumahtangga Wiraswasta 1 29 10 2.5 72.5 25.0 4 Sumber Informasi

Keluarga Media Elektronik Media Masa 26 9 5 65.0 22.5 12.5 Sumber: Data Primer (2016)

Responden dalam penelitian ini adalah orang tua balita di Dusun Ngebel Kasihan Bantul Yogyakarta yang berjumlah 40 responden dan sesuai karakteristik yang telah di tetapkan. Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa karakteristik usia pada orang tua balita lebih dominan usia 21-45 yaitu 37 orang (92.5%). Mayoritas pendidikan orangtua balita yaitu SMA


(66)

sebanyak 24 orang (60.0%). Dan mayoritas pekerjaan orang tua balita yaitu ibu rumah tangga sebanyak 29 (72.5). Data karakteristik sumber informasi yang di dapat responden terbanyak dari keluarga yaitu sebanyak 26 orang (65.0%).

b. Gambaran Tingkat Pengetahuan pada Orang Tua Balita dalam Pencegahan Cedera Pada Balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua dalam Pencegahan cedera pada Balita di Dusun Ngebel Tamantirto

Kasihan Bantul Yogyakarta

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%) Baik

Cukup Kurang

25 10 5

62.5 25.0 12.5 Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat di ketahui bahwa gambaran tingkat pengetahuan pada orang tua balita terbanyak pada kategoti baik sebanyak 25 responden (62.5%).

c. Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Cedera Pada Balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan bahwa mayoritas orangtua balita memiliki perilaku yang cukup sebanyak 15 responden (37.5%)


(1)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Cedera

Pada Balita di Dusun Ngebel Kasihan Bantul Yogyakarta

Perilaku Frekuensi (f)

Prosentase (%) Baik

Cukup kurang

13 15 12

32.5 37.5 30

Total 40 100

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan bahwa mayoritas orangtua balita memiliki perilaku yang cukup sebanyak 15 responden (37.5%)

Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pencegahan Cedera pada Balita di

Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta

Tingkat pengeta

huan

Perilaku

p-valu e baik cukup kurang

f % f % f %

Baik Cukup kurang

13 0 0

32 0 0

11 3 1

27 7 2

1 7 4

2 17 12

o.oo Total 13 32 15 37 12 30

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik mayoritas memiliki perilaku yang baik sebanyak 13 responden (32.5%) dalam memlakukan pencegahan cedera pada balita.

Uji statistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel di lakukan dengan rumus Chi-Square. Hasil uji statstik menghasilkan p-value 0.00 (<0.05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan perilaku orang tau dalam pencegahan cedera pada balita di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

PEMBAHASAN

Tingket Pengetahuan Orang tua dalam pencegahan cedera pada balita di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Berdasarkan data yang didapakan bahwa responden pada orang tua balita di dusun Ngebel Tamantorto Kasihan Bantul Yogyakarta mayoritas orang tua memiliki pengetahuan yang baik pada tingkat pengetahuan dalam pencegahan cedera pada balita. Tingkat pengetahuan pada orang tua juga dapat di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Dari data karakteristik responden menunjukan sebagian besar (60.0%) orang tua balita berpendidikan SMA. Hal ini didukung oleh Kusbiantoro (2014) dalam pebelitiannya yang berjudul “ Praktik Pencegahan Cedera Pada Anak Usia Toddler Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Bahaya Cedera di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamogan” di mana didapatkan hasil bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan orang tua balita dalam pencegahan cedera pada balita.

Menurut Notoatmodjo (2007) konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kea rah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Tingkat pendidikan yang tinggi cenderung mampu menerima dan memahami informasi yang masuk lebih baik, dan bahkan mampu


(2)

mengaplikasikannya dengan baik (Purwati, 2014). Dalam penelitian Dewi (2011) di dapatkan hasil bahwa kejadian cedera anak terbanyak dialami oleh ibu dengan tingkat pendidikan rendah, semakin meningkatnya pendidikan ibu, maka ibu akan makin dapat mengidentifikasi resiko cedera pada anak.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian terkait dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah, orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi, tingkat pengetahuan yang di miliki lebih baik di banting dengan orang tua yang memiliki pendidikan rendah, sehingga penyataan tersebut menunjukan bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

Selain pendidikan responden, umur juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian ini, menunjukan bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 37 responden (92.5%) berada pada usia dewasa awal. Selain pendidikan usia orang tua juga berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua untuk melakukan pencegahan cedera pada balita.Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Hal ini di dukung dengan penelitian yang di lakukan oleh Kusbiantoro (2014) yang mengatakan bahwa pengalaman juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengalaman kurang baik yang pernah di alami oleh seseorang maka akan berusaha untuk melupakan, tetapi jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan dan

akhirnya dapat pula membentuk perilaku positif dalam kehidupannya (Mubarok, W.I. 2007).

Selain faktor pendidikan dan usia sumber informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua balita. Sebagian besar responden dalam penelitian mendapatkan informasi dari keluarga. Menurut Mubarok (2007) pengetahuan seseorang juga dapat di pengaruhi oleh informasi yang didapatkan individu itu sendiri.

Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Cedera pada Balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Pendidikan yang tinggi, mempengaruhi pengetahuan orang tua tentang pencegahan cedera pada balita dengan baik. Berdasar hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian responden berpendidikan SMA sebanyak 24 responden (60.0%). Hal tersebut menujukan bahwa tingkat pendidikan di dusun Ngebel cukup tinggi. Hasil tersebut diukung oleh Widyaningsih (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “ Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Cedera Dengan Kejadian Cedera Balita Di Serangan Yogyakarta” yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara antara faktor pendidikan dengan perilaku. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka pengetahuan orang tua akan mempengaruhi perilaku orang tua dalam melakukan pencegahan cedera pada balita.

Perilaku orang tua dalam pencegahan cedera di pengaruhi oleh, pendidikan umur dan pekerjaan responden (Notoatmodjo 2007). Menurut Atak et al. (2010) dalam penelitiannnya mengatakan bahwa semakin menigkatnya pendidikan orang tua, maka


(3)

orang tua lebih dapat mengidentifikasi resiko cedera pada anak. Semakin meningkatnya pendidikan orang tua maka orang tua lebih dapat mengidentifikasi resiko cedera pada balita dan lebih bisa dalam melakukan pencegahan cedera yang mungkin terjadi pada anak.

Selain faktor pendidikan, faktor lain seperti umur juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Menurut Harlock (2005) semakin usia bertambah maka semakin banyak pengalaman yang di dapat, sehingga seseorang dapat meningkatkan kesehatan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam bertindak. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden pada rentang usia dewasa awal yaitu sebanyak 37 responden (92.5%). Menurut Erikson pada rentan usia ini individu mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah melalui cara yang logis dengan memanfaatkan kemampuan belajar dan pengalaman hidup. Sehingga dari hasil analisa tersebut menunjukan bahwa semakin tua umur orang tua semakin banyak pula pengalaman yang telah di dapat, maka akan semakin baik pula dalam melakukan pencegahan cedera pada balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh maulina (2013) bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan perilaku resiko kecekaan balita dalam rumah tangga.

Perilaku juga di pengaruhi oleh faktor pekerjaan, dalam penelitian ini mayoritas orang tua balita merupakan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 responden (72.5%) memiliki perilaku yang baik. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelutian yang di lakukan oleh Purwati (2014) yang menunjukan bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah tangga dengan

perilaku yang baik dan melakukan praktik pencegahan dengan baik. Sebaigai ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengawasi anaknya setiap saat karna pekerjaan rumahpun bias dilakukan bersamaan dengan menjaga anak. Sedangkan orang tua yang bekerja di luar rumah hanya memiliki sedikit waktu untuk mengawasi anaknya.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Cedera pada Balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Berdasarkan data terkait hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik dan perilaku yang baik pula dalam melakukan pencegahan cedera pada balita. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera balita di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta dengan nilai p-value = 0.00.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Widyaningsih (2014) yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera balita. Menurut Vranada (2014) dalam penelitiannya di dapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku orang tua setelah dan sebelum di berikan penyuluhan terkait pencegahan cedera pada balita. Perilaku orang tua di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu oleh pendidikan, umur dan pekerjaan orang tua (Notoatmodjo 2007). Perilaku


(4)

orang tua dalam pengendalian cedera dan kecelakaan pada anak dapat di ubah dengan beberapa cara yaitu dengan perubahan dalam produk, modifikasi lingkungan social dan fisik, serta dengan cara memberikan pendidikan, penyuluhan atau bujukan yang di tujukan kepada orang tua Nelson (2000).

Menurut Kusbiantoro (2014) cedera pada anak tidak terjadi apabila orang tua memiliki pengetahuan yang baik tentang timbuh kembang anak, pengetahuan tentang tumbuh kembang anak juga perlu diimbangi dengan pemahaman tentang pencegahan terhadap bahaya yang mungkin bias terjadi pada anak. Pencegahan cedera diperlukan agar anak dapat menyelesaikan semua tugas perkembangan sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak, agar dapat mencegah kemungkinan penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional anak (Depkes RI, 2007).

Pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak pada usia balita penting untuk mengetahui resiko cedera yang mugkin terjadi pada balita sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita. Menurut Kuscitawati (2007) menyebutkan bahwa pencegahan cedera yang dapat di lakukan orang tua dengan melakukan pengawasan pada anak.

Menurut Atak (2010) dalam penelitiannya di dapatkan bahwa ada hubungan antara penetahuan orang tua tentang bahaya cedera dengan frekuensi kejadian cedera pada anak. Hal tersebut di dukung oleh penelitian Dewi (2014) yang menyebutkan bahwa kejadian cedera pada anak terbanyak di alami oleh orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah, semakin meningkatnya tingkat pendiikan orang tua maka tingkat pengetahuan yang di

miliki akan meningkat juga, maka ibu akan lebih bias mengidentifikasi bahaya yang mungkin akan terjadi pada anak. Sehingga peningkatan kualitas pengetahuan orang tua perlu di tingkatkan khususnya tentang bahaya cedera dan pencegahannya. Sumber pengetahuan dapat berasal dari informasi yang di dapatkan oleh seseorang, bentuk pemberian informasi dapat berupa penyuluhan kesehatan tentang bahaya cedera dan pencegahannya (Mubarok, 2007).

Sumber informasi juga berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua dan perilaku orang tua dalam melakukan pencegahan cedera karena sumber informasi merupakan salah satu fakor yang dapat mempengarusi tingkat pengetahuan orang tua. Menurut Vranda (2014) dalam penelitiannya setelah di berkan penyuluhan tentang pencegahan cedera pada balita tingkat pengetahuan orang tua semakin meningkat, dan terjadi perubahan perilaku yang signifikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa:

1. Orang tua Balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta mayoritas berusia 21-45 tahun, berpendidikan SMA, bekerja sebagai ibu rumahtangga dan mendapat informasi melalui keluarga.

2. Orang tua Balita di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta mayoritas memiliki pengetahuan yang tinggi dalam pencegahan cedera pada balita. 3. Orang tua Balita di Dusun Ngebel

Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta mayoritas memiliki


(5)

perilaku yang baik dalam pencegahan cedera pada balita 4. Terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada balita di dusun Ngebel Tamantirti Kasihan Bantul Yogyakarta dengan nilai p-value 0.00 < 0.05.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat di berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua Balita Di Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Hasil penelitian ini dapat di gunakan orang tua untuk bahan pembelajaran agar dapat lebih memahami terkait bahaya cedera yang mungkin terjadi dan pencegahan yang dapat di lakukan orang tua untuk mencegah terjadinya cedera pada anak.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti slanjutnya untuk melakukan penelitian atau sebagai referensi terkait pencegahan cedera pada anak.

DAFTAR PUSTAKA Al- Quran

Amal, A., Yani Istadi., Kurnia Wijayanti.(2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Keracunan Pada Anak Usia 1-5 Tahun. Studi observasional di kelurahan

Karangrejo Semarang. Prosiding Konferensi PPNI Jawa Tengah (112-115).

Agus, R., Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atak, N.,Karaoglu, L., Korkmaz, Y., Usubutun,S (2010). A Household Survey: Unintentional Injury Frequency And Related Factors Among Children Under Five Year In Malatya. The Turkish Journal of Pediatric Vol,52: 285-293

Azwar, S.(2009). Sikap Manusia, Teori, dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi,R.,& Indarwati.(2011). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Orang

Tua Tentang Bahaya cedera dan Cara Pencegahannya

Dengan Praktik Pencegahan Cerdera pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. GASTER, Vol. 8, No. 2:750 - 764.

Kusbiantoro. D.(2014). Praktik Pencegahan Cedera Pada Anak Usia Toddler Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Bahaya Cedera Di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. SURYA. Juni;Vol.02, No.XVIII. Kuschithawati, S., Rahadyan Magetsari.,

Nawi Ng, (2007). Faktor Risiko Terjadinya Cedera Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat.. September.Vol. 23, No. 3.


(6)

Margie Peden. Et all (2008). World Report on Child Injury Prevention. World Health Organization, UNICEF.

M. Shah, E. Orton, L.J. Tata, C. Gomes a, D. Kendrick (2013). Risk factors for scald injury in children under 5 years of age: A case–control study using routinely collected data. ELSEVIER. BURNS. 39: 1474-1478. M. Sopiyudin, D. (2011), Statistik Untuk

Kedokteran Dan Kesehata, Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugratmaja, A (2011), Penatalaksanaan Pencegahan Kecelakaan Anak Usia Prasekolah di Dusun Geblagan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Karya Tulis Ilmiah. (belum di publikasikan).

Nursalam, (2013), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.

Poter. Perry, (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Bab 12, (261 – 268).

Riyanto. A & Budiman (2013), Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan, Jakarta: Medika Salemba.

Ratnaningrum. W, (2009), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Save The Children Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Kecelakaan Pada Balita: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Naskah Publikasi.

Sugiono, (2011). Metode penelitian pendidikan (pendidikan kuantitatif,

kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Vranada. A, (2011), Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang Child Safety Terhadap Perilaku Orang Tua Dalam Pemecahan Kecelakaan Anak Usia Toddler di Paud Yasmin Sentolo Kulon Progo Yogyakarta: STIKES Aisiyah Yogyakarta, Skripsi, Naskah Publikasi.

Widyaningsih. A, (2014), Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Cedera Dengan Kejadian Cedera Balita Di Serangan Yogyakarta. STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi. Naskah publikasi.

Wong, D. (2008). Buku ajar keperawatan pedriatik wong, ed.6. Jakarta: EGC Wong, D. (2003). Buku ajar keperawatan

pedriatik wong, ed.4. Jakarta: EGC (246-276)


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

0 3 63

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

1 8 128

HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DUSUN NGRAME TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

3 31 120

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU WIJAYA KUSUMA RT 04 GEBLANGAN TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 3 73

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WARGA TENTANG PROGRAM 3M DAN TINGKAT PELAKSANAAN PROGRAM 3M DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA TAMANTIRTO DUSUN NGEBEL RT 8 YOGYAKARTA

0 4 59

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DUSUN DUA GATAK TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN MAKANAN NONCOROSIVE AGENT

8 40 106

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA PADA BALITA Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Dan Pengetahuan Orang Tua Tentang Ispa Pada Balita Di Puskesmas Gatak.

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA USIA DEWASA DI DUSUN IV NGRAME TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 1 11

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 0 11