HUBUNGAN LATAR BELAKANG PROFESI ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR AGAMA REMAJA MUSLIM NGRAME TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

(1)

SKRIPSI

Oleh: Inayatul Lailiyah NPM: 20120720194

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

vi

Motto

ُ ي ُاَوَ بَأَف ،ِةَرْطِفلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُلْوَم ُلُك

ِِناَسِجَمُي ْوَأ ،ِِناَرِصَُ ي ْوَأ ،ِِناَدِوَه

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (Bukhari, 1425/2004:


(3)

vii

Adik-adik tercinta yang memberikan semangat dan senyum termanis dalam hidup. Para Pendidik yang tak pernah lelah memberikan ilmu dan motivasi.

Almamater tercinta dan yang saya banggakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(4)

viii

KATA PENGANTAR

ِِمْسِب

ِ

َِِّ

ِ

َِرلا

ِِنَم ْح

ِ

ِِميِحَرلا

َيِمَلاَعحلا ِبَر ِهَلِل ُدحمَحْا

ُهَل َكحيِرَش َا ُهَدححَو ُها َاِإ َهَلِإ َا حنَأ ُدَهحشَأ

ُهُلحوُسَرَو ُهُدحبَع اًدَمَُُ َنَأ ُدَهحشَأَو

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkah nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan risalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang setia mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Dalam penyelesaian Skripsi yang berjudul Latar Belakang Profesi Orang Tua dengan Motivasi Belajar Remaja Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul, yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan jenjang studi Strata Satu (S-1) pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah menyelesaikan teori dan praktek dari semester pertama sampai akhir. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hal ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. selaku dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Abd. Madjid, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(5)

ix

Yogyakarta yang telah memberikan sumbangan ilmu dan mendidik dan memberi pengarahan penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Seluruh keluarga di Pekalongan, Kedua orang tua, (Bapak Zaenal Arifin dan Ibu Nur Hidayah), yang selalu memberikan motivasi dan tidak pernah kurang

restu serta hujanan do’a yang selalu dipanjatkannya, demi kelancaran dan

kesuksesan penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, serta adik-adik yang selalu memberikan motivasi dan dorongan semangat yang tidak pernah surut (Arum Kusumaningsih, Tiyas Kusumaningsih, dan Raykhan Akmaluddin Zaen). 6. Kawan-kawan dari Fakultas Agama Islam dan Pendidikan Ulama Tarjih

Muhammadiyah angkatan 2012.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik penulis maupun pembaca.

Yogyakarta, 11 Agustus 2016 Hormat Penulis

Inayatul Lailiyah 20120720194


(6)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

E. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka... 14

B. Kerangka Teori ... 16

1. Pengertian Profesi ... 16

2. Pengertian Motivasi ... 19


(7)

xi

A. Metode Penelitian... 35

B. Jenis Penelitian ... 39

C. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Dusun Ngrame Tamntirto Kasihan Bantul ... 44

B. Hasil Penelitian ... 53

C. Variabel Profesi Orang Tua ... 55

D. Variable Motivasi Belajar Agama ... 58

E. Uji Hipotesis ... 61

F. Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

CURRICULUM VITAE ... 71


(8)

(9)

HUBUNGAN LATAR BELAKANG PROF.ESI ORANG TUA DENGAN

MOTTVASI BELAJAR AGAPIA REMAJA ]I{USLIM NGRAME

TAMANTIRTO

KASIgAil

BANTUL

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Telah dimunaqasyahkan

di

depan sidang Munaqasyah program studi

Pendidikan Agama Islam pada tanggal 30 Agustus 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk d"iterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

: Anita Aisah,

M.Psi

(

@

h

Yogyakarta, 7 September 2016 Nama Mahasiswa

NPM

Ketua Sidang

Pembimbing

Penguji

: Inayatul Lailiyah

:20DA720194

: Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag

: Dr. Abd. Madjid, M.Ag.

lv

ulksAgamalslam

hammadiyah Yogyakarta

99203r1.3414

6trx;

cr,

^t N,ilh...2

;-f()-cK

", \

/zrin',r'-'

\tr,H#


(10)

xi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Jenis-jenis profesi orang tua di dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul. 2) Tingkat motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul. 3) Untuk mengetahui adanya hubungan antara latar belakang profesi orang tua dengan motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.

Jenis dan pendekatan Penelitian ini menggunakan jenis dan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan model korelasional. Populasi penelitian ini ialah remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul dan diambil sampel sebanyak 30 orang dengan kriteria usia 13-20 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Validasi instrument menggunakan uji reliabilitas dengan konsistensi internal menggunakan teknik Alpha Cronbach. Teknik analisis data kuantitatif yang digunakan ialah Korelasi Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Profesi terbesar warga dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul ialah buruh dengan prosentase 66%. 2) Motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul termasuk dalam kategori tinggi yaitu dengan prosentase 50%. 3) Adanya hubungan yang signifikan antara latar belakang profesi orang tua (X) dengan motivasi belajar agama (Y) remaja Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul. Hal ini ditunjukkan dari perhitungan uji korelasi, r hitung = 0,943 > r table = 0,361.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam Islam merupakan salah satu hal yang paling penting bagi seluruh muslim di dunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya firman Allah dalam surat al-Alaq yang berbunyi Iqra’ (bacalah). Dari ayat ini dapat diketahui bahwa Allah memerintahkan secara langsung kepada hamba-Nya untuk belajar dan berilmu pengetahuan. Karena pada dasarnya al-Qur’an telah mencakup seluruh ilmu yang ada di alam semesta. Jika sebagai seorang muslim yang mengaku beriman pada

al-Qur’an dan senantiasa membaca serta mentadaburinya, maka akan

tergerak hatinya untuk belajar dan mengupas segala ilmu yang ada di dalamnya.

Pada Negara-negara yang sedang berkembang ataupun yang sudah mengalami stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian penting masyarakat. Orang-orang yang menaruh perhatian lebih akan pendidikan merupakan orang yang berpendirian. Mereka menyatakan bahwa tujuan pendidikan dasar adalah mempersiapkan generasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan tinggi yang dimaksud ialah agar generasi muda dapat memperoleh sukses dalam karir dan kehidupan pribadi, serta mampu berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat (Soemanto, 2012: 1).


(12)

2

Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa pendidikan merupakan salah satu cahaya yang menuntun manusia dari kegelapan (kebodohan), terlebih lagi Pendidikan Islam kelak menjadi pedoman bagi siapa pun yang mempelajarinya. Untuk itu Pendidikan Islam merupakan sebuah pondasi atau dasar dari pendidikan moral dan pembentukkan karakter.

Pendidikan Islam tak hanya mengajarkan hal yang terkait dengan tauhid, yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, serta bukan hanya mengenai ibadah wajib dan sunnah saja, melainkan terkait seluruh aspek yang berhubunagn dengan interaksi manusia di dalamnya, termasuk kegiatan belajar mengajar. Pada zaman modern saat ini, Pendidikan Islam sangat diperlukan sebagai pedoman hidup bagi para generasi penerus bangsa, maka dari itu akan lebih baik jika Pendidikan Islam ditanamkan sedini mungkin.

Dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia pendidikan yang diberikan di sekolah sangatlah terbatas baik dari materi, jam pelajaran, dan pengamalan dari ilmu yang dipelajari. Dengan demikian seorang anak lebih memiliki banyak waktu di luar sekolah dari pada di dalam sekolah. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana lingkungan ia bergaul dan yang paling dasar ialah bagaimana orang tua menciptakan lingkungan rumah untuk menjadi tempat belajar yang efektif.

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam anak belajar untuk bersosialisasi dan mendapatkan pendidikan dasar mengenai cara berinteraksi dengan dunia luar, latihan, bimbingan, memberikan motivasi,


(13)

serta mengajarkan dasar dari pendidikan moral. Pendidikan dalam keluarga sudah pasti berbeda dengan pendidikan yang diberikan di sekolah, dalam keluarga materi ajar dan kurikulum bukanlah suatu hal yang penting untuk diperhatikan, melainkan perhatian dan kasih sayang menjadi faktor utama dalam mendidik seorang anak. Terlebih mengenai pendidikan agama yang tentunya orang tua memegang kendali yang lebih besar dari guru atau lembaga sekolah.

Masa ini pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal pendidikan Islamlah generasi muda akan mampu mengendalikan diri dari proses globalisasi yang demikian semakin cepat seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Begitupula dengan berbagai macam budaya luar yang datang kemudian mengkultur dalam sejarah peradaban manusia yang pada hakikatnya jauh dari nilai-nilai Islam. Kondisi seperti inilah yang menjadi tantangan bagi dunia pendidikan islam pada umumnya dan tantangan berat keluarga pada khususnya (Anirah dan Hasnah, 2013: 1).

Pada praktiknya, yang paling dikhawatirkan akan jatuh pada kemajuan zaman ialah remaja. Islam memandang bahwa remaja merupakan subyek pendidikan yang memerlukan perhatian yang serius. Sebab mereka adalah generasi masa depan harapan bangsa, dan aset bangsa yang yang harus dijaga sebaik-baiknya (Anirah dan Hasna, 2013: 3).


(14)

4

Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dimana mereka berada pada masa peralihan yakni masa kanak-kanak menuju dewasa. Jadi remaja tidak dapat lagi dikatakan anak-anak, belum juga dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Remaja selalu diidentikkan dengan berbagai hal yang negatif; misalnya seperti biang kerusuhan, tawuran antar pelajar, tawuran antar suporter sepak bola antar kota atau antar desa, balap liar, geng motor, bullying, pergaulan bebas, dan kasus-kasus lain. Untuk itu bimbingan dan pendampingan yang penuh perlu dilakukan untuk mencegah remaja terjerumus ke dalam pergaulan dan lingkungan sosial yang salah.

Remaja memiliki ciri khas sebagai fase pertumbuhan yang cepat, yang meliputi seluruh aspek kepribadian remaja, dan aspek mental memiliki fungsi juga tanda, sama halnya dengan aspek fisik pada fase ini. Remaja bukan lagi seorang anak yang apabila diperintah menurut dan langsung diterima tanpa memberitahunya terlebih dahulu apa urgensi dan faedah bagi dirinya maupun bagi masyarakatnya. Cukup baginya untuk menuruti perintah, dan jika dia menolak maka ia akan mendapat hukuman sesuai dengan perintah yang ia langgar (az-Za’balawi, 2007: 121).

Salah satu faktor yang memiliki dampak jauh terhadap sebagian besar karakter remaja ialah tingkat ekonomi. Ketika remaja yang berada di tingkat menengah, ia memiliki sedikit kekhawatiran bahwa ia tidak dapat mencapai cita-cita dan obsesinya, sehingga tak jarang ditemui remaja dengan kondisi seperti ini berjuang untuk menampilkan dirinya di atas tingkat yang sesungguhnya di tengah-tengah rekannya. Dia berusaha keras


(15)

untuk menjadi apa yang diimpikannya, lebih tinggi dari realitas ekonominya di dalam keluarga, lewat prestasi belajar, atau dengan cara keja yang bebas, atau bahkan dengan cara yang menyimpang.

Sementara para remaja kelas atas sama sekali tidak mengalami hal itu. Sebab, dari sarana dan materi yang mereka miliki mereka akan mendapatkan apa saja yang mereka inginkan. Di samping mereka melihat bahwa hubungan mereka dengan keluarga merupakan jaminan memperoleh pemasukan yang tidak membebani mereka terlalu berat

(az-Za’balawi, 2007: 169).

Beberapa sumber buku mengatakan bahwa tingkat ekonomi keluarga berpengaruh negatif terhadap perilaku sosial serta mental remaja, khususnya apabila pendidikan agama Islam tidak ada. Untuk kasus ini yang sebenarnya harus digarisbawahi ialah pendidikan agama Islam tidak ada. Segala keadaan atau kondisi, serendah apapun tingkat ekonomi seseorang, ketika ia selalu berpedoman pada agama, maka ia tidak akan merasa hidupnya terpuruk dan lalu melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum.

Di dusun Ngrame Tamantirto, salah dusun yang terletak tidak jauh dari kompleks kampus UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), terlihat bahwa jumlah remaja muslim sangat banyak, dan rata-rata mereka masih menetap di dusun Ngrame, dalam artian tidak banyak remaja yang setelah lulus dari sekolah merantau jauh ke luar kota, kebanyakan dari mereka memanfaatkan peluang usaha yang ada. Hal ini dikarenakan letak


(16)

6

dusun yang dekat dengan kampus sehingga banyak mahasiswa rantau disana. Keadaan inilah yang dimanfaatkan oleh warga dusun Ngrame pada umumnya dan para remaja khususnya, baik yang sudah lulus sekolah, maupun yang sedang belajar di sekolah atau kuliah.

“Para remaja disini banyak membuka usaha sendiri, seperti membuka warung dan angkringan. Mereka yang membuka angkringan di pinggir jalan bekerja secara bergantian, kalau yang satu jaga dari pagi sampai sore, nanti yang lainnya dari sore sampai malam, dan ada pembagian tugas juga, misale ada yang melayani pembeli dan ada yang nyuci-nyuci gitu, nah.. nanti hasilnya dibagi-bagi. Selain itu mereka menjadikan angkringan sebagai tempat kumpul bareng dan ngobrol-ngobrol” (Wawancara dengan Kepala Dusun Ngrame tanggal 12 Juni 2016).

Mengenai kreatifitas remaja dusun Ngrame mungkin sudah tidak perlu diragukan atau dipertanyakan lagi. Mereka semua aktif dalam berbagai macam kegiatan, misal kegiatan kebudayaan seperti, kirab dan juga dalam acara bekakak. Salah satu kegiatan yang menarik perhatian kami, khususnya peneliti sendiri ialah ketika hendak diadakan acara bekakak, mereka begadang semalam suntuk untuk membuat semacam

“ogoh-ogoh” dari bambu dengan ukuran yang sangat besar untuk kemudian mereka bawa (pikul) bersama-sama pada saat acara bekakak. Dari kegiatan ini dapat dilihat bahwa para remaja di dusun Ngrame kompak.

“Setiap ada kegiatan, mereka semua aktif mbak, baik mereka yang

masih sekolah maupun yang sudah lulus, semuanya jadi satu. Mereka tidak membeda-bedakan status mereka, baik mereka anak orang kaya atau yang biasa-biasa saja” (Wawancara dengan Kepala Dusun Ngrame tanggal 12 Juni 2016).


(17)

Remaja di dusun Ngrame, remaja muslim khususnya memang sangat aktif dalam dalam berbagai kegiatan kebudayaan dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan kemakmuran dusun, hanya saja minat mereka terhadap kegiatan yang berbau agama sedikit kurang.

“Kalau minat mereka untuk belajar agama ya.. biasa aja mba, nda

ada minat atau keinginan yang besar sekali, berjalan mengikuti arus saja nda “mempeng”, sekalipun ada paling beberapa. Kegiatan yang aktif dijalankan oleh remaja-remaja sini ya misal di RT 02 itu mereka ada grup Hadrah, kalau di RT 04 Tundan, mereka kebanyakan mengurusi usahanya, sedangkan seperti TPA nya mereka kurang perhatian. Yang ngisi TPA disana juga mbaknya tahu sendiri bukan dari orang sini, tapi mas-mas lain yang tinggal di masjid sana. Ya itu jadi salah satu gambaran remaja kami mengenai minat mereka sama belajar agama. Banyak yang Cuma ngikut-ngikut aja mba, kalau untuk minat yang besar atau yang semangat banget ya paling beberapa aja yang selebihnya pas ada kegiatan ya ngumpul,

mungkin juga nda ada dorongan atau disuruh orang tuanya mba”

(Wawancara dengan Kepala Dusun Ngrame tanggal 12 Juni 2016). Baik atau buruknya moral atau akhlak seorang anak khususnya remaja tergantung pada lingkungan sekitar yang ia lihat, terutama keluarga. Dalam hal ini keluarga terlebih orang tua menjadi pemeran utama dalam mengawasi dan mendidik anak-anaknya. Terutama ketika seorang anak telah menginjak usia remaja, pengawasan yang ketat mungkin sangat perlu dilakukan. Karena tidak menutup kemungkinan mereka akan terjerumus ke dalam lingkungan yang buruk mengikuti teman-teman sspergaulannya dan juga mengikuti rasa penasaran mereka yang sangat besar terhadap suatu hal yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Untuk itu, untuk mencegah hal-hal buruk terjadi maka sedari


(18)

8

anak sudah mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, orang tua sebisa mungkin mulai memberikan pemahaman-pemahaman agama.

Pemahaman yang bisa diberikan misalnya seperti menjelaskan bagaimana anak harus bergaul di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar, mencari teman yang baik, dan menjelaskan hal-hal yang tidak baik untuk dikerjakan karena akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Selain itu, orang tua juga tidak menunjukkan sikap atau tingkah laku yang buruk dihadapan anak, karena realitanya apa yang dilihat anak dari orang tuanya akan ia ikuti kelak ketika ia sudah merasa bisa melakukan hal yang sama. Salah satu contoh riil di masyarakat ialah merokok. Orang tua yang memiliki kebiasaan merokok, terlebih ketika merokok dihadapan anak-anak, mereka akan cenderung meniru orang tuanya, yakni menjadi perokok ketika sudah mulai tumbuh dewasa. Hal ini dapat ditemui di berbagai tempat, bahkan di lingkungan sekitar dimana kita berada saat ini. Jika telah diketahui bahwa anak cenderung meniru perilaku orang tua yang ia lihat sedari ia kecil, maka sebagai orang tua sebaiknya menunjukkan perilaku yang positif terhadap anak-anaknya. Meskipun mungkin tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengawasi dan memberikan perhatian lebih, setidaknya setiap kali bersama dengan anak tunjukkan perilaku yang baik. Karena anak sering menjadikan orang tua mereka sebagai idola atau inspirasi. Seorang anak ketika ditanya mengenai cita-cita, tak sedikit dari mereka yang menyebutkan bahwa mereka ingin


(19)

menjadi seperti orang tuanya. Misal, jika orang tuanya seorang dokter maka ia ingin menjadi dokter dan lain sebagainya.

Realita yang ada di Ngrame, ada salah seorang remaja yang dapat dikatakan minat atau motivasi belajar agamanya tinggi dan hal ini dibuktikan dengan seringnya ia berpartisipasi dalam setiap acara keagamaan di dusun Ngrame. Ia juga sangat semangat berangkat TPA. Ayahnya merupakan seorang karyawan di sebuah toko buku milik salah satu organisasi besar di Indonesia, dan juga terkenal rajin beribadah serta sering shalat berjamaah ke masjid. Profesi orang tuanya yang bekerja di sebuah toko buku milik organisasi Islam besar inilah yang menjadi salah satu motivasinya untuk belajar agama selain memang karena ia memiliki kemauan yang besar dari dirinya sendiri . Orang tuanya yang bekerja hanya dari pagi sampai sore membuatnya memiliki banyak waktu untuk belajar bersama orang tuanya dan juga ia merasa orang tuanya menyempatkan banyak waktu untuk memperhatikan perkembangan belajarnya, baik dari belajar agama maupun belajar yang lainnya (Observasi pada tanggal 4 Agustus 2016).

Salah satu contoh lagi dari seorang remaja bernama Friska yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang. Orang tuanya membuak warung makan di depan rumahnya, warung makan itu terbilang laris karena banyak mahasiswa bahkan warga sekitar yang membeli lauk atau bahkan makan disana. Pekerjaan orang tuanya yang pedagang inilah yang membuatnya merasa terpantau dalam perihal belajar. Karena orang tuanya


(20)

10

senantiasa di rumah, ia memiliki banyak waktu luang untuk belajar dan bertanya banyak hal kepada orang tuanya. Meskipun orang tuanya tidak terlalu paham agama, akan tetapi untuk perhatiannya kepada kualitas keagamaannya dan juga pelajaran agamanya selalu dipantau. Hal ini yang membuatnya termotivasi belajar agama meskipun secara aplikatif tidak ia terapkan dalam kesehariannya secara keseluruhan. Hanya saja bagi dirinya dan orang tuanya mendapat nilai bagus dalam pelajaran agama dan tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim sudah cukup baik (Observasi pada tanggal 5 Agustus 2016).

Profesi orang tua dipilih karena sangat berkaitan dengan waktu. Hal ini dikarenakan setiap jenis pekerjaan memiliki durasi waktu tersendiri. Ada yang pekerjaan menuntutnya untuk bekerja dari pagi sampai pagi lagi, ada yang dari pagi sampai malam, ada yang dari pagi sampai sore, bahkan ada juga yang bekerja tapi tetap dapat menghabiskan banyak waktu di rumah. Durasi pekerjaan orang tua inilah yang nantinya akan mempengaruhi berapa besar perhatian orang tua atau berapa banyak waktu yang diberikan orang tua untuk memperhatikan belajar anak, terlebih dalam perihal agama, baik secara teoritis maupun praktis.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:


(21)

1. Apa saja profesi orang tua remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul?

2. Bagaimana motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul?

3. Adakah hubungan antara profesi orang tua dengan motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan macam-macam profesi orang tua remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.

2. Untuk meneliti motivasi belajar agama remaja Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara profesi orang tua dengan motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu psikologi pendidikan Islam.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Orang Tua


(22)

12

1) Sebagai masukan yang membangun bagi orang tua guna meningkatkan perhatiannya terhadap anak, khusunya dalam usia remaja dalam hal memperoleh pendidikan agama Islam.

2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai solusi terhadap permasalahan anak, khusunya dalam usia remaja yang dihadapi baik di rumah maupun di masyarakat sekitar.

b. Bagi Remaja

Sebagai tambahan pengetahuan bagi remaja bahwa pendidikan agama Islam sangat penting dalam kehidupan mereka dalam hal hubungan dengan sang pencipta dan hubungan kepada sesama manusia.

E. Sitematika Pembahasan

Sistematika yang digunakan dalam penyususnan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat hasil penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Pada bab ini termuat uraian tentang penelitian-penelitian dengan tema yang serupa dengan penelitian ini yakni mengenai profesi orang tua serta motivasi belajar agama


(23)

untuk dicari perbandingan dan persamaan antara penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan diteliti. Kemudian dilanjutkan dengan landasan teori yang merupakan lemari-lemari yang digunakan dalam menyusun dan menelaah masalah sesuai dengan teori-teori yang relevan.

BAB III Metode Penelitian

Memuat secara rinci metode penelitian yang akan digunakan peneliti beserta justifikiasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi penelitian, subyek penelitian, metode pengumpulan data, dan analisisi data yang digunakan.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dari klasifikasi bahasan yang disesuaikan denga pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus masalahnya. Setelah itu dibahas dan dianalisis, dalam penelitian ini berisiskan gambaran umum masyarakat dusun Ngrame, mulai dari memaparkan rata-rata profesi masyarakat Ngrame serta kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang berjalan di dusun Ngrame khusunya pada golongan remaja yang menjadi fokus utama penelitian ini.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini maka peneliti mengemukakan beberapa pendapat dalam penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

Penelitian Ahmad Zaini (2011), Pengaruh Tingkat Religiusitas Orang Tua terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Brati Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012, penelitian ini menggunakana penelitian kuantitatif dengan menitik beratkan pada data kuantitatif yakni dengan angka-angka. Pengumpulan data menggunakan metode angket, dokumentasi, dan observasi. Penelitiannya menghasilkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat religiusitas orang tua dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini memiliki persamaan objek, yaitu remaja. Dalam penelitian ini disebutkan siswi SMP kelas VIII, hanya saja penelitian ini tidak meneliti tentang hubungan profesi orang tua meskipun keterkaitannya sama yakni dengan motivasi belajar agama.

Penelitian Luluk Kartikawati (2015), Pengaruh Profesi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswi Kelas VI Semester Gasal SD Negeri Sigit 3 Tahun Ajaran 2014/2015, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan variabel profesi orang tua dan variabel prestasi belajar. Metode penumpulan datanya menggunakan angket dan dokumentasi,


(25)

penelitiannya menghasilkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara profesi orang tua dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menjelaskan pengaruh profesi orang tua, bukan hubungan profesi orang tua, serta variabel keduanya berbeda yakni prestasi belajar bukan motivasi belajar.

Penelitian Herlina Dwi Novitasari (2014), Peran Orang Tua Berprofesi Sebagai Abdi Dalem Dalam Pembinaan Religiusitas Anak (Studi Kasus Terhadap Siswa MI Ma’ruf Giriloyo 2), penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar anak-anak yang bersekolah di

MI Ma’ruf Giriloyo 2 yang orang tuanya bekerja sebagai abdi dalem di

Makam raja-raja Imogiri. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis datanya dengan mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini memiliki persamaan dengan yang akan peneliti lakukan, yaitu sama-sama meneliti profesi orang tua. Hanya saja dalam penelitian ini profesi orang tua sudah dispesifikasikan yaitu sebagai abdi dalem, sedangkan yang akan peneliti lakukan ialah meneliti profesi orang tua secara umum yang artinya tidak menspesifikasikan salah satu profesi.

Setelah melakukan tinjauan pustaka, sejauh ini belum ada peneliti sebelumnya yang membahas mengenai hubungan latar belakang profesi orang tua dengan motivasi belajar agama remaja muslim di dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.


(26)

16

B. Kerangka Teori 1. Profesi Orang Tua

Profesi dalam Wikipedia Indonesia ialah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki suatu asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang tersebut.

Profesi menurut Schein, E.H (1962) adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang sangat khusus di masyarakat.

Daniel Bell (Muklis, 2014) mengatakan:

Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok/badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.

Donie Koesoema (Muklis, 2014) juga mengungkapkan:

Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku untuk masyarakat.

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi”


(27)

seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu (Perdana, 2013).

Profesi dengan pekerjaan tidaklah sama. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah; sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

Seseorang dianggap profesional dalam menjalani profesinya bila ia memenuhi 10 kriteria (Jati, 2016) antara lain:

1. Profesi harus memiliki keahlian khusus. Keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain. Artinya, profesi itu mesti ditandai oleh adanya suatu keahlian yang khsusu untuk profesi itu. Keahlian itu diperoleh dengan mempelajarinya secara khusus; dan profesi itu bukan diwarisi.

2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan jalani sepenuh waktu.


(28)

18

3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya profesi ini dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. Secara universal pegangannya diakui. 4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk dirinya sendiri. Profesi merupakan alat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat bukan untuk kepentingan diri sendiri, seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar kedudukan.

5. Profesi harus dilengkapi kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Kecakapan dan kompetensi ini diperlukan untuk meyakinkan peranprofesi itu terhadap kliennya.

6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melaksanakan tugas profesinya. Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya. Tidak boleh semua orang bicara dalam semua bidang.

7. Profesi hendaknya mempunyai kode etik, ini disebut kode etik profesi. Gunanya ialah untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas profesi. Kode etik ini tidak akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan masyarakat.

8. Profesi harus mempunyai klien yang jelas yaitu orang yang dilayani.

9. Profesi memerlukan organisasi untuk keperluan meningkatkan kualitas profesi tersebut.


(29)

10. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain. Sebenarnya tidak ada aspek kehidupan yang hanya ditangani oleh satu profesi. Hal ini mendorong seseorang memiliki spesialisasi.

2. Motivasi Belajar Agama Islam a. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 756)

Motivasi adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan kepada dirinya atau memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa kesakitan dan kesedihan kepadanya (Az-Za’balawi, 2007: 191).

Motivasi yang didefinisikan oleh Dr. Muhammad Utsman

Najaati ialah sebagai “kekuatan penggerak, yang membangkitkan

vitalitas pada diri makhluk hidup, menampilkan perilaku, dan mengarahkannya ke satu atau beberapa tujuan tertentu” (Az

-Za’balawi, 2007: 191).

Motivasi menurut Sardiman A.M, adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka


(30)

20

akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1992: 75).

Ngalim Purwanto mendifinisikan motivasi sebagai usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 1997: 73).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi mental seseorang yang mendorong, mengarahkan dan menentukannya melakukan aktifitas guna mencapai tujuan terntentu. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan hanya dapat disimpulkan ada, jika terdapat sesuatu yang sudah terlihat dan nyata terjadi.

b. Urgensi Motivasi

Motivasi melaksanakan fungsi yang penting bagi makhluk hidup. Motivasi berfungsi menjaga kelangsungan fungsi-fungsi fisiologis yang signifikan bagi kehidupan makhluk (manusia atau hewan) dan menyuplainya dengan energi yang diperlukan. Proses penciptaan keseimbangan internal terjadi secara hampir otomatis, tanpa intervensi dan perasaan atau kesadaran manusia dalam mengarahkan dan menggerakkannya.

Dibalik setiap tingkah laku tersembunyi ada satu atau beberapa motif tertentu yang menggerakkan, merangsang, dan


(31)

mengarahkannya ke arah satu tujuan tertentu. Dorongan seseorang untuk menerapkan akhlak mulia Islam, menuntut ilmu, atau berperilaku rendah, fasik, dan kotor serta aspek-aspek yang lain tidak mungkin dipahami dan ditafsirkan kecuali dengan mengasumsikan adanya motif-motif, berusaha memahaminya, mengkajinya, dan menafsirkannya (Az-Za’balawi, 2007: 191). c. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai (Winkel, 1986: 27).

Dalam pembahasan ini motivasi belajar dimaksudkan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menghubungkan aktivitas belajar yang akan menjaminn kelangsungan kegiatan belajar yang memberikan arah kepada aktivitas belajarnya sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dalam belajar akan tercapai.

d. Macam-Macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar, untuk mengetahui macam-macam motivasi, dapat dilihat dari berbagai macam segi (Zaini, 2012: 19), diantaranya:


(32)

22

1) Dilihat dari dasar pembentukannya, meliputi: a) Motif-motif Bawaan

Yang dimaksud adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ada tanpa dipelajari (Sardiman, 1992: 85). Ia adalah motif alami dan motif fitrah yang dibawa sejak lahir, termasuk motif ini misalnya dorongan untuk minum, makan, seksual, dam sebagainya.

b) Motif-motif yang dipelajari

Yang dimaksud ialah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Misalnya; dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam amsyarakat.

2) Dilihat dari datang atau timbulnya a) Motivasi instrinsik

Yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu tanpa ada pelaksanaan, dorongan orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama, dan negara. Siswa yang bermotivasi instrinsik mempunyai tujuan menjadi


(33)

orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu, dan lain sebagainya. Satu-satunya jalan menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi manusia terdidik. Oleh karena itu, ia belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. b) Motivasi ekstrinsik

Ialah motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat atau pengaruh dari luar individu atau karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan adanya kondisi demikian akhirnya dia mau melakukan sesuatu untuk belajar. Sebagai contoh: seseorang hendak belajar karena diminta oleh orang tuanya agar mendapat peringkat di kelasnya (Zaini, 2012: 20).

Motivasi intrinsik lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik. Sebab melalui motivasi instrinsik, belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan golongan dari individu atau siswa sehingga mereka belajar tanpa disuruh. Meskipun demikian motivasi ekstrinsik tidak dapat diabaikan. Ia harus ditumbuhkan dan


(34)

24

dirangsang sehingga menimbulkan motivasi instrinsik. Untuk dapat menimbulkan motivasi dalam belajar, Nasution (Zaini, 2012: 21) mengemukakan “bahwa hal tersebut dapat dilakukan seperti dengan memberi angka,

hadiah, saingan, hukuman, dan sebagainya”.

Sedangkan menurut Sadirman (2003: 74) motivasi belajar ada dua macam :

1) Motivasi Intrinsik

Yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh: seseorang yang senang membaca buku, tanpa perlu diminta pun ia sudah rajin mencari-cari buku untuk dibacanya.

2) Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktifdan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contoh: seseorang belajar karena tahu besok akan ada ujian dengan harapan memperoleh nilai baik sehingga akan dipuji oleh orang lain.

e. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar, karena berhasil tidaknya aktivitas belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi


(35)

dalam diri siswa. Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi aktivitas seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajar diantaranya ialah:

1. Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat. 2. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan ini akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.

3. Kondisi siswa

Kondisi ini meliputi kondisi jasmani dan rohani, seseorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan memudahkan pusat perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.


(36)

26

4. Kondisi lingkungan

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, tempat tinggal, prgaulan sebaya, dan kehidupan bermasyarakat.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Keseluruh lingkungan tersebut mengindikasikan motivasi belajar.

6. Upaya guru dalam mengajarkan siswa

Upaya guru dalam membelajarkna siswa terjadi di sekolah dan luar sekolah. Upaya pembelajaran sekolah meliputi hal-hal berikut: 1) menyelenggarakan tata tertib belajar di sekolah, 2) membina disiplin belajar di setiap kesempatan, 3) membina belajar tertib pergaulan, 4) membina belajar tertib lingkungan sekolah. Upaya pembelajaranguru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting


(37)

adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Upaya pendidikan belajar

tertib “tertib hidup” merupakan kerjasama sekolah dan

luar sekolah. f. Fungsi Motivasi

Adapun fungsi motivasi (Hamalik, 2001: 158) yaitu:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang dinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya pekerjaan.

Disamping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar itu akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.


(38)

28

3. Remaja

a. Pengertian Remaja

Makna remaja menurut Salzman, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (Dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (Independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai etika dan isu-isu moral. Batasan usia remaja menurut pendapat Elizabeth B. Hurlock adalah rentang usia 13-21 tahun (Astuti, 2003: 4).

Kata remaja menurut Harold Alberty (Makmun, 2004: 130) dalam buku Psikologi Kependidikan menyatakan bahwa:

Periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam suatu perkembangan yang dijalani oleh seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datang masa dewasanya. Secara tentatif pula para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung sekitar 11-13 tahun sampai 18-29 tahun menurut kalender kelahiran seseorang.

Dalam pengertian yang lain dikatakan:

Remaja adalah mereka yang meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan dialami. Dalam hal fisik-biologis maupun psikis atau kejiwaan. Mestrulasi pertama bagi perempuan dan keluarnya sperma dalam mimpi basah pertama bagi lak-laki adalah tonggak pertama dalam kehidupan manusia yang menunjukkan bahwa mereka sedang dalam perjalanan usia remaja yang indah dan penuh tanda tanya. Dalam pertumbuhan fisik-biologisnya, maka kemasakan hormon dalam tubuhnya sangat mempengaruhi kemasakan seksualnya dengan timbulnya dorongan-dorongan


(39)

seksual yang semakin hidup dan bergelora. Minat terhadap lawan jenis mulai berkembang dalam arti yang khusus, sedang dalam pengenalan diri sendiri masih sangat kurang. Perkembangan kejiwaan yang tidak mendapat penjelasan sebagaimana mestinya akan selalu merupakan pertanyaan yang mengganggu dan mengusik ketenangan hidup kaum remaja (Basri, 1996: 4-6).

Satu tantangan paling penting untuk remaja adalah penyesuaian diri terhadap perubahan tubuhnya. Koordinasi dan aktifitas fisik harus disesuaikan cepat-cepat, seperti tinggi, berat dan perubahan keterampilan. Tubuh harus diintegrasikan ke dalam kesan diri (self-image) yang ada. Kebiasaan baru harus dipelajari dan dikembangkan sebagai remaja yang menjadi orang dewasa dalam penampilannya, mereka menemukan diri mereka sendiri dan diharapkan untuk bertingkah laku sebagai orang dewasa tanpa memandang emosi, intelek, dan kematangan sosial mereka (Utami, 2010: 23).

b. Karakteristik Pertumbuhan Intelektual pada Masa Remaja

Pertumbuhan intelektual pada masa remaja berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada kuantitas dan kualitas kinerja akal. Itu karena kemampuan akal berkembang dengan lebih cepat bila dibandingkan dengan fase-fase sebelumnya, dimana kematangan akal menjadi sempurna pada akhir fase ini.

Perkembangan kemampuan akal ini merupakan faktor terpenting yang membantu remaja beradaptasi dengan dirinya dan lingkungan sosialnya. Syaratnya, tersedia pendidikan yang bagus


(40)

30

sertapengarahan yang sesuai dengan fase ini, dimana pertumbuhan akal memanikan peran yang sangat penting dalam kehidupan remaja selama terjadinya perubahan-perubahan fisik, mental, dan sosial (az-Za’balawi, 2007: 45).

Pemahaman remaja dengan pemahaman anak-anak sangat berbeda tentang seluruh fenomena kehidupan. Salah satu contoh ialah pemahaman mengenai pernikahan.

Pemahaman bocah mengenai pernikahan terfokus pada adegan-adegan yang dapat tertangkap oleh panca inderanya. Jadi pemahamannya terbatas pada cara walimah dan hiasan-hiasan yang dibuat pada acara ini. Pemahaman tentang fenomena ini pada masa kanak-kanak pun agak berbeda dengan pemahaman sebelumnya. Dari berulangnya fenomena ini, dia menyimpulkan bahwa pernikahan adalah faktor asasi bagi kelanjutan eksistensi manusia. Kesimpulan ini muncul dari pengetahuannya tentang berpasang-pasangannya binatanag yang dia ketahui dari pelajaran ilmu alam yang diterimanya di sekolah dasar.

Adapun pemahamannya di masa remaja berbeda pemehamannya pada masa kanak-kanak. Ruang lingkup pemahamannya semakin luas. Dia mulai memahami bahwa hidup berpasang-pasangan merupakan faktor yang berlaku atas seluruh makhluk hidup. Dia juga memahami sebab ketertarikan antara pria dan wanita, khususnya pada awal fase ini. Dia juga memahami bahwa sistem ini dalam kehidupan manusia merupakan ikatan suci yang mengikat sepasang insan dalam kehidupan, harapan, dan suka duka bersama, secara bersama-sama. Dia memahami dengan adanya ikatan ini, muncul hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri (az-Za’balawi, 2007: 58). Sedangkan dalam buku Psikologi Perkembangan (Hurlock, 1999: 206) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescere) (kata bendanya, adolencentia yang berarti remaja)


(41)

Orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, masa dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, misalnya ialah cara berpikir remaja yang ingin mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.

c. Perubahan Fisik Selama Remaja

Meskipun pertumbuhan fisik masih belum selesai pada saat masa puber berakhir, tingkat kecepatannya berkurang dalam amsa remaja dan perubahan-perubahan yang terjadi sekarang adalah perubahan internal, tidak banyak lagi perubahan-perubahan eksternal. Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh seks dan usia kematangan sehingga banyak menimbulkan keprihatinan bagi anak laki-laki dan perempuan (Hurlock, 1999: 240).

d. Perubahan Sosial Selama Remaja

Perubahan sosial yang penting dalam masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial.


(42)

32

e. Perubahan Emosi Selama Remaja

Menurut tradisi, masa remaja adalah periode dari

meningginya emosi, saat “badai tekanan”, namun hanya sedikit

bukti menunjukkan bahwa ini bersifat universal atau menonjol atau menetap seperti anggapan orang pada umumnya.

f. Perubahan Minat Selama Remaja

Minat yang paling penting dan paling universal remaja masa kini terbagi dalam tujuh kategori; minat rekreasi, minat pribadi dan sosial, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat agama dan minat pada simbol status.

g. Perubahan Moral Selama Remaja

Perubahan pokok dalam moralitas selama remaja terdiri dari mengganti konsep-konsep moral khusus dengan konsep-konsep moral tentang benar dan salah yang bersifat umum; membangun kode moral berdasarkan pada prinsip-prinsip moral individual; dan mengendalikan perilaku melalui perkembangan hati nurani.

h. Hubungan Remaja dengan Keluarga

Hubungan antara remaja dengan anggota keluarga cenderung merosot pada awal masa remaja meskipun hubungan-hubungan ini seingkali membaik menjelang berakhirnya masa remaja, terutama hubungan sesama remaja.


(43)

i. Kepribadian Remaja

Meskipun sebagian besar remaja ingin sekali memperbaiki kepribadian dengan harapan meningkatkan status mereka di dalam kelompok sosial, namun banyak kondisi yang mempengaruhi konsep diri berada di luar pengendalian mereka.

Di antara beberapa bahaya fisik masa remaja, bunuh diri menjadi semakin sering dan serius. Meskipun bahaya fisik lain seperti kecanggungan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya dan kesederhanaan yang seringkali diabaikan.

Bahaya psikologis utama dari masa remaja berkisar di sekitar kegagalan melaksanakan peralihan ke arah kematangan, yang merupakan tugas perkembangan terpenting dalam masa remaja.

Bidang-bidang dimana ketidakmatangan disebabkan kegagalan melakukan peralihan ke perilaku yang lebih matang, yang paling umum adalah perilaku sosial, seksual dan moral, dan ketidakmatangan dalam hubungan keluarga. Bila ketidakmatangan tampak jelas, maka dapat menimbulkan penolakan diri yang merusak penyesuaian pribadi dan sosial.

Sebagian besar orang dewasa mengenang masa remaja sebagai masa yang tidak bahagia. Sejumlah telaah tentang masa remaja menunjukkan bahwa hal ini berlaku selama awal masa remaja.


(44)

34

j. Urgensi Pendidikan Agama bagi Remaja

Pada usia inilah pendidikan agama sangat penting bsgi ksum remaja. Agama sebagai pembimbing, pengendali, pengontrol segala tingkah laku remaja. Sebab hanya agamalah yang dapat mengendalikan dan mengarahkan manusia ke jalan yang baik (Daradjat, 1995: 67).

Pendidikan agama pada remaja awal harus dapat mengatasi berbagai masalah dan gejolak kejiwaan yang timbul akibat pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi pada dirinya. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dan makna hidup beragama, maka ia akan menemukan jati dirinya. Dalam artian ia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya remaja yang gagal maka ia akan mengalami kebingungan atau kekacauan. Suasana kebingungan ini akan berakibat kurang baik bagi remaja dan cenderung kurang dapat menyesuaikan diri dengan dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.


(45)

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan model korelasional. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berkaitan data kuantitatif atau berupa angka-angka (Amirin, 1990: 119).

Pendekatan kuantitatif merupakan metode-metode untuk mengkaji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian, sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir pada penelitian ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan pembahasan (Creswell, 2008: 5).

1. Indikator Motivasi Belajar Agama

Muncul atau timbulnya motivasi pada seseorang dipengaruhi oleh dua, yakni motivasi Intrinsik (motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang muncul karena adanya dorongan dari orang lain atau rangsangan dari luar atau paksaan) (Sadirman, 2003: 74). Indikator ini digunakan untuk


(46)

36

mengukur seberapa besar minat atau motivasi belajar agama remaja Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.

2. Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan hipotesis yang ada maka variabel dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel bebas : Latar belakang profesi orang tua b) Variabel terikat : Motivasi belajar agama

Tabel. 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Agama

indikator Item

favorable unfavorable 1. Faktor dari

dalam diri sendiri (Intrinsik) a. Motivasi belajar b. Rasa percaya diri c. Disiplin d. Keuletan 1,2,20 5,6 11,12 14,15,17 3,4,10, 13,16 7,8,9 18, 19 2. Faktor dari

luar (Ekstrinsik) a. Metode belajar b. Lingkungan keluarga c. Lingkungan masyarakat 3,4,6 8,9,10,12,18 7,16,17,20,40 1,2,5 11,13,15,19 7,14,17

3. Definisi Operasional

a) Profesi menurut Schein, E.H (1962) profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang sangat khusus di masyarakat.

b) Motivasi belajar agama adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan


(47)

berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sadirman, 1992: 75).

4. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja muslim Ngrame tamantirto Kasihan Bantul

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2015: 81). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, yakni remaja muslim dengan kriteria usia 13-20 tahun.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode:

a. Angket atau Kuesioner

Angket adalah sejumlah pertanyaan atau penyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998: 140).

Metode ini dilakukan dengan cara memberikan butir-butir pertanyaan kepada responden yakni remaja muslim Ngrame Tamantirto dari usia 13-20 tahun yang diambil secara acak.


(48)

38

Kuesioner dalam penelitian ini termasuk kuesioner tertutup, artinya responden langsung menjawab pada jawaban yang telah disediakan (Hadi, 1995: 158) dengan memberi tanda check (√) pada jawaban yang dipilih, instrumen akan mengacu pada kisi-kisi setelah disusun.

Data dalam penelitian ini merupakan darta kuantitatif, maka setiap butir soal jawaban dari pernyataan diberi skor dalam bentuk modifikasi Skala Likert, yaitu:

Tabel 3.2.

Pernyataan

Skor

Positif (+) Negatif (-)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1980: 159). Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi obyektif). Jenis metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif (passive


(49)

participation), yaitu dengan mendatangi tempat penelitian, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2005: 66).

Metode ini dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian, guna meninjau dan mencatat serta mengontrol keadaan lokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

c. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data melalui tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Hadi dan Haryono, 1998: 97). Wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari subyek yang hendak diteliti.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data dari benda mati seperti catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata teknik pemeriksaan dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik dan himpun sesuai dengan tujuan fokus masalah (Sukmadinata, 2012: 221).

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang dituntut untuk menggunakan


(50)

40

angket, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari datanya. Maka dari itu penelitian ini ialah penelitian deskriptif kuantitatif yang disimpulkan menggunakan angka-angka secara faktual dan akurat tentang hubungan latar belakang profesi orang tua dengan motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul.

C. Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas

Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Sebuah instrumen dikatakan baik jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data variabel yang diteliti secara tepat.

a. Uji validitas item

Uji validitas item yaitu pengujian terhadap kualitas item-itemnya yang bertujuan untuk memilih item-item yang benar-benar telah selaras dan sesuai dengan faktor yang ingin diselidiki. Cara perhitungan uji coba validitas item yaitu dengan cara mengorelasikan skor tiap item dengan skor total item.


(51)

b. Uji korelasi antar faktor

Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS.

Rumus korelasi Product Moment yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

r

xy =

n ∑ xy –

( ∑ x )( ∑ y )

{ n ∑

x2

- (

x )

2

} { n

y

2

(

y )

2

}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.

xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan y. x = jumlah nilai setiap item.

y = jumlah nilai konstan. N = jumlah subyek penelitian. 2. Uji reliabilitas

Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan mengunakan teknik formula Alpha Cronbach (Suharsimi, 2010: 93). Dengan rumus:

r

11

= 2.r

1

/2

1

/2

(1+r

1

/2

1

/2)

Keterangan:

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.


(52)

42

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara profesi orang tua dengan motivasi belajar agama ialah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, dan cara perhitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS.

3. Uji Normalitas

Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila jumlah data di atas dan di bawah mean sama, demikian simpangan bakunya (Sujati, 2013: 111)

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kolmogrov Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.0. data dikatakan berdistribusi normal apabila p >0,05. Data dengan signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Sebaliknya jika signifikansi di atas 0,05 berarti data yang diuji tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, sehingga data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.

4. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS versi 16.0. uji korelasi digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih.


(53)

Untuk mengetahui tingkat signifikansi maka perlu dicocokkan hasil dari perhitungan r hitung dengan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel berarti terdapat hubungan secara signifikan.

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan antara latar belakang profesi orang tua dengan motivasi belajar agama Islam remaja muslim Dusun Ngrame Tamantirto.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara latar belakang profesi orang tua dengan motivasi belajar remaja muslim Dusun Ngrame Tamantirto.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul 1. Desa Tamantirto

Alamat : Jl. Kasihan- Bibis No.1 Tamantirto, Kasihan Bantul, DIY Kode Pos : 55183

No. Telepon : 370201 a. Pemerintahan

Jumlah Dusun : 10 Jumlah RT : 89 b.Personel Perangkat Desa

Lurah Desa : Wisnu Ardi

Carik Desa : Suharto, SH

Kepala Bagian Pemerintahan : Marsudi Staf Bagian pemerintahan : Tri Sugiyanto

Aria Panuntun Kepala Bagian Ekonomi Pembangunan : Mulyono Staf Bagian Ekonomi Pembangunan : Suroso

Riyanto

Kepala Bagian Keuangan : Agus Prihantoro

Staf Bagian Keuangan : Langgeng, SP


(55)

Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat : Sigit Rahmatullah Staf Bagian Kesejahteraan Masyarakat : Subari

Budi Raharjo Kepala Bagian Pelayanan : Sapta Marwan, ST Staf Bagian Pelayanan : Daman Rusdiyanto Kepala Tata Usaha BPD : Sukaryono, ST

Staf : Giyanto

Warsono

Dukuhan I Geblakan : Triyono

Dukuhan II Gatak : Supriyanto

Dukuhan III Ngebel : Heri Muryanto, ST

Dukuhan IV Ngrame : Doto

Dukuhan V Jetis : Dalbi

Dukuhan VI Jadan : Ponijo

Dukuhan VII Brajan : Wiji Wiyono

Dukuhan VIII Gonjen : Dra. Sumini

Dukuhan IX Kasihan :Mujari Mugi Santoso

Dukuhan X Kembaran : Binardi

c. Luas Wilayah

Luas Keseluruhan Desa : 672,00 Ha Luas Padukuhan I Geblakan : 92,180 Ha Luas Padukuhan II Gatak : 55,380 Ha Luas Padukuhan III Ngebel : 56,400 Ha


(56)

46

Luas Padukuhan IV Ngrame : 80,750 Ha Luas Padukuhan V Jetis : 76,710 Ha Luas Padukuhan VI Jadan : 60,100 Ha Luas Padukuhan VII Brajan : 66,270 Ha Luas Padukuhan VIII Gonjen : 64,010 Ha Luas Padukuhan IX Kasihan : 70,300 Ha Luas Padukuhan X Kembaran : 49,900 Ha

Tanah Kas Desa : 146,00 Ha

Tanah Tegalan/Sawah Kering/Kebun : 15,000 Ha

Bangunan/Pemukiman : 443,000 Ha

Tanah Lapangan : 5,000 Ha

Tanah pertanian : 174,000 Ha

d.Keadaan Alam Batas Wilayah

Utara : Desa Ambarketawang Selatan : Desa Bangunjiwo Barat : Desa Bangunjiwo Timur : Desa Tirtonirmolo e. Demografi

Jumlah Penduduk : 25.108 Jiwa Jumlah Kepala Keluarga : 7.149 Jiwa Jumlah Penduduk Laki-laki : 12.569 Jiwa Jumlah Penduduk Perempuan : 12.469 Jiwa


(57)

Kepadatan Penduduk : 3.736 Jiwa/Km2 Laju Pertumbuhan Penduduk : 1,8% /Tahun f. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah Kepala Keluarga Miskin : 1.131 KK Jumlah Penduduk Miskin : 2.628 Jiwa g. Jumlah Sumber Daya Manusia

SDM Usia Produktif : 20357 Jiwa SDM Pendidikan SMA : 3224 Jiwa SDM Pendidikan Diploma/DIII : 1155 Jiwa SDM Pendidikan S1 : 1534 Jiwa SDM Pendidikan S 2 : 471 Jiwa h.Kesehatan

Rumah Sakit : -

Puskesmas : -

Puskesmas Pembantu : 1 Poliklinik : - Praktek Dokter : 7 i. Infrastruktur

Kondisi Jalan

Jalan Aspal : 118 Km

Jalan Semen/Cor/Batu : 53 Km


(58)

48

j. Fasilitas Umum Gedung Umum

Sekolah PAUD : 8

Sekolah TK : 10

Sekolah SD : 11

Sekolah SMP : 1

Sekolah SMA : -

Perguruan Tinggi : 2 Makam

Jumlah Makam : 39

Luas Keseluruhan : 41.259 M2 Daya Tampung : 20.620 Jiwa

Data Prasarana Peribadatan

Masjid : 35

Mushalla : 6

Gereja/Kapel : 1

Pura : 1

Klenteng : -

k.Orbitrasi dan Jarak Tempuh

Jarak ke Ibukota Kecamatan : 0,5 Km

Jarak ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya : 5 Km

Jarak ke Ibukota Provinsi : 5 Km


(59)

Waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya : 30 Menit Waktu tempuh ke Ibukota Provinsi : ¼ Jam 2. Gambaran Umum Dukuh Ngrame

Letak Dukuh Ngrame sangat strategis, karena berada di sekitar kampus yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan kampus Alma Ata sehingga rata-rata mata pencaharian masyarakat Ngrame khususnya ialah Wiraswasta, yakni dengan membuka banyak warung makan dan jasa laundry serta penyewaan rumah atau kos-kosan, dan Buruh yakni banyak warga Ngrame yang menjadi karyawan di kampus sekitar, misalnya sebagai karyawan kebersihan, satpam, dan lain sebagainya. Banyaknya mahasiswa pendatang memberi keuntungan sendiri kepada masyarakat dukuh Ngrame. Hal ini bisa dibuktikan dengan makin bertambahnya warung makan yang dibuka, jasa laundry dan yang paling menonjol ialah selalu ada pembangunan tambahan untuk kos-kosan tiap tahun ajaran baru (wawancara dengan kepala dusun Ngrame, bapak Doto pada tanggal 26 Juni 2016).

Dusun Ngrame memiliki 5 RT:

RT I (Tegal Sari) : 105 KK RT II (Ngrame) : 130 KK RT III (Mranggen) : 76 KK RT IV (Tundan): -

RT V (Gunung Buthak) : 73 KK

Diketahui rata-rata profesi warga tiap RT sebagai berikut:

RT I : 1. PNS : 7 KK 2. Wiraswasta : 17 KK 3. Tani : 3 KK 4. Buruh : 59 KK 5. Lainnya : 19 KK


(60)

50

Gambar 4.1.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa dari 105 KK, rata-rata profesi warga Ngrame di RT 1 ialah buruh, yaitu sekitar 56% atau sebanyak 59 KK, kemudian yang kedua ialah pekerjaan lainnya (pekerjaan yang tidak masuk dalam empat kategori), yaitu sekitar 18% atau sebanyak 19 KK. Prosentase ketiga ialah wiraswasta, yaitu sekitar 16% atau sebanyak 17 KK, lalu yang keempat ialah PNS, yaitu sekitar 7% atau sebanyak 7 KK, kemudian yang terakhir ialah petani, yaitu sekitar 3% atau 3 KK.

RT II : 1. PNS : 6 KK 2. Wiraswasta : 31 KK 3. Tani : 1 KK 4. Buruh : 80 KK 5. Lainnya : 12 KK

Gambar 4.2.

PNS

7% Wiraswast a 16% Petani 3% Buruh 56% Lainnya 18%

Profesi RT 01

PNS 5% Wiraswasta 24% Petani 1% Buruh 61% Lainnya 9%


(61)

Dari 130 KK di RT 2, rata-rata pekerjaan atau profesi masyarakatnya ialah buruh, yaitu sekitar 61% atau sebanyak 80 KK, kemudian yang kedua ialah wiraswasta, yaitu sekitar 24% atau sebanyak 31 KK. Pada prosentase yang ketiga ialah lainnya, yaitu sekitar 9% atau sebanyak 12 KK, di prosentase keempat ialah PNS, yaitu sekitar 5% atau sebanyak 6 KK, dan yang terakhir ialah petani, yaitu sekitar 1% atau sebanyak 1 KK.

RT III : 1. PNS : 4 KK 2. Wiraswasta : 11 KK 3. Tani : 3 KK 4. Buruh : 54 KK 5. Lainnya : 4 KK

Gambar 4.3.

Dari 76 KK di RT 3 rata-rata pekerjaan atau profesi warganya ialah buruh yaitu sekitar 71% atau sebanyak 54 KK. Pada prosentase kedua ialah wiraswasta yaitu sekitar 15% atau sebanyak 11 KK, lalu yang ketiga ialah PNS dan pekerjaan lainnya yaitu sekitar 5% atau sebanyak 4 KK. Kemudian yang terakhir ialah petani yaitu sekitar 4% atau sebanyak 3 KK. RT IV : - tidak ditemukan datanya.

PNS

5% Wiraswasta 15% Petani

4% Buruh

71% Lainnya


(62)

52

RT V : 1. PNS : 0 KK 2. Wiraswasta : 11 KK 3. Tani : 0 KK 4. Buruh : 59 KK 5. Lainnya : 3 KK

Gambar 4.4.

Hasil penghitungan pada RT 5 dengan jumlah 73 KK, rata-rata pekerjaan atau profesi warganya ialah buruh yaitu sekitar 81% atau sebanyak 59 KK. Prosenntase kedua ialah wiraswasta yaitu sekitar 15% atau sebanyak 11 KK, kemudian yang keempat ialah pekerjaan lainnya yaitu sekitar 4% atau sebanyak 3 KK.

Dari keseluruhan data di atas, yaitu dari RT 1 – RT 5 menunjukkan bahwa rata-rata terbesar profesi masyarakat dusun Ngrame ialah Buruh. Hal menandakan bahwa keadaan ekonomi masyarakat Ngrame ialah sedang. Sesuai dengan wawancara dengan kepala dukuh Ngrame pada tanggal 26 Juni 2016 bahwa tngkat kesejahteraan masyarakat Ngrame hampir merata. Hasil wawancara ini dibuktikan dengan hasil penghitungan dari data yang peneliti dapatkan, yaitu dengan menghitung jumlah KK tiap RT dan dengan mengelompokkan profesi masyarakat di tiap RT, dan didapatkan profesi rata-rata masyarakat Ngrame ialah

PNS 0% Wiraswasta

15% Petani

0%

Buruh 81% Lainnya


(63)

buruh. Meskipun terdapat beberapa persen warga dengan tingkat ekonomi yang tinggi, namun tidak terlalu terlihat jelas kesenjangannya.

Kemudian profesi dengan prosentase paling sedikit di dusun Ngrame ialah petani. Hal ini dikarenakan jarang sekali dijumpai ladang atau sawah di sekitar dusun Ngrame khusunya.

B. Hasil Penelitian

1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas

Sebelum digunakan pada subyek penelitian yang sebenarnya, alat ukur yang digunakana dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk menyeleksi item-item mana sajakah yang valid dan reliabel agar dapat digunakan dalam penelitian. Uji coba dilaksanakana pada tanggal 4 Agustus 2016 dengan sampel 30 remaja muslim Ngrame.

Data yang diperoleh pada saat uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui kualitas dari alat ukur tersebut. Untuk perhitungan analisis motivasi belajar agama menggunakan bantuan komputer dengan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 16.0 for windows.

Setelah dilakukan uji coba pada 30 responden dengan taraf signifikansi 5% diperoleh bahwa dari 40 item soal yang diujikan terdapat 27 soal yang valid. Adapun hasil uji validitas yang dibantu program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:


(64)

54

Tabel 4.1.

Item validitas motivasi belajar agama No Item Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan

1 0,534 0,361 Valid

2 0,519 0,361 Valid

3 -0,558 0,361 Valid

4 0,527 0,361 Valid

5 0,532 0,361 Valid

6 0,718 0,361 Valid

7 0,481 0,361 Valid

8 0,813 0,361 Valid

9 0,820 0,361 Valid

10 0,903 0,361 Valid

11 0,809 0,361 Valid

12 0,676 0,361 Valid

13 0,597 0,361 Valid

14 0,886 0,361 Valid

15 0,869 0,361 Valid

16 0,836 0,361 Valid

17 0,839 0,361 Valid

18 0,660 0,361 Valid

19 -0,700 0,361 Valid

20 0,724 0,361 Valid

21 0,888 0,361 Valid

22 0,492 0,361 Valid

23 0,612 0,361 Valid

24 0,841 0,361 Valid

25 0,708 0,361 Valid

26 0,548 0,361 Valid

27 0,590 0,361 Valid

Adapun tiga belas instrumen yang tidak valid yaitu 4,5,13,14,15,16,24,26,34,36,37,38,40.

Terlihat bahwa seluruh item soal telah valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Dikarenakan seluruh item soal telah dinyatakan valid, maka seluruh item ini digunakan untuk penelitian selanjutnya. Dari hasil ini layak untuk digunakan dalam penelitian.


(65)

b. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS versi 16.0. hasil uji reliabilitas pada kuesioner penelitian ini sebagai berikut:

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.927 27

Kuesioner yang dikatakan reliabel adalah apabila memiliki nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6 (Haryadi, 2011: 45).

Dari hasil perhitungan uji reliabilitas untuk instrumen motivasi belajar agama didapatkan sebesar 0,927. Oleh karena itu perhitungan uji reliabilitas kuesioner pada penelitian ini dinyatakan reliabel karena memiliki nilai koefisien lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen pada penelitian ini sudah baik.

C. Profesi Orang Tua

Untuk mengetahui motivasi belajar remaja muslim berdasarkan latar belakang profesi orang tua dusun Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul yang diambil dari hasil kuesioner, maka dapat dibagi sebagai berikut:


(66)

56

Tabel 4.1.

Profesi orang tua remaja muslim Ngrame

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram profesi orang tua di bawah ini:

Statistics

profesi orangtua

N Valid 30

Missing 0

Mean 2.80

Std. Error of Mean .206

Median 2.00

Mode 2a

Std. Deviation 1.126

Variance 1.269

Range 3

Minimum 1

Maximum 4

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa semua data telah diproses. Diketahui N atau jumlah data yang valid adalah 30 buah, sedangkan data yang hilang (missing) ialah 0. Rata-rata yang di dapat ialah 2,80 dengan Standar

No Profesi Orang Tua

Jumlah responden

Prosentase

1. PNS 3 orang 10%

2. Wirasasta 13 orang 43,33%

3. Petani 1 orang 3,33%


(67)

Deviasi sebesar 1,126 yang dapat diartikan bahwa data tersebut heterogen, karena jumlahnya lebih besar dari rata-rata hitung (Mean). Standar error mean sebesar 0,206 yang menggambarkan atau sebagai estimasi rata-rata keseluruhan kemungkinan sampel (rata-rata populasi).

Gambar 4.5..

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata profesi orang tua remaja Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul yang dijadikan sebagai sampel dari beberapa RT ialah Swasta yaitu sebanyak 13 orang atau 43%. Hasil ini sama dengan hasil observasi sebelumnya (observasi pada tanggal 27 Juni 2016) serta hasil wawancara dengan kepala dukuh Ngrame pada tanggal 26 juni 2016 yang menyatakan bahwa sebagian besar profesi masyarakat Ngrame adalah Wiraswasta atau lebih kurang membuka usaha pribadi di sekitar dusun, juga banyak yang menjadi guru swasta dan karyawan swasta.

Selain wiraswasta, buruh mendapatkan prosentase yang sama yaitu 43% atau 13 orang dari sampel yang diambil dari beberapa RT dari sampel yang

PNS 10%

Swasta 43%

Petani 3%

Buruh 43%

Profesi Orang Tua Remaja

Ngrame


(68)

58

diambil, ada beberapa yang profesi orang tuanya ialah buruh harian lepas, dalam artian tidak memiliki pekerjaan yang tetap, hanya memanfaatkan peluang pekerjaan yang ada. Selebihnya ada yang menjadi buruh atau karyawan di pabrik dan di kantor-kantor serta di beberapa universitas (wawancara dengan remaja Ngrame (nama tidak disebutkan) pada tanggal 5 Agustus 2016).

Kemudian untuk prosentase paling kecil ialah petani ialah sekitar 3% atau hanya terdapat satu orang yang profesi orang tuanya sebagai petani. Hasil ini didukung dengan hasil penghitungan prosentase profesi orang tua di halaman sebelumnya yang menunjukkan bahwa profesi paling sedikit di dusun Ngrame ialah petani.

D. Motivasi Belajar Agama

Berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen skala motivasi belajar agama, diperoleh respon dari variabel motivasi belajar agama yang diukur dari dua indikator, yaitu faktor Intrinsik Motivasi dan Faktor Ektrinsik Motivasi, yang terdiri dari 40 pertanyaan, dengan 21 item favorable dan 19 item unfavorable dan lalu dijawab oleh 30 responden. Dari hasil pengolahan data skala motivasi belajar agama diperoleh rata-rata 131,27 dan standar deviasi sebesar 17,041.


(69)

Statistics

motivasi belajar

N Valid 30

Missing 0

Mean 85.93

Std. Error of Mean 2.959

Median 89.00

Mode 69

Std. Deviation 16.210

Variance 262.754

Range 45

Minimum 65

Maximum 110

Sum 2578

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa semua data telah diproses. Diketahui N atau jumlah data yang valid adalah 30 buah, sedangkan data yang hilang (missing) ialah 0. Rata-rata yang di dapat ialah 85,93 dengan Standar Deviasi sebesar 16,210 yang dapat diartikan bahwa data tersebut heterogen, karena jumlahnya lebih besar dari rata-rata hitung (Mean). Standar error mean sebesar 2,959 yang menggambarkan atau sebagai estimasi rata-rata keseluruhan kemungkinan sampel (rata-rata populasi).

Dalam pengkategorian variabel motivasi belajar agama didasarkan pada nilai ideal yaitu skor maksimal ideal adalah 110, kemudian skor terendah atau minimalnya ialah 65.


(70)

60

Setelah diketahui besarnya nilai maksimal adalah 110 dan nilai minmalnya adalah 65 dengan demikian rata-rata ideal (Mi) = ½ (110+60) = 85 serta simpangan baku ideal (Sbi) = 1/6 (110-65) = 7,5 atau dibulatkan menjadi 7 (Anwar, 2002: 163).

Untuk mengetahui tingkat presentase pada setiap pernyataan yang ada pada kuesioner maka digunakan rumus tabel frekuensi sebagai berikut (Hadi, 1989: 135).

X = ½ (skor tertinggi + skor terendah) X = 85

SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) SDi = 7

Kategori tinggi = (X+1SDi) –(X+3SDi) (85+7) – (85+3x7) (92) – (106)

Kategori sedang = (X-1SDi) – (S+1SDi) (85-7) – (85+7) (78) – (92)

Kategori rendah = (X-3sSDi) – (X-1SDi) (85-3x7) – (85-7) (64) – (78)


(71)

Tabel 4.2.

Motivasi Belajar Agama No Frekuensi Prosentase Kategori

1 14 47% Rendah

2 1 3% Sedang

3 15 50% Tinggi

Dan dibuktikan dengan gambar tingkat motivasi belajar agama sebagai berikut:

Gambar 4.7.

Tingkat Motivasi Belajar Agama

Dari tabel dan gambar di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 14 remaja atau 47% memiliki motivasi belajar agama yang rendah, 1 remaja atau 3% memiliki motivasi belajar agama sedang, dan 15 remaja atau 50% memiliki motivasi belajar agama yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul termasuk dalam kategori tinggi karena dalam tabel dan giagram pie

Rendah 47%

Sedang 3% Tinggi

50%

Motivasi Belajar Agama Remaja Muslim Ngrame


(72)

62

tersebut menunjukkan jumlah yang paling banyak yaitu 50% atau 15 remaja dengan kategori motivasi belajar agama tinggi.

E. Uji Hipotesis

Setelah melakukan pengujian kepada seluruh variabel, maka dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut dapat berupa pernyataan tentang adanya hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan atau komparasi dan variabel mandiri (Sujati, 2013: 131). Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana dengan teknik Korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan SPPS ver 16.0.

Cara pengujian hipotesis adalah dengan membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka nilai r yang didapatkan dinyatakan signifikan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 sehingga dapat dilihat r tabelnya ialah 0,361

Hipotesis yang diajukan adalah hipotesis asli (Ha) yaitu “ada

hubungan antara latar belakang profesi orang tua dengan motivasi belajar

agama remaja muslim Ngrame Tamantirto Kasihan Bantul”.

Ketentuan dalam menguji hipotesis adalah:

a. Jika r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.


(1)

yang senang juga belajar agama.

28. Apabila melihat ayah dan ibu membaca buku agama, saya juga ikut membacanya.

29. Orang tua saya selalu memantau perkembangan belajar saya, terutama pelajaran agama.

30. Selain ilmu umum, orang tua saya selalu mengajarkan kepada saya akan pentingnya pelajaran agama.

31. Saya tidak tertarik akan kegiatan keagamaan apa pun yang dikerjakan orang tua saya jika mereka tidak mengajak saya.

32. Orang tua saya selalu menyempatkan diri untuk belajar agama bersama anak-anaknya dan anggota keluarga yang lain.

33. Saya tidak pernah dimarahi orang tua saya meskipun nilai agama saya sangat rendah.

34. Saya terbiasa hidup di lingkungan masyarakat yang tidak rajin beribadah.

35. Orang tua saya mengarahkan saya untuk belajar agama saat saya masih kecil saja.

36. Warga kampung saya adalah warga yang taat akan agama.

37. Jika saya melanggar adat agama di kampung, saya akan merasa sangat malu.

38. Orang tua saya selalu memberikan hadiah atau apresiasi yang besar saat nilai agama saya bagus. 39. Orang tua saya sangat sibuk, sehingga tidak sempat

mengajak saya belajar agama bersama.

40. Hampir tidak ada orang yang tidak paham agama di kampung saya.


(2)

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara Kepala Dukuh Ngrame

1. Kira-kira jumlah seluruh KK di dusun Ngrame ini berapa? 2. Apa saja profesi warga dusun Ngrame?

3. Profesi yang prosentasenya paling besar apa?

4. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dusun Ngrame? 5. Aktivitas keagamaan apa saja yang ada di dusun Ngrame?

6. Kondisi atau keadaan remajanya bagaimana? Apakah sering terjadi juga kasus-kasus kenakalan remaja yang umum terjadi, misalny tawuran dan sebagainya?

7. Kegiatan keagamaan rutin yang diikuti remaja dusun Ngrame apa saja? Rutin tidak? Kehadirannya bagaimana?

8. Menurut bapak, bagaimana motivasi remaja dusun Ngrame dalam belajar agama?


(3)

(4)

Case Processing Summary N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(5)

Lampiran Deskriptif Statistik

TOTAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 65 1 3.3 3.3 3.3

69 7 23.3 23.3 26.7

70 3 10.0 10.0 36.7

71 2 6.7 6.7 43.3

77 1 3.3 3.3 46.7

85 1 3.3 3.3 50.0

93 1 3.3 3.3 53.3

94 1 3.3 3.3 56.7

95 1 3.3 3.3 60.0

96 1 3.3 3.3 63.3

99 4 13.3 13.3 76.7

100 1 3.3 3.3 80.0

102 1 3.3 3.3 83.3

106 1 3.3 3.3 86.7

107 2 6.7 6.7 93.3

110 2 6.7 6.7 100.0


(6)

LAMPIRAN KORELASI PRODUCT MOMENT

Correlations

profesi motivasi

profesi Pearson Correlation 1 -.943**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

motivasi Pearson Correlation -.943** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30