Analisis pemilihan dan penentuan jumlah kebutuhan perontok kedelai mekanis pada tingkat wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPPP di kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur)
KEBUTUHAW PEROWTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TlMGKAT WILAYAN KERJA PENYULUH PERTANIAN
Dl KABUPATEH WGAWI, PROPlNSl J A W A TlMUR
Oleh
SYAMSUL ARlFlN
F 26. 0875
1 9 9 6
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
WKPP 1
SYAMSUL ARIFIN.
Analisis Pemilihan dan Penentuan Jumlah
Kebutuhan Perontok Kedelai Mekanls pada Tingkat Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur (Di bawah bimbingan MOELJARNO DJOJOMARTON0 sebagai Pembimbing I dan SETYO PERTIWI sebagai Pembimbing 11).
RINGKASAN
Susut pada perontokan kedelai dengan cara tradisional
dapat mencapai 7 % sehingga merupakan kerugian yang cukup
besar bagi petani.
.Perontok kedelai mekanis ternyata
mampu menurunkan susut kedelai sampai 0.5 %.
upaya
sosialisasi
teknologi
Akan tetapi,
perontokan mekanis
banyak
berhadapan dengan faktor-faktor kendala di dalam masyarakat petani baik kendala ekonomi, teknologi, sosial, dan
kondisi disain alat.
Kendala tersebut juga dihadapkan
dengan ketersediaan beberapa alternatif perontok mekanis
yang ada di pasaran.
Pemilihan perontok mekanis yang
tepat untuk suatu wilayah perlu dipelajari untuk selanjutnya dihitung jumlah kebutuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pilihan unit
perontok mekanis yang tepat dimiliki petani pada tingkat
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) dan menentukan
jumlah alat yang dibutuhkan di Kabupaten Ngawi, Propinsi
Jawa Timur.
Pemilihan perontok kedelai mekanis yang tepat dilakukan menggunakan metode Proses Analisa Berjenjang.
Diguna-
kan 4 (empat) kriteria pemilihan, yakni ekonomi,
teknolo-
gi, sosial, dan disain.
Kriteria ekonomi meliputi sub-
kriteria harga beli alat dan biaya perontokan.
Kriteria
teknologi meliputi sub-kriteria kebutuhan tenaga motor,
ketersediaan sparepart di pasaran, dan kapasitas perontokan.
Kriteria sosial hanya melibatkan adanya konsekuensi
substitusi tenaga kerja buruh akibat penggunaan perontok
mekanis.
Kriteria disain mencakup sub-kriteria pemilikan
roda dan tingkat kegunaan (multiguna atau tidak).
Perontok kedelai mekanis yang cocok untuk seluruh WKPP
yang dipelajari adalah perontok alternatif C buatan PT.
Agrindo, Sidoarjo dari empat tipe perontok alternatif yang
dipilih.
Perontok ini mempunyai kapasitas perontokan 550
kg/jam dengan biaya perontokan per kwintal hasil analisa
sebesar Rp. 1495,-, membutuhkan tenaga diesel 6.5
-
7 Hp,
dan didisain memiliki dua buah roda.
Penentuan jumlah kebutuhan alat dihitung untuk tahun
1996, 1997, dan 1998 berdasarkan pada
jumlah produksi
dugaan tingkat kecamatan yang selanjutnya dibagi terhadap
proporsi
rata-rata produksi
kedelai dari
masing-masing
WRPP dengan mempertimbangkan faktor koreksi pada tiap-tiap
WKPP
dan
jam kerja alat per tahun.
Di WKPP Padas-1, walaupun merupakan penghasil kedelai
terbesar untuk tahun 1996, 1997 dan tahun 1998, yakni
berturut-turut
sebesar
2978,17
ton,
3090,29
3202,41 ton hanya dibutuhkan perontok
terpilih sebanyak 9 buah.
ton,
dan
kedelai mekanis
Di WKPP Beringin-1, dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-turut sebesar
1617,6 ton, 1710,67 ton, dan 1803,74 ton dibutuhkan 6 buah
perontok kedelai mekanis terpilih.
Di WKPP Beringin-2, dengan produksi kedelai dugaan
untuk 3 tahun yang sama berturut-turut sebesar
1683,62
ton, 1780,5 ton, dan 1877,37 ton dibutuhkan 5 buah perontok kedelai mekanis.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 10 buah perontok kedelai
mekanis untuk selama tahun 1996 sampai 1998 dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun tersebut berturut-turut
sebesar 1888,6 ton, 1959,7 ton, dan 2030,8 ton.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 21 buah perontok pada tahun
1996, 22 buah pada tahun 1997 dan 23 buah pada tahun 1998
yang berarti dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997
dan 1998. Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997
dan 1998 berturut-turut sebesar 2397,07 ton, 2467,31 ton,
dan 2577'55 ton.
Di WKPP Karangjati-2
,
dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut sebesar
1116,07 ton, 1181,21 ton, dan 1246,35 ton membutuhkan 4
buah perontok selama tiga tahun tersebut.
Di WKPP Ngawi-1 juga dibutuhkan 4 buah perontok kedelai mekanis dengan produksi kedelai dugaan untuk tahun
1996, 1997 dan 1998 berturut-turut 963,77 ton, 995,63 ton,
dan 1027,53 ton.
DI
WKPP
Ngawi-2, dibutuhkan alat perontok
kedelai
mekanis sebanyak 19 buah pada tahun 1996, 20 buah pada
tahun 1997, dan 21 buah pada tahun 1998. Dengan demikian
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997 dan tahun 1998.
Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997, dan 1998
berturut-turut 2359,57 ton, 2437,59 ton dan 2515,67 ton.
Di WKPP Paron-1, dibutuhkan 8 buah perontok mekanis
selama
tahun
1996 sampai
1998 dengan
jumlah
produksi
kedelai dugaan berturut-turut 1086,9 ton, 1122,49 ton, dan
1158,07 ton.
Di WKPP
Paron-2, dibutuhkan 4 buah perontok
untuk
tahun 1996 sampai 1998 ditambah sebuah tambahan pada tahun
1998
dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun terse-
but berturut-turut 863,95 ton, 892,24 ton, dan 920,52 ton.
Di WKPP Paron-4 dibutuhkan 3 buah perontok mekanis
selama tahun
1996 sampai
1998 dengan produksi
kedelai
dugaan berturut-turut 557,38 ton, 575,64 ton, dan 593,88
ton.
DL
WKPP
Karangjati-3
dibutuhkan
kedelai mekanis pada tahun 1996.
12
buah
perontok
Pada tahun 1997 dan 1998
dibutuhkan 13 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997.
Di WKPP Karangjati-1 dibutuhkan 6 buah perontok kedelai mekanis selama tahun 1996 dan 1997.
Pada tahun 1998
dibutuhkan 7 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1998.
Kekurangan penilitian ini yang sekaligus sebagai saran
adalah : (1)
Analisa ekonomi seharusnya mengikutsertakan
seluruh kornoditi serealia
yang dapat dirontokkan
setiap perontok multiguna. ( 2 )
seharusnya
oleh
Analisa bagi aspek teknis
rnengikutsertakan faktor
efisiensi
dari semua alternatif alat yang digunakan.
perontokan
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969 di Pamekasan, Madura, Propinsi Jawa Timur. Penulis merupakan putera
ketiga
dari
Suja'i
dan
Jahriyah
(almarhumah) dari
7
(tujuh) orang bersaudara.
Penulis telah menempuh pendidikan sejak tingkat dasar
(SD) di kampung halaman selama enam tahun, tingkat menengah
(SMP
dan
SMA)
masing-masinq
selama
tiga
tahun.
Selanjutnya berkat bimbingan Allah SWT diterima menjadi
mahasiswa Institut Pertanin Bogor (IPB) melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 1989.
ANALISIS PEMILIHAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WILAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN ( W P )
DI KABWATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TIMUR
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANlAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
1996
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Bogor
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PEMILMAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WlLAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN (WKPP)
Dl KABUPATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TlMUR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANlAN
Fakultas Telinologi Pertanian
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969
di Pamekasan
tanggal lulus :22 Agustus 1996
Disetujui :
Bogor, Nopember 1996
KATA PENGANTAR
Segala pujian adalak hak dan kepunyaan Allah SWT, maka
penulis memuji Allah dan bersyukur atas karunia-Nya yang
besar yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan
skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam untuk Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang mulia
serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi
ini
ditulis
berdasarkan
hasil
survey
dan
pengamatan yang telah penulis lakukan selama kurang lebih
dua bulan, mulai pertengahan bulan Juli sampai awal September 1995 di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Dengan telah selesainya survey dan pengamatan serta
penulisan skripsi ini, maka penulis hendak menyampaikan
ucapan terima kasih Kepada :
1.
Dr. Moeljarno Djojomartono, MSA. Ketua Laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. (SMMP),
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pembimbing utama.
2.
Dr. Setyo Pertiwi, staf dosen pada Laboratorium
Sistem
Menajemen
Mekanisasi
Pertanian
(SMMP,
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pernbimbing pendamping.
KEBUTUHAW PEROWTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TlMGKAT WILAYAN KERJA PENYULUH PERTANIAN
Dl KABUPATEH WGAWI, PROPlNSl J A W A TlMUR
Oleh
SYAMSUL ARlFlN
F 26. 0875
1 9 9 6
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
WKPP 1
SYAMSUL ARIFIN.
Analisis Pemilihan dan Penentuan Jumlah
Kebutuhan Perontok Kedelai Mekanls pada Tingkat Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur (Di bawah bimbingan MOELJARNO DJOJOMARTON0 sebagai Pembimbing I dan SETYO PERTIWI sebagai Pembimbing 11).
RINGKASAN
Susut pada perontokan kedelai dengan cara tradisional
dapat mencapai 7 % sehingga merupakan kerugian yang cukup
besar bagi petani.
.Perontok kedelai mekanis ternyata
mampu menurunkan susut kedelai sampai 0.5 %.
upaya
sosialisasi
teknologi
Akan tetapi,
perontokan mekanis
banyak
berhadapan dengan faktor-faktor kendala di dalam masyarakat petani baik kendala ekonomi, teknologi, sosial, dan
kondisi disain alat.
Kendala tersebut juga dihadapkan
dengan ketersediaan beberapa alternatif perontok mekanis
yang ada di pasaran.
Pemilihan perontok mekanis yang
tepat untuk suatu wilayah perlu dipelajari untuk selanjutnya dihitung jumlah kebutuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pilihan unit
perontok mekanis yang tepat dimiliki petani pada tingkat
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) dan menentukan
jumlah alat yang dibutuhkan di Kabupaten Ngawi, Propinsi
Jawa Timur.
Pemilihan perontok kedelai mekanis yang tepat dilakukan menggunakan metode Proses Analisa Berjenjang.
Diguna-
kan 4 (empat) kriteria pemilihan, yakni ekonomi,
teknolo-
gi, sosial, dan disain.
Kriteria ekonomi meliputi sub-
kriteria harga beli alat dan biaya perontokan.
Kriteria
teknologi meliputi sub-kriteria kebutuhan tenaga motor,
ketersediaan sparepart di pasaran, dan kapasitas perontokan.
Kriteria sosial hanya melibatkan adanya konsekuensi
substitusi tenaga kerja buruh akibat penggunaan perontok
mekanis.
Kriteria disain mencakup sub-kriteria pemilikan
roda dan tingkat kegunaan (multiguna atau tidak).
Perontok kedelai mekanis yang cocok untuk seluruh WKPP
yang dipelajari adalah perontok alternatif C buatan PT.
Agrindo, Sidoarjo dari empat tipe perontok alternatif yang
dipilih.
Perontok ini mempunyai kapasitas perontokan 550
kg/jam dengan biaya perontokan per kwintal hasil analisa
sebesar Rp. 1495,-, membutuhkan tenaga diesel 6.5
-
7 Hp,
dan didisain memiliki dua buah roda.
Penentuan jumlah kebutuhan alat dihitung untuk tahun
1996, 1997, dan 1998 berdasarkan pada
jumlah produksi
dugaan tingkat kecamatan yang selanjutnya dibagi terhadap
proporsi
rata-rata produksi
kedelai dari
masing-masing
WRPP dengan mempertimbangkan faktor koreksi pada tiap-tiap
WKPP
dan
jam kerja alat per tahun.
Di WKPP Padas-1, walaupun merupakan penghasil kedelai
terbesar untuk tahun 1996, 1997 dan tahun 1998, yakni
berturut-turut
sebesar
2978,17
ton,
3090,29
3202,41 ton hanya dibutuhkan perontok
terpilih sebanyak 9 buah.
ton,
dan
kedelai mekanis
Di WKPP Beringin-1, dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-turut sebesar
1617,6 ton, 1710,67 ton, dan 1803,74 ton dibutuhkan 6 buah
perontok kedelai mekanis terpilih.
Di WKPP Beringin-2, dengan produksi kedelai dugaan
untuk 3 tahun yang sama berturut-turut sebesar
1683,62
ton, 1780,5 ton, dan 1877,37 ton dibutuhkan 5 buah perontok kedelai mekanis.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 10 buah perontok kedelai
mekanis untuk selama tahun 1996 sampai 1998 dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun tersebut berturut-turut
sebesar 1888,6 ton, 1959,7 ton, dan 2030,8 ton.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 21 buah perontok pada tahun
1996, 22 buah pada tahun 1997 dan 23 buah pada tahun 1998
yang berarti dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997
dan 1998. Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997
dan 1998 berturut-turut sebesar 2397,07 ton, 2467,31 ton,
dan 2577'55 ton.
Di WKPP Karangjati-2
,
dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut sebesar
1116,07 ton, 1181,21 ton, dan 1246,35 ton membutuhkan 4
buah perontok selama tiga tahun tersebut.
Di WKPP Ngawi-1 juga dibutuhkan 4 buah perontok kedelai mekanis dengan produksi kedelai dugaan untuk tahun
1996, 1997 dan 1998 berturut-turut 963,77 ton, 995,63 ton,
dan 1027,53 ton.
DI
WKPP
Ngawi-2, dibutuhkan alat perontok
kedelai
mekanis sebanyak 19 buah pada tahun 1996, 20 buah pada
tahun 1997, dan 21 buah pada tahun 1998. Dengan demikian
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997 dan tahun 1998.
Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997, dan 1998
berturut-turut 2359,57 ton, 2437,59 ton dan 2515,67 ton.
Di WKPP Paron-1, dibutuhkan 8 buah perontok mekanis
selama
tahun
1996 sampai
1998 dengan
jumlah
produksi
kedelai dugaan berturut-turut 1086,9 ton, 1122,49 ton, dan
1158,07 ton.
Di WKPP
Paron-2, dibutuhkan 4 buah perontok
untuk
tahun 1996 sampai 1998 ditambah sebuah tambahan pada tahun
1998
dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun terse-
but berturut-turut 863,95 ton, 892,24 ton, dan 920,52 ton.
Di WKPP Paron-4 dibutuhkan 3 buah perontok mekanis
selama tahun
1996 sampai
1998 dengan produksi
kedelai
dugaan berturut-turut 557,38 ton, 575,64 ton, dan 593,88
ton.
DL
WKPP
Karangjati-3
dibutuhkan
kedelai mekanis pada tahun 1996.
12
buah
perontok
Pada tahun 1997 dan 1998
dibutuhkan 13 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997.
Di WKPP Karangjati-1 dibutuhkan 6 buah perontok kedelai mekanis selama tahun 1996 dan 1997.
Pada tahun 1998
dibutuhkan 7 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1998.
Kekurangan penilitian ini yang sekaligus sebagai saran
adalah : (1)
Analisa ekonomi seharusnya mengikutsertakan
seluruh kornoditi serealia
yang dapat dirontokkan
setiap perontok multiguna. ( 2 )
seharusnya
oleh
Analisa bagi aspek teknis
rnengikutsertakan faktor
efisiensi
dari semua alternatif alat yang digunakan.
perontokan
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969 di Pamekasan, Madura, Propinsi Jawa Timur. Penulis merupakan putera
ketiga
dari
Suja'i
dan
Jahriyah
(almarhumah) dari
7
(tujuh) orang bersaudara.
Penulis telah menempuh pendidikan sejak tingkat dasar
(SD) di kampung halaman selama enam tahun, tingkat menengah
(SMP
dan
SMA)
masing-masinq
selama
tiga
tahun.
Selanjutnya berkat bimbingan Allah SWT diterima menjadi
mahasiswa Institut Pertanin Bogor (IPB) melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 1989.
ANALISIS PEMILIHAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WILAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN ( W P )
DI KABWATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TIMUR
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANlAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
1996
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Bogor
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PEMILMAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WlLAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN (WKPP)
Dl KABUPATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TlMUR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANlAN
Fakultas Telinologi Pertanian
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969
di Pamekasan
tanggal lulus :22 Agustus 1996
Disetujui :
Bogor, Nopember 1996
KATA PENGANTAR
Segala pujian adalak hak dan kepunyaan Allah SWT, maka
penulis memuji Allah dan bersyukur atas karunia-Nya yang
besar yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan
skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam untuk Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang mulia
serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi
ini
ditulis
berdasarkan
hasil
survey
dan
pengamatan yang telah penulis lakukan selama kurang lebih
dua bulan, mulai pertengahan bulan Juli sampai awal September 1995 di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Dengan telah selesainya survey dan pengamatan serta
penulisan skripsi ini, maka penulis hendak menyampaikan
ucapan terima kasih Kepada :
1.
Dr. Moeljarno Djojomartono, MSA. Ketua Laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. (SMMP),
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pembimbing utama.
2.
Dr. Setyo Pertiwi, staf dosen pada Laboratorium
Sistem
Menajemen
Mekanisasi
Pertanian
(SMMP,
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pernbimbing pendamping.
PADA TlMGKAT WILAYAN KERJA PENYULUH PERTANIAN
Dl KABUPATEH WGAWI, PROPlNSl J A W A TlMUR
Oleh
SYAMSUL ARlFlN
F 26. 0875
1 9 9 6
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
WKPP 1
SYAMSUL ARIFIN.
Analisis Pemilihan dan Penentuan Jumlah
Kebutuhan Perontok Kedelai Mekanls pada Tingkat Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur (Di bawah bimbingan MOELJARNO DJOJOMARTON0 sebagai Pembimbing I dan SETYO PERTIWI sebagai Pembimbing 11).
RINGKASAN
Susut pada perontokan kedelai dengan cara tradisional
dapat mencapai 7 % sehingga merupakan kerugian yang cukup
besar bagi petani.
.Perontok kedelai mekanis ternyata
mampu menurunkan susut kedelai sampai 0.5 %.
upaya
sosialisasi
teknologi
Akan tetapi,
perontokan mekanis
banyak
berhadapan dengan faktor-faktor kendala di dalam masyarakat petani baik kendala ekonomi, teknologi, sosial, dan
kondisi disain alat.
Kendala tersebut juga dihadapkan
dengan ketersediaan beberapa alternatif perontok mekanis
yang ada di pasaran.
Pemilihan perontok mekanis yang
tepat untuk suatu wilayah perlu dipelajari untuk selanjutnya dihitung jumlah kebutuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pilihan unit
perontok mekanis yang tepat dimiliki petani pada tingkat
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) dan menentukan
jumlah alat yang dibutuhkan di Kabupaten Ngawi, Propinsi
Jawa Timur.
Pemilihan perontok kedelai mekanis yang tepat dilakukan menggunakan metode Proses Analisa Berjenjang.
Diguna-
kan 4 (empat) kriteria pemilihan, yakni ekonomi,
teknolo-
gi, sosial, dan disain.
Kriteria ekonomi meliputi sub-
kriteria harga beli alat dan biaya perontokan.
Kriteria
teknologi meliputi sub-kriteria kebutuhan tenaga motor,
ketersediaan sparepart di pasaran, dan kapasitas perontokan.
Kriteria sosial hanya melibatkan adanya konsekuensi
substitusi tenaga kerja buruh akibat penggunaan perontok
mekanis.
Kriteria disain mencakup sub-kriteria pemilikan
roda dan tingkat kegunaan (multiguna atau tidak).
Perontok kedelai mekanis yang cocok untuk seluruh WKPP
yang dipelajari adalah perontok alternatif C buatan PT.
Agrindo, Sidoarjo dari empat tipe perontok alternatif yang
dipilih.
Perontok ini mempunyai kapasitas perontokan 550
kg/jam dengan biaya perontokan per kwintal hasil analisa
sebesar Rp. 1495,-, membutuhkan tenaga diesel 6.5
-
7 Hp,
dan didisain memiliki dua buah roda.
Penentuan jumlah kebutuhan alat dihitung untuk tahun
1996, 1997, dan 1998 berdasarkan pada
jumlah produksi
dugaan tingkat kecamatan yang selanjutnya dibagi terhadap
proporsi
rata-rata produksi
kedelai dari
masing-masing
WRPP dengan mempertimbangkan faktor koreksi pada tiap-tiap
WKPP
dan
jam kerja alat per tahun.
Di WKPP Padas-1, walaupun merupakan penghasil kedelai
terbesar untuk tahun 1996, 1997 dan tahun 1998, yakni
berturut-turut
sebesar
2978,17
ton,
3090,29
3202,41 ton hanya dibutuhkan perontok
terpilih sebanyak 9 buah.
ton,
dan
kedelai mekanis
Di WKPP Beringin-1, dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-turut sebesar
1617,6 ton, 1710,67 ton, dan 1803,74 ton dibutuhkan 6 buah
perontok kedelai mekanis terpilih.
Di WKPP Beringin-2, dengan produksi kedelai dugaan
untuk 3 tahun yang sama berturut-turut sebesar
1683,62
ton, 1780,5 ton, dan 1877,37 ton dibutuhkan 5 buah perontok kedelai mekanis.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 10 buah perontok kedelai
mekanis untuk selama tahun 1996 sampai 1998 dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun tersebut berturut-turut
sebesar 1888,6 ton, 1959,7 ton, dan 2030,8 ton.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 21 buah perontok pada tahun
1996, 22 buah pada tahun 1997 dan 23 buah pada tahun 1998
yang berarti dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997
dan 1998. Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997
dan 1998 berturut-turut sebesar 2397,07 ton, 2467,31 ton,
dan 2577'55 ton.
Di WKPP Karangjati-2
,
dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut sebesar
1116,07 ton, 1181,21 ton, dan 1246,35 ton membutuhkan 4
buah perontok selama tiga tahun tersebut.
Di WKPP Ngawi-1 juga dibutuhkan 4 buah perontok kedelai mekanis dengan produksi kedelai dugaan untuk tahun
1996, 1997 dan 1998 berturut-turut 963,77 ton, 995,63 ton,
dan 1027,53 ton.
DI
WKPP
Ngawi-2, dibutuhkan alat perontok
kedelai
mekanis sebanyak 19 buah pada tahun 1996, 20 buah pada
tahun 1997, dan 21 buah pada tahun 1998. Dengan demikian
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997 dan tahun 1998.
Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997, dan 1998
berturut-turut 2359,57 ton, 2437,59 ton dan 2515,67 ton.
Di WKPP Paron-1, dibutuhkan 8 buah perontok mekanis
selama
tahun
1996 sampai
1998 dengan
jumlah
produksi
kedelai dugaan berturut-turut 1086,9 ton, 1122,49 ton, dan
1158,07 ton.
Di WKPP
Paron-2, dibutuhkan 4 buah perontok
untuk
tahun 1996 sampai 1998 ditambah sebuah tambahan pada tahun
1998
dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun terse-
but berturut-turut 863,95 ton, 892,24 ton, dan 920,52 ton.
Di WKPP Paron-4 dibutuhkan 3 buah perontok mekanis
selama tahun
1996 sampai
1998 dengan produksi
kedelai
dugaan berturut-turut 557,38 ton, 575,64 ton, dan 593,88
ton.
DL
WKPP
Karangjati-3
dibutuhkan
kedelai mekanis pada tahun 1996.
12
buah
perontok
Pada tahun 1997 dan 1998
dibutuhkan 13 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997.
Di WKPP Karangjati-1 dibutuhkan 6 buah perontok kedelai mekanis selama tahun 1996 dan 1997.
Pada tahun 1998
dibutuhkan 7 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1998.
Kekurangan penilitian ini yang sekaligus sebagai saran
adalah : (1)
Analisa ekonomi seharusnya mengikutsertakan
seluruh kornoditi serealia
yang dapat dirontokkan
setiap perontok multiguna. ( 2 )
seharusnya
oleh
Analisa bagi aspek teknis
rnengikutsertakan faktor
efisiensi
dari semua alternatif alat yang digunakan.
perontokan
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969 di Pamekasan, Madura, Propinsi Jawa Timur. Penulis merupakan putera
ketiga
dari
Suja'i
dan
Jahriyah
(almarhumah) dari
7
(tujuh) orang bersaudara.
Penulis telah menempuh pendidikan sejak tingkat dasar
(SD) di kampung halaman selama enam tahun, tingkat menengah
(SMP
dan
SMA)
masing-masinq
selama
tiga
tahun.
Selanjutnya berkat bimbingan Allah SWT diterima menjadi
mahasiswa Institut Pertanin Bogor (IPB) melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 1989.
ANALISIS PEMILIHAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WILAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN ( W P )
DI KABWATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TIMUR
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANlAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
1996
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Bogor
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PEMILMAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WlLAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN (WKPP)
Dl KABUPATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TlMUR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANlAN
Fakultas Telinologi Pertanian
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969
di Pamekasan
tanggal lulus :22 Agustus 1996
Disetujui :
Bogor, Nopember 1996
KATA PENGANTAR
Segala pujian adalak hak dan kepunyaan Allah SWT, maka
penulis memuji Allah dan bersyukur atas karunia-Nya yang
besar yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan
skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam untuk Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang mulia
serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi
ini
ditulis
berdasarkan
hasil
survey
dan
pengamatan yang telah penulis lakukan selama kurang lebih
dua bulan, mulai pertengahan bulan Juli sampai awal September 1995 di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Dengan telah selesainya survey dan pengamatan serta
penulisan skripsi ini, maka penulis hendak menyampaikan
ucapan terima kasih Kepada :
1.
Dr. Moeljarno Djojomartono, MSA. Ketua Laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. (SMMP),
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pembimbing utama.
2.
Dr. Setyo Pertiwi, staf dosen pada Laboratorium
Sistem
Menajemen
Mekanisasi
Pertanian
(SMMP,
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pernbimbing pendamping.
KEBUTUHAW PEROWTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TlMGKAT WILAYAN KERJA PENYULUH PERTANIAN
Dl KABUPATEH WGAWI, PROPlNSl J A W A TlMUR
Oleh
SYAMSUL ARlFlN
F 26. 0875
1 9 9 6
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
WKPP 1
SYAMSUL ARIFIN.
Analisis Pemilihan dan Penentuan Jumlah
Kebutuhan Perontok Kedelai Mekanls pada Tingkat Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur (Di bawah bimbingan MOELJARNO DJOJOMARTON0 sebagai Pembimbing I dan SETYO PERTIWI sebagai Pembimbing 11).
RINGKASAN
Susut pada perontokan kedelai dengan cara tradisional
dapat mencapai 7 % sehingga merupakan kerugian yang cukup
besar bagi petani.
.Perontok kedelai mekanis ternyata
mampu menurunkan susut kedelai sampai 0.5 %.
upaya
sosialisasi
teknologi
Akan tetapi,
perontokan mekanis
banyak
berhadapan dengan faktor-faktor kendala di dalam masyarakat petani baik kendala ekonomi, teknologi, sosial, dan
kondisi disain alat.
Kendala tersebut juga dihadapkan
dengan ketersediaan beberapa alternatif perontok mekanis
yang ada di pasaran.
Pemilihan perontok mekanis yang
tepat untuk suatu wilayah perlu dipelajari untuk selanjutnya dihitung jumlah kebutuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pilihan unit
perontok mekanis yang tepat dimiliki petani pada tingkat
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) dan menentukan
jumlah alat yang dibutuhkan di Kabupaten Ngawi, Propinsi
Jawa Timur.
Pemilihan perontok kedelai mekanis yang tepat dilakukan menggunakan metode Proses Analisa Berjenjang.
Diguna-
kan 4 (empat) kriteria pemilihan, yakni ekonomi,
teknolo-
gi, sosial, dan disain.
Kriteria ekonomi meliputi sub-
kriteria harga beli alat dan biaya perontokan.
Kriteria
teknologi meliputi sub-kriteria kebutuhan tenaga motor,
ketersediaan sparepart di pasaran, dan kapasitas perontokan.
Kriteria sosial hanya melibatkan adanya konsekuensi
substitusi tenaga kerja buruh akibat penggunaan perontok
mekanis.
Kriteria disain mencakup sub-kriteria pemilikan
roda dan tingkat kegunaan (multiguna atau tidak).
Perontok kedelai mekanis yang cocok untuk seluruh WKPP
yang dipelajari adalah perontok alternatif C buatan PT.
Agrindo, Sidoarjo dari empat tipe perontok alternatif yang
dipilih.
Perontok ini mempunyai kapasitas perontokan 550
kg/jam dengan biaya perontokan per kwintal hasil analisa
sebesar Rp. 1495,-, membutuhkan tenaga diesel 6.5
-
7 Hp,
dan didisain memiliki dua buah roda.
Penentuan jumlah kebutuhan alat dihitung untuk tahun
1996, 1997, dan 1998 berdasarkan pada
jumlah produksi
dugaan tingkat kecamatan yang selanjutnya dibagi terhadap
proporsi
rata-rata produksi
kedelai dari
masing-masing
WRPP dengan mempertimbangkan faktor koreksi pada tiap-tiap
WKPP
dan
jam kerja alat per tahun.
Di WKPP Padas-1, walaupun merupakan penghasil kedelai
terbesar untuk tahun 1996, 1997 dan tahun 1998, yakni
berturut-turut
sebesar
2978,17
ton,
3090,29
3202,41 ton hanya dibutuhkan perontok
terpilih sebanyak 9 buah.
ton,
dan
kedelai mekanis
Di WKPP Beringin-1, dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut-turut sebesar
1617,6 ton, 1710,67 ton, dan 1803,74 ton dibutuhkan 6 buah
perontok kedelai mekanis terpilih.
Di WKPP Beringin-2, dengan produksi kedelai dugaan
untuk 3 tahun yang sama berturut-turut sebesar
1683,62
ton, 1780,5 ton, dan 1877,37 ton dibutuhkan 5 buah perontok kedelai mekanis.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 10 buah perontok kedelai
mekanis untuk selama tahun 1996 sampai 1998 dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun tersebut berturut-turut
sebesar 1888,6 ton, 1959,7 ton, dan 2030,8 ton.
Di WKPP Padas-3 dibutuhkan 21 buah perontok pada tahun
1996, 22 buah pada tahun 1997 dan 23 buah pada tahun 1998
yang berarti dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997
dan 1998. Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997
dan 1998 berturut-turut sebesar 2397,07 ton, 2467,31 ton,
dan 2577'55 ton.
Di WKPP Karangjati-2
,
dengan produksi kedelai dugaan
untuk tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut sebesar
1116,07 ton, 1181,21 ton, dan 1246,35 ton membutuhkan 4
buah perontok selama tiga tahun tersebut.
Di WKPP Ngawi-1 juga dibutuhkan 4 buah perontok kedelai mekanis dengan produksi kedelai dugaan untuk tahun
1996, 1997 dan 1998 berturut-turut 963,77 ton, 995,63 ton,
dan 1027,53 ton.
DI
WKPP
Ngawi-2, dibutuhkan alat perontok
kedelai
mekanis sebanyak 19 buah pada tahun 1996, 20 buah pada
tahun 1997, dan 21 buah pada tahun 1998. Dengan demikian
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997 dan tahun 1998.
Produksi kedelai dugaan untuk tahun 1996, 1997, dan 1998
berturut-turut 2359,57 ton, 2437,59 ton dan 2515,67 ton.
Di WKPP Paron-1, dibutuhkan 8 buah perontok mekanis
selama
tahun
1996 sampai
1998 dengan
jumlah
produksi
kedelai dugaan berturut-turut 1086,9 ton, 1122,49 ton, dan
1158,07 ton.
Di WKPP
Paron-2, dibutuhkan 4 buah perontok
untuk
tahun 1996 sampai 1998 ditambah sebuah tambahan pada tahun
1998
dengan produksi kedelai dugaan untuk 3 tahun terse-
but berturut-turut 863,95 ton, 892,24 ton, dan 920,52 ton.
Di WKPP Paron-4 dibutuhkan 3 buah perontok mekanis
selama tahun
1996 sampai
1998 dengan produksi
kedelai
dugaan berturut-turut 557,38 ton, 575,64 ton, dan 593,88
ton.
DL
WKPP
Karangjati-3
dibutuhkan
kedelai mekanis pada tahun 1996.
12
buah
perontok
Pada tahun 1997 dan 1998
dibutuhkan 13 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1997.
Di WKPP Karangjati-1 dibutuhkan 6 buah perontok kedelai mekanis selama tahun 1996 dan 1997.
Pada tahun 1998
dibutuhkan 7 buah perontok kedelai mekanis yang berarti
dibutuhkan sebuah tambahan pada tahun 1998.
Kekurangan penilitian ini yang sekaligus sebagai saran
adalah : (1)
Analisa ekonomi seharusnya mengikutsertakan
seluruh kornoditi serealia
yang dapat dirontokkan
setiap perontok multiguna. ( 2 )
seharusnya
oleh
Analisa bagi aspek teknis
rnengikutsertakan faktor
efisiensi
dari semua alternatif alat yang digunakan.
perontokan
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969 di Pamekasan, Madura, Propinsi Jawa Timur. Penulis merupakan putera
ketiga
dari
Suja'i
dan
Jahriyah
(almarhumah) dari
7
(tujuh) orang bersaudara.
Penulis telah menempuh pendidikan sejak tingkat dasar
(SD) di kampung halaman selama enam tahun, tingkat menengah
(SMP
dan
SMA)
masing-masinq
selama
tiga
tahun.
Selanjutnya berkat bimbingan Allah SWT diterima menjadi
mahasiswa Institut Pertanin Bogor (IPB) melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 1989.
ANALISIS PEMILIHAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WILAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN ( W P )
DI KABWATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TIMUR
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANlAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
1996
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Bogor
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PEMILMAN DAN PENENTUAN JUMLAH
KEBUTUHAN PERONTOK KEDELAI MEKANIS
PADA TINGKAT WlLAYAH KERJA PENYULUH PERTANIAN (WKPP)
Dl KABUPATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TlMUR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANlAN
Fakultas Telinologi Pertanian
Oleh
SYAMSUL ARIFIN
F. 26.0875
dilahirkan pada tanggal 4 Juni 1969
di Pamekasan
tanggal lulus :22 Agustus 1996
Disetujui :
Bogor, Nopember 1996
KATA PENGANTAR
Segala pujian adalak hak dan kepunyaan Allah SWT, maka
penulis memuji Allah dan bersyukur atas karunia-Nya yang
besar yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan
skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam untuk Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang mulia
serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi
ini
ditulis
berdasarkan
hasil
survey
dan
pengamatan yang telah penulis lakukan selama kurang lebih
dua bulan, mulai pertengahan bulan Juli sampai awal September 1995 di Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Dengan telah selesainya survey dan pengamatan serta
penulisan skripsi ini, maka penulis hendak menyampaikan
ucapan terima kasih Kepada :
1.
Dr. Moeljarno Djojomartono, MSA. Ketua Laboratorium Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. (SMMP),
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pembimbing utama.
2.
Dr. Setyo Pertiwi, staf dosen pada Laboratorium
Sistem
Menajemen
Mekanisasi
Pertanian
(SMMP,
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB sebagai dosen pernbimbing pendamping.