Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
C. Tempat Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah di Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua ini merupakan
tempat kelahiran kesenian Kuda Renggong yang menjadi objek penelitian. Pemilihan lokasi penelitian ini di dasarkan pada hasil informasi data dan
fakta serta pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kesenian Kuda Renggong yang merupakan budaya daerah yang lahir di Desa Cikurubuk,
Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang, yang tentunya berkontribusi bagi pembentukan karakter bangsa.
D. Data yang Diperlukan
Dalam melakukan penelitian ini, tentunya ada beberapa data yang diperlukan oleh peneliti dalam rangka menemukan jawaban untuk penelitiannya.
Adapun data yang diperlukan tersebut antara lain: a.
Tinjauan pustaka mengenai kebudayaan daerah yang didapatkan dari buku-buku yang relevan.
b. Informasi mengenai kesenian Kuda Renggong yang didapatkan dari
seniman Kuda Renggong PASKURES, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang khusunya dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sumedang DISPARPORA, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Sumedang DISDIKBUD,
dan masyarakat penikmat kesenian Kuda Renggong itu sendiri.
c. Informasi kontribusi budaya daerah kesenian Kuda Renggong dalam
pembentukan karakter bangsa didapatkan dari studi kepustakaan dan dari hasil wawancara serta observasi.
E. Definisi Operasional
1. Tinjauan Nilai-Nilai Budaya Daerah
a. Tinjauan tentang Nilai
Theodorson dalam Pelly 1994 mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam
bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
b. Tinjauan tentang Budaya
Menurut Koentjaraningrat 1990, hlm. 181 “Budaya adalah daya dari budi
berupa cipta, karsa dan rasa. Budi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal manusia yang merupakamen pancaran dari budi dan daya terhadap seluruh
apa yang dipikir, dirasa dan direnung kemudian diamalkan dalam bentuk suatu kekuatan yang menghasilkan kehidupan
”. Dari pengertian kebudayaan tersebut, jelas bahwa kebudayaan meliputi
bidang yang luasnya seolah-olah tidak ada batasnya. Dengan demikian akan sulit sekali mendapatkan pembatasan pengertian atau definisi yang tegas dan terinci
yang mencakup segala sesuatu yang seharusnya termasuk dalam pengertian tersebut. Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama
dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah
satu bagian saja dari kebudayaan. Masyarakat Indonesia terkenal sebagai bangsa yang kaya akan khazanah kebudayaan, kebudayaan inilah yang membentuk
masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Kebudayaan inilah yang menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat Indonesia.
Dengan beragamnya kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia di harapkan dapat juga melestarikan kebudayaan.
c. Tinjauan tentang Budaya Daerah
Menurut Garna 2008, hlm. 141, kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki
dalam bentukan kebudayaan nasional. Kemudian para ahli kebudayaan memberi pengertian budaya lokal sebagai
berikut: 1
Superculture
, kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat, contohnya kebudayaan nasional.
2
Culture
, lebih khusus, misalnya berdasarkan gplpngan etnis, profesi, wilayah atau daerah, contohnya budaya Sunda.
3
Sub-culture
, merupakan kebudayaan khusus dalam sebuah
culture
, tetapi tidak bertentangan dengan kebudayaan induknya, contohnya
budaya gotong royong.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4
Counter-culture
, tingkatannya sama dengan
sub-culture
, yaitu bagian turunan dari
culture
, tetapi
counter-culture
ini bertentangan dengan kebudayaan induknya, contohnya budaya individualisme Abidin dan
Saebani, 2014.
Menurut Garna 2008:131 mengatakan bahwa kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian,
melainkan segala bentuk dan cara berperilaku, bertindak, dan pola pikiran yang berbeda jauh di belakang apa yang tampak tersebut.
d. Tinjauan tentang Nilai Budaya Daerah
Kluckhohn dalam Pelly 1994 mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sebuah konsep yang memiliki ruang lingkup luas yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan
merupakan sebuah sistem nilai-nilai budaya. Nilai budaya menurut Koentjaraningrat merupakan inti dari keseluruhan
kebudayaan 1990, hlm. 154. “Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan” KBBI, 1996, hlm. 690. Sedangkan, “budaya
diartikan sebagai pikiran akal budi, adat-istiadat atau sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju” KBBI, 1996, hlm. 149.
Masih mengambil definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nilai budaya
adalah konsep abstrak mengenai masalah yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia” 1996, hlm. 679.
Nilai budaya tidak mudah diganti ataupun dihilangkan, karena nilai budaya seperti yang telah diungkapkan diatas merupakan sesuatu yang baik dan
dianggap bernilai dan dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku. Ternyata dalam kesenian kuda renggong juga terdapat nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan
seperti gotong royong. Konsep kebudayaan Indonesia di sini mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama oleh bangsa Indonesia.
Nilai-nilai inilah yang kemudian dianggap sebagai nilai luhur, sebagai acuan pembangunan Indonesia. Nilai-nilai itu antara lain adalah taqwa, iman, kebenaran,
tertib, setia kawan, harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan, dan kreatif. Nilai-nilai itu ada dalam
sistem budaya etnik yang ada di Indonesia. Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
puncak-puncak kebudayaan daerah, sebagaimana sifat atau ciri khas kebudayaan suatu bangsa Indonesia Melalatoa, 1997, hlm. 102. Konsep kebudayaan
Indonesia ini kemudian diikat dalam satu konsep persatuan dan kesatuan bangsa yaitu konsep Bhineka Tunggal Ika.
2. Tinjauan Pelestarian Budaya Daerah
a. Tinjauan Pelestarian Budaya Daerah
Upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan
sustainable
. Jadi bukan pelestarian yang hanya mode sesaat, berbasis proyek, berbasis donor dan elitis tanpa akar yang kuat di masyarakat. Pelestarian tidak
akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus
turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal
disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya.
Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas Hadiwinoto, 2002, hlm. 30.
Dari penjelasan di atas dapat diketahi bahwa pelestarian budaya lokal juga mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan untuk mengukuhkan
kebudayaan, sejarah dan identitas Lewis, 1983, hlm. 4, dan juga sebagai penumbuh kepedulian masyarakat untuk mendorong munculnya rasa memiliki
masa lalu yang sama diantara anggota komunitas Smith, 1996, hlm. 68.
b. Tinjauan Pelestarian Budaya Daerah dalam Konteks PKn
Menurut Winataputra Wahab dan Sapriya, 2011, hlm. 97 menjelaskan mengenai tiga domain PKn, diantaranya domain akademis yakni berbagai
pemikiran tentang PKn yang berkembang di lingkungan komunitas keilmuan, domain kurikuler yakni konsep dan praksis PKn dalam dunia pendidikan formal,
nonformal dan informal, serta domain sosial kultural yakni konsep dan praksis PKn yang berkembang di lingkungan masyarakat. Domain sosial kultural inilah
yang memberikan ruang kepada PKn untuk berpartisipasi aktif dalam bentuk membekali warga negara tentang pengetahuan, agar warga negara dapat
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
berpartisipasi aktif serta dapat menyukseskan kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkonotasi baik. PKn sebagai dimensi sosio kultural adalah keterlibatan PKn
dalam kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam ruang lingkup kebudayaan, baik dalam konteks budaya
artifac
pelestarian benda-benda yang bermakna budaya, konteks budaya
sosifac
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan konteks budaya
mantifac
pelestarian nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
3. Tinjauan Kesenian Kuda Renggong
a. Tinjauan Sejarah Kuda Renggong
Menurut Nalan dan Kurnia 2003, hlm. 8 Kuda Renggong merupakan salah satu kesenian pertunjukan masyarakat yang berasal dari Kabupaten
Sumedang. Kuda Renggong merupakan seni pertunjukan gelaran
pawai.
Kata “renggong” di Kuda Renggong yaitu berasal dari kata
ronggeng
yang berarti keterampilan cara berjalannya kuda yang sudah dilatih menari menyesuaikan
irama musiknya. Kuda Renggong merupakan salah satu pertunjukan rakyat yang berasal
dari Sumedang. Menurut tuturan beberapa seniman, Kuda Renggong muncul pertama kali dari Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.
Kata
renggong
di dalam kesenian ini merupakan metatesis dari kata
ronggeng
yaitu
kamonesan
bahasa sunda untuk “keterampilan” cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama kendang yang
biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-arakan anak sunat. Kuda Renggong merupakan seni pertunjukan tradisional yang sangat populer di
kabupaten Sumedang.Berdasarkan cuplikan sejarah lahirnya kesenian Kuda Renggong di Kabupaten Sumedang, kesenian tradisional itu mulai muncul sekira
tahun 1910. Awalnya, Kanjeng Pangeran Aria Suriaatmaja 1882-1919 pada masa pemerintahan berusaha untuk memajukan bidang peternakan. Pangeran
Suriaatmaja sengaja mendatangkan bibit kuda yang dianggap unggul dari pulau Sumba dan Sumbawa. Kuda-kuda tersebut selain digunakan sebagai alat
transportasi bangsawan, pada masa tersebut kuda juga sering difungsikan sebagai alat hiburan pacuan kuda.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sementara kesenian Kuda Renggong menurut cuplikan sejarahnya, berawal dari prakarsa seorang abdi dalem bernama Sipan yang biasa mengurus
kuda titipan dari para pamong praja saat itu. Sipan yang kelahiran tahun 1870 adalah anak dari Bidin, yang tinggal di Dusun Cikurubuk, Desa Cikurubuk
Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Sejak kecil, Sipan yang kemudian banyak mendapat titipan kuda dari pamong praja, senang mengamati gerak-gerik
dan tingkah laku kuda. Dari hasil pengamatannya, Sipan menyimpulkan, kuda bisa dilatih mengikuti gerakan yang diinginkan manusia. Ketika Sipan berusia
sekira 40 tahun, ia mulai mencoba melatih kuda gerakan tari
ngarenggong
. Hal itu diawalinya, ketika suatu hari di tahun 1910 ia memandikan
sejumlah kuda titipan pamong praja di suatu tempat pemandian. Sipan saat itu, melihat, seekor kuda di antaranya, bergoyang dengan gerakan melintang. Sipan
mengiringinya dengan musik dogdog dan angklung. Gerakan kuda yang
ngigel
tadi semakin menjadi-jadi. Dari pengamatan dan pelatihan-pelatihan kuda menari tersebut, Sipan menyimpulkan kuda bisa dilatih melakukan sejumlah gerakan tari.
Masing-masing gerakan diberi nama, semacam
adean
, yaitu gerakan lari kuda melintang atau gerakan kuda lari ke pingggir. Lalu
torolong
, yaitu gerakan lari kuda dengan langkah kaki pendek-pendek, namun gerakannya cepat. Gerakan
derapjorog
adalah gerakan langkah kaki kuda jalan biasa, artinya lari dengan gerakan cepat. Sedangkan
congklang
adalah gerakan lari cepat dengan kaki sama- sama ke arah depan, dan gerakan
anjing minggat
, yaitu gerakan kaki kuda setengah berlari.
Dengan dukungan Kanjeng Pangeran Aria Suriaatmaja, Sipan resmi melatih kuda dengan gerakan-gerakan tadi. Saat itulah menjadi awal lahirnya
kesenian Kuda Renggong. Setelah Sipan meninggal dunia di usia 69 tahun 1939, keahliannya melatih kuda menari diturunkan kepada putranya bernama Sukria.
Selanjutnya, keahlian melatih kuda tersebut, secara turun-temurun terus berlanjut dan berkembang hingga ke generasi-generasi pelatih kuda saat ini. Dengan
berbagai tambahan kreasi hingga akhirnya lahir dan berkembangnya kuda silat. Di dalam perkembangannya Kuda Renggong mengalami perkembangan
yang cukup baik, sehingga tersebar ke berbagai desa di beberapa kecamatan di luar Kecamatan Buahdua dan yang akhirnya dewasa ini, Kuda Renggong
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menyebar ke luar Kabupaten Sumedang. Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni
heleran
pawai, karnaval, Kuda Renggong telah berkembang dilihat dari pilihan bentuk kudanya yang tegap dan kuat, aksesoris kuda dan
perlengkapan musik pengiring, para penari, serta para nayaganya pemain musik. Dalam pertunjukannya, Kuda Renggong memiliki dua kategori bentuk
pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa dan pada festival. Karena kesenian Kuda Renggong menjadi semarak dan mendapat simpati
dari masyarakat baik masyarakat Sumedang, akhirnya kesenian Kuda Renggong menjadi seni pertunjukan khas Kabupaten Sumedang.
Mulai tahun 1910 hingga sekarang Kuda Renggong secara tradisional sering dipertontonkan pada acara khitanan sunatan. Pertunjukan Kuda Renggong
dilaksanakan setelah anak sunat diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian seperti wayang tokoh
Gatotkaca
, pakaian pangeran khas sunda dengan ciri menggunakan bendo
sejenis topi mirip belankon putri kerajaan penunggang perempuan didandani layaknya putri raja kemudian dinaikan ke atas Kuda
Renggong. Lalu sang anak diarak mengelilingi kota di atas punggung Kuda Renggong diikuti oleh anggota keluarga dan kerabat dekat yang ikut menari di
depanya dan berkeliling dari satu desa ke desa lainya dengan diiringi musik pengiring yang penuh semangat mengiringi sambung-menyambung dengan
tembang-tembang yang dipilih seperti Kembang Beureum, Kembang Gadung, lagu khas seni Bangreng Kuda Renggong, dan lain-lain. Sepanjang jalan Kuda
Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak- anak, juga remaja dewasa, bahkan orang-orang tua ikut
kaul
. Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan
lagu Pileuleuyan perpisahan.
b. Tinjauan Bentuk Kesenian Kuda Renggong
Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni helaran pawai, karnaval, Kuda Renggong telah berkembang dilihat dari pilihan bentuk kudanya
yang tegap dan kuat, aksesoris kuda dan perlengkapan musik pengiring, para penari, dan lain-lain. Semakin hari semakin semarak dengan berbagai kreasi para
senimannya. Hal ini tercatat dalam setiap festival Kuda Renggong yang diadakan setiap tahunnya. Akhirnya Kuda Renggong menjadi seni pertunjukan khas
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kabupaten Sumedang. Kuda Renggong kini telah menjadi komoditi pariwisata yang dikenal secara nasional dan internasional. Dalam pertunjukannya, Kuda
Renggong memiliki dua kategori bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa dan pada festival.
1 Pertunjukan di Pemukiman
Pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh
Gatotkaca
, dinaikan ke atas Kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling,
mengelilingi desa. Musik pengiring dengan penuh semangat mengiringi sambung
menyambung dengan tembang-tembang yang dipilih, antara lain Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung,
Jisamsu, dan lain-lain. Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, juga remaja desa,
bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah. Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk
terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat. Kadangkala diselingi dengan ekspos Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda
Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan. Seringkali juga para penonton yang akan kaul dipersilahkan ikut menari.
Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan lagu Pileuleuyan perpisahan. Lagu tersebut dapat
dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan. Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara
saweran
menaburkan uang logam dan beras putih yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak desa.
2 Pertunjukan Festival
Pertunjukan Kuda Renggong di Festival Kuda Renggong berbeda dengan pertunjukan keliling yang biasa dilakukan di desa-desa. Pertunjukan Kuda
Renggong di festival Kuda Renggong, setiap tahunnya menunjukan peningkatan, baik jumlah peserta dari berbagai desa, juga peningkatan media pertunjukannya,
asesorisnya, musiknya, dan lain-lain. Sebagai catatan pengamatan, pertunjukan
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kuda Renggong dalam sebuah festival biasanya para peserta lengkap dengan rombongannya masing-masing yang mewakili desa atau kecamatan se-Kabupaten
Sumedang dikumpulkan di area awal keberangkatan, biasanya di jalan raya depan kantor Bupati, kemudian dilepas satu persatu mengelilingi rute jalan yang telah
ditentukan panitia DIPARDA Sumedang. Sementara pengamat yang bertindak sebagai juri disiapkan menilai pada titik-titik jalan tertentu yang akan dilalui
rombongan Kuda Renggong. Dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan nampak upaya kreasi masing-
masing rombongan, yang paling menonjol adalah adanya penambahan jumlah Kuda Renggong rata-rata dua bahkan empat, pakaian anak sunat tidak lagi hanya
tokoh wayang
Gatotkaca
, tetapi dilengkapi dengan anak putri yang berpakaian seperti putri
Cinderella
dalam dongeng-dongeng Barat. Penambahan aksesoris Kuda, dengan berbagai warna dan payet-payet yang meriah keemasan, payung-
payung kebesaran, tarian para pengiring yang ditata, musik pengiring yang berbeda-beda, tidak lagi Kendang Penca, tetapi Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan,
dan lain-lain. Demikian juga dengan lagu-lagunya, selain yang biasa mereka bawakan di desanya masing-masing, sering ditambahkan dengan lagu-lagu
dangdutan yang sedang popular, seperti Goyang Dombret, Pemuda Idaman, Mimpi Buruk, dan lain-lain. Setelah berkeliling kembali ke titik keberangkatan.
c. Tinjauan Makna Kesenian Kuda Renggong
Makna yang secara simbolis berdasarkan beberapa keterangan yang berhasil dihimpun, diantaranya:
1
Makna spiritual
: semangat yang dimunculkan adalah merupakan rangkaian upacara inisiasi pendewasaan dari seorang anak laki-laki
yang disunat. Kekuatan Kuda Renggong yang tampil akan membekas di sanubari anak sunat, juga pemakaian kostum tokoh wayang
Gatotkaca
yang dikenal sebagai figur pahlawan; 2
Makna interaksi antar mahluk Tuhan
: kesadaan para pelatih Kuda Renggong dalam memperlakukan kudanya, tidak semata-mata seperti
layaknya pada binatang peliharaan, tetapi memiliki kecenderungan memanjakan bahkan memposisikan kuda sebagai mahluk Tuhan yang
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dimanjakan, baik dari pemilihan, makanannya, perawatannya, pakaiannya, dan lain-lain;
3
Makna teatrikal
: pada saat-saat tertentu di kala Kuda Renggong bergerak ke atas seperti berdiri lalu di bawahnya juru latih bermain
silat, kemudian menari dan bersilat bersama. Nampak teatrikal karena posisi kuda yang lebih tampak berwibawa dan mempesona. Atraksi ini
merupakan sajian yang langka, karena tidak semua Kuda Renggong, mampu melakukannya; dan
4
Makna universal
: sejak zaman manusia mengenal binatang kuda, telah menjadi bagian dalam hidup manusia di pelbagai bangsa di berbagai
tempat di dunia. Bahkan kuda banyak dijadikan simbol-simbol, kekuatan dan kejantanan, kepahlawanan, kewibawaan dan lain-lain
Sariyun, Yugo, dkk., 1992.
4. Tinjauan Karakter Bangsa
a. Tinjauan tentang Karakter
Karakter watak adalah istilah yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti
to mark
menandai, yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang. “Seseorang dapat disebut sebagai orang yang berkarakter
a person of character
apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral ” Q-Anees dan Hambali,
2008, hlm. 107. Secara harfiah karakter watak ini mempunyai makna psikologis atau sifat kejiwaan karena terkait dengan kepribadian, akhlak atau budi pekerti,
tabiat, watak, sifat kualitas yang membedakan seseorang dengan yang lain bahkan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diungkap Dewey Althof
dan Berkowitz, 2006, hlm. 497 mendefinisikan sebagai ‘
interpenetration of habits and the effect of consequen
ces of actions upon such habits’
.
b. Tinjauan tentang Bangsa
Bangsa dalam istilah asingnya disebut
nation
. Bangsa menurut Bung Karno Manusia yg menyatu dengan tanah airnya persatuan antar orang dan
tempat. Bangsa Menurut Moh. Hatta Bangsa ditentukan oleh keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena
percaya atas persamaan nasib dan tujuan.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Menurut Ernest Renan, seorang guru besar dan pujangga yang termasyur dari Perancis, dalam pidatonya yang diucapkan di universitas Sorbonne Paris
tanggal 11 maret 1982 berjudul Qu’est ce qu’une nation apakah bangsa itu
mengemukakan bangsa itu adalah soal perasaan, soal kehendak tekad semata- mata untuk hidup bersama yang timbul antara segolongan besar manusia yang
nasibnya sama dalam masa yang lampau, terutama dalam penderitaan-penderitaan bersama. Dengan demikian bangsa adalah segelombolan manusia yang mau
bersatu, dan merasa dirinya bersatu. Sedangkan Otto Bauer mengartikan bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib Pradipta,
2011.
c. Tinjauan tentang Karakter Bangsa
Karakter bangsa merupakan akumulasi dari karakter-karakter warga masyarakat bangsa itu. Karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi
acuan tata nilai interaksi antar manusia, yang
when character is lost then
everything is lost.
Secara universal karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan pilar: kedamaian
peace
, menghargai
respect
, kerjasama
cooperation
, kebebasan
freedom
, kebahagiaan
happiness
, kejujuran
honesty
, kerendah hatian
humility
, kasih sayang
love
, tanggung jawab
responsibility
, kesederhanaan
simplicity
, toleransi
tolerance
,dan persatuan
unity
Gufron, 2010.
F. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan-tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap
member-chek
. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pertama adalah pra-survei atau survei pendahuluan ke lokasi
penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang akan diteliti. Dalam tahap yang kedua dilakukan pengumpulan data sesuai dengan fokus
penelitian. Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan analisis dokumentasi.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tidak berstruktur
kepada informan penelitian ini seniman Kuda Renggong, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang khususnya kepada dinas-dinas terkait yaitu Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumedang DISDIKBUD dan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang DISPARORA, serta
masyarakat umum. Karena peranannya sebagai instrumen utama dalam pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang
terkumpul tersebut diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk makna interaksi antar manusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami perasaan
dan nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan informan penelitian.
1. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang utama sehingga informasi atau data yang dicari dapat ditemukan dari sumbernya
langsung tanpa melalui perantara. Wawancara adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan maksud memperoleh informasi
secara langsung sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Esterbergh Sugiyono, 2007, hlm.
317 bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Meleong 2000, hlm. 150 wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Teknik wawancara merupakan usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula dengan ciri utama berupa kontak langsung dengan tatap muka
face to face relationship
antara si pencari informasi dengan sumber informasi.
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara
penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Walaupun semua percakapan mempunyai aturan peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan pada wawancara penelitian lebih ketat.
Tidak seperti pada percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja, oleh karena itu hubungan asimetris
harus tampak. Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan Rachmawati, 2007.
Lebih rinci lagi peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan Sugiyono, 2007, hlm. 319.
Dalam melakukan penelitian kebudayaan biasanya dalam melakukan wawancara jawaban responden biasanya direkam dan diklasifikasikan oleh
peneliti dalam kategori yang sudah disiapkan secara berurutan dan hati-hati Kuntjara, 2006, hlm. 68. Jadi penulis menggali informasi lebih dalam
Singarimbun dan Effendi, 1995, hlm. 198 guna mendapatkan jawaban yang memuaskan dari responden.
2. Observasi
Menurut Creswell 2008, hlm. 221 bahwa “observation is a process of
gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a
research site”. Maksudnya observasi adalah suatu proses pengumpulan data secara terbuka yang memperoleh informasi dengan cara mengamati orang-orang
dan tempat-tempat di lokasi penelitian. “Obeservasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner” Sugiyono, 2007, hlm. 203. Menurut Alwasilah 2012, hlm. 110
teknik ini memungkinkan menarik inferensi kesimpulan ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat
observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan
unspoken understanding
, bagaimana teori digunakan langsung
theory
–
in user
, dan sudut pandang responden yang mungkin tidak terungkap lewat wawancara atau survei.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Beberapa informasi yang akan diperoleh dari hasil observasi adalah ruang tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa dan waktu.
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya Alwasilah,
2003, hlm. 211. Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku. Peneliti
yang murni menjadi pengamat sangat memungkinkan membuat catatan di lapangan, karena saat mengamati ia bebas membuat catatan. Namun yang
berperan lain, harus segera dicatat setelah melakukan pengamatan. Catatan berupa laporan langkah-langkah peristiwa yang dibuat dalam bentuk kategori sewaktu
dicatat, atau dapat pula berupa catatan tentang gambaran umum yang singkat. Kegiatan observasi ini dilakukan berulang kali sampai diperoleh semua data yang
diperlukan. Pelaksanaan yang berulang ini memiliki keuntungan dimana informan yang diamati akan terbiasa dengan kehadiran peneliti sehingga informan
berperilaku apa adanya tidak dibuat-buat. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk menunjang data-data yang
di dapat dari wawancara. Observasi yang saya gunakan disini adalah observasi partisipatif. Menurut Susan Stainback Sugiyono, 2007, hlm. 311
‘observasi partisipatif adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek
penelitian dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka
’.
3. Studi Literatur
Studi literatur adalah teknik penelitian yang mempelajari literatur untuk mendapatkan informasi secara teoritis yang ada hubungannya dengan masalah
yang sedang dihadapi. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tambahan yang masih relevan dengan isu penelitian yang tidak didapatkan
dari wawacara ataupun observasi.
4. Studi Dokumentasi
Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen utama, oleh karena itu peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber lain berupa catatan
dan dokumen. Menurut Lincoln dan Guba Alwasilah, 2015, hlm. 140 catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Hal tersebut dibedakan keduanya dengan batasan sebagai berikut:
Thus we shall use the termn “record” to mean any written or recorded
statement prepared by or for an individual or organization for the purpose of attesting to an event or providing an accunting. Examples of records
would thus include airline schedules, audit reports, tax forms, government directories, brith certificates, school grade files pupils, and minutes of
meetings. The term “document” is used to denote any written or recorded
material other than a record that was not prepared spcifically in response to a request from the inquirer such as a test ar a set of interview notes.
examples of documents include letters, diaries, speeches, newspaper editorials, case studies, television scripts, photographs. Medical histories,
epitaphs and suicide notes.
Maka istilah
record
dan dokumen berbeda, istilah
record
merujuk kepada bukti-bukti tertulis yang dapat dijadikan sebagai bukti untuk kepentingan audit
dan akutansi. Seperti laporan pajak, catatan rapat dan lainnya. Sedangkan dokumen merujuk kepada catatan, seperti surat, teks pidato, koran dan lain
sebagainya, yang diminta dan dipersiapkan karena permintaan dari peneliti atau penyidik.
Studi dokumentasi adalah menganalisis data-data berupa gambar-gambar dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Analisis dokumen
dilakukan agar dapat mengungkap data yang ada serta dapat memberikan gambaran dan data yang menunjang bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
Menurut Sugiyono 2007, hlm. 83 studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif.
Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan atau menggunakan studi dokumen dalam penelitian kualitatif. Hal
serupa juga diungkapkan Bogdan sebagaimana dikutip Sugiyono 2012, hlm. 5 menjelaskan
‘
in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broudly refer to any first person narrative produce by an
individual which describes his or her own
actions, experience and beliefs’. Dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti akan mengumpulkan dokumen
yang merupakan sumber data untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber dokumen tertulis, gambar atau foto dan karya-karya monumental lainnya yang
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
akan membantu memberikan informasi dan melengkapi data hasil wawancara dan observasi.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab masalah
penelitian. Dalam penelitian kualitatif dilakukan pada latar yang alami
natural setting
, lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, yang terpenting adalah berusaha memahami makna dari suatu kejadian atau berbagai interaksi
dalam situasi yang wajar. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan peneliti bukanlah kuisioner atau tes, melainkan peneliti itu sendiri.
Manusia sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif dijelaskan bahwa bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia merupakan
perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, sekaligus penafsir yang pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya sendiri. Hal ini berarti peneliti bebas
menginterpretasikan hal-hal yang ia peroleh berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Konsekuensi peneliti sebagai instrumen penelitian adalah peneliti harus memahami masalah yang akan diteliti, memahami teknik pengumpulan data
penelitian kualitatif yang akan digunakan. Peneliti harus dapat menangkap makna yang tersurat dan tersirat dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, untuk itu
dibutuhkan kepandaian dalam memahami masalah. Peneliti harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan diteliti, untuk itu dibutuhkan
sikap yang toleran, sabar dan menjadi pendengar yang baik Djaelani, 2013, hlm. 84.
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah pedoman wawancara terstruktur dan observasi. Observasi ini bertujuan untuk mengambil
segala bentuk aktifitas subyek penelitian untuk memperkuat data serta hasil penelitian penulis.
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah pedoman wawancara terstruktur. Penulis menggunakan pedoman wawancara tersebut agar dapat
memperoleh data serta informasi yang tepat dari sumber yang telah ditentukan.
Pratiwi Wulan Gustianingrum, 2016 UPAYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAERAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
H. Teknik Analisis Data