Faktor-fator yang mempengaruhi Perubahan Penggunaaan Lahan Sawah di Kabupaten Dati II Bekasi

'w$7 ..,

t i

* /

6

.>

oy@t

..

,

FAKTOR-F
PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN

J W M ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1995

RINGKASAN

KARTlNI PANGARIBUAN. Analisis Permintaan Terhadap Lahan Sawah di
Kabupaten Dati IT Bekasi ( di bawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA).
Fakta menunjukkan bahwa permintaan terhadap lahan sawah (sebagai akibat
penggunaan lahan kering yang tidak mencukupi lagi) untuk penggunaan non pertanian tidak mungkin dihindari, terutama di wilayah-wilayah yang mengalami proses
pengkotaan dan yang berfungsi sebagai daerah penyangga DKI Jakarta. Oleh karena
rambatan spasial dari proses urbanisasi yaitu proses perubahan dari desa menjadi
kota berlangsung terus, secara kumulatif permintaan terhadap lahan sawah akan
membesar dan semakin cepat. Kecenderungan ini dikhawatirkan akan berdampak
negatif terhadap kemampuan negara dalam mempertahankan swasembada beras.
Dalam permasalahan tersebut, perumus kebijaksanaan menghadapi dilema. Di
satu sisi, permintaan lahan sawah yang mengakibatkan alih fungsi lahan sawah ke
non pertanian yang terjadi merupakan akibat logis dari pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Di sisi lain, lahan sawah
di Jawa merupakan penghasil lebih dari 60% produksi padi nasional, produktivitasnya paling tinggi dan stabil serta lokasinya dekat dengan kantong permintaan beras

yang terbesar.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi yang meliputi 22 kecamatan dengan
mempergunakan data sekunder. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja mengingat
laju permintaan atau alih fungsi lahan sawah yang tinggi di Kabupaten Dati I1 Bekasi
dibandingkan dengan Kabupaten lain yang ada di Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa pada tahun 1983, peubah
mengakibatkan permintaan terhadap lahan

i

adalah

yang memiliki lahan sawah, harga maksimum dan harga minimum lahan sawah.
Dan peubah-peubah yang lain seperti: kesempatan kerja di sektor non pertanian,
kepadatan penduduk, produktivitas lahan sawah dan panjang jalan aspal masih
berpengaruh positif terhadap penggunaan lahan sawah.
Dari h a i l penelitian juga, diperoleh hasil bahwa pada tahun 1993, semua
peubah yang digunakan berpengaruh nyata dan peubah yang berpengaruh negatif
terhadap permintaan lahan sawah adalah kepadatan penduduk, harga minimum dan
panjang jalan aspal. Dan peubah yang berpengaruh positif terhadap penggunaan

lahan sawah adalah: kesempatan kerja di sektor non pertanian, proporsi rumah
tangga yang memiliki lahan sawah, produktivitas lahan sawah dan harga maksimum.
Secara empiris dari kajian mengenai pola permintaan terhadap lahan sawah,
menurut jenis sawah, yang paling tinggi permintaannya adalah sawah tadah hujan.
Telaahan tentang pola permintaan menurut lokasilwilayah adalah wilayah llokasi
yang strategis, pusat pertumbuhan dan pusat aktivitas yaitu Kotif Bekasi. Sernentara
pola permintaan menurut waktu lebih dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah
yaitu pada tahun 199011991 dengan adanya kebijakan pembebasan lahan seluas 700
hektar untuk pembangunan "Lippo City" serta pola permintaan menurut tujuan
penggunaan, secara umum digunakan untuk pembangunan kawasan pemukiman dan
indusrri.
Dampak negatif akibat tingginya permintaan terhadap lahan sawah adalah hilangnya produksi padi sebesar empat juta ton gabah kering giling selama PJPT I,
hilangnya kesempatan kerja ke depan dan ke belakang, nilai investasi yang hilang
dalam pembangunan jaringan irigasi. Untuk membangun sawah irigasi yang baru
dibutuhkan investasi 4,9 juta rupiahlhektar (atas dasar harga konstan 1989). dan
juga terjadinya degradasi sumberdaya air, pencemaran lingkungan.

Di lain pihak dampak positif juga ada, seperti tingginya harga tanah, kesempatan kerja di sektor non pertanian (walaupun penduduk setempat yang dapat memanfaatkannya hanya sebagian kecil) dan juga meningkatnya aksesibilitas suatu lokasi
terhadap pusat pertumbuhan.
Sejauh ini, belum dapat dipaparkan apakah dampak negatif lebih besar atau lebih

kecil dari dampak positif. Hanya saja implikasi dari penelitian ini adalah bahwa
pengendalian alih fungsi lahan sawah sebagai akibat tingginya permintaan sudah
sangat mendesak.

Strategi yang ditempuh tidak efektif jika hanya mengandalkan

peubah ekonomi saja. Tetapi lebih pada kebijaksanaan pemerintah untuk menempatkan aspek lingkungan pada perencanaan tata ruang untuk jangka menengah dan
jangka panjang ada peringkat yang lebih tinggi daripada yang sudah ada selama ini.

iii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAh' PENGGU-

NAAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DATI II BEKASI

Oleh:
Kartini Pangaribuan
A. 281353

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian
Pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT1995

'w$7 ..,

t i

* /

6

.>

oy@t

..


,

FAKTOR-F
PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN

J W M ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1995

RINGKASAN

KARTlNI PANGARIBUAN. Analisis Permintaan Terhadap Lahan Sawah di
Kabupaten Dati IT Bekasi ( di bawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA).
Fakta menunjukkan bahwa permintaan terhadap lahan sawah (sebagai akibat
penggunaan lahan kering yang tidak mencukupi lagi) untuk penggunaan non pertanian tidak mungkin dihindari, terutama di wilayah-wilayah yang mengalami proses
pengkotaan dan yang berfungsi sebagai daerah penyangga DKI Jakarta. Oleh karena
rambatan spasial dari proses urbanisasi yaitu proses perubahan dari desa menjadi

kota berlangsung terus, secara kumulatif permintaan terhadap lahan sawah akan
membesar dan semakin cepat. Kecenderungan ini dikhawatirkan akan berdampak
negatif terhadap kemampuan negara dalam mempertahankan swasembada beras.
Dalam permasalahan tersebut, perumus kebijaksanaan menghadapi dilema. Di
satu sisi, permintaan lahan sawah yang mengakibatkan alih fungsi lahan sawah ke
non pertanian yang terjadi merupakan akibat logis dari pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Di sisi lain, lahan sawah
di Jawa merupakan penghasil lebih dari 60% produksi padi nasional, produktivitasnya paling tinggi dan stabil serta lokasinya dekat dengan kantong permintaan beras
yang terbesar.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi yang meliputi 22 kecamatan dengan
mempergunakan data sekunder. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja mengingat
laju permintaan atau alih fungsi lahan sawah yang tinggi di Kabupaten Dati I1 Bekasi
dibandingkan dengan Kabupaten lain yang ada di Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa pada tahun 1983, peubah
mengakibatkan permintaan terhadap lahan

i

adalah


yang memiliki lahan sawah, harga maksimum dan harga minimum lahan sawah.
Dan peubah-peubah yang lain seperti: kesempatan kerja di sektor non pertanian,
kepadatan penduduk, produktivitas lahan sawah dan panjang jalan aspal masih
berpengaruh positif terhadap penggunaan lahan sawah.
Dari h a i l penelitian juga, diperoleh hasil bahwa pada tahun 1993, semua
peubah yang digunakan berpengaruh nyata dan peubah yang berpengaruh negatif
terhadap permintaan lahan sawah adalah kepadatan penduduk, harga minimum dan
panjang jalan aspal. Dan peubah yang berpengaruh positif terhadap penggunaan
lahan sawah adalah: kesempatan kerja di sektor non pertanian, proporsi rumah
tangga yang memiliki lahan sawah, produktivitas lahan sawah dan harga maksimum.
Secara empiris dari kajian mengenai pola permintaan terhadap lahan sawah,
menurut jenis sawah, yang paling tinggi permintaannya adalah sawah tadah hujan.
Telaahan tentang pola permintaan menurut lokasilwilayah adalah wilayah llokasi
yang strategis, pusat pertumbuhan dan pusat aktivitas yaitu Kotif Bekasi. Sernentara
pola permintaan menurut waktu lebih dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah
yaitu pada tahun 199011991 dengan adanya kebijakan pembebasan lahan seluas 700
hektar untuk pembangunan "Lippo City" serta pola permintaan menurut tujuan
penggunaan, secara umum digunakan untuk pembangunan kawasan pemukiman dan
indusrri.
Dampak negatif akibat tingginya permintaan terhadap lahan sawah adalah hilangnya produksi padi sebesar empat juta ton gabah kering giling selama PJPT I,

hilangnya kesempatan kerja ke depan dan ke belakang, nilai investasi yang hilang
dalam pembangunan jaringan irigasi. Untuk membangun sawah irigasi yang baru
dibutuhkan investasi 4,9 juta rupiahlhektar (atas dasar harga konstan 1989). dan
juga terjadinya degradasi sumberdaya air, pencemaran lingkungan.

Di lain pihak dampak positif juga ada, seperti tingginya harga tanah, kesempatan kerja di sektor non pertanian (walaupun penduduk setempat yang dapat memanfaatkannya hanya sebagian kecil) dan juga meningkatnya aksesibilitas suatu lokasi
terhadap pusat pertumbuhan.
Sejauh ini, belum dapat dipaparkan apakah dampak negatif lebih besar atau lebih
kecil dari dampak positif. Hanya saja implikasi dari penelitian ini adalah bahwa
pengendalian alih fungsi lahan sawah sebagai akibat tingginya permintaan sudah
sangat mendesak.

Strategi yang ditempuh tidak efektif jika hanya mengandalkan

peubah ekonomi saja. Tetapi lebih pada kebijaksanaan pemerintah untuk menempatkan aspek lingkungan pada perencanaan tata ruang untuk jangka menengah dan
jangka panjang ada peringkat yang lebih tinggi daripada yang sudah ada selama ini.

iii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAh' PENGGU-


NAAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DATI II BEKASI

Oleh:
Kartini Pangaribuan
A. 281353

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT1995