Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Lahan Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
PRAJA SEMBIRING 100304035 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
PRAJA SEMBIRING 100304035 AGRIBISNIS
Usulan Penelitian Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr.Ir.Tavi Supriana, MS)
NIP. 196411021989032001 NIP.197310111999032002 (Siti Khadijah Nasution,SP,M.Si)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(3)
ABSTRAK
Praja Sembiring (100304035) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai” . penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari s.d. Agustus 2015 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit terhadap luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series data tahun 2008-2014 (7 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sedangkan harga kelapa sawit berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah.
Kata Kunci : Luas lahan, produktivitas padi, harga padi dan harga kelapa sawit
(4)
RIWAYAT HIDUP
Praja Sembiring lahir di Bandar Pinang, Bintang Bayu, Serdang Bedagai pada tanggal 24 Januari 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Budi Sembiring dan Ibu Nurlina Saragih.
Jenjang Pendidikan :
1. Sekolah Dasar di SD Negeri 101988 Bandar Pinang, Bintang Bayu, Serdang Bedagai masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Tanjung Harap, Serdang Bedagai masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA YPP.Pembangunan Galang, Deli serdang masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010
4. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi (UMB-PTN).
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Agustus 2014 di desa Pintu Air, Kabupaten Langkat.
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian ( IMASEP) Universitas Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Adapun Judul penelitian ini adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu DR.Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Naution, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu DR.Ir. Salmiah,MS selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak DR.Ir.Satia Negara Lubis,MEc selaku Sekertaris Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh Staff pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
4. Terima kasih buat keluarga ku yang tersayang Bapak B.Sembiring dan Ibu N.Saragih, Adik Ku Ariando Sembiring, Nindi Triana Sembiring, Meilina Sembiring, dan teman terbaik ku Melvha Hutapea, atas dukungan moral, materi dan doanya.
(6)
5. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2010, Khususnya teman-Teman seperjuangan Gerakan 51 LDK dan kepada Abang dan Kakak serta adek-adek di Agribisnis yang telah bnayak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2015
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAT HIDUP ... ii
KATA PENGHANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Landasan Teori ... 10
2.3 Penelitian Terdahulu ... 13
2.4 Kerangka Pemikiran ... 15
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 18
3.2 Pengambilan Data ... 18
3.3 Metode Analisis Data ... 19
3.3.1 Identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1) ... 19
3.3.1.1 Uji Asumsi Klasik ... 19
3.3.1.2 Uji Statistik ... 20
3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 22
3.4.1 Defenisi ... 22
3.4.2 Batasan Operasional ... 23
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Kondisi Geografis ... 24
4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 27
5.2 Produktivitas Padi ... 28
5.3 Harga Padi ... 29
(8)
5.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan ... 31 5.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 32 5.5.2 Uji Statistik ... 38 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 43 6.2 Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Luas lahan sawah dan perubahan luas lahan sawah tahun
2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai ... 3
2. Luas wilayah (km2) tiap kecamatan di kabupaten Serdang Bedagai ... 25
3. Luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai... 26
4. Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014... .. 27
5. Produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... ..28
6. Harga Padi di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... .. 29
7. Harga kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... .. 30
8. Hasil Regresi ... . 31
9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 35
10. Hasil Multikolineritas ... 37
11. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... .. 39
(10)
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Kerangka Pemikiran ... 16 2. Grafik Histogram ... 33 3. Normal P-P Plot Of Regresion Standardized Residual ... 34
(11)
ABSTRAK
Praja Sembiring (100304035) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai” . penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari s.d. Agustus 2015 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit terhadap luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series data tahun 2008-2014 (7 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sedangkan harga kelapa sawit berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah.
Kata Kunci : Luas lahan, produktivitas padi, harga padi dan harga kelapa sawit
(12)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Lahan memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agraris, dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Dalam rangka pembangunan pertanian yang berkelanjutan, lahan merupakan sumberdaya pokok dalam usaha pertanian, terutama pada kondisi dimana sebagian besar bidang usaha yang dikembangkan masih tergantung kepada pola pertanian yang bersifat land base agricultural.
Penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia. Hal ini akhirnya menimbulkan permasalahan kompleks akibat pertambahan jumlah penduduk, penemuan dan pemanfaatan teknologi, serta dinamika pembangunan. Lahan yang semula berfungsi sebagai media bercocok tanam, berangsur-angsur berubah menjadi multifungsi pemanfaatan. (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme pasar. Dua hal terakhir terjadi lebih sering pada masa lampau karena kurangnya pengertian masyarakat maupun aparat pemerintah mengenai tata ruang
(13)
wilayah. Alih fungsi dari pertanian ke non pertanian terjadi secara meluas sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal maupun luar negeri dalam penyediaan tanah (Widjanarko, dkk, 2006).
Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan, menjadikan lahan-lahan pertanian berkurang di berbagai daerah. Lahan yang semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal daripada bertahan di sektor pertanian. Daya tarik sektor pertanian yang terus menurun juga menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Pelepasan kepemilikan lahan cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan (Gunanto, 2007).
Pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Kondisi demikian mencerminkan adanya peningkatan permintaan terhadap lahan untuk penggunaan non pertanian yang mengakibatkan banyak lahan sawah, terutama di sekitar perkotaan, mengalami alih fungsi. Alih fungsi lahan juga dapat terjadi oleh karena kurangnya insentif pada usahatani lahan sawah yang diduga akan menyebabkan terjadi alih fungsi lahan ke tanaman pertanian lainnya.
Pemilik lahan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk kepentingan non pertanian oleh karena mengharapkan keuntungan lebih. Secara ekonomis lahan pertanian, terutama sawah, harga jualnya tinggi karena biasanya berada di lokasi yang berkembang. Namun, bagi petani penggarap dan buruh tani, alih fungsi lahan menjadi bencana karena mereka tidak bisa beralih pekerjaan. Para
(14)
petani semakin terjebak dengan semakin sempitnya kesempatan kerja sehingga akan menimbulkan masalah sosial yang pelik.
Masalah penurunan lahan sawah dapat diatasi bila pemerintah daerah sangat ketat dalam hal penataan ruang. Pemerintah harus tegas dalam melarang pembangunan perumahan dan industri yang hendak menggunakan lahan di kawasan pertanian. Penurunan luas lahan sawah dapat dicegah dengan menjadikan sektor pertanian sebagai lapangan usaha yang menarik dan bergengsi secara alami. Penurunan luas lahan sawah yang terjadi tanpa kendali dapat menimbulkan persoalan ketahanan pangan, lingkungan dan ketenagakerjaan (Syahyuti, 2007).
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai beberapa cara untuk mencegah penurunan luas lahan yaitu dengan adanya perda tentang proteksi lahan pertanian (padi),menumbuh kembangkan kembali gerakan tanaman padi,proteksi politik kepada petani.
Fenomena penurunan luas lahan sawah juga terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun luas lahan sawah dan perubahan luas lahan sawah tahun 2004-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
(15)
Tabel 1.1 . Luas Lahan Sawah dan Perubahan Luas Lahan Sawah Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai.
Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)
Perubahan Luas Lahan Sawah terhadap Tahun Sebelumnya (Ha)
Persentase (%)
2008 38.870 0 0
2009 41.981 3.111 8.003
2010 41.057 -0.924 -2.201
2011 40.598 -0.459 -1.118
2012 40.598 0 0
2013 39.502
-1.096 -2.699
2014 39.846 0.344 0.8708
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai mulai terjadi pada tahun 2010, dimana Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas lahan sawah seluas 41.057 Ha, dan pada tahun berikutnya (2011-2014) luas lahan sawah semakin menurun hingga penurunan yang paling drastis terjadi pada 2013 yaitu 39.502 Ha (Dinas Pertanian, berbagai tahun). Dimana penggunaan lahan sawah untuk penanaman padi semakin berkurang dan dialihkan untuk perumahan dan industri.
Untuk itu kita perlu meramalkan keadaan lahan padi sawah untuk beberapa tahun ke depan. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui dan mengantisipasi agar penurunan luas lahan dapat ditekan. Karena apabila terjadi penurunan lahan sawah yang terlalu besar, akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi beras sehingga berpengaruh terhadap ketahanan pangan.
(16)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis laju penurunan luas lahan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak pemerintah.
2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitiaan ini.
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menenpati bumi. Konkritnya, lahan difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (pertanian). Seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia, penguasaan dan pengunaan lahan mulai terusik. Lahan yang semula berfungsi sebagai media bercocok tanam (pertanian), berangsur-angsur berubah menjadi multifungsi pemanfaatan. Perubahan fungsi lahan ke komoditi lain maupun keareal non pertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih fungsi lahan, semakin lama semakin meningkat. Implikasinya, ahli fungsi lahan
perrtanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
Secara empiris, lahan pertanian yang paling rentan terhadap ahli fungsi lahan adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh: (1) kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi; (2) daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; (3) akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik daripada wilayah lahan kering dan (4) pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di
(18)
wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu ( terutama di Pulau Jawa), ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan
(Winoto, 2005).
Meurut Nasoetion dan Winoto (1996), proses penurunan luas lahan sawah secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh 2 faktor, yaitu (i) sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan (ii) sistem non kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain dipresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi lahan.
Proses penurunan luas lahan sawah pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan ini tercermin dari adanya:
1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumber daya alam akibat meningkatnya permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.
2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa), (Rustiadi dan Wafda, 2008).
Ilham dkk (2003), menyatakan bahwa harga lahan, aktivitas ekonomi suatu wilayah, pengembangan pemukiman, dan daya saing produk pertanian merupakan faktor-faktor ekonomi yang menentukan konversi lahan sawah. Tekanan ekonomi
(19)
pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal.
Penelitian Syafa’at dkk (2001) pada sentra produksi padi utama di Jawa dan Luar Jawa, menunjukan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor ekonomi yang menentukan penurunan luas lahan sawah ke pertanian dan non pertanian adalah : (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2) respon petani terhadap dinamika pasar,lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat.
Menurut Nainggolan (2008), faktor penting yang sangat mempengaruhi petani untuk melakukan konversi lahan adalah dikarenakan oleh fator stabilitas harga gabah yang masih relatif rendah dan belum memberikan pengaruh yang besar bagi peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri. Selain itu perbedaan tingkat upah di sektor pertanian dan industri, jumlah pemilikan asset lahan serta luas pemilikan lahan sawah yang semakin kecil cenderung menjadi faktor pendorong proses konversi lahan sawah.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan komposisi pemanfaatan lahan yang dapat mengancam keberadaan lahan pertanian yang subur. Peningkatan jumlah penduduk akan mempersempit lahan untuk usaha pertanian. Selain hal tersebut di atas, hal yang menyebabkan terjadinya konversi lahan adalah permintaan atas produk perkebunan seperti sawit, karet dan kopi yang terus meningkat dan harganya semakin komersial. Lahan pertanian pangan cenderung menurun,lahan perkebunan terus bertambah. Adapun yang menyebabkan
(20)
penurunan lahan pangan ialah karena defisitnya neraca pertambahan luas dan konversi lahan pertanian pangan.
Ketersediaan pangan yang berkelanjutan (sustainable) dibutuhkan untuk stabilisasi harga pangan. Ketidakstabilan harga pangan dapat mengurangi minat investasi pada sektor pangan.pada tingkat usahatani, ketidakstabilan harga tidak merangsang petani untuk menggunakan teknologi baru, meningkatkan keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pada tingkat hilir, ketidakstabilan menyebabkan rendahnya investasi di bidang pemasaran dan
processing. Selain itu sektor industri pangan berkepentingan atas stabilitas harga pangan karena terkait dengan upah tenaga kerja. Harga yang stabil memudahkan perencanaan usaha dan merencanakan tingkat keuntungan.
Dampak penurunan luas lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya yaitu manfaat dan penggunaan lahan sawah yang diperuntukan untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk
mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi (Irawan dan Friyanto, 2002).
Upaya pencegahan penurunan luas lahan sawah sulit dilakukan, karena lahan sawah merupakan private good yang legal untuk ditransaksikan. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendaliaan. Pengendaliaan yang dilakukan sebaiknya bertitik tolak dari faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan luas lahan sawah, yaitu faktor ekonomi, sosial,
(21)
dan perangkat hukum. Secara ekonomi, penurunan luas lahan sawah yang dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun mengganti pada usaha non padi merupakan keputusaan yang rasional. Sebab dengan keputusan tersebut petani berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi penurunan luas lahan, yaitu : perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali terjadinya penurunan luas lahan sawah. Namun hal tersebut hendaknya didukung oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi dengan teknologi yang memadai. Artinya, jika tersedia data yang akurat pada tahun tertentu maka penyimpangan data pada tahun-tahun sebelumnya dapat dikoreksi dengan faktor koreksi tertentu (Suwarno, 1996).
2.2. Landasan Teori
Mekanisasi perubahan pengguaan lahan melibatkan kekuatan-kekuatan pasar, sistem administratif yang dikembangkan pemerintah, dan kepentingan politik. Pemerintah di sebagian besar Negara di dunia pada kenyataannya memegang peran kunci dalam alokasi lahan misalnya hutan, daerah lahan tambang, dan sebagainya (Prayudho,2009).
Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani guna memperoleh hasil produksi, petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor yang dimiliki, seperti luas tanah, modal seperti pupuk, obat-obatan, bibit, dan lain-lain, tenaga
(22)
kerja, keahliaan. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi seperti luas tanah untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas ditentukan oleh banyak faktor, seperti kesuburan tanah, varietas bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai, baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat, penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai, dan tersedianya tenaga kerja (Ace Partadiredja,1980).
Menurut Warton. Jr dan Cliffton (1969), dalam kondisi nyata luas dan kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan lingkungan kehidupan social ekonomi mereka. Dengan perbedaan yang ada, maka usahatani dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
a. Usahatani yang bersifat subsisten, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Produksi subsisten (subsistence production) dengan tingkat komersial
yang rendah dan produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri.
2. Tingkat kehidupan subsisten (subsistence living ), yakni yang berhubungan dengan kemampuan memenuhi tingkat kebutuhan hidup yang minimum.
b. Usahatani yang bersifat seperti sebuah perusahaan (farm bussines) dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengalokasian biaya disesuaikan dengan kegiatan usaha yang dilakukan.
(23)
2. Pencapain tingkat efisiensi teknis (penggunaan tenaga kerja dan modal) agar diperoleh kuantitas produksi yang optimum dan pencapaian tingkat efisiensi ekonomis, yakni laba yang maksimum. Walaupun ada perbedaan seperti yasng diuarikan di atas, dibalik itu ada pula kesamaan di antara petani ini, yakni mereka memandang pertanian sebagai suatu sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil-hasil produksi pertanian (Mosher, A. T, 1969).
Menurut Bangun (2007), faktor produktivitas menjelaskan hubungan faktor-faktor produktivitas dengan hasil produktivitas. Faktor produkstivitas dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produktivitas disebut dengan output,dimana salah satu inputnya adalah luas lahan. Jika produktivitas padi meningkat kemungkinan petani mengalihkan penggunaan lahan sawah ke non pertanian akan menurun.
Menurut Adi (2009), jika harga padi naik maka petani akan mempertahankan lahan mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak mau mengalih fungsikan lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak penurunan luas lahan akan berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok tanam padi.
Menurut Rizal (2004), bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill
bertani. Sehingga harga kelapa sawit mungkin tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah, namun mampu memberikan dampak negatif terhadap luas lahan.
(24)
2.3. Penelitian Terdahulu
Menurut Adhi, dkk. (2011), dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap
Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser
Utara Provinsi Kalimantan Timur faktor yang diketahui mempengaruhi alasan petani melakukan transformasi lahan adalah tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan dan beralihnya mata pencaharian masyarakat dari yang semula petani padi menjadi petani kelapa sawit merubah pola kehidupan para petani. Salah satu contoh yang ada pada masyarakat petani di Kecamatan Babulu yaitu meningkatnya gaya hidup para petani. Terkait dengan adanya perubahan mata pencaharian dari petani padi menjadi petani kelapa sawit menyebabkan pendapatan masyarakat menjadi ikut berubah, akan tetapi perubahan pendapatan yang diperoleh tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan keluarga petani. (Adhi,dkk,2011).
Menurut Catur, dkk (2010) dalam penelitiannya mengenai Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian terhadap Ketersediaan Beras di
Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Klaten mengalami
penurunan produksi padi sawah sebanyak 19.661 ton. Penurunan produksi padi sawah tidak terlepas dari faktor penurunan luas lahan pertanian ke sektor non pertanian. Hal ini terjadi karena lahan merupakan faktor utama dalam proses usahatani yaitu sebagai tempat pelaksanaan usahatani. Jika faktor lain dianggap konstan, maka penurunan luas tanam akan menurunkan tingkat produksi padi sawah
(25)
Ni Putu Martini Dewi (2008) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung.
Alih fungsi lahan sawah sangat bergantung pada banyak faktor misalnya terjadinya pembanguan fisik seperti perkantoran, jalan, perumahan dll. Luas lahan sawah nyata berpengaruh meningkatkan produksi total tanaman padi, sedangkan luas sawah yang beralih ke non sawah belum dapat membuktikan pengaruh produksi padi secara total di Kabupaten Badung.
Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2011), dalam penelitiannya mengenai Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya, menyimpulkan secara umum konversi lahan sawah banyak terjadi di provinsi atau kabupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang relatif tinggi dan Konversi lahan sawah cenderung menunjukkan penurunan produksi per satuan lahan yang semakin besar, sedangkan percetakan sawah cenderung menunjukkan peningkatan produksi per satuan lahan yang semakin kecil .
Arum Laili Afrian (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pengaruh Beberapa Variable terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di Kota Semarang
(Kasus di PT. Karyadeka Alam Lestari). bahwa dari jumlah variabel independen yang ada seperti produktivitas lahan, harga lahan, jumlah penduduk, PDRB, serta PDRB per kapita hanya jumlah PDRB perkapita berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan.
Fanny Anugerah (2005), dalam penelitiannya mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non
(26)
Pertanian di Kabupaten Tangerang, bahwafaktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, persentase luas lahan sawah irigrasi dan pertambahan panjang jalan aspal. Yang berpenagruh negatif yaitu produktifitas padi.
2.4. Kerangka Pemikiran
Lahan merupakan faktor produksi utama dalam usaha pertanian yang sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama untuk produksi beras. Seiring dengan peningkatan aktifitas penduduk serta aktifitas pembanguna, kebutuhan akan lahan juga semakin bertambah. Hal tersebut menyebabkan timbulnya alih funsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
Masalah penurunan luas lahan sawah yang terus meningkat karena pesatnya pembangunan merupakan salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan produksi padi secara nasional terus meningkat setiap tahun, tetapi dengan laju pertumbuhan yang cenderung semakin menurun. Secara tidak langsung konversi lahan sawah juga dapaat mengurangi kuantitas ketersediaan pangan akibat terputusnya jaringan irigasi yang selanjutnya berdampak pada penurunan produktivitas usahatani.
Konsekuensi dari semua ini adalah semakin meningkatnya laju penurunan luas lahan sawah menjadi arel pemukiman, perkotaan atau daerah industri. Selain itu, jumlah percetakan sawah baru yang sangat terbatas dan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk juga menjadi penyebab semakin meningkatnya penurunan luas lahan saawah. Akibat dari penurunan luas lahan tersebut adalah semakin sulitnya mempertahankan tingkat self sufficiency untuk
(27)
memenuhi kebutuhan pangan nasional yang senantiasa meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertambahan penduduk.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang dalam tujuh tahun terakhir mengalami Penurunan luas lahan sawah sehingga menyebabkan luas lahan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai cenderung menurun. Penurunan luas lahan sawah dapat dilihat berdasarkan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai yang diperoleh dari BPS.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan = Dampak
Luas Lahan sawah (Y)
Produksi Pangan Penurunan luas
lahan Produktivitas
Padi (X1)
Harga Padi (X2) Harga Kelapa
(28)
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai adalah produktivitas padi (X1), harga padi (X2), harga kelapa
sawit (X3).
2. Penurunan luas lahan memiliki dampak yang nyata terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Serdang Bedagai.
(29)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang 7 ( tujuh ) tahun terakhir mengalami penurunan luas lahan sawah khususnya lahan pertanian produktif. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu lumbung padi di Sumatera Utara. Akibat dari penurunan luas lahan tersebut maka ketahanan pangan juga ikut menurun, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah perlu diteliti lebih lanjut.
3.2. Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik Kota Medan, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, Instansi dan asosiasi terkait dan publikasi instansi-instansi terkait. Data sekunder diambil dari tahun 2008 sampai pada tahun 2009.
3.3. Metode Analisis Data
3.3.1 Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1)
Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1), dianalisis dengan dengan regresi linear berganda yaitu dingunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat.
(30)
Rumus :
Y = a+b1X1 +b2X2+b3X3+E
Y = luas lahan (ha)
X1 = produktivitas padi (ton/ha)
X2 = harga padi (Rp/kg)
X3 = harga kelapa sawit(Rp/kg)
a = konstanta b1,b2,b3 =koefisien regresi
e = variabel kesalahan
Dimana data yang digunakan adalah data tahun 2008-2014.
3.3.1.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikut sertakan dalam pembentukan model regresi linear. Untuk mendeteksi Multikolinearitas dapat dilihat dari program SPSS 16 yaitu dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai
(31)
tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model linier tersebut bebas dari Multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Heteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk observasi. Akibat adanya Heteroskedasitas, penafsiran OLS tidak bias tetapi tidak efesien. Untuk mendeteksiHeteroskedasitas dapat dilihat dari program SPSS 16 yaitu grafik Scatterplot. Jika Scatterplot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi Heteroskedasitas.
3.3.1.2 Uji Statistik
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel independent cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel indevenden dapat menjelaskan variabel dependen sebesar (R2).
2. Uji F (Uji Keseluruhan)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikasi terhadap variabel devenden. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0
diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikasi yang digunakan yaitu 5%.
(32)
3. Uji t (Uji Parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, dengan kata lain,untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : ß1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : ß1 >
0 → berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana ß1 adalah
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai ßdianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadapY, bila fhitung< ftabel
maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan
apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.
3.4. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.4.1. Definisi
1. Penurunan luas lahan adalah perubahan fungsi lahan dari suatu komoditi ke komoditi lain maupun ke areal non pertanian.
2. Produksi adalah banyaknya jumlah produk usahatani yang diperoleh dalam rentang waktu tertentu. (ton/ha).
(33)
3. Luas lahan sawah adalah luasnya sawah yang digunakan untuk komoditi padi yang dinyatakan dalam satuan hektare (ton/ha).
4. Produktivitas adalah kemampuan lahan sawah untuk menghasilkan padi (ton/ha).
5. Harga padi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga nominal yang diterima petani dari agen/pedagang dengan kesepakatan bersama(Rp/kg). 6. Harga kelapa sawit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga
nominal yaitu nilai atas kelapa sawit yang di ukur dalam satuan uang untuk satuan berat tertentu (Rp/kg).
7. Laju Penurunan luas lahan adalah persentase perubahan luas lahan sawah.
3.4.2 Batasan Operasional
Batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2015.
(34)
Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Luas Wilayah/
Desa (Km2)
% Area
1 Kotarih 78,024 4,11
2 Silinda 56,740 2,99
3 Bintang Bayu 95,586 5,03
4 Dolok Masihul 237,417 12,49
5 Serbajadi 50,690 2,67
6 Sipispis 145,259 7,64
7 Dolok Merawan 120,600 6,35
8 Tebing Tinggi 182,291 9,59
9 Tebing
Syahbandar
120,297 6,33
10 Bandar Khalipah 116,000 6,10
11 Tanjung Beringin 74,170 3,90
12 Sei Rampah 198,900 10,47
13 Sei Bamban 72,260 3,80
14 Teluk Mengkudu 66,950 3,52
15 Perbaungan 111,620 5,87
16 Pegajahan 93,120 4,90
17 Pantai Cermin 80,296 4,23
Jumlah 1.900,22 100,00
(35)
4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai
Pada tahun 2008 luas areal persawahan di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 38.870 Ha. Pada tahun 2009 luas lahan sawah meningkat dengan luas 41.981 Ha, namun pada tahun 2010 luas lahan sawah mulai menurun hingga tahun 2013. Penurunan luas lahan sawah ini menunjukan terjadinya penurunan luas lahan, khususnya lahan padi ke komoditi lainnya maupun non pertanian. Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)
2008 38.870
2009 41.981
2010 41.057
2011 40.598
2012 40.598
2013 39.502
2014 39.846
(36)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Luas dan Kondisi Geografis
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, secara geografis terletak pada 3001’2,5” – 3046’33” Lintang Utara dan 98044”22” -99019’01” Bujur Timur, dengan ketinggian berkisar 0-500 m di atas permukaan laut. Secara administratif, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Simalungun Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Batu Bara dan
Kabupaten Simalungun
Luas wilayah Kabupatan Serdang Bedagai yaitu seluas 1.900,22 km2, terdiri dari 17 kecamatan, 6 kelurahan, dan 1221 dusun. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis, kelembapan udara per bulan sekitar 83%, curah hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm per bulan dengan periodik tinggi pada bulan November. Hujan perbulan berkisar 4-21 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan September. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,8 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum 23,70C dan maksimum 34,20C . Berikut adalah kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai beserta luasnya masing-masing:
(37)
Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Luas Wilayah/
Desa (Km2)
% Area
1 Kotarih 78,024 4,11
2 Silinda 56,740 2,99
3 Bintang Bayu 95,586 5,03
4 Dolok Masihul 237,417 12,49
5 Serbajadi 50,690 2,67
6 Sipispis 145,259 7,64
7 Dolok Merawan 120,600 6,35
8 Tebing Tinggi 182,291 9,59
9 Tebing
Syahbandar
120,297 6,33
10 Bandar Khalipah 116,000 6,10
11 Tanjung Beringin 74,170 3,90
12 Sei Rampah 198,900 10,47
13 Sei Bamban 72,260 3,80
14 Teluk Mengkudu 66,950 3,52
15 Perbaungan 111,620 5,87
16 Pegajahan 93,120 4,90
17 Pantai Cermin 80,296 4,23
Jumlah 1.900,22 100,00
(38)
4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai
Pada tahun 2008 luas areal persawahan di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 38.870 Ha. Pada tahun 2009 luas lahan sawah meningkat dengan luas 41.981 Ha, namun pada tahun 2010 luas lahan sawah mulai menurun hingga tahun 2013. Penurunan luas lahan sawah ini menunjukan terjadinya penurunan luas lahan, khususnya lahan padi ke komoditi lainnya maupun non pertanian. Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)
2008 38.870
2009 41.981
2010 41.057
2011 40.598
2012 40.598
2013 39.502
2014 39.846
(39)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai
Luas lahan sawah adalah luasnya sawah yang digunakan untuk komoditi padi yang dinyatakan dalam satuan hektare (ton/ha). Luas Lahan sawah adalah besarnya suatu luas lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut.Adapun besar penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat dari persentase perubahan luas lahan sawah per tahun sebagai berikut:
Tabel 5.1 Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)
Perubahan Luas Lahan Sawah terhadap Tahun
Sebelumnya (Ha)
Persentase Perubahan Luas Lahan (%)
2008 38.870 0 0
2009 41.981 3,11 8,00
2010 41.057 -0,92 -2,20
2011 40.598 -0,45 -1,11
2012 40.598 0 0
2013 39.502
-1,09 -2,69
2014 39.846 0,34 0,87
(40)
Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 luas lahan sawah sebesar 38.870 Ha. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan luas lahan sawah menjadi 41.981 Ha. Akan tetapi pada tahun 2010 sampai dengan 2013 terjadi penurunan luas lahan sawah, dari 41.057 Ha menjadi 39.502 Ha, dimana penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1.096 Ha (2,69%). dan mengalami penurunan luas lahan terendah adalah pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,45 Ha (1,117%).
5.2 Produktivitas Padi
Produktivitas adalah kemampuan lahan sawah untuk menghasilkan padi (ton/ha). Secara umum, produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya produktivitas padi sawah dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2 Produktivitas Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014 Tahun Produktivitas Padi
(Ton/Ha)
Perubahan Produktivitas Padi (Ton/Ha)
Persentase Perubahan Produktivitas Padi
(%)
2008 5,93 0 0
2009 5,69 -0,24 -4,04
2010 5,50 -0,19 -3,33
2011 5,36 -0,14 -2,54
2012 5,22 -0,14 -2,61
2013 5,04 -0,18 -3,44
2014 4,84 -0,2 -3,96
(41)
Penurunan produktivitas padi sawah terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 produktivitas padi sawah sebesar 5,93 ton/ha, dimana tahun 2009 produktivitas padi sawah mengalami penurunan yaitu. 0,24 ton/ha (mengalami perubahan persentase produktivitas padi sebesar -4,04%). Penurunan produktivitas padi sawah paling tinggi tahun 2014 yaitu 0,2 ton/ha (-3,96%).
5.3 Harga Padi
Harga padi adalah harga nominal yang diterima petani dari agen/pedagang dengan kesepakatan bersama(Rp/kg). Secara umum, harga padi di Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya harga padi dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Harga Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014 Tahun Harga Padi
(Rp/Kg)
Perubahan Harga Padi (Rp/ Kg))
Persentase Perubahan Harga padi (%)
2008 2.992 0 0
2009 3.100 108,11 3,61
2010 3.200 99,29 3,20
2011 3.448 248,70 7,71
2012 3.694 245,70 7,12
2013 3.891 196,58 5,32
2014 4.071 179,94 4,62
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai
Harga padi terus mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 harga padi sebesar 2.992 (Rp/kg).
(42)
Kenaikan harga padi yang paling tinggi adalah tahun 2011 sebesar Rp. 3.448/kg atau mengalami persentase perubahan harga sebesar 7,71%
5.3 Harga Kelapa Sawit
Harga kelapa sawit adalah harga nominal yaitu nilai atas kelapa sawit yang di ukur dalam satuan uang untuk satuan berat tertentu (Rp/kg). Secara umum, harga kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya harga kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4. Harga Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014 Tahun Harga Kelapa
Sawit (Rp/Kg)
Perubahan Harga Kelapa Sawit (Rp/Kg)
Persentase Perubahan Harga Kelapa Sawit
(%)
2008 1.123 0 0
2009 1.135 12,47 1,11
2010 1.171 35,17 3,09
2011 1.187 16 1,36
2012 1.227 40,70 3,42
2013 1.234 6,23 0,50
2014 1.249 15,82 1,28
Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai
Harga kelapa sawit terus mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 harga kelapa sawit sebesar 1.123
(43)
sebesar Rp. 1.227/kg atau mengalami persentase perubahan harga kelapa sawit sebesar 3,42% dibandingkan harga kelapa sawit pada tahun 2011.
5.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan
Hasil analisis pengaruh variabel produktivitas padi, harga padi dan harga kelapa sawit terhadap luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan dengan menggunakan
Software SPSS Versi 16,00
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients
T Sig.
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) -7156.925 3905.663 -1.832 69
produktivitas_
padi 1547.768 66.937 .937 23.123 .000 .870 .907 .903 .929 1.077
harga_padi 1.766 .538 .358 3.283 .001 .025 .293 .128 .128 7.822
harga_kelapa
_sawit -4.135 4.641 -.097 -.891 .375 -.011 -.083 -.035 .127 7.848
a. Dependent Variable: luas_lahan
Berdasarkan hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan dengan menggunakan Software SPSS Versi 16,00 maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = -7.156,92 +1.547,76X1 + 1,76X2 - 4,13X3 + E Dimana :
(44)
Y = luas lahan sawah (ha) X1 = produktivitas padi (ton/ha)
X2 = harga padi (Rp/kg)
X3 = harga kelapa sawit(Rp/kg)
e = tingkat kesalahan
5.5.1 Uji Asumsi Klasik
Hasil dari berbagai uji asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.5.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.
(45)
Gambar 5.1 Grafik Histogram
Berdasarkan Grafik Histogram pada Gambar 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
(46)
Gambar 5.2. Normal P-P Plot of Regresion Standardized Residual Berdasarkan penyebaran data (titik) pada Normal P-P Plot of Regresion Standardized Residual (Gambar 5.2.) di atas, maka dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
(47)
Tabel 5.5.1.1. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 119
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 8.38433745E2 Most Extreme
Differences
Absolute .118
Positive .118
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .073
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test di atas, diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebesar 0,575 dan nilai
α
=
5% (0,05). Hipotesis yang diajaukan adalah :HO : Distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal)
H1 : Distribusi sampel berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal)
Kriteria pengambilan keputusan adalah : HO diterima jika nilai signifikansi >
α
H1 diterima jika nilai signifikansi <
α
Hasil analisis uji untuk persoalan diatas menunjukan nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari
α
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HO diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi Distribusi sampel tidak(48)
berbeda nyata dengan distribusi normal. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas, baik dengan menggunakan metode Grafik Histogram, dengan menggunakan Normal P-Plot of regression Standardized residual, maupun dengan menggunakan Tabel Kolmogorov-Smienov Test, maka diperoleh hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.
5.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linear. Untuk mendeteksi Multikolinearitas dapat dilihat dari program SPSS versi 16 yaitu dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model linier tersebut bebas dari Multikolinearitas.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16,00 maka diperoleh Tabel Hasil Uji Multikolinearitas sebagai berikut
(49)
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.929 1.077
.128 7.822
.127 7.848
Berdasarkan Tabel Hasil Uji Multikolinearitas (Tabel 5.6) diatas, maka dapat dilihat bahwa nilai VIF <10 dan nilai tolerance > 0,1 maka model linier tersebut bebas dari Multikolinearitas.
5.5.1.3 Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Heteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk observasi. Akibat adanya Heteroskedasitas, penafsiran OLS tidak bias tetapi tidak efesien. Untuk mendeteksiHeteroskedasitas dapat dilihat dari program SPSS 16 yaitu grafik Scatterplot. Jika Scatterplot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi Heteroskedasitas.
Dari hasil SPSS versi 16 dapat dilihat bahwa Grafik Scatteflot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa data tidak terjadi Heteroskedasitas.
(50)
Gambar 5.3 Scatterplot
5.5.2. Uji Statistik
5.5.2.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,825. Hal ini menunjukan bahwa sebesar 82,5% alih fungsi lahan dapat dijelaskan oleh produktivitas padi, harga padi dan harga kelapa sawit, sedangkan sisanya sebesar 17,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Berikut Tabel Hasil Koefisien Determinasi (R2) hasil olah data dengan SPSS 16.
(51)
Tabel 5.5.2.1 Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 .908
a .825 .820 849.29943 .825
180.35
1 3 115 .000 2.336
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi
b. Dependent Variable: luas_lahan
5.5.2.2 Uji Statistik F (Uji Serempak)
Uji statistik F (Uji Serempak) pada dasarnya menunjukan apakah semua variasi indevenden yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serempak terhadap variabel dependen. Berikut Tabel Hasil Uji Statistik F (Uji Serempak) hasil olahan data dengan SPSS Versi 16,00.
Tabel 5.5.2.2 Hasil Uji Statistik F (Uji Serempak)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.903E8 3 1.301E8 180.351 .000a
Residual 8.295E7 115 721309.522
Total 4.732E8 118
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi b. Dependent Variable: luas_lahan
Berdasarkan hasil Uji Statistik F( Uji Serempak) dapat diketahui bahwa nilai signifikansi F adalah 0,000 (< 0,05) dengan menggunakan taraf 95% (α=5%)
(52)
maka dapat disimpulkan bahwa variabel indevenden yaitu produktivitas padi, harga padi dan harga kelapa sawit secara serempak berpengaruh nyata terhadap luas lahan lahan.
5.5.2.3 Uji Statistik t (Uji Parsial)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya. Adapun hipotesis pada Uji t ini adalah sebagai berikut:
H0 : ß1 = 0 (tidak ada pengaruh) H1 : ß1 ≠ 0 (ada pengaruh)
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut : Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependennya. Hasil Uji Statistik-t diperoleh nilai probabilitas variabel independen produktivitas padi (X1), harga
padi (X2) lebih kecil dari 0,05 (Tabel 5.5). Jadi H0 ditolak dan H1 diterima, ini
menunjukkan bahwa secara individu produktivitas padi (X1) dan harga padi (X2)
mempunyai pengaruh yang signifikan atau nyata terhadap variabel dependen yaitu luas lahan sedangkan variabel independen harga kelapa Sawit (X3) lebih besar dari
0,05. Jadi H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa variabel harga kelapa sawit berpengaruh tidak signigikan terhadap luas lahan.
5.5.2.3.1 Produktivitas Padi
Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi produktivitas padi (X1) adalah 1.547,76 dan signifikansi t variabel produktivitas
(53)
padi 0,000 artinya produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana setiap kenaikan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha maka luas lahan akan naik sebesar 1.547,76.
Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa jika produktivitas padi meningkat maka penggunaan lahan sawah ke non pertanian akan menurun (Bangun, 2007). Dengan kata lain, jika produktivitas padi meningkat luas lahan sawah akan meningkat pula.
5.5.2.3.2 Harga Padi
Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi harga padi (X2) adalah 1,766 dan signifikansi t variabel harga padi 0,01 artinya harga padi di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana setiap kenaikan harga padi sebesar 1 Rp/Kg maka luas lahan akan bertambah sebesar 1,766 Ha atau jika harga padi naik sebesar 100 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 176,6 Ha.
Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Adi (2009) yang mengatakan bahwa jika harga padi naik maka petani akan mempertahankan lahan mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak mau mengalih fungsikan lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak penurunan luas lahan akan berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok tanam padi.
5.5.2.3.3 Harga Kelapa Sawit
Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi harga kelapa sawit (X3) adalah -4,135 dan signifikansi t variabel harga kelapa sawit
(54)
0,3755 artinya harga kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan dampak yang negatif dan tidak signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana setiap kenaikan harga kelapa sawit sebesar 1 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan berkurang sebesar 4,135 Ha atau jika harga kelapa sawit naik sebesar 100 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 413,5 Ha.
Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Rizal (2004) yang menyatakan bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill bertani. Sehingga harga kelapa sawit tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah, namun mampu memberikan dampak negatif terhadap luas lahan.
(55)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas padi (X1) dan harga padi (X2) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, sedangkan harga kelapa sawit (X3) berpegaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas lahan
sawah.
5.2 Saran
1. Kepada petani, hendaknya tidak melakukan alih fungsi lahan untuk menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Kepada pemerintah, hendaknya lebih memperhatikan lahan sawah yang semakin hari semakin berkurang dan membuat suatu lembaga yang lebih fokus terhadap sawah.
3. Kepada peneliti lain hendaknya melakukan penembangan model, dengan menambah variabel penjelas lain serta mengambil kasus faktor-faktor yang mempengerahui luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai.
(56)
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Yudha Bhaskar, Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M. Si, Ir. Juarti, M. P.,2011. Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur . Makalah
penelitian. Universitas Negeri Malang, Malang, 2011.
Ace Partadireja. 1980. Beberapa Masalah dalam Produksi Bahan Makanan.Prisma.LP3ES, Jakarta.
Adi Wira. 2009. Pengaruh Harga padi terhadap Alih Fungsi Lahan, Bandung. Arum Laili Afrian,2009. Analisis Pengaruh Beberapa Variable Terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di KOTA SEMARANG Kasus di PT. Karyadeka Alam
Lestari,.Semarang.
BPS. 2015. Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka 2008-2014.
Bambang Irawan dan Supena Friyatno.2011. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya, Jakarta.
Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung
Catur TB, Joko Purwanto, Rhina Uchyani F dan Susi Wuri Ani .2010. Dampak alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian terhadap Ketersediaan
Beras di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Pusat Penelitian
Agribisnis Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.
Dinas Perkebunan. 2015. Harga Kelapa Sawit Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai
Dinas Pertanian. 2015. Harga dan Produktivitas Padi Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai
Fanny Anugerah,2000., Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang,
Tangerang.
Gunanto, ES. 2007. Konversi Lahan Pertanian Mengkhawatirkan.
Ilham, Nyak, Yusman Syaukat, dan Supena Friyatno. 2005. Perkembangan dan
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Serta Dampak
Ekonominya, Jurnal SOCA volume 5 No. 2 Juli 2005, Universitas Udayana, Bali.
(57)
Irawan, B dan S. Friyatno. 2002. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa
terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA : Vol.2 No.2 : 79-95. Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.
Iqbal dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Mosher, A.T. 1969. Subsistence Agriculture and Economies Development. Dalam Tesis : I K. Djayastra : Respons Petani Sayur terhadap Perubahan Harga di Bali, Yogyakarta.
Nainggolan, R.E. 2007. Rencana Pembangunan Provinsi Sumatera Utara dari Prespektif Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi”, Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan.
Nasoetion, L,I dan Winoto, J. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Paangan. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dan Ford Fondation, Bogor.
Ni Putu Martini Dewi. 2008. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap
Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung,Bandung.
Pasaribu. 2006. Poverty profile dan The Alleviation Programs In Indonesia, Seminar Internasional Fund For Agricultural Development (IFAD) Hanoi, Vietnam.
Prayudho. 2009. Teori Lokasi .prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/.com
Rizal Dafa. 2004. Pengaruh Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan Sawah. Kalimantan.
Rustiadi, Reti Wafda. 2008. Urgensi pengembangan Lahan Pertanian Pangan
Abadi dalam Perspektif Ketahanan Pangan. Maakalah disampaikan pada
Seminar Nasional “Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi’, Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan.
Suwarno, P.S. 1996. Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Penanggulangannya. Dalam Prosiding Lokakarya “Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Lahan dan Air”: Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras : 121-134. Hasil Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dan Ford Foundation, Bogor.
Syafa’at, N, W. Sudana, N. Ilham, H. Supriyadi dan R. Hendayana. 2001. Kajian Penyebab Penurunan Produksi Padi tahun 2001 di Indonesia Laporan Hasil penelitian : Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Respon terhadap
(58)
Issu Aktual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian, Departemen Pertanian, Bogor.
Syahyuti. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Alih Fungsi Lahan Pertanian Produktif Menjadi Non pertanian dengan Kebijakan Pemerintah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Warton Jr dan Cliffton R. 1969. Subsistence Agriculture and Economies
Development. Aldine Publishing Company, Chicago.
Widjanarko , M.App.Sc, Diah Mardiana,Rurini Anna. 2006. Konversi Lahan
Sawah. Analisis Alih Fungsi Lahan dengan Dampaknya terhadap
Ketahanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Winoto, J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Implementasinya. Makalah Seminar “Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi”, 13 Desember 2005. Kerjasama Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Jakarta.
(59)
Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2008 Kotarih 188 4,3 2.870 1.147
Silinda 2.562 6,7 2.980 1.146
Bintang Bayu 368 5 2.880 1.120
Dolok Masihul 15 3,5 2.850 1.130
Serbajadi 2.483 6,5 2.890 1.115
Sipispis 3.775 6,5 2.850 1.120
Dolok Merawan 4.315 7,6 3.000 1.130
Tebing Tinggi 2.768 6,7 2.860 1.120
Tebing Syahbandar 3.594 6,2 2.950 1.120
Bandar Khalipah 5.425 7,6 3.100 1.115
Tanjung Beringin 3.388 6 2.950 1.109
Sei Rampah 386 5 2.850 1.115
Sei Bamban 406 5,1 2.875 1.113
Teluk Mengkudu 1.118 5,2 2.870 1.119
Perbaungan 1.187 5,5 2.885 1.120
Pegajahan 5.461 7,7 3.100 1.114
(60)
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2009 Kotarih 188 4,5 3.145 1.150
Silinda 2.565 6,5 3.155 1.160
Bintang Bayu 368 4,6 3.010 1.125
Dolok Masihul 15 3,5 3.015 1.145
Serbajadi 2.483 6,2 3.010 1.130
Sipispis 3.775 6,5 3.120 1.135
Dolok Merawan 4.512 7,7 3.125 1.145
Tebing Tinggi 3.098 6,5 3.129 1.130
Tebing Syahbandar 3.594 5,9 3.200 1.150
Bandar Khalipah 5.922 7,2 3.225 1.130
Tanjung Beringin 4.013 5,9 3.150 1.115
Sei Rampah 386 4,4 3.010 1.130
Sei Bamban 406 4,5 3.020 1.120
Teluk Mengkudu 1.194 4,6 3.100 1.115
Perbaungan 1.187 5,3 3.085 1.160
Pegajahan 6.803 7,4 3.200 1.110
(61)
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2010 Kotarih 188 4,2 3.100 1.180
Silinda 2.410 6,3 3.320 1.175
Bintang Bayu 368 4,7 3.247 1.172
Dolok Masihul 15 3,3 3.210 1.177
Serbajadi 2.483 6 3.270 1.165
Sipispis 3.775 6,3 3.240 1.165
Dolok Merawan 4.394 7,4 3.100 1.167
Tebing Tinggi 3.166 6,3 3.150 1.175
Tebing Syahbandar 3.114 5,6 3.000 1.165
Bandar Khalipah 5.953 7,4 3.110 1.172
Tanjung Beringin 4.013 5,7 3.270 1.170
Sei Rampah 386 4,3 3.100 1.165
Sei Bamban 406 4,3 3.335 1.175
Teluk Mengkudu 1.194 4,3 3.235 1.165
Perbaungan 917 5 3.130 1.175
Pegajahan 6.803 7,3 3.330 1.170
(62)
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2011 Kotarih 188 4,2 3.495 1.195
Silinda 2.430 6 3.550 1.190
Bintang Bayu 368 4,6 3.360 1.180
Dolok Masihul 15 3,2 3.480 1.195
Serbajadi 2.483 6 3.450 1.180
Sipispis 3.775 6 3.340 1.185
Dolok Merawan 4.221 7,3 3.220 1.185
Tebing Tinggi 3.166 6,1 3.270 1.190
Tebing Syahbandar 3.039 5,5 3.550 1.190
Bandar Khalipah 5.953 7,2 3.450 1.190
Tanjung Beringin 4.013 5,6 3.450 1.182
Sei Rampah 386 4,2 3.750 1.190
Sei Bamban 175 4,2 3.650 1.190
Teluk Mengkudu 1.194 4,1 3.345 1.179
Perbaungan 1.187 4,8 3.360 1.189
Pegajahan 6.803 7 3.540 1.185
(63)
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2012 Kotarih 188 4 3.635 1.215
Silinda 2.430 5,9 3.670 1.220
Bintang Bayu 368 4,5 3.560 1.215
Dolok Masihul 15 3 3.680 1.235
Serbajadi 2.483 5,9 3.670 1.245
Sipispis 3.775 5,8 3.660 1.260
Dolok Merawan 4.221 7,2 3.650 1.262
Tebing Tinggi 3.166 6 3.678 1.240
Tebing Syahbandar 3.039 5,3 3.645 1.255
Bandar Khalipah 5.953 7,1 3.670 1.220
Tanjung Beringin 4.013 5,4 3.745 1.225
Sei Rampah 386 4,1 3.854 1.215
Sei Bamban 175 4,2 3.870 1.200
Teluk Mengkudu 1.194 4 3.756 1.210
Perbaungan 917 4,6 3.654 1.215
Pegajahan 6.803 6,8 3.645 1.225
(64)
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2013 Kotarih 188 3,8 3.875 1.230
Silinda 2.430 5,5 3.887 1.235
Bintang Bayu 184 4,3 3.860 1.233
Dolok Masihul 6 3 3.770 1.235
Serbajadi 2.483 5,7 3.860 1.236
Sipispis 3.775 5,7 3.860 1.230
Dolok Merawan 4.201 7 3.850 1.236
Tebing Tinggi 3.129 5,8 3.869 1.235
Tebing Syahbandar 3.011 5 3.850 1.235
Bandar Khalipah 5.843 7 3.870 1.230
Tanjung Beringin 3.982 5,2 3.945 1.230
Sei Rampah 356 4 3.890 1.232
Sei Bamban 20 4 3.870 1.233
Teluk Mengkudu 1.045 4,2 3.883 1.231
Perbaungan 570 4,4 3.890 1.230
Pegajahan 6.781 6,5 4.050 1.239
(65)
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Tahun Kecamatan Luas Lahan
( Ha)
Produktivitas Padi ( Ton/Ha)
Harga Padi (Rp/Kg)
Harga Kelapa Sawit
( Rp/Kg)
2014 Kotarih 188 3.7 4.055 1.245
Silinda 2.430 5.1 4.080 1.250
Bintang Bayu 184 4 4.070 1.252
Dolok Masihul 4 3 4.060 1.255
Serbajadi 2.483 5.5 4.090 1.254
Sipispis 4.327 5.5 4.065 1.252
Dolok Merawan 4.203 6.9 4.070 1.250
Tebing Tinggi 3.129 5.7 4.080 1.249
Tebing Syahbandar 2.936 4.9 4.045 1.250
Bandar Khalipah 5.862 6.8 4.040 1.250
Tanjung Beringin 3.982 5 4.090 1.245
Sei Rampah 278 3.98 4.085 1.250
Sei Bamban 15 3.7 4.068 1.245
Teluk Mengkudu 1.010 3.7 4.060 1.250
Perbaungan 570 4 4.085 1.249
Pegajahan 6.781 6.4 4.080 1.248
(66)
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Penelitian dengan SPSS Versi 16
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
luas_lahan 2.3755E3 2002.57807 119
produktivitas_padi 5.3714 1.21211 119
harga_padi 3.4756E3 406.45563 119
harga_kelapa_sawit 1.1899E3 47.19456 119
Correlations
luas_lahan
produktivitas
_padi harga_padi
harga_kelapa_ sawit
Pearson Correlation luas_lahan 1.000 .870 .025 -.011
produktivitas_padi .870 1.000 -.259 -.265
harga_padi .025 -.259 1.000 .934
harga_kelapa_sawit -.011 -.265 .934 1.000
Sig. (1-tailed) luas_lahan . .000 .395 .452
produktivitas_padi .000 . .002 .002
harga_padi .395 .002 . .000
harga_kelapa_sawit .452 .002 .000 .
N luas_lahan 119 119 119 119
produktivitas_padi 119 119 119 119
harga_padi 119 119 119 119
(67)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 harga_kelapa_s
awit,
produktivitas_pa
di, harga_padia
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: luas_lahan
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang
e df1 df2
Sig. F Change 1
.908a .825 .820 849.2994
3 .825
180.35
1 3 115 .000 2.336
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi
(68)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part
Toleran
ce VIF
1 (Constant)
-7156.92 5
3905.663 -1.832 .069
produktivit as_padi
1547.76
8 66.937 .937 23.123 .000 .870 .907 .903 .929 1.077
harga_pa
di 1.766 .538 .358 3.283 .001 .025 .293 .128 .128 7.822
harga_kel
apa_sawit -4.135 4.641 -.097 -.891 .375 -.011 -.083 -.035 .127 7.848
a. Dependent Variable: luas_lahan
(69)
(70)
(71)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 119
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 8.38433745E2
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .073
(1)
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Penelitian dengan SPSS Versi 16
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
luas_lahan 2.3755E3 2002.57807 119
produktivitas_padi 5.3714 1.21211 119
harga_padi 3.4756E3 406.45563 119
harga_kelapa_sawit 1.1899E3 47.19456 119
Correlations
luas_lahan
produktivitas
_padi harga_padi
harga_kelapa_ sawit
Pearson Correlation luas_lahan 1.000 .870 .025 -.011
produktivitas_padi .870 1.000 -.259 -.265
harga_padi .025 -.259 1.000 .934
harga_kelapa_sawit -.011 -.265 .934 1.000
Sig. (1-tailed) luas_lahan . .000 .395 .452
produktivitas_padi .000 . .002 .002
harga_padi .395 .002 . .000
harga_kelapa_sawit .452 .002 .000 .
N luas_lahan 119 119 119 119
produktivitas_padi 119 119 119 119
harga_padi 119 119 119 119
(2)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 harga_kelapa_s
awit,
produktivitas_pa di, harga_padia
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: luas_lahan
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang
e df1 df2
Sig. F Change 1
.908a .825 .820 849.2994
3 .825
180.35
1 3 115 .000 2.336
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi
(3)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part
Toleran
ce VIF
1 (Constant)
-7156.92 5
3905.663 -1.832 .069
produktivit as_padi
1547.76
8 66.937 .937 23.123 .000 .870 .907 .903 .929 1.077
harga_pa
di 1.766 .538 .358 3.283 .001 .025 .293 .128 .128 7.822
harga_kel
apa_sawit -4.135 4.641 -.097 -.891 .375 -.011 -.083 -.035 .127 7.848
a. Dependent Variable: luas_lahan
(4)
(5)
(6)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 119
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 8.38433745E2
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .073