Pasal 99
1 Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
2 Bupati   menetapkan   Keputusan   Penghapusan   Piutang   Pajak   Daerah   yang   sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada  ayat 1.
3 Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVI PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 100
1 Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan  omzet  paling sedikit Rp. 300.000.000 tiga ratus juta rupiah pertahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
2 Kriteria   Wajib   Pajak   dan   penentuan   besaran   omzet   serta   tata   cara   pembukuan   atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 101
1 Bupati   berwenang   melakukan   pemeriksaan   untuk   menguji   kepatuhan   pemenuhan kewajiban   perpajakan   daerah   dalam   rangka   melaksanakan   peraturan   perundang-
undangan perpajakan daerah. 2 Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan danatau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak yang terutang;
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; danatau
c. Memberikan keterangan yang diperlukan. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB XVII INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 102
1 Instansi   yang   melaksanakan   pemungutan   pajak   dapat   diberi   insentif   atas   dasar pencapaian kinerja tertentu.
2 Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah.
3 Tata  cara  pemberian  dan pemanfaatan  insentif  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  1 ditetapkan dengan peraturan Bupati dengan berpedoman kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB XVIII PENYIDIKAN
Pasal 103
1 Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus   sebagai   penyidik   untuk   melakukan   penyelidikan   tindak   pidana   dibidang
Perpajakan   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang-Undang   Hukum   Acara Pidana.
2 Penyidik   sebagaimana  dimaksud   pada   ayat   1   adalah   pejabat   pegawai   negeri   sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenan dengan   tindak   pidana   di   bidang   perpajakan   daerah   agar   keterangan   atau   laporan
tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti,   mencari   dan   mengumpulkan   keterangan   pribadi   atau   badan   tentang kebenaran perbuatan  yang dilakukan  sehubungan dengan  tindak pidana di  bidang
perpajakan daerah; c. Menerima  keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau  badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah; d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain yang berkenan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan
dan   dokumen   –   dokumen   lain   serta   melakukan   penyitaan   terhadap   bahan   bukti tersebut;
f. Meminta   bantuan   tenaga   ahli   dalam   rangka   pelaksanaan   tugas   penyidikan   tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah;
g. Menyuruh berhenti danatau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda
danatau dokumen yang dibawah. h. Memotret   seseorang   yang   berkaitan   dengan   tindak   pidana   di   bidang   Perpajakan
Daerah; i. Memanggil   orang   untuk   didengar   keterangannya   dan   diperiksa   sebagai   tersangka
atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; dan
k. Melakukan   tindakan   lain   yang   perlu   untuk   kelancaran   penyidikan   tindak   pidana   di Perpajakan Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
4 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan   menyampaikan   hasil   penyidikannya   kepada   Penuntut   Umum   melalui   Penyidik
Penjabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang hukum acara pidana.
BAB XIX KETENTUAN PIDANA