Perumusan M asalah PENDAHULUAN
Besarnya potensi yang dimiliki Kabupat en Semarang sebagai w ilayah pengembangan pusat pertumbuhan, w ilayah ini juga menghadapi permasalahan terkait dengan pot ensi bencana
longsor. M enurut Pusat Vulkanologi Dan M it igasi Bencana Geologi Departemen Energi Dan Sumber Daya M ineral Republik Indonesia, w ilayah Kabupaten Semarang merupakan salah satu
kabupat en dari 31 kabupaten kota di Jawa Tengah yang t ermasuk daerah raw an bencana alam t erut ama bencana longsor yang salah satu penyebabnya adalah adanya pot ensi gerakan tanah.
Potensi gerakan t anah di Kabupat en Semarang t ersebar di 14 kecamatan dengan pot ensi gerakan tanah menengah hingga tinggi. Kecamatan t ersebut ant ara lain Kecamatan Ungaran,
Klepu, Ambarawa, Pringapus, Baw en, Sumowono , Banyubiru, Get asan, Tengaran, Bringin, Pabelan, Jambu, Susukan dan Suruh. Pot ensi gerakan tanah menengah adalah daerah yang
mempunyai pot ensi menengah unt uk terjadi gerakan tanah dimana zona ini dapat t erjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, t erutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gaw ir, t ebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Sedangkan pot ensi gerakan tanah tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi t inggi untuk terjadi gerakan t anah
dimana zona ini dapat t erjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal dan gerakan tanah lama dapat akt if kembali.
Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pengelolaan ruang di kawasan perkotaan cenderung mengalami t antangan yang cukup berat . Tingginya frekuensi bencana longsor dan
besarnya kerugian yang ditimbu lkan dari bencana t ersebut t elah menyadarkan akan perlunya reposisi perilaku manusia dalam mengelola lingkungan hidup yang diletakkan pada sebuah
kerangka pikir atau pendekatan yang memungkinkan seluruh pihak untuk saling bersinergi dalam merevit alisasi ruang kehidupannya agar dapat mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produkt if, dan berkelanjutan. Salah satunya adalah perlunya pert imbangan potensi longsor dalam proses penataan ruang baik pada t ingkat nasional, Provinsi at au kabupat en kota. Dan di
dalam pert imbangan t ersebut, perlu disusun suatu ” kriteria nasional” yang dapat menjadi acuan dalam penat aan ruang dan lingkungan khususnya pada kaw asan rawan bencana alam yang
t erdiri dari dua hal yaitu mut lak harus dihindari untuk pemanfaatan apapun dan masih dapat dikembangkan bergradasi dengan m emanfaat kan konsep m itigasi M edrilzam, dkk, 2001.