Border Line Perbatasan Garis Taraf Kecerdasan

184 penghambat dorongan Id. Proses seperti inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan kebudayaan. Tunagrahita mengalami kelemahan dalam fungsi ego. Ego yang normal berfungsi untuk menggali dan mempelajari realitas, memahami akibat dari sebuah tindakan, dan belajar untuk menahan keinginan serta yang secara sosial dapat diterima. Tunagrahita mengalami kelemahan dalam proses seperti itu. Artinya tunagrahita tidak mampu untuk mengontrol impuls-impuls oleh karena itu emosinya mudah sekali meledak. Kelemahan fungsi ego menyebabkan anak tunagrahita tidak mampu menyalurkan ketegangan insting dalam bentuk perilaku yang dapat diterima. Penyaluran ketegangan dalam mengontrol kecemasan lebih banyak didasarkan pada mekanisme pertahanan diri yang lebih bersifat primitif. Semakin primitif mekanisme pertahanan diri, semakin tidak efektif dalam mereduksi kecemasan. Semakin canggih mekanisme pertahanan diri yang secara sosial dapat diterima, semakin efektif dalam mereduksi kecemasan. Oleh sebab itu perilaku tunagrahita ditandai oleh reaksi irasional dan kecemasan yang berlebihan. Untuk memberikan gambaran yang lebih luas tentang konsep tunagrahita perlu dijelaskan perbedaan konsep Border Line, Learning Disabilit dan tunagrahita yang kesemuanya itu dikatagorikan sebagai Developmental disability

2. Border Line Perbatasan Garis Taraf Kecerdasan

Pembahasan tentang “border line” atau garis batas taraf kecerdasan yang menjadi kelompok tersendiri dan sering disebut sebagai kelompok ”lambat belajar” dipandang perlu dalam buku ini, untuk membedakan secara tegas dengan tunagrahita. Secara Intelektual keduanya memang berada di bawah rata-rata dari ukuran normal, tetapi tunagrahita dengan border line secara signifikan berbeda. Sekalipun keduanya menunjukkan kondisi intelektual di bawah rata-rata. Border line tidak termasuk pada kelompok tunagrahita, ia menjadi kelompok tersendiri yang memisahkan antara tunagrahita dan normal. Apabila kita merujuk kepada konsep dan 185 definisi ketunagrahitaan yang dikembangkan AAMR. Perbedaan itu menjadi nampak jelas apabila dilihat dari tingkat kecerdasan yang diperoleh berdasarkan skor IQ. Seorang anak dikatakan tunagrahita apabila memiliki skor IQ menyimpang dua standar deviasi IQ 70 ke bawah, sementara penyimpangan satu standar deviasi IQ 85-71 tergolong anak yang disebut lambat belajar border line. Untuk memperoleh gambaran yang lebih konkrit mengenai anak yang tergolong border line dapat dilihat pada kurva berikut: Gambar 3.8. Kurve Distribusi Inteligensi Dari kurve tersebut gambar yang diarsir posisi anak yang disebut border line berada pada kelompok khusus yang menjadi garis pembatas antara tunagrahita dan kelompok normal, sehingga kelompok ini disebut border line. Anak yang dikatagorikan border line tidak mengalami kesulitan belajar seperti yang dihadapi anak tunagrahita. Mereka dapat belajar bersama dengan anak lainnya di sekolah reguler. Sekalipun kecenderungan mereka akan terjadi dari teman sebayanya akan nampak . + 1s +2s +3s +4s - 1s -3s -2s -4s Standard Deviations 55 70 85 100 115 130 145 Wechsler Scales Deviation IQ Wechsler, 1949 70 75 100 120 AAMD G r o s s m a n , i n press James S Payne, James R Patton 1981 dan Donald L. Macmillan 1982 186

3. Learning Disability Kesulitan Belajar