61
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Sad Atatayi terdiri dari kata sad dan atatayi. Sad berarti enam dan atatayi berarti cara melakukan pembunuhan. Dengan demikian, sad atatayi berarti
enam cara untuk melakukan pembunuhan. Sesungguhnya Veda sebagai kitab suci umat Hindu memberikan tuntunan tentang Ahimsakarma, yaitu larangan
untuk untuk melakukan pembunuhan terhadap sesama makhluk hidup dengan motivasi balas dendam dan kemarahan. Dalam ajaran Ahimsakarma, membunuh
manusia ataupun membunuh seekor semut berarti melakukan karma buruk yang pasti akan dipetik buahnya di kemudian hari.
Dalam Kitab disebutkan bahwa rusa-rusa yang sedang merumput di lapangan yang hijau, ikan-ikan yang sedang berenang di telaga yang jernih dipanah dan
dipancing oleh manusia untuk alasan kesenangan dan kesehatan. Akibat dari semua itu, tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang terhindar dari penyakit.
Penyakit yang dimaksud adalah penyakit dengan kualitas rendah ataupun dengan kualitas tinggi yang bisa menguras banyak biaya.
C. Bagian-Bagian Sad Atatayi
1. Agnida
Agnida adalah cara membunuh orang dengan cara membakar rumahnya sehingga juga membakar orangnya, seperti pencuri yang tertangkap kemudian
di bakar hidup-hidup, orang yang ada dalam rumahnya mati terpanggang. Para teroris yang melakukan pengeboman termasuk dalam kelompok Agnida.
Contoh cerita tentang Agnida yang patut direnungkan untuk diambil hikmahnya dapat ditemukan dalam kisah Mahabharata, yang kisah singkatnya
sebagai berikut: “Pada suatu ketika, Duryadana mengundang Kunti dan Panca Pandawa
untuk berlibur. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryadana. Duryadana mempunyai niat jahat untuk membakar
rumah yang dihuni Panca Pandawa pada malam hari. Bima diberitahu
oleh Widura bahwa rumah tempat menginap ibu Kunti dan Panca Pandawa
akan dibakar oleh Duryadana di malam hari. Kemudian, dibuatlah terowongan
agar dapat menyelamatkan diri. Ketika malam hari, rumah tempat Dewi Kunti
dan Panca Pandawa menginap dibakar. Dewi Kunti dan Panca Pandawa dapat
menyelamatkan diri ke hutan melalui terowongan.”
Sumber: http:www.kidnesia.comvar gramediastorageimageskidnesia2014
Gambar 4.1 ilustrasi menyelesaikan masalah
dengan musyawarah
62
Kelas VII SMP Edisi Revisi
2. Visada
Visada artinya meracuni baik sesama manusia maupun binatang sampai pingsan, maupun sampai mati. Hal ini adalah merupakan perbuatan dosa
sebab perbuatan ini sangat bertentangan dengan hakekat hidup yang beradab. Contoh perilaku Visada dapat direnungkan dalam cerita di bawah ini.
“Seorang anak mempunyai kegemaran memancing ikan di sungai atau di kolam. Kadang-kadang ia mendapatkan banyak ikan, namun kadang-kadang
mendapatkan sedikit ikan, hasilnya tidak menentu. Pada suatu hari, ia datang ke sungai untuk memancing tetapi hingga siang hari ia tidak mendapatkan
seekor ikan pun. Dengan gelisah, cemas, dan penuh harapan ia pergi ke sebuah warung membeli portas dan racun lainnya. Kembalilah ia ke sungai
untuk melepaskan racun tadi supaya ikan-ikan besar, belut, kepiting, udang, lele baik besar maupun kecil mati dan hanyut semua. Kemudian, setelah
ikan-ikan itu mati ia hanya mengambil beberapa ekor ikan yang besar saja sedangkan yang lainnya dibiarkan hanyut.”
Perbuatan ini tidak berdasarkan Tat Twam Asi. Perbuatan ini termasuk pembunuhan secara kejam dengan jalan meracuni, yang dilarang oleh ajaran
agama maupun pemerintah.
3. Atharva
Atharva adalah cara membunuh dengan kejam dengan mempergunakan ilmu hitam. Secara antropologi, fenomena ini ternyata ada di seluruh
masyarakat dunia baik yang tergolong sudah mempunyai peradaban maju maupun yang masih tergolong primitif. Bahkan di era modern ini sebagian
orang masih mempercayai ilmu hitam, misalnya santet, teluh atau di Bali dikenal leak.
4. Sastraghna
Sastraghna adalah membunuh dengan cara membabi buta atau mengamuk. Contoh tentang hal ini dapat ditemukan dalam tragedi pembunuhan siswa
taman kanak-kanak beberapa kali di Amerika Serikat. Dalam Sarasamuscaya 324 disebutkan:
“Kunang ikang wwang gumawayaken ikang ulah papa, tan masih mwk ngaranika, apayapan awaknya gumawayikang kapapan, awaknya amukti phalanya dlaha”
Terjemahan
Adapun orang yang melakukan perbuatan jahat itu, dinamai dengan orang yang tidak sayang dengan dirinya sendiri atau karena dirinya sendiri berbuat
kejahatan karenanya dirinya sendiri yang akan mengalami akibatnya kelak.