Jenis-Jenis Yajña Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa 2016

92 Kelas VII SMP Edisi Revisi

4. Manusa Yajña

Manusa yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa yajña tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan membantu orang miskin juga termasuk Manusa yajña. Namun, Manusa yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara Manusa yajña, agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Tujuan pelaksanaan manusa yajña adalah untuk membayar leluhur Pitra Rna yang telah membantu kita disaat membutuhkan pertolongan, juga untuk penyucian diri.

5. Bhuta Yajña

Bhuta yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih kepada makhluk bawahan para bhuta, termasuk para bhuta sekala maupun niskala yang ada di sekitar kita. Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu. Tujuan pelaksanaan Bhuta yajña adalah untuk membayar hutang yang kita memiliki kepada para bhuta seperti alam semesta, makhluk hidup, yang merupakan ciptaan Sanghyang Widhi. Jadi Bhuta yajña yang kita laksanakan untuk membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi Dewa Rna.

D. Bentuk Pelaksanaan Yajña

Dalam berbagai bentuk yajña dan nilai-nilai simbolisnya ditemukan dalam Bhagavadgita Bab IV pasal 23 sampai 30. Dalam kitab ini disimpulkan bahwa pengorbanan adalah tiap-tiap usaha yang berakibat mengurangi rasa keakuan dan mengurangi nafsu rendah semata-mata untuk mewujudkan bhakti kepada Hyang Widhi. Oleh karena itu, maka bentuk yajña dapat digolongkan ke dalam empat besar, yaitu: Widhi yajña, Druwya yajña, Jnana yajña, dan Tapa yajña. 93 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

1. Widhi Yajña

Widhi yajña adalah bentuk yajña yang diadakan dengan berlatar belakang pada kehidupan manusia yang mempunyai “hutang-hutang” atau Rnam. Rnam itu ada tiga, yaitu Dewa Rnam, Rsi Rnam, dan Pitra Rnam. Dewa Rnam adalah hutang manusia kepada Hyang Widhi. Berkat anugrah-Nya, atman atau roh dapat ber-reinkarnasi menjadi manusia; Rsi Rnam adalah hutang manusia kepada para Maha Rsi yang telah menyebarkan ajaran Veda sebagai pangkal ilmu pengetahuan sehingga manusia mempunyai kemampuan meningkatkan kualitas kehidupannya; Pitra Rnam adalah hutang manusia kepada leluhur sebagai yang mengembangkan keturunan. Manusia yang berbudi hendaknya menyadari adanya Tri Rnam ini serta melakukan yajña sebagaimana disebutkan dalam Manawa Dharmasastra Buku ke-IV Atha Caturtho Dhayah pasal 21: Rsi yajnam devayadnam bhuta yajnam ca sarvada, nryajnam pitryajnam ca yathacakti na hapayet “Hendaknya janganlah sampai lupa, jika mampu melaksanakan yajña untuk para Rsi, para Dewa, kepada unsur-unsur alam Bhuta, kepada sesama manusia dan kepada para leluhur.” Ajaran ini berkembang di Nusantara sebagai “Panca yajña” dengan urutan: Dewa yajña, Rsi yajña, Pitra yajña, Manusa Yajña, dan Bhuta yajña. Tri Rnam “dibayar” dengan Panca yajña, sebab ada yajña-yajña yang bermakna atau bertujuan sama dalam kaitan Rnam, yaitu: Dewa Yajña dan Bhuta yajña ada dalam kaitan Dewa Rnam; Pitra Yajña dan Manusa yajña ada dalam kaitan Pitra Rnam, dan Rsi yajña khusus untuk Rsi Rnam.

2. Druwya Yajña

Druwya yajña adalah pengorbanan dalam bentuk materi yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan. Dalam keseharian, Druwya yajña ini dikenal dengan kegiatan me-Dana Punia. Dana Punia yang dilakukan tanpa mengharap balas jasa itulah yang utama sebagaimana disebutkan dalam Bhagavadgita XVII pasal 20: Datavyam iti yad danam, diyate nupakarine, dese kale ca patre ca, tad danam sattvikam smrtam