Sebagai konsekuensi dari skenario, maka nilai YT atau output nasional dan QT atau level dari GDP diinterpretasikan berdasarkan pendekatan formula :
QT = YT 1-abcost
T
1-tecost
T
Dalam skenario “Base“ ; abcost = 0 dan tecost = 0, maka Q
T
= Y
T
Skenario “ Optimal“ ; abcost 0 dan tecost 0, maka Q
T
Y
T
Skenario “Concentration”; abcost 0 dan tecost 0, maka Q
T
Y
T
Skenario “ Reduction“ ; abcost 0 dan tecost 0, maka Q
T
Y
T
5.3 Pajak Emisi Gas CO
2
Yang Optimal
Berdasarkan besaran skalar, parameter dan variabel yang disimulasi dalam model dengan program GAMS lampiran 1 dan 2, dengan nilai R sebesar 3 pajak
karbon untuk Indonesia berkisar antara USD 54,245 – USD 8714,693 per ton karbon untuk periode 1990 -2020 seperti pada gambar 63. Pendapatan kotor domestik GDP
berkisar antara Rp245,103 triliun – Rp1844,951 triliun untuk periode yang sama dan pendapatan per kapita mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp1,364 juta pada tahun
1990 menjadi Rp 6,901 juta pada tahun 2020. Besarnya pajak didapat sebagai hasil kontribusi total emisi karbon Indonesia terhadap rest of the world. Jika Indonesia
menggunakan kebijakan pajak karbon yang besarnya berkisar antara USD 54,245 - USD 8714,693 per ton karbon dan rest of the world melakukan hal yang sama, maka
besarnya forcing yang terjadi diperkirakan berada pada kisaran 2,086 Wm
2
pada tahun 1990 dan meningkat menjadi 12,197 Wm
2
pada tahun 2019. lampiran 3 Dengan skenario pajak optimal, dimana social discount rate yang digunakan
sebesar 3, maka dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5 per tahun dan pertumbuhan penduduk sebesar 1,2 per tahun GDP Indonesia tidak mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan “Base Case”. Tren kenaikan mengikuti pola pada gambar 64. Hal ini akan berimplikasi pada pendapatan per kapita yang konsisten
sesuai dengan kenaikan GDP lampiran5.
Pajak Karbon Optimal R=3 1990-2019
0,000 2.000,000
4.000,000 6.000,000
8.000,000 10.000,000
1990 1992 19
94 1996 1998
20 00
2002 2004 200 6
2008 2010 20 12
2014 2016 20 18
Tahun US
D T
K a
rb o
n
C Tax
Gambar 63. Pajak karbon Indonesia untuk periode 1990-2019
GDP Indonesia Periode 1990 -2019
0,000 500,000
1.000,000 1.500,000
2.000,000
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
20 02
20 04
20 06
20 08
20 10
20 12
20 14
20 16
20 18
Tahun
Q T
ln I
D R
- 1993 p
ri c
e
GDP-pajak R3 GDP-Base Case
Gambar 64. Tren GDP Indonesia dengan adanya pajak emisi gas CO
2
untuk periode 1990-2019
Presentase Perubahan PCY vs GDP
-5,0 0,0
5,0 10,0
15,0 20,0
90 95
20 5
10 15
20 Tahun
P er
ubah an
PCY Base Scenario PCY Optimal
Q Base Scenario Q Optimal
Gambar 65. Presentase perubahan pendapatan per kapita dan GDP untuk ”Base Scenario” dan ”Optimal Scenario”
Pada gambar 65 dapat dilihat bahwa persentase perubahan pendapatan per kapita terhadap GDP. Pada periode 2000 – 2005 presentase pendapatan mengalami
penurunan karena rendahnya presentase GDP. Pada gambar 66 dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang pendapatan per kapita terus mengalami peningkatan sementara
konsumsi per kapita akan mengalami penurunan. Pendapatan per kapita yang meningkat disebabkan karena dalam jangka panjang pengeluaran untuk abatement cost
dan temperature cost yang lebih rendah atau relatif kecil jika dibandingkan dengan kebijakan yang tidak memperlakukan pajak karbon. Biaya yang dikeluarkan untuk
mengurangi dampak dari akibat adanya emisi tergantung seberapa besar emisi tersebut dikendalikan. Kisar untuk pengeluaran abatement cost untuk periode 30 tahun 1990-
2019 adalah sebesar 0,9 – 6,7 dari GDP dalam kondisi optimal. Dalam kondisi Base Scenario
adalah 0, pada kondisi Concentration Scenario sebesar 0,69, dalam kondisi Scenario Reduction-1 berkisar 0 0,0088 dan Scenario Reduction-2
sebesar 0,0065. Faktor yang mempengaruhi menurunnya konsumsi per kapita adalah karena adanya
peningkatan jumlah populasi dan pengaruh dari investasi, sedangkan besarnya kontribusi abatement cost yang dikeluarkan akan mempengaruhi pendapatan per
kapita.
Konsumsi Pendapatan Per Kapita
0,000 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
8,000 9,000
1990 19
93 1996
1999 200
2 2005
2008 2011
2014 2017
Tahun D
a la
m J
u ta
ID R
CPC-Base Scenario PCY-Base Scenario
CPC-Optimal Scenario PCY-Optimal
Gambar 66. Tren konsumsi dan pendapatan per kapita periode 1990 -2019 ”Optimal Scenario” terhadap ”Base Scenario”
Besarnya ABCOST terhadap GDP pada gambar 67 untuk beberapa skenario seperti skenario Base, Reduction-1 dan Reduction-2 berada dibawah 0,01 sedangkan untuk
Skenario Concentration , dimana emisi karbon dikendalikan seluruhnya, maka nilai
ABCOST berada pada 6.9 dari GDP. Pada kondisi optimal mulai dari periode 2002 –
2016 abatement cost yang harus dikeluarkan adalah sebesar 6,9 GDP per tahun lampiran3.
ABCOST Terhadap GDP
0,000 0,020
0,040 0,060
0,080
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
20 02
20 04
20 06
20 08
20 10
20 12
20 14
20 16
20 18
Tahun G
D P
x 100
ABCOST - Optimal ABCOST -Base
ABCOST Concentration ABCOST -Reduction 1
ABCOST -Reduction 2
Gambar 67. Presentase ABCOST terhadap GDP untuk beberapa skenario R3
90 95
20 5
10 15
20 AB
CO ST
Ba se
AB CO
ST Op
tim al
AB CO
ST Co
nce ntra
tion 0,000
0,020 0,040
0,060 0,080
G D
P x
1
Tahun ABCOST - R3
ABCOST Base ABCOST Optimal
ABCOST Concentration
Gambar 68. Presentase ABCOST terhadap GDP untuk beberapa skenario
Pada gambar 68 dapat dilihat bahwa untuk mempertahankan suhu rata-rata permukaan maksimum 7
o
C, maka dalam kondisi optimal besarnya ABCOST untuk periode 2005- 2015 adalah sebesar 6,9 GDP. Perubahan suhu rata-rata permukaan bumi yang akan
terjadi jika Indonesia melakukan skenario dengan tingkat R3 dapat dilihat pada gambar 72. Besarnya perubahan pendapatan per kapita dan GDP untuk masing-
masing skenario dengan nilai social rate time preference yang sama sebesar 3 dapat dilihat pada gambar 69. Pendapatan per kapita untuk skenario optimal berada
diatas skenario reduction-1 dan reduction-2. Jika dibandingkan dengan skenario base, maka pendapatan per kapita pada kondisi ”Base Scenario” masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan skenario lainnya pada tingkat R3. Hal ini menunjukkan bahwa menggunakan kebijakan optimal akan lebih baik dibandingkan dengan mengurangi
emisi pada level 10 atau 20 dari level emisi yang ada pada saat ini.
Pendapatan Per Kapita R=3
0,000 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
8,000 9,000
19 90
199 2
199 4
199 6
199 8
200 200
2 20
04 200
6 200
8 201
20 12
201 4
201 6
20 18
Tahun PC
Y J
u ta
I D
R
PCY- Reduction1 PCY -Reduction2
PCY -Base PCY-Optimal
PCY -Concentration
Gambar 69. Pendapatan per kapita untuk beberapa skenario setelah adanya pajak emisi
Pada kenyataannya kita tidak menemukan emisi gas CO
2
yang tidak dikendalikan seperti pada skenario ”Base” begitu juga sebaliknya pada kondisi yang sepenuhnya
dikendalikan pada skenario ”Concentration”. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa pilihan skenario hanya akan dilakukan pada skenario ”Optimal” atau
”Reduction” . Besarnya reduction MIU tergantung dari berapa besar pajak emisi
yang dapat diterima oleh masyarakat dan konsekuensi dari Besarnya abatement cost atau besarnya suhu rata-rata permukaan bumi yang akan diharapkan.
GDP R=3
0,000 500,000
1.000,000 1.500,000
2.000,000
19 90
19 92
19 94
19 96
199 8
20 00
200 2
200 4
20 06
20 08
20 10
20 12
20 14
20 16
20 18
Tahun GD
P T
ln I
D R
Q -Reduction2 Q -Reduction1
Q -Base Scenario Q -Optimal
Q -Concentration
Gambar 70. GDP Indonesia untuk beberapa skenario setelah adanya pajak emisi gas CO
2
Pada gambar 70. dapat dilihat bahwa jika pemerintah memperkenalkan kebijakan dengan pengurangan emisi karbon sebesar 10 MIU=0,1 dari level emisi yang ada
pada saat ini, maka akan berdampak pada pengurangan GDP. Dengan kebijakan pada skenario Reduction-2 MIU=0,2, maka GDP masih berada diatas kondisi GDP
optimal. Masing-masing skenario akan berdampak pada besarnya pajak karbon yang akan dikenakan pada BBF yang dipakai. Pada gambar 71 dapat dilihat bahwa
besarnya pajak karbon pada kondisi optimal jauh berada diatas skenario Reduction-1 dan Reduction -2.
Pajak Karbon -R3
0,000 1000,000
2000,000 3000,000
4000,000 5000,000
6000,000 7000,000
8000,000 9000,000
19 90
19 93
19 96
19 99
20 02
20 05
20 08
20 11
20 14
20 17
Tahun C T
a x
US D
T
C Tax -Reduction2 C Tax -Reduction1
C Tax -Base Scenario C Tax-Optimal
Gambar 71. Besar pajak karbonton untuk beberapa skenario periode 1990 – 2019
Suhu Rata-Rata Permukaan Bumi -R3
2 4
6 8
10 12
1990 1995
2000 2005
2010 2015
2020 Tahun
S uhu
deg C
Base Scenario Optimal
Concentration Reduction 1
Reduction 2
Gambar 72. Kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi jika Indonesia melakukan beberapa skenario dengan R3
Suhu Rata-Rata Permukaan Bumi -R2
2 4
6 8
10 12
1990 1995
2000 2005
2010 2015
2020 Tahun
S uhu
deg C
Base Scenario Optimal
Concentration Reduction 1
Reduction 0.5
Gambar 73. Kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi jika Indonesia melakukan beberapa skenario dengan R2
Jika model di run dengan menggunakan nilai R2, maka suhu rata-rata permukaan diharapkan berkisar pada 4
o
C dengan asumsi rest of world melakukan kebijakan yang sama. Jika Indonesia tidak melakukan tindakan apa-apa no action policy, dan rest of
world melakukan hal yang sama maka suhu permukaan pada tahun 2020 akan mengalami peningkatan sekitar 10
o
C.
5.4 Dampak Dari Pajak Emisi Gas CO