dan setelah membelai kucing. Menghindari makan sayur-mayur mentah sebagai lalap, mencegah lalat menghinggapi makanan karena serangga
ini dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan yang siap dihidangkan Gandahusada, 1995.
Serologi IgG untuk Toxoplasma gondii harus dilakukan pasien sebelum dilakukannya transplantasi organ. Transplantasi organ padat dari donor
seropositif ke recipient seronegatif harus dihindari. Jika transplantasi seperti itu dilakukan, maka resipien harus mendapat terapi anti
Toxoplasma gondii setidaknya selama 2 bulan Pohan dalam Setiati, 2014.
2.1.9. Kejadian pada Hewan Ternak Kambing
Toksoplasmosis merupakan penyakit pada hewan yang dapat menular ke manusia atau disebut anthropozoonosis. Hal ini diakibatkan karena
keberadaan hidup manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan hewan.
Antibodi terhadap Toxoplasma gondii telah ditemukan diseluruh dunia pada hewan dan manusia. Tingkat infeksi pada hewan penghasil daging
bervariasi didalam maupun diantara negara dan secara signifikan lebih tinggi pada hewan yang dikelola diluar ruangan daripada hewan yang
dipelihara didalam ruangan. Diantara berbagai macam hewan ternak, babi, domba dan kambing mempunyai prevalensi paling tinggi terhadap
infeksi kronik Toxoplasma gondii Gebremedhin et al., 2014.
Kebiasaan kambing makan rumput saat digembalakan atau diberi makan seperti dedaunan dan tanaman perdu akan mempermudah
hewan tersebut untuk terinfeksi toksoplasma. Disamping itu, kambing yang ada di daerah pemukiman penduduk, seperti di tempat-tempat
sampah dimana kucing sering mencari makan maka kemungkinan untuk tercemar ookista akan jauh lebih besar Iskandar, 2008. Di Indonesia,
prevalensi zat anti Toxoplasma gondii pada kambing adalah 11 – 61
Gandahusada, 1995.
2.1.10. Seroprevalensi pada Hewan Ternak Kambing
Kejadian toksoplasmosis pada hewan di beberapa daerah di Indonesia bervariasi, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 dimana terlihat
bahwa prevalensi toksoplasmosis cukup tinggi. Iskandar 1996 melaporkan bahwa di Jakarta prevalensi pada kambing 48,30.
Iskandar 2005 melaporkan prevalensi pada kambing di Bogor sebesar 49,60. Khadjatun 2004 melaporkan prevalensi pada kambing
55,00 di Kulon Progo. Perbedaan ini kemungkinan karena keberadaan host definitif atau kucing di peternakan atau daerah asal hewan.
Tabel 2.
Prevalensi toksoplasmosis pada kambing di beberapa daerah di Indonesia
Lokasi Prevalensi
Sumber Data
Jakarta 48,3
Iskandar et al., 1996 Bogor
49,6 Iskandar, 2005
Kulon Progo 55
Khadjatun et al., 2004 Bandung
58,6 Chandra, 2002
Sumber.
Iskandar, 2006.