HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH SAAT HOSPITALISASI DI RUANG RAWAT INAP C RS WAVA HUSADA KEPANJEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang

dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila
kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya
terjaga. Apabila anak sakit akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
(fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual) (Supartini, 2004). Pada masa
tumbuh kembangnya, anak berada pada suatu rentang sehat sakit untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembangnya, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak
akan mampu beradaptasi dan kesehatannya terjaga sedangkan bila anak sakit maka
anak harus segera di bawa ke rumah sakit sehingga mendapatkan perawatan (Hidayat,
2009).
Sehat dan sakit merupakan sebuah rentang yang dapat dialami oleh semua
manusia, tidak terkecuali oleh anak. Anak dengan segala karakteristiknya memiliki
peluang yang lebih besar untuk mengalami sakit jika dikaitkan dengan respon

imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang belum optimal (Markum, 2009). Sakit
merupakan suatu keadaan dimana anak mengalami sakit dan mengharuskan anak
tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan perawatan hingga
pemulanganya kembali ke rumah, merupakan suatu alasan proses rawat inap yang
harus dijalani (Supartini, 2004).


 


 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun (2007) jumlah
populasi anak di Indonesia yaitu 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa
penduduk (BP Statistik, 2007). Prosentase anak tahun 2007 yang dirawat di rumah
sakit ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan dengan
hospitalisasi tahun-tahun sebelumnya. Angka kesakitan anak (Morbidity Rate) di
Indonesia menunjukkan persentase sebesar 15,50%. Jumlah keseluruhan anak-anak
yang mendapatkan perawatan pediatric per-tahunnya menunjukkan 50% diantaranya
mengalami hospitalisasi, sedangkan 50% anak-anak lainnya hanya mendapat

perawatan jalan (Susnas, 2005).
Hospitalisasi

merupakansuatu

prosesyang

berencana

atau

darurat

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi secara psikologis berdampak
pada beberapa hal yaitu depresi, stress, takut, dan juga mengalami kecemasan
(Supartini, 2004).Hospitalisasi dapat terjadi akibat dari tindakan emergensi selama
dirawat di rumah sakit, yang menjadikan kecemasan pada anak dan keluarganya. Anak
berada pada lingkungan asing yang belum diketahuinya, dikelilingi oleh orang asing,
peralatan kesehatan, serta pemandangan sekitar yang menyeramkan (Ball & Bindler,

2004). Dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah yaitu sering menolak
makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau
merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada
setiap anak berbeda. Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak
lain (Hidayat, 2009).
Kecemasan merupakan suatu respon emosi tanpa objek yang spesifik dan
secara subyektif dialami serta dikomunikasikan secara interpersonal yaitu


 

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dapat dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Semiun,
2007). Hal ini membuat seseorang terus menterus merasa tegang, terlalu cemas
dan gelisah, dan selanjutnya akan memicu peningkatan respon saraf simpatis
(Stuart & Sundeen, 2007). Kecemasan hospitalisasi pada anak prasekolah sangat perlu
ditangani sedini mungkin, karena keterlambatan dalam penanganan akan membawa
dampak yang tidak baik pada proses kesembuhan pada anak. Untuk mengurangi
tingkat kecemasan anak saat hospitalisasi memerlukan tindakan perilaku caring atau

kasih sayang dari seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anak (Marisson, 2009).
Kecemasan anak timbul karena adanya reseptor di otak yang menerima
neurotransmiter yaitu Gama Amino Butirik Acid (GABA). Peningkatan GABA
akibat stresor tertentu mengakibatkan neuron tidak mampu untuk menerima pesan
yang cukup untuk

berhenti (Stuart & Sundeen, 2007). Penyebablain dari

kecemasanhospitalisasi anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranyafaktor
petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun
keluarga yang mendampingi selama perawatan, cemas akibat perpisahan dan
kehilangan kontrol pada saat perawatan dirumah sakit dapat meningkatkan
kecemasan

anak karena adanya perubahan aktivitas pada anak antara dirumah

dengan di rumah sakit (Hidayat, 2009). Kecemasan hospitalisasimemburuk ketika
perawat melakukan tindakan pemasangan infus, pemberian obat, pada pemeriksaan
telinga, mulut, atau suhu pada rektal, orang tua tidak mendampingi saat perawat

melakukan tindakan (Nursalam, 2013).
Reaksi kecemasan terhadap pengalaman saat hospitalisasi, reaksi ini bersifat
individual dan sangat bergantung pada tahap usia perkembangan anak, pengalaman


 

sebelumnya terhadap sakit, sistem dukungan yang tersedia, dan kemampuan koping
yang dimiliknya (Supartini, 2004). Respon fisiologis anak menunjukkan kecemasan
pada hospitalisasi adalah akan memunculkan tanda palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meningkat, menunjukan tarikan nafas yang pendek dan cepat,
hiperventilasi, berkeringat dingin termasuk telapak tangan, kehilangan nafsu makan,
mual atau muntah, sakit perut, sering buang air kecil, sakit kepala, tidak bisa tidur,
pucat dan gangguan pencernaan. Respon perilaku yang ditunjukkan anak saat
mengalami kecemasan hospitalisasi adalah gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan
menghindar (Potter & Perry, 2005).Respon anak terhadap rasa nyeri yang dirasakan
anak dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir,
membuka mata dengan lebar, dan melakukan tindakan yang agresif seperti menggigit
tangan perawat, menendang, memukul, menampikkan tangan tidak mau dilakukan

tindakan, bahkan berlari keluar (Nursalam, 2013).
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mc Cherty dan Kozak mengatakan
jumlah anak di Amerika Serikat hampir 4 juta anak prasekolah dalam satu tahunnya
mengalami kecemasan pada saat hospitalisasi (Hikmawati, 2005). Menurut Smith
(2004) hampir 4 juta anak didunia dalam setahun mengalami hospitalisasi, 6%
diantaranya berumur dibawah 7 tahun.Berdasarkan Survei Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 72%
dari jumlah total penduduk Indonesia, dan diperkirakan 35 per 100 anak menjalani
hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan. Respon kecemasan yang
sering dialami anak seperti menangis dan takut pada orang yang baru dikenalnya
(Susnas, 2010).Hasil observasi yang dilakukan oleh Rahmi tahun 2008 pada 10
pasien anak umur 3-6 tahun di Irna D RSUP Dr.M. Djamil Padang didapatkan data


 

bahwa dari 10 anak yang diobservasi semuanya tidak kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan seperti saat diinjeksi, dipasang termometer, saat perawat
datang dengan membawa obat, saat diambil darah, semua anak menunjukkan respon
seperti menangis, meronta-ronta, memeluk ibu, mengajak pulang, dan berteriak.

Caringmerupakan

nilai

moral

keperawatan

yang

berdasarkan

nilai

kemanusiaan dan mendahulukan kesejahteraan orang lain khususnya pada anak yang
menjalani perawatan dan keluarganya (Marrison, 2009). Keperawatan dan caring suatu
hal yang tak terpisahkan dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa
aktivitas praktik harus didasarkan pada perilaku caring. Inti dari moral dan etik
keperawatan merupakan sebuah tanggung jawab perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien (Christensen, 2009). Perawat mempunyai respon

terhadap apa yang dilakukannya, apakah baik atau tidak baik secara moral. Tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas akan terlihat dari seorang perawat profesional
dengan memberikan perilaku caring dalam seluruh aktifitas pelayanan keperawatan.
Tanggung jawab dalam perilaku caring adalah kepekaan perawat terhadap penderitaan
klien dan keluarga, serta peduli dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana klien
dirawat (Christensen, 2009).
Perilaku caring yang seharusnya dilakukan oleh perawat untuk mengurangi
tingkat kecemasan pada anak prasekolah saat menjalani hospitalisasi meliputi
memberikan salam, senyumdan menyapa klien sebelum melakukan tindakan
keperawatan, menyebutkan nama anak dengan penuh perasaan, membawakan
sesuatu yang membuat anak merasa nyaman, menjalin hubungan saling percaya antar
perawat dengan klien anak, sejajarkan tubuh perawat dengan anak saat melakukan
tindakan atau saat mengintervensi anak (Marrison, 2009). Hasil

penelitian yang

dilakukan oleh Purwandari (2011)di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto


 


menunjukkan 25% anak usia prasekolah yang dirawat mengalami cemas tingkat
berat, 50% tingkat sedang dan 20% tingkat ringan. Dan dari hasil penelitian
perilaku caring perawat didapatkan perawat yang kurang caring sebesar 58,1% dan
perawat yang caring sebesar 41,9% (Purwandari, 2011).
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RS Wava Husada
ruang rawat inap C didapatkan data anak yang dirawat inap pada bulan September
hingga November 2014 berjumlah 163 anak, pada bulan Februari hingga Maret 2015
berjumlah 50 anak dan yang belum pulang dari RS ada 21 anak. Fenomena anak yang
mengalami kecemasan saat hospitalisasi terdapat anak yang gelisah dan rewel hari
pertama masuk rumah sakit 50 anak, anak yang menolak dilakukan tindakan20 anak,
anak lari sebelum dilakukan tindakan 2anak, anak yang pulang paksa sebanyak 20
anak, anak melakukan tindakan kurang baik terhadap perawat 8 anak.Hasil
wawancarapeneliti dengan Kepala Unit Rawat Inap C, didapatkan bahwajumlah
perawat tetap ada 26 orang, 1 orang sebagai kepala ruangan, 1 orang sebagai
sekertaris dan 24 orang perawat pelaksana. Penerapan tentang perilaku caring perawat
menjadi salah satu misi pelayanan namun belum maksimal.Hasil observasi selama 3
hari didapatkan bahwa jam kerja perawat pelaksana dalam sehari di bagi 3 sift secara
bergantian, dimana dalam satu sift rata-rata 8 jam perhari. Sift pagi ada 6 orang
perawat pelaksana, aktivitas yang dilakuakan mengecek perawatan yang sudah

diberikan sift malam (misal, ganti infus, injeksi, memberikan obat), mengecek
kebutuhan pasien, sift siang ada 6 perawat pelaksana, aktivitas yang dilakukan
menemani dokter ketika ada pemeriksaan yang harus diberikan dan memenuhi
kebutuhan pasien. Sift malam ada 6 orang perawat, aktivitas yang dilakukan perawat
tersebut seperti biasa memasang dan menggati infus, memberikan obat, mengecek
TTV sehingga waktu luang bagi perawat sangat banyak dari sinilah perawat dikatakan


 

kurang berperilaku caring kepada anak yang sedang dirawat inap. Masalah perilaku
caring perawat yang menyebabkan anak cemas adalah perawat kurang senyum ketika
perawat datang, perawat membawa peralatan kesehatan (misalnya jarum suntik, infus,
perban,dll) perawat hendak memberikan obat kepada anak, perawat kurang perhatian
pada anak (misalnya, mengecek tempat tidur aman, melihat kecemasan anak, selalu
memantau selang infus dan obat yang diberiakan), perawat tidak pernah
memperkenalkan diri kepada anak atau keluarga hendak melakukan tindakan, perawat
masih sering salah menyebut nama anak dengan benar, perawat tidak pernah
memberikan senyuman.
Hasil wawancara peneliti dangan 5 orang tua tentang kinerja perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan,3 dari 5 orang tua mengatakan bahwa perawat
jarang sekali memperkenalkan diri saat melakukan tindakan, perawat sering salah
menyebut nama anak, perawat tidak pernah mengecek kondisi anak dan fasilitas yang
digunakan. Hasil wawancara peneliti denganorang tua anak prasekolah yang
menjalani perawatan mengatakan bahwa, anak menjadi sering gelisah, rewel dan
selalu ingin ditemani saat menjalani proses perawatan. Anak juga sering menangis
dan mengatakan ingin pulang. Penyebab kecemasan yang dialami juga beragam,
mulai dari rasa cemas terhadap petugas kesehatan, tindakan medis, cemas karena
nyeri yang dialami, rasa cemas karena berada pada tempat dan lingkungan baru,
rasa cemas akibat perpisahan dengan teman dan saudaranya.
Latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
berupa hubunganperilaku caring perawat terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah
saat hospitalisasidi ruang rawat inap CRS Wava Husada Kepanjen.


 

1.2

Rumusan Masalah
Latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
ini “Bagaimana gambaran perilaku caring perawat terhadap tingkat kecemasan
anak prasekolah saat hospitalisasi di ruang rawat inap CRS Wava Husada
Kepanjen”

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku caring perawat
terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah saat hospitalisasi diruang rawat
inap CRS Wava Husada Kepanjen.

1.3.2

Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perilaku caring perawatdi ruang rawat inap CRS Wava
Husada Kepanjen.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak usia prasekolah saat hospitalisasi
di ruang rawat inap CRS Wava Husada Kepanjen.
c. Menganalisa hubungan antara perilaku caring perawat terhadap tingkat
kecemasan anak prasekolah saat hospitalisasi diruang rawat inap C RS
Wava Husada Kepanjen.


 

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Institusi Pendidikan Keperawatan
Bagi institusi pendidikan keperawatan diharapkan dapat memberikan
pengetahuan baru tentang manajemen caring perawat pada tingkat kecemasan
anak

prasekolah

selama

pemberian

tindakan

keperawatankepada

mahasiswa/mahasiswi.
1.4.2

Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan sumbangan bagi perawat di lapangan
dalam melakukan tindakan keperawatan yang profesional terutama dalam
manajemen caring pada tingkat kecemasan anak prasekolah pada rumah sakit.

1.4.3

Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang
berbeda. Contohnya variabel bebas: perilaku caring perawat atau variabel
terikat: tingkat kepuasan pasien.

1.4.4

Bagi Masyarakat
Memberikan informasi atau pengetahuan kepada masyarakat tentang
pentingnya memberikan dukungan pada anak untuk meminimalkan
kecemasan pada anak saat hospitalisasi, serta sebagai pedoman bagi keluarga
dalam mengetahui definisi kecemasan, penyebab kecemasan, dan reaksi-reaksi
kecemasan pada anak saat hospitalisasi sehingga diharapkan dapat
memberikan pendampingan pada anak saat menjalani hospitalisasi.

10 
 

1.5

Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul(2013), penelitian tentang studi
kuantitatif hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien
rawat inap Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Teknik

pengambilan

sampling menggunakan metode Accidental Sampling. Data dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner dan wawancara terstruktur. Data dianalisis
menggunakan uji fisher untuk menguji hubungan perilaku caring perawat
dengan tingkat kepuasan pasien.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan
pasien rawat inap. Perbedaan penelitian yang dilakukan Abdul(2013) dengan
penelitian ini adalah variabel

terikat dan tempat penelitiannya.Variabel

terikat pada penelitian ini adalah tingkat kecemasananak prasekolah saat
hospitalisasidan tempat penelitiannya RS Wava Husada Kepanjen. Metode
penelitian menggunakan metode Purposive Samplingdengan lembar kuesioner
dan membandingkan dengan skala ukur tingkat kecemasan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Mardaningsih (2011), penelitian tentang
studi kualitatif hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan
pada anak usia toddler yang Sedang di rawat inap di IRNA RSD dr. Soebandi
Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengeidentifikasi
hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada anak todler.
Teknik pengambilan sampling menggunakan metode Purposive Quota Sampling.
Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat berupa uji korelasi
Spearman-rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat signifikan dukungan keluarga dengan kecemasan pada anak usia

11 
 

toddler yang Sedang di rawat inap di IRNA RSD dr. Soebandi Kabupaten
Jember. Perbedaan penelitian yang dilakukan Mardaningsih (2011) dengan
penelitian ini adalah variabel bebas, variabel terikat dan tempat penelitian.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah perilaku caring perawat , tingkat
kecemasan anak prasekolah saat hospitalisasi dan

tempat

penelitian

dilaksanakan di RS Wava Husada Kepanjen. Teknik pengukuran penelitian
menggunakan metode Purposive Sampling

dengan lembar kuesioner dan

membandingkan dengan skala ukur tingkat kecemasan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lidia Goghiwu (2013), penelitian tentang studi
kuantitatif hubungan perilaku caring perawat dengan stres hospitalisasi pada
anak usia toddler di IRINA E BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeidentifikasi hubungan antara perilaku
caring dengan stres hospitalisasi pada anaktoddler. Teknik pengambilan
sampling menggunakanmetodeAccidental Sampling. Analisa data menggunakan
analisa univariat dan bivariat berupa uji korelasi Spearman-rank. Hasil statistik
penelitian menunjukkan nilai p=0.032

Dokumen yang terkait

Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RS. ST Elisabeth Medan

2 45 105

PENGARUH BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA (HANDOVER) PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

18 89 23

GAMBARAN RESPON ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENGHADAPI PROSES HOSPITALISASI Di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen, Malang Tahun 2014

0 38 16

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK “A” DENGAN FEBRIS DI RUANG INAP C RS WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

0 40 13

PENGARUH PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGITINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI DI RUANG RAWAT INAP C RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN

1 18 28

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN PERKEMBANGAN DENGAN PERILAKU PERAWAT PADA BAYI PREMATUR DI RS PERMATA BUNDA MALANG DAN RS WAVA HUSADA KEPANJEN

2 70 22

PENGARUH MILIEU THERAPY TERHADAP TINGKAT ADAPTASI PADA ANAK USIA PRE-SCHOOL YANG MENJALANI HOSPITALISASI di RS. WAVA HUSADA KEPANJEN

7 39 30

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM MEMINIMALKAN KECEMASAN AKIBAT Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Perilaku Perawat Dalam Meminimalkan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah Di Rsud Dr. Moewardi.

0 1 15