Tahap Analisis Peranan statistika dalam penerapan six sigma

2. Kuadran II Keadaan terburuk di mana proses tidak terkontrol dan output buruk. 3. Kuadran III Output yang dihasil sudah baik namun masih sering terjadi penyimpangan dari target. 4. Kuadran IV Posisi tujuan dari Six Sigma di mana kontrol dan output sudah baik. Gambar 2. Diagram Control vs Technologi Penentuan titik pada diagram tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai baku. Adapun perhitungan nilai baku tersebut adalah sebagai berikut: Nilai baku jangka pendek Zst = 3Cp Nilai baku jangka panjang Zlt = 3Cpk Nilai baku pergeseran Zshift = Zst - Zlt 2.f. Gage RR Menurut modul pelatihan Six Sigma oleh perusahaan General Electric, Gage RR terbagi menjadi dua elemen, yaitu Gage Repeatability dan Gage Reproducibility. Gage Repeatability adalah keragaman pengukuran ketika satu orang operator mengukur proses yang sama, sedangkan Gage Reproducibility adalah keragaman pengukuran yang disebabkan oleh perbedaan operator dalam mengukur hal yang sama yang disebabkan oleh operator tidak terlatih untuk menggunakan dan membaca alat, kalibrasi yang tidak benar, dan prosedur pengukuran yang tidak benar. GRR terhadap total keragaman digunakan untuk mengukur apakah sistem pengukuran dapat diterima. Menurut Shina 2002 interpretasi GRR terhadap total keragaman adalah sebagai berikut: 1. GRR 10 berarti sistem pengukuran baik bisa diterima. 2. GRR antara 10 sampai 30 berarti tingkat pengukuran mungkin bisa diterima, tergantung pada tingkat kekritisan karakteristik dari konsumen. 3. GRR 30 berarti sistem pengukuran buruk tidak dapat diterima. Menurut Shina perhitungan persentase Gage RR menggunakan rumus : 100 TV R GageR R GageR = dimana, 2 2 AV EV R gageR + = Poor control Poor factory Need better control Technology is fine Control is fine Bad factory or technology World class Goal 3.0 6.0 0.0 0.0 1.5 3.0 Technology Output Zst C o n tr o l P ro ses Z s h if t II I III IV 2 15 . 5 d R EV = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = nr d x AV EV diff 2 2 15 . 5 σ TV = 2 2 15 . 5 d Rp R gageR + Rp = min max R R −

3. Tahap Analisis

Tahap ini tim akan menganalisis semua hal yang ada dalam proses produksi dan berusaha mencari solusi sehingga dapat meningkatkan kemampuan proses. Menurut modul pelatihan Six Sigma yang dikeluarkan oleh perusahaan General Electric, tahapan yang akan dilakukan dalam tahap analisis adalah sebagai berikut : a. Peninjauan kembali hasil pada tahap pengukuran. b. Jika diperlukan, melakukan pengambilan data tambahan untuk dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan Histogram, Pareto Diagram , dan Run Chart. c. Pendefinisian performance dari output. d. Pendefinisian input dengan menggunakan diagram sebab akibat. e. Perancangan percobaan dengan menggunakan beberapa pilihan rancangan. f. Penentuan kombinasi input. Penerapan Statistika dalam tahapan analisis adalah pada tahap pembuatan diagram untuk membaca proses, perancangan percobaan dan penentuan kombinasi input yang dapat menghasil output optimal. Rancangan percobaan dalam Six Sigma bertujuan untuk menemukan hubungan sebab akibat antara produk dan faktor yang mempengaruhinya. Pada umumnya dalam bidang industri jumlah faktor yang akan dicobakan sangat banyak, sehingga perlu dirancang percobaan khusus yang dapat mengurangi jumlah satuan percobaan yang dibutuhkan, namun hasil yang diperoleh tetap optimal. Rancangan percobaan 4 yang sering digunakan antara lain rancangan faktorial sebagian dan rancangan Taguchi Yang Heik, 2003. Sedangkan untuk penentuan kombinasi input yang menghasilkan output optimal dapat menggunakan rancangan parameter Taguchi dan analisis kurva respon. Rancangan Faktorial Sebagian 3. Resolusi V adalah rancangan percobaan di mana terdapat minimal alias antara dua faktor interaksi dengan tiga faktor interaksi. Menurut Montgomery 2001 banyaknya jumlah faktor dalam suatu percobaan akan membuat jumlah perlakuan yang akan dicobakan secara lengkap meningkat cepat. Misalnya dalam suatu percobaan dengan enam faktor masing-masing memiliki dua taraf, maka terdapat 64 kombinasi perlakuan yang akan dicobakan. Dalam rancangan tersebut, derajat bebas untuk pengaruh utama hanya 6 dari 63 total derajat bebas dan 15 derajat bebas untuk interaksi dua faktor, selebihnya adalah derajat bebas untuk interaksi tiga faktor dan lebih. Dalam percobaan berfaktor banyak, pada umumnya interaksi tiga faktor dan lebih tidak berpengaruh nyata. Untuk itu diperlukan rancangan yang dapat meminimumkan jumlah perlakuan namun dapat mengetahui pengaruh dari faktor utama dan interaksi dua faktor. Salah satu bentuk rancangan yang dapat digunakan adalah rancangan faktorial sebagian. Pada umumnya rancangan ini digunakan untuk screening experiment yaitu untuk menyeleksi faktor- faktor jika ada yang memiliki pengaruh besar. Menurut Montgomery 2001 pada rancangan faktorial sebagian jumlah perlakuan yang akan dicobakan disesuaikan dengan jumlah faktor dan interaksi yang ingin diamati. Bentuk rancangan percobaannya adalah Rancangan dimana L adalah taraf faktor, k adalah jumlah faktor utama dan p adalah jumlah generator yang diperlukan dalam rancangan tersebut. Generator berfungsi sebagai acuan dalam menentukan alias faktor utama dan interaksi yang ingin diamati. Alias adalah dua atau lebih efek yang mempunyai urutan angka yang sama dalam partial replicate design . Dalam memilih generator harus mempertimbangkan resolusi yang dihasilkan dari rancangan tersebut, di mana rancangan yang bagus memiliki resolusi yang tinggi. p k L − Menurut Box Hunter 1961 jika generator yang dipilih hanya satu, maka resolusi didasarkan pada jumlah faktor yang dicobakan, sedangkan jika generator lebih dari satu ada beberapa macam resolusi, yaitu: 1. Resolusi III adalah rancangan percobaan di mana tidak terdapat alias antar efek utama, tetapi alias antara efek utama dengan interaksi dua faktor. 2. Resolusi IV adalah rancangan percobaan di mana tidak ada alias antara efek utama dan dua faktor interaksi, tetapi alias antar interaksi dua faktor. Jika terdapat beberapa rancangan dengan resolusi yang sama maka dipilih rancangan yang memiliki jumlah alias yang paling sedikit. Rancangan ini disebut minimum aberration design Fries Hunter, 1980. Rancangan Percobaan Taguchi Menurut Yang Heik 2003 metode Taguchi merupakan kombinasi dari prinsip- prinsip rancangan teknik dan rancangan percobaan versi Taguchi yang sering disebut percobaan orthogonal array. Dasar dari metode Taguchi adalah untuk meminimumkan Quality Loss Function . QLF = L = 2 T Y kE − dimana, L = biaya yang hilang akibat menggunakan suatu metode k = koefisien biaya yang hilang akibat kerusakan tiap satuan ukuran Y = nilai aktual T = nilai target Untuk mengukur performance karakteristik suatu produk biasanya digunakan signal to noise ratio , dilambangkan dengan SN . Menurut Ross 1989 komponen yang mempengaruhi suatu rancangan adalah nilai target dan keragaman, jadi untuk mendapatkan rancangan yang robust kedua hal tersebut harus diperhatikan. Nilai target lebih mudah untuk diatur karena banyak rancangan parameter untuk mencapai nilai target yang diinginkan. Sedangkan untuk mereduksi karagaman lebih kompleks karena keragaman dapat disebabkan oleh faktor yang dapat dikontrol dikendalikan maupun dari faktor gangguan yang tidak dapat dikontrol. Faktor gangguan tersebut dapat berasal dari lingkungan outer, rancangan produk tersebut inner, dan tahap pemerosesan product. Menurut Yang Heik 2003 rancangan percobaan taguchi menggunakan orthogonal array standar dengan bantuan grafik linier, 5 tabel interaksi, dan teknik khusus. Percobaan taguchi hanya tertarik pada efek utama dan beberapa interaksi antara dua faktor yang sudah ditentukan sebelumnya, interaksi yang lebih tinggi diasumsikan tidak berpengaruh. Orthogonal array adalah matriks faktorial sebagian yang ortogonal dan seimbang. Grafik linier digunakan untuk menggambarkan hubungan interaksi dalam orthogonal array sedangkan tabel interaksi memberikan lebih banyak informasi tentang interaksi Ross, 1989. Menurut Yang Heik 2003 tiga langkah rancangan percobaan Taguchi adalah: 1. Menghitung jumlah derajat bebas dari pengaruh yang ingin dilihat. 2. Memilih orthogonal array yang akan digunakan dengan menggunakan dua aturan: a. Jumlah perlakuan dalam orthogonal array harus lebih besar dari derajat bebas. b. Memilih orthogonal array yang dapat mengakomodasi taraf faktor dalam eksperimen. 3. Menempatkan faktor pada kolom yang tepat menggunakan beberapa aturan : a. Menempatkan interaksi menurut grafik linier dan tabel interaksi. b. Menggunakan teknik khusus, seperti taraf teknik penggabungan kolom, taraf dummy, dan metode compoud faktor ketika orthogonal array tidak dapat mengakomodasi taraf faktor dalam percobaan. Menurut Ross 1989 jika jumlah taraf faktor berbeda, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan: 1. Metode penggabungan kolom, yaitu metode yang menggabungkan beberapa kolom dengan taraf rendah menjadi satu kolom dengan taraf tinggi. 2. Metode taraf dummy, yaitu metode yang menempatkan dua kolom dengan jumlah taraf yang berbeda, di mana lebih banyak faktor yang mempunyai taraf tinggi. 3. Metode compound faktor, yaitu metode di mana jumlah faktor yang ingin diamati melebihi kolom dalam orthogonal array. Perancangan percobaan mensyaratkan agar penempatan perlakuan pada unit percobaan melalui proses pengacakan. Menurut Ross 1989 dalam metode Taguchi ada tiga macam pengacakan, yaitu : 1. Secara lengkap, yaitu pengacakan dilakukan secara bersamaan, jika ulangan lebih dari satu maka ulangan berikutnya dilakukan pengacakan setelah tiap perlakuan mendapat ulangan yang sama. 2. Secara sederhana, yaitu pengacakan yang dilakukan jika unit percobaan sulit diperoleh. Unit percobaan digunakan secara bergantian antar perlakuan. 3. Secara lengkap di dalam kelompok, yaitu pengacakan dilakukan bersamaan, namun unit percobaan yang digunakan terbagi menjadi beberapa blok. Rancangan Parameter Yang Heik 2003, rancangan parameter bertujuan untuk mereduksi keragaman dengan cara mencari kombinasi faktor terbaik yang robust terhadap gangguan sehingga biaya yang dikeluarkan akan kecil. Menurut Shina 2002 pada tahap ini tim akan menentukan nilai nominal dari faktor dan produk output berdasarkan percobaan yang disesuaikan dengan model pada tahap rancangan sistem yang berupa fungsi transfer, yaitu: n n z z z x x x g Y ,.... , ; ,.... , 2 1 2 1 = dimana, Y = output X = input faktor yang dapat dikontrol Z = faktor gangguan Penentuan kombinasi input terbaik yang tahan terhadap gangguan didasarkan pada nilai kontribusi suatu faktor terhadap ketahanan output dari gangguan dan taraf yang dipilih berdasarkan grafik pengaruh utama. Pengukuran kontribusi ketahanan disesuaikan dengan tipe karakteristik produk. Tipe karakteristik produk terbagi menjadi tiga, yaitu Yang Heik, 2003: a. Didasarkan pada nilai nominal tertentu. Y Y N S log 20 log 10 2 = = Penentuan input optimal pada karakteristik nominal yang terbaik melalui dua tahap, yaitu: a. Menentukan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap ketahanan produk. b. Mencari faktor yang tidak mempunyai pengaruh terhadap ketahanan produk namun berpengaruh terhadap rataan output. b. Kecil lebih baik. ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ n i Y n N S 1 2 1 log 10 c. Besar lebih baik. ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ n i Y n N S 1 2 1 1 log 10 6 Analisis Kurva Respon Menurut Yang Heik 2003 analisis kurva respon adalah suatu metode yang bertujuan mendapatkan rancangan optimal untuk meningkatkan kemampuan proses dengan cara mereduksi peubah bebas karena jika menggunakan perancangan percobaan biasa daerah optimal yang diperoleh hanya yang berada dalam perancangan percobaan. Sedangkan menurut Montgomery 2001 analisis kurva respon adalah teknik statistika yang digunakan untuk pemodelan dan analisis yang bertujuan untuk mendapatkan kombinasi taraf faktor yang menghasilkan output optimal. Menurut Yang Heik 2003 tahapan dalam Analisis Kurva Respon dalam Six Sigma adalah: 1. Tahap screening screening experiment. Screening experiment berfungsi untuk menyeleksi faktor yang tidak berpengaruh untuk menjadi dasar penelitian berikutnya. Biasanya screening experiment menggunakan dua taraf untuk tiap faktor. Hal-hal yang dilakukan dalam screening experiment , yaitu: a. Mengeluarkan faktor yang tidak berpengaruh. b. Menetapkan nilai taraf dari faktor kualitatif yang menghasilkan output yang optimum. c. Memilih faktor kuantitatif yang berpengaruh. 2. Perancangan percobaan dengan menambahkan titik pusat kepada faktor yang berpengaruh. Perancangan percobaan ini berfungsi untuk mengetahui letak solusi optimum, untuk itu perlu dilakukan pengujian kelengkungan terhadap hasil percobaan. Solusi optimal akan berada pada daerah nonlinier. Jika hasilnya berbentuk garis lurus maka solusi optimal berada jauh dari daerah percobaan. 3. Perancanangan percobaan response surface . Perancangan percobaan response surface bertujuan mengumpulkan lebih banyak data untuk mendapat model empiris nonlinier. Menurut Yang Heik 2003 rancangan percobaan yang dapat digunakan adalah: a. Central Composit Design. b. Box Behnken Design. c. D-optimal Design. 4. Penentuan solusi optimal dengan menurunkan persamaan regresi yang diperoleh pada tahap sebelumnya.

4. Tahap Penyempurnaan