HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah Tempayak
S. inferens Faktor P Lama Perkawinan
Hasil data pengamatan jumlah tempayak yang diperoleh dari pengaruh lama perkawinan S. inferens selama 5, 10, 15 dan 20 menit Faktor P pada
pengamatan hari ke sepuluh setelah dilakukan perkawinan dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa lama perkawinan
S. inferens berpengaruh nyata terhadap jumlah tempayak yang dihasilkan. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beda uji rataan pengaruh lama perkawinan S. inferens terhadap jumlah tempayak yang dihasilkan pada pengamatan 10 hari setelah dikawinkan.
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan taraf 5
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil jumlah tempayak tertinggi terdapat pada perlakuan P4 lama perkawinan 20 menit yaitu sebesar 613,25 tempayak.
Sedangkan perlakuan yang terendah pada perlakuan P1 lama perkawinan 5 menit yaitu sebesar 265,58 tempayak. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan
lamanya perkawinan S. inferens jantan yang membuahi S. inferens betina sehingga menghasilkan tempayak yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Ariesta dkk 2003, yang mengemukakan bahwa pembuahan merupakan proses terjadinya penyatuan sperma dan ovum
Perlakuan Jumlah
Tempayak P1
265.58D P2
343.83C P3
539.83B P4
613.25A
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi di dalam tubuh serangga betina. Jika pembuahan tidak terjadi maka embrio tidak akan terbentuk dan sel telur tidak akan dihasilkan, hal ini dapat
dibandingkan pada perlakuan P1 lama perkawinan 5 menit yang merupakan jumlah tempayak terendah yang hanya menghasilkan tempayak sebesar 265,58
dimana pembuahan tidak berlangsung sempurna.
2. Jumlah Tempayak
S. inferens Faktor R Umur Imago Jantan
Hasil data pengamatan jumlah tempayak yang diperoleh dari hasil perkawinan S. inferens dengan umur imago jantan berumur 0, 1, 2 dan 3 hari
Faktor R pada pengamatan hari ke sepuluh setelah dilakukan perkawinan dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa umur
imago jantan S. inferens berpengaruh nyata terhadap jumlah tempayak yang dihasilkan. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dapat dilihat pada
Tabel 2. Tabel 2. Beda uji rataan pengaruh perkawinan umur imago jantan S. inferens
terhadap jumlah tempayak yang dihasilkan pada pengamatan 10 hari setelah dikawinkan.
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan taraf 5
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil jumlah tempayak tertinggi terdapat pada perlakuan R4 umur imago jantan 3 hari sebesar 674,58 tempayak, namun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan R3 umur imago jantan 2 hari dengan diperoleh tempayak sebesar 671,08 tempayak. Hal ini disebabkan bahwa umur
Perlakuan Jumlah
Tempayak R1
0.00C R2
416.83B R3
671.08A R4
674.58A
Universitas Sumatera Utara
imago jantan berpengaruh terhadap jumlah tempayak yang dihasilkan, dimana pada umur imago jantan S. inferens 2 dan 3 hari telah mengalami matang seksual.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sunarjo 1990, yang mengemukakan bahwa pada tiap serangga akan mengalami masa matang seksual,
pada masa matang seksual tersebut serangga telah dapat melakukan perkembangbiakan. Serangga juga akan mengalami masa pra-dewasa yang belum
dapat melakukan pembuahan secara sempurna, serta menurut Ramli dkk 2006, perkawinan lalat S. inferens dipengaruhi oleh umur serangga, tampak seperti pada
perlakuan R1 umur imago jantan 0 hari yang merupakan jumlah tempayak terendah sebesar 0,00 tempayak yang belum mengalami matang seksual.
3. Jumlah Tempayak S. inferens Faktor P × R