Mediakom Edisi 34 Februari 2012 - [MAJALAH]

Kementerian Kesehatan RI

Info Sehat untuk Semua

MEDIAKOM

Mediakom Raih Silver Winner
The Best Government
Inhouse Magazine InMa 2012
Kalimantan Tengah: Memenuhi
Hak Sehat di BelantaraTropis

Kinerja
Kemenkes 2011

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012

ISSN 1978-3523

Kembangkan
Kreativitas si Kecil


Jampersal
Turunkan Kematian

Ibu dan Anak

www.sehatnegeriku.com

ETALASE

Lorong
Jampersal
drg. Murti Utami, MPH

ampersal. Program Kemenkes untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB), sehingga  dapat mempercepat capaian taget 
Millenium Development Goals (MDGs).
Jampersal menjamin  pembiayaan pemeriksaaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas,

termasuk pelayanan KB pasca persalinan.
Memang, sebagai program baru, masih perlu
penyempurnaan, tapi masyarakat sudah sangat
merasakan manfaatnya. Terbukti, rumah sakit daerah
dan pusat penuh rujukan Jampersal. Apalagi, rumah
sakit tidak boleh menolak, wajar sampai menggunakan
lorong-lorong rumah sakit untuk pelayanan Jampersal,
sering disebut ‘lorong Jampersal’.  Bila kelak sistem
rujukan sudah berjalan dengan baik, Insya Allah
peserta Jampersal akan mendapat pelayanan yang
lebih baik. Tak ada lagi lorong Jampersal.
Nah, bagaimana pelaksanaan Jampersal dan apa saja
masukan sebagai penyempurnaan untuk masa yang 
akan datang, kami angkat dalam rubrik Media  Utama.
Selain itu, bagaimana Kinerja  Kemenkes tahun 2011,
sebagai upaya  mewujudkan Masyarakat  Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan, kami angkat dalam rubrik
Laporan Khusus.
Mediakom juga mengetengahkan berbagai informasi
penting dalam kemasan ringan yang mudah dicerna,


termasuk wawancara eksklusif dengan  Menteri
Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,
Dr.PH, dalam rubrik Potret.
Masih ada tema lain, di antaranya  Rumah Sakit
Tambah Kapasitas Ruang Kelas 3, Anugerah Parahita
Ekapraya untuk Menkes, dan  Liputan khas dari daerah
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dengan
adonan renyah  dan enak dibaca.
Rasa gembira atas penghargaan Cover  Mediakom edisi
31 dan 33 berupa Silver Winner The Best Government
Inhouse Magazine InMA 2012 pada  ajang bergengsi
yang diadakan Serikat Perusahaan Pers (SPS) dalam
rangkaian Hari Pers Nasional di Jambi awal Februari.
Adapun  kriteria yang dipertandingkan  berupa  karya
kreatif sampul muka majalah (cover).
Rasa gembira tersebut mendorong kami untuk
menjadikan majalah ini lebih baik lagi dengan
melakukan perbaikan tata letak dan perwajahan cover
Mediakom untuk 7 edisi 2012. Yang jelas, prestasi ini

terus memacu kreativitas  penulis, redaksi,  maupun
desainer untuk mendapat gold pada tahun depan.
Insya Allah.  Tak lupa  kami mengucapkan berterima
kasih kepada para pembaca yang terus memberi
masukan untuk perubahan yang lebih baik, bahkan
telah mengapresiasi dengan predikat sangat menarik
dan menarik pada survei  internal Mediakom akhir 2011
yang lalu. Selamat menikmati. ∞
Redaksi
Kementerian Kesehatan RI

Info Sehat untuk Semua

MEDIAKOM
SUSUNAN REDAKSI

Membuat Iklan Kesehatan
yang Sehat dan Tidak
Menyesatkan
Melongok Pelayanan

Kesehatan di Kaltim, Kurangnya
Tenaga Kesehatan di Daerah
Perbatasan

Kinerja
Kemenkes 2011
Kembangkan
Kreativitas si Kecil

Jampersal
ISSN 1978-3523

PENANGGUNG JAWAB: drg. Murti Utami, MPH, I REDAKTUR:
Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS I EDITOR/PENYUNTING Mulyadi,
SKM, M.Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Mety Setyowati, SKM, Aji
Muhawarman, ST, Resti Kiantini, SKM, M.Kes I DESAIN GRAFIS dan FOTOGRAFER: Drg. Anitasari
S.M, Dewi Indah Sari, SE, MM, Giri Inayah, S.Sos, Sumardiono, SE, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Wayang
Mas Jendra, S.Sn, Lu’ay, S.Sos, Dodi Sukmana, S.I.Kom I SEKRETARIAT: Waspodo Purwanto, Endang
Retnowaty, drg. Ria Purwanti, M.Kes, Dwi Handriyani, S.Sos, Dessyana Fa’as, SE, Sekar Indrawati,
S.Sos, Awallokita Mayangsari, SKM, Delta Fitriana, SE, Iriyadi, Zahrudin. I ALAMAT REDAKSI: Pusat

Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 109, JL. HR. Rasuna Said
Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 I TELEPON: 021-5201590; 021-52907416-9 I FAKS: 021-5223002;
021-52960661 I EMAIL: [email protected], [email protected] I CALL CENTER: 021-500567

Turunkan Kematian

Ibu dan Anak

REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL [email protected]

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

3

MENELISIK
PELAYANAN JAMPERSAL
07

34


Setelah Sehat
Pasti Cantik

Potret Pelayanan
Kesehatan di Kaltim

10
Kemenkes Raih
Penghargaan
Anugerah Pahita
Ekapraya

4

16

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

Laporan Khusus


KINERJA
DUA TAHUN
KEMENKES

44

DAFTAR ISI
INFO SEHAT

RAGAM

4 Trik Tetap Oke
Selama Bekerja

6

Merawat Kesehatan
Kulit Dengan Buah

7


Setelah Sehat
Pasti Cantik
Kembangkan
Kreativitas Si Kecil

8

9

Kemenkes Usung
10 Program Prioritas Tahun 2012

10

Kemenkes Raih Penghargaan
Anugerah Pahita Eka Praya

10


Menkes Instruksikan Rumah Sakit
Tambah Kapasitas Kelas III

11

Wamenkes Resmikan
Desa Stop Bab Sembarangan

12
14

32 Kemenkes Siapkan Rumah Sakit
Tangani Kasus Flu Burung

DAERAH

34

Gerakan Pramuka Mitra Untuk
Membangun Bidang Kesehatan


Satu Lagi
Korban Flu Burung Meninggal
Tetap Waspada
Meski Kasus Flu Burung Menurun

32

STOP PRESS

Jabar Terapkan
Ktp Berasuransi

31

Potret
Pelayanan Kesehatan Di Kaltim

POTRET

38

Menkes Dr Endang Rahayu
Sedyaningsih, Mph, Dr, Ph: Kita Harus
Bekerja Dengan Bersih

KOLOM

42

Menuju Iklan Kesehatan
Yang Sehat Dan Tidak Menyesatkan

67

Keterbukaan
Informasi Publik

LIPUTAN DAERAH

MEDIA UTAMA
Angka Kematian Ibu di Indonesia:
Lampu Merah di Lima Provinsi

15

Menelisik
Pelayanan Jampersal

16

Jampersal
Di Mata Tenaga Bidan

18

Bersalin
Di Puskesmas Mergangsang

20

Rsud Bantul
Menyambut Program Jampersal

22

Dr. Sarminto; M.Kes:
Jampersal Baiknya Dibatasi

24

Drg. Maya Sintowati Pandji, Mm:
Menjadikan Puskesmas Pilihan Utama

26

Jampersal
Di Jawa Barat

28

Prawito:
Nasionalisme Jampersal?

30

58

Kalimantan Tengah:
Memenuhi Hak Sehat Di Belantara Tropis

INFO

68

Mediakom Raih Silver Winer The Best
Government Inhouse Magazine Inma
2011
Media Kuis

LENTERA

69
70
71

Pengendalian Diri
Kembali
Untuk Apa Hutang?

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

5

InFo SEhAT

Trik Tetap Oke
Selama Bekerja
Bagaimana Anda melakukan aktivitas di kantor? Iya, duduk di kursi dan
mata tak lepas dari layar komputer, merupakan potret aktivitas seharihari di kantor. Stres pun bisa menyambangi ketika pekerjaan tengah
menumpuk dan harus segera dituntaskan. Bila sudah begitu, makan
--termasuk cemilan-- dan merokok menjadi pelarian. Kondisi ini tentunya
kurang bagus bagi kesehatan. Apalagi ditambah dengan jarangnya
melakukan olahraga.
ADA BAIKNYA bila kebiasaan
yang kurang baik tersebut di
atas ditinggalkan sehingga tidak
menganggu kesehatan yang pada
akhirnya tidak menutup kemungkinan
justru akan menganggu aktivitas
dalam bekerja. Di bawah ini ada
beberapa tips agar kita bisa melakukan
aktivitas bekerja sebagai kegiatan yang
menyehatkan:
Berolahraga
Berolahraga merupakan salah satu cara
untuk membuat tubuh lebih santai
dan tidak stres. Carilah lokasi latihan
gym terdekat dengan kantor Anda.
Cari pula waktu yang tepat untuk bisa
berolahraga di waktu senggang jam
kantor, seperti pagi, siang, atau sore
hari.

Hindari Stres
Stres bisa berasal dari mana saja. Misal,
Anda mendapat tekanan dari atasan
atau kesibukan saat rapat. Selain
mempengaruhi produktivitas Anda,
stres juga bisa menyebabkan keletihan
isik. Maka cobalah untuk bersikap
tenang dan lawan stres tersebut.
Jauhi Meja Kerja
Sebuah hasil penelitian
mengungkapkan bahwa terusmenerus berada di meja Anda tidak
hanya menyebabkan stress, tetapi juga
berakibat kepada kematian. Usahakan
untuk beranjak sebentar dari meja
kerja, baik itu hanya untuk sekadar
berolahraga ringan atau berjalan-jalan
berkeliling kantor.
Simpan Cemilan Sehat
Jaga energi Anda agar tetap it selama
jam bekerja. Dengan begitu, perhatian
pun tetap fokus sehingga tidak melirik
ke cemilan yang tidak sehat yang ada
di sekitar kantor Anda. Namun jika
ingin tetap ngemil, simpan cemilan
sehat dengan banyak kandungan
protein dan karbohidrat. ∞

6

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

Setelah Sehat

Pasti

Cantik
Merawat Kesehatan
Kulit dengan Buah
Buah sebagai obat terbaik sudah menjadi fakta yang terpercaya.
Makan buah atau minum segelas jus setiap hari bisa membuat kita
tetap sehat. Lebih dari itu, buah juga bagus bagi kesehatan kulit.
Berikut ini, beberapa jenis buah yang baik bagi kesehatan kulit:
Pisang
Pisang merupakan sumber zat besi,
magnesium, dan kalium. Pisang kaya
akan vitamin A, B, dan E sehingga
berfungsi sebagai agen anti penuaan.
Pisang tumbuk yang dioleskan di
wajah bisa melakukan ‘keajaiban’
bagi kulit Anda. Kulit pisang juga bisa
memberikan efek terhadap kesehatan
kulit.
Lemon
Lemon  mengandung vitamin C, baik
untuk kesehatan kulit. Segelas air
hangat dengan satu sendok madu dan
sedikit jus lemon bisa memberikan efek
yang bagus pada kulit. Lemon dapat
digunakan untuk mencerahkan warna
kulit. Lemon juga bisa mengurangi
bekas jerawat. Gosok bagian dalam
kulit lemon untuk menghilangkan
bintik-bintik gelap. Campuran lemon
dan madu baik digunakan untuk
pemutih alami pada wajah.
Jeruk
Jeruk kaya akan vitamin C yang
meningkatkan tekstur kulit. Seperti
apel, jeruk juga mengandung kolagen
yang memperlambat proses penuaan
kulit. Gosok bagian dalam jeruk
pada kulit untuk mengencangkan
wajah. Jeruk dapat dikeringkan dan
ditumbuk untuk digunakan sebagai

scrub alami. Jeruk juga berfungsi untuk
menyamarkan noda wajah.
Apel
Apel memiliki manfaat yang tak
terbantahkan. Apel mengandung zat
antioksidan yang berfungsi mencegah
kerusakan sel dan jaringan. Studi
yang dilakukan oleh ahli gizi telah
menunjukkan bahwa apel banyak
mengandung lastin dan kolagen yang
membantu menjaga kulit awet muda.
Campuran apel tumbuk, madu, air
mawar dan oatmeal sebagai masker
dapat mengelupas sel-sel kulit mati
pada wajah.
Pepaya
Pepaya kaya akan antioksidan
dan mengandung enzim khusus
yang disebut papain. Papain dapat
membunuh sel-sel kulit mati
dan mengangkat kotoran wajah.
Minum segelas susu pepaya atau
menempelkan daging buah pepaya ke
wajah membuah kulit makin sehat.
Mangga
Buah lembut ini memiliki efek luar
biasa pada kulit. Kaya vitamin A dan
kaya antioksidan berfungsi melawan
penyebab penuaan kulit. Mangga
juga berfungsi meregenerasi kulit dan
mengembalikan elastisitas kulit. ∞

PenamPilan bagi sebagian besar perempuan adalah
harga mati. artinya, tampil menarik menjadi keharusan.
bila saat ini, anda tengah bertransformasi untuk mengubah
penampilan anda agar terlihat oke, ada baiknya anda lebih
dahulu benahi gaya hidup dengan cara hidup sehat. apa
hubungannya? Kaum hawa harus paham bahwa kecantikan
dan kesehatan adalah satu paket. Keduanya akan berjalan
seiring sejalan. berikut tips sehat nan cantik:
Makanan Sehat
Untuk mengawali gaya hidup sehat, awali dengan memilih
mengkonsumsi makanan sehat dengan memperbanyak
porsi sayur dan buah, banyak minum air putih, mengurangi
makanan berlemak dan
berkolesterol tinggi. Prinsipnya
sederhana, “apa yang
kamu makan menentukan
kesehatanmu “.
Olahraga
gaya hidup sehat tak bisa
lepas dari olahraga. maka,
perbanyaklah olahraga seperti
jalan, di sela-sela bekerja
usahakan banyak berjalan, dan
olah raga bisa di kursi saat di
bekerja Tidak ada alasan untuk
tidak berolahraga mengingat
olahraga bisa dilakukan di mana
saja.
Berpikir Positif
Hal lain yang perlu di atasi adalah stres. Dampak stres sangat
buruk bagi kesehatan, kurang tidur mengakibatkan kondisi
melemah dan tidak it. Hindari stres dengan berpikir positif,
sabar dan tawakal. segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya.
Merawat Tubuh
Tak hanya berolahraga, perawatan secara menyeluruh
terhadap tubuh juga perlu dilakukan. Hal ini bisa dilakukan di
rumah atau mendatangi tempat-tempat yang sudah dijamin
kredibilitasnya.
Cek Kesehatan Secara Rutin
ada baiknya, selain perawatan tubuh, anda juga bisa
melakukan pengecekan kesehatan. meski cantik, namun
tak sehat, akan berpengaruh pada penampilan juga. Untuk
itu, agendakan secara rutin setiap enam bulan sekali untuk
melakukan general check up. Dengan begitu anda akan
cantik luar dalam. ∞

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

7

InFo SEhAT
memahami keunikan setiap anak.

Kembangkan
Kreativitas si Kecil
Sejatinya, semua anak adalah kreatif. Untuk itu, mereka
selalu ingin tahu segala sesuatu yang bersifat baru mulai
dari apa yang mereka lihat, dengar, hingga apa yang mereka
rasakan. Hanya saja, kreativitas setiap anak berbeda.
Pembedanya adalah adanya pembatasan dari lingkungan
dan rasa antusiasme si kecil yang bervariasi. Di sinilah,
orangtua berkewajiban untuk mengetahui, mengenal, dan
menggali bakat dan minat si kecil sejak dini. Hal ini bukan
pekerjaan yang sulit mengingat kemampuan-kemampuan
yang menonjol dari si kecil akan terlihat dengan sendirinya
secara jelas.

MENJADI KEWAJIBAN orangtua untuk
memfasilitasi dan mengembangkan
kreativitas si kecil. Sebagaimana diketahui
ciri anak kreatif adalah spontan, rasa
ingin tahu, lancar berpikir, detail oriented,
dan orisinalitas ide. Berikut adalah halhal yang perlu dipahami orangtua dalam
memfasilitasi sekaligus mendorong
kemampuan yang dimiliki si kecil sehingga
kreativitas si kecil terus berkembang:
Tidak Menuntut Keinginan
Sosok orangtua yang baik bukanlah yang
menuntut segala sesuatu sesuai dengan
keinginannya. Contoh: menginginkan
si kecil menjadi ahli musik sedangkan
bakat si kecil lebih suka menggambar
yang menjurus kepada seni rupa. Bila
orangtua memaksakan keinginannya, hal

8

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

ini tidak akan berhasil mengingat adanya
ketidakcocokan minat.
Sebagai orangtua, harus dapat menerima
kelebihan dan kekurangan si kecil. Lebih
dari itu, orangtua harus dapat memotivasi
sekaligus mensugesti bahwa si kecil
mampu melakukan kegiatan yang terkait
minatnya.
Anak Adalah Unik
Seringkali orangtua membandingkan si
kecil dengan anak lain, seolah-olah selalu
saja ada kekurangan si kecil. Padahal,
setiap anak adalah unik dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Dari
sisi anak pun, sebagai individu sama
halnya dengan orang dewasa, tidak suka
dibandingkan dengan orang lain. Alhasil,
sikap bijak orang tua diperlukan untuk

Kreativitas Multidimensi
Wujud kreativitas si kecil bisa saja
berbeda-beda. Contoh, setiap pulang dari
sekolah, ia mendapatkan hal baru yang ia
sukai, maka akan langsung dipamerkan
kepada orangtuanya di rumah. Sebaliknya,
jika kreativitas tersebut tidak ia sukai dan
tidak ada sedikitpun perhatiannya, dengan
dipaksapun akan sulit dikembangkan.
Contoh: si kecil mendapat cara-cara
cepat dalam menyelesaikan pelajaran
matematika. Praktis, ia akan memamerkan
hal tersebut kepada orangtuanya.
Sebaliknya ia tidak akan melakukan hal
serupa ketika mendapatkan pelajaran
seni tari yang tidak ia sukai. Pendeknya,
kreativitas itu mulitidimensional, dan
setiap anak memiliki dimensi kreatifnya
sendiri-sendiri.
Memberi Contoh
Kita harus memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap apa yang
tengah dikerjakan oleh anak-anak kita.
Misalnya dengan ikut melakukan aktivitas
bersama anak dan memperkenalkan
hal baru serta gagasan-gagasan yang
berhubungan dengan aktiitas tersebut.
Kesempatan tersebut dapat digunakan
untuk memberitahu cara yang baik untuk
melakukan aktivitas tersebut, resiko, serta
keuntungannya. Selanjutnya, biarkan si
kecil berikir tentang hobi barunya itu.
Yang perlu orangtua lakukan adalah
memberikan waktu, tempat, kemudahan,
dan bahan-bahan agar si kecil semakin
kreatif.
Lakukan dengan Santai
Acapkali orangtua lebih menyukai
melihat langsung hasil jadi dari
kreativitas anak dan melupakan proses
belajar mencapai tujuannya. Padahal
dalam proses justru akan terlihat jelas
bagaimana mereka memecahkan masalah,
berusaha, dan menikmati keberhasilan.
Untuk itu, sebaiknya orangtua juga
memberikan perhatikan kepada proses
dengan perspektif si kecil, bukan atas
dasar cara pandang seorang dewasa.
Sering mengajak anak ke tempat yang
menimbulkan kreativitas adalah kegiatan
positif. Seperti berkunjung ke Museum
Sain dan museum lainnya. Kegiatan
bereskperimen juga bisa dilakukan di
rumah, seperti membuat baling-baling
bamboo, ketapel, tempat pencil dari
bahan-bahan bekas pakai. ∞

SToP PRESS

Gerakan Pramuka Mitra untuk
Membangun Bidang Kesehatan
KEMENTERIAN KESEHATAN berkomitmen
mendukung pembinaan dan pengembangan
Gerakan Pramuka sesuai yang terkandung dalam
nilai-nilai Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. Hal ini
tak lepas dari peran strategis Gerakan Pramuka turut
membangun karakter bangsa menuju yang lebih
baik termasuk di bidang kesehatan.
Dukungan tersebut disampaikan oleh Menteri
Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr.PH melalui pidato yang dibacakan oleh
Wamenkes Prof. Ali Gufron pada acara Pelantikan/
Pengukuhan Pimpinan Satuan Karya Pramuka Bakti
Husada (Saka Bakti Husada) Tingkat Nasional Masa
Bakti Tahun 2011-2016 di Jakarta, (5/1). Menkes
menegaskan bahwa Gerakan Pramuka merupakan
salah satu mitra potensial yang telah berperan
banyak dalam membantu terlaksananya berbagai
program pembangunan termasuk di bidang
kesehatan.
Masih menurut Menkes, Pramuka baik secara
individu sebagai anggota keluarga maupun sebagai
kelompok di Gugus Depan dan sekolah berperan
besar memberikan kesadaran bagi sesama anggota
keluarga, teman, dan masyarakat dengan turut serta

menyadarkan pentingnya berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS). “Untuk itu, kemitraan Kemenkes
dan Gerakan Pramuka perlu terus dikembangkan
dan ditingkatkan di masa depan dalam peranannya
membina kaum muda bangsa Indonesia terutama
dalam bidang kesehatan,” tandas Menkes.
Untuk diketahui, pada tanggal 20 Agustus 2011,
Menkes bersama Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka telah menandatangani kesepakatan
kerja sama tentang peningkatan kesehatan
masyarakat melalui pendidikan kepramukaan. Kerja
sama ini memperbaharui ikatan kerja sama yang
ditandatangani tahun 1985 lalu.
Saka Bakti Husada yang dibentuk 17 Juli
1985, merupakan wadah Pramuka Penegak
dan Pandega di bidang kesehatan. Untuk itu,
Kemenkes bertanggung jawab membina dan
mengembangkannya sesuai perkembangan masalah
kesehatan bangsa. Kemenkes melalui Badan PPSDM
Kesehatan telah mewujudkan Revitalisasi Gerakan
Pramuka yang telah dicanangkan Presiden RI tahun
2006, dengan membentuk Gudep-Gudep berbasis di
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Balai Pelatihan
Kesehata (Bapelkes) di seluruh Indonesia. ∞

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

9

SToP PRESS

Kemenkes Usung

10Prioritas
Program
di Tahun 2012

KEMENTERIAN KESEHATAN menetapkan 10
Program Prioritas di tahun 2012. Urutan paling
atas adalah upaya promotif dan preventif yang
melibatkan inisiatif masyarakat dan Pemda. BOK
(Bantuan Operasional Kesehatan) merupakan
salah satu bentuk upaya tersebut.
Pengumuman mengenai 10 Program Prioritas
disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat jumpa
pers mengenai Evaluasi Kinerja 2011 dan
Program Prioritas 2012 Kementerian Kesehatan
di Kantor Kemenkes Jakarta, Rabu (4/1). Adapun
sembilan Program Prioritas lainnya adalah
Pencegahan dan pengendalian penyakit,
terutama Penyakit Tidak Menular (PTM); Menuju
Universal Coverage (penambahan kelas);
Penurunan Angka Kematian Ibu (PONED, PONEK,
Jampersal, KB); Upaya Perbaikan Gizi terutama
masalah stunting, saintiikasi jamu, kemandirian
bahan baku obat; Perencanaan Pembangunan
Kesehatan Paralel dengan Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI); Reformasi Birokrasi (Tata Manajemen
Birokrasi yang Bersih, Akurat, Efektif dan Eisien);
Peningkatan Penggunaan Teknologi Informasi di
segala Aspek; serta Pusat Tanggap Respon Cepat
(PTRC) yang akan dikembangkan di provinsi dan
kabupaten/kota. ∞

Kemenkes Raih Penghargaan

Anugerah Pahita Ekapraya
BERTEPATAN PERINGATAN ke-83 Hari Ibu, Presiden memberikan Penghargaan
Anugerah Ekapraya Parahita Madya kepada sejumlah Kementerian/Lembaga,
Provinsi, dan Kabupaten/Kotamadia yang telah berhasil melaksanakan strategi
pengarusutamaan gender, melaksanakan program pemberdayaan perempuan,
serta perlindungan perempuan dan anak. Salah satu penerimanya adalah
Kementerian Kesehatan.
Penghargaan diberikan langsung oleh Presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono
kepada Menkes RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, Kamis (22/12).
Secara keseluruhan, Presiden RI memberikan 10 Kementerian/Lembaga, 1
badan, 12 Provinsi, 11 Kabupaten dan 3 Kotamadia. Penerima Prahita Ekapraya
antara lain Kementerian PU, Kemendiknas, Bappenas, Kemenhukham, Provinsi
Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Riau, Kabupaten Rembang, Kabupaten
Malang, dan Kabupaten Sleman.
Selain memberikan apresiasi, pemberian penghargaan juga ditujukan guna
meningkatkan kinerja Pemda dalam melaksanakan pengarusutamaan gender,
serta mendorong prakarsa aktif dan menumbuhkan komitmen Pemda dalam
penyusunan kebijakan yang responsif gender. Adapun tema Peringatan Hari Ibu
adalah “Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Membangun Ketahanan Ekonomi
Menuju Kesejahteraan Bangsa’. ∞

10

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

Menkes Instruksikan
Rumah Sakit Tambah
Kapasitas Kelas III

M.Kes., pada awal 2011 dari 224 RS
baru 133 RS atau 54,51% yang melayani
Jamkesmas. Dengan demikian, tidak
semua masyarakat yang membutuhkan
perawatan bisa tertampung karena
terbatasnya tempat tidur di RS.
“Kebutuhan tempat tidur 10.000,
sementara yang tersedia di RS pemerintah
dan beberapa RS swasta baru 4.000
tempat tidur. Namun dengan RS swasta
membuka diri terhadap pelayanan
Jamkesmas ada tambahan 6.000 tempat
tidur sehingga ada 10.000 tempat tidur
bagi peserta Jamkesmas, Jamkesda, dan
Jampersal,” papar Kadinkes.
Ditambahkan, dari sekitar 43 juta
penduduk Jabar, baru 54,3% yang tercover jaminan kesehatan. Dari jumlah
tersebut 25% dijamin Jamkesmas dan 16%
dijamin Jamkesda. Jumlah penduduk yang
belum ter-cover jaminan sekitar 44%.
“Jabar harus menata sarana. Saat ini
ada 1.444 Puskesmas, 147 di antaranya
Pukesmas perawatan dengan 20 tempat
tidur,” tambah dr. Alma.
Sementara itu Sekda Provinsi Jabar, Lex
Laksama yang mewakli Gubernur Jabar
mengatakan, akses masyarakat terhadap
fasilitas kesehatan yang berkualitas
masih belum optimal. Penyediaan sarana
dan fasilitas kesehatan yang memadai
merupakan respon terhadap dinamika
karateristik dan kondisi geograis
penduduk Jabar.

DI INDONESIA, belum semua rumah sakit
(RS) memberikan pelayanan kesehatan
bagi peserta Jamkesmas. Dari 1.870 RS,
baru 1.080 RS yang menerima peserta
Jamkesmas. Ke depannya, semua RS baik
pemerintah maupun swasta diharapkan
menerima peserta Jamkesmas. Untuk
itu, kapasitas kelas III agar ditambah.
Demikian dikatakan Menkes dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH usai
menyaksikan Penandatanganan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara RS yang akan
menjadi Pemberi Pelayanan Kesehatan
Jamkesmas dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, di
Bandung, (28/12).

vertikal dan RS pemerintah daerah. RS
swasta harus menambah kelas III dari 10%
menjadi 15% atau 20%. Saat ini sedang
dalam pembahasan berapa kira-kira bisa
disediakan penambahan kelas III ini,” ujar
Menkes.

“Saya minta ada tambahan kelas III,
bukan hanya di RS swasta, tetapi RS

Sementara itu di Jabar, menurut Kepala
Dinas Kesehatan Jabar, dr, Alma Lucyati,

Menkes juga berharap agar ada
komunikasi antar RS sehingga pasien yang
tidak bisa tertampung pada satu RS tidak
dibiarkan begitu saja, namun dicarikan
RS lain yang masih kosong. Ketersediaan
tempat tidur, khususnya kelas III agar
dipasang di depan RS. “Seperti di tempat
parkir dicantumkan berapa tempat yang
masih kosong,” paparnya.

“Menyadari pentingnya penanganan
yang lebih optimal untuk keberhasilan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Jabar, khususnya masyarakat miskin secara
simultan harus dilakukan pembenahan
sistem pelayanan kesehatan, peningkatan
akses masyarakat termasuk masyarakat
miskin ke fasilitas kesehatan, penyusunan
standar pelayanan medis dan membenahi
sistem rujukan di tingkat kabupaten/kota,”
tegasnya.
Menkes mengapresiasi RS yang telah
memberi pelayanan kepada peserta
Jamkesmas di Provinsi Jawa Barat dan
berterima kasih atas kesediaan RS
yang akan menjadi Pemberi Pelayanan
Kesehatan bagi peserta Jamkesmas.
Dengan demikian, akses pelayanan
kepada peserta Jamkesmas lebih merata
dan terjangkau. ∞

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

11

SToP PRESS

Wamenkes Resmikan

7 DESA

STOP

BAB
Sembarangan
KEMENTERIAN KESEHATAN meresmikan 7
Desa Open Defecation Free (ODF) – atau lebih
dikenal dengan istilah Stop Buang Air Besar
(BAB) sembarang. Kegiatan ini merupakan
bagian dari pembangunan air minum dan
penyehatan lingkungan secara keseluruhan
yang dikemas dalam Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Ketujuh desa tersebut
adalah desa Curuggoong, desa Cisaat
(keduanya di Kecamatan Padarincang), desa
Kramatwatu, desa Margatani, desa Serdang
(ketiganya di Kecamatan Kramatwatu), desa
Mekarsari (di Kecamatan Anyer), dan desa
Situtarate (di Kecamatan Cikande).

12

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

Peresmian ODF dilakukan oleh Wakil Menteri
Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc.
Ph.D, di Desa Curuggoong, Kecamatan
Padarincang, Kabupaten Serang, Banten,
Kamis (29/12). Turut hadir dalam kegiatan
tersebut, Direktur Penyehatan Lingkungan,
drh. Wilfried Hasiholan Purba, MM, M.Kes,
Sekda Provinsi Banten, Ir. H. Muhadi, M.SP,
Bupati Kabupaten Serang, H.A. Tauik
Nuriman, dan para kepala desa.
Sebagaimana diketahui, Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan
ujung tombak keberhasilan pembangunan
air minum dan penyehatan lingkungan
secara keseluruhan. STBM adalah pilihan
pendekatan, strategi dan program untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. Nah, suatu komunitas
berada pada kondisi sanitasi total saat
masyarakat tidak buang air besar (BAB)
sembarangan, mencuci tangan pakai
sabun, mengelola air minum dan makanan
yang aman, mengelola sampah dengan
benar dan mengelola limbah cair rumah
tangga dengan aman. “STBM bukan hanya
sebagai pendekatan yang efektif dan eisien,
melainkan sebagai strategi dan juga Program
Nasional untuk mewujudkan masyarakat
sehat melalui proses penurunan penyakit
berbasis lingkungan yang berkaitan dengan
sanitasi dan perilaku sehat,” ujar Wamenkes.
Merujuk data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), terjadi peningkatan penduduk
berperilaku BAB Benar. Pada 2007, persentase
penduduk berperilaku BAP Benar sebesar
71,1%, dan pada 2010, persentase penduduk
berperilaku BAB Benar mencapai 82,8%.
Artinya terjadi peningkatan sebesar 17,7%.
Meski demikian, masih ada sebesar 17,2%
penduduk yang masih BAB sembarangan
dan harus diselesaikan sebelum 2014.
Sementara itu, dari sisi penggunaan air
untuk keseluruhan keperluan rumah tangga,
sebanyak 27,9% menggunakan sumur gali
terlindungi sebesar 22,2%, sumur bor/pompa

22,2%, disusul air leding/PAM sebesar 19,5%.
Ditinjau dari segi perilaku, untuk kebiasaan
cara mencuci tangan dengan benar
tahun 2010 sebesar 35%. Artinya terjadi
peningkatan 11,8% dibandingkan 2007
yang berada di angka 23,2%. Hasil penelitian
sarana penampungan limbah, terjadi
penurunan. Pada 2010, rumah tangga yang
tidak mempunyai sarana penampungan air
limbah sebesar 18,9% atau menurun 6%
dibandingkan 2007 yang mencapai 24,9%.
Selain itu, masih banyak rumah tangga yang
membuang limbah rumah tangga ke sungai/
parit/got, yakni sebesar 41,3% dan yang
menangani sampahnya dengan cara dibakar
mencapai 52,1%.
Dijelaskan Wamenkes, terdapat dua jalur
upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam membangun sektor air minum dan
sanitasi. Yakni Pembangunan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
Pamsimas bertujuan meningkatkan jumlah
penduduk pedesaan dan pinggiran kota
(peri urban) mendapat akses air bersih dan
sehat. “Pengalaman selama ini menunjukkan
peningkatan akses terhadap air minum
dan sanitasi yang tidak disertai perubahan
perilaku, terbukti tidak berkelanjutan. Oleh
karenanya perlu pendekatan Pamsimas,”
ujarnya. Selanjutnya, Wamenkes berharap
Pemerintah Daerah berkomitmen kuat dalam
mengupayakan dan perluasan pelaksanaan
program air minum dan sanitasi dengan
menggunakan model pendekatan program
Pamsimas. ∞

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

13

Jabar Terapkan
KTP Berasuransi
PROvINSI JAWA BARAT menjadi percontohan pelaksanaan
Universal Coverage Insurance melalui KTP Berasuransi
Kesehatan. KTP berasuransi yang rencananya diluncurkan
2012 ini, memberikan kemudahan bagi masyarakat berobat
di Puskesmas atau Rumah Sakit yang ditunjuk dengan biaya
murah.
Terobosan Jawa Barat sebagai percontohan pelaksanaan
Universal Coverage Insurance, mendapat respon positif dari
Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,
Dr.PH. “Saya memberikan penghargaan pada Pemerintah
Provinsi Jabar yang sudah berinisiatif meluncurkan program
Universal Coverage Insurance yang pertama di Indonesia,”
tutur Endang usai menyaksikan Penandatanganan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara RS yang akan menjadi Pemberi
Pelayanan Kesehatan Jamkesmas dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, di Bandung (28/12).
Harapannya, lanjut Endang, program tersebut dapat disusul
provinsi lain.
Menurut Menkes, program Universal Coverage Insurance,
sejalan dengan gawe Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yakni meng-cover masyarakat yang tidak mampu baik
yang memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
maupun Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang
jumlahnya di Jawa Barat mencapai sekitar 15 juta.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Jabar, dr. Alma
Lucyati, M.Kes., menuturkan bahwa tahap awal KTP
berasuransi diperuntukaan bagi warga kurang mampu.
“Ke depannya secara bertahap, semua orang di Jawa Barat
mempunyai KTP berasuransi sehingga mendapatkan
jaminan kesehatan.”

14

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

Hingga awal 2011, tercatat baru 133 RS dari 224 RS atau
54,51% yang melayani Jamkesmas. Dampaknya, tidak
semua masyarakat yang membutuhkan perawatan bisa
tertampung karena terbatasnya tempat tidur di RS. Saat ini,
menurut dr. Alma, kebutuhan tempat tidur sebanyak 10.000.
Sejauh ini yang tersedia di RS pemerintah dan beberapa
RS swasta baru mencapai 4.000 tempat tidur. Nah, dengan
RS swasta membuka diri terhadap pelayanan Jamkesmas,
maka terdapat tambahan 6.000 tempat tidur. Total, terdapat
10.000 tempat tidur bagi peserta Jamkesmas, Jamkesda, dan
Jampersal.
Ditambahkan, Kadinkes, dari sekitar 43 juta penduduk
Jabar, baru 54,3% ter-cover jaminan kesehatan. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 25% dijamin Jamkesmas dan
16% dijamin Jamkesda. Jadi, jumlah penduduk yang
belum ter-cover jaminan kesehatan sekitar 44%. Sebagai
konsekuensinya, maka Jabar harus segera menata sarana
prasarana untuk keperluan tersebut. ∞

MEDIA UTAMA
Angka Kematian Ibu di Indonesia:

Lampu Merah
di Lima Provinsi
Untuk menurunkan angka tersebut, telah digulirkan
program Jaminan Persalinan (Jampersal). Program
ini merupakan jaminan pembiayaan yang digunakan
untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan,
dan pelayanan bayi baru lahir. Program ini bertujuan
menjamin akses pelayanan persalinan masyarakat oleh
tenaga dokter dan bidan. Dengan jaminan ini dapat
dipastikan masyarakat lebih aman dan nyaman dalam
menjalani persalinan. Hal ini terlihat dengan berbondongbondongnya ibu hamil mengunjungi rumah sakit
untuk melahirkan, seperti yang terjadi di RSUD Bantul
Yogyakarta.

ingga saat ini tingkat Angka Kematian Ibu (AKI) masih
cukup tinggi. Ini bisa dilihat dari lima provinsi terbesar
penyumbang AKI di Indonesia, dengan total angka
5.767 kematian atau 50% dari 11.767 kematian ibu di
Indonesia tahun 2010. Lima provinsi secara berturutturut, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur,
Banten, dan Jawa Timur. Apabila ke lima provinsi
tersebut dapat diturunkan angka kematian
ibu secara signiikan, maka akan berpengaruh
besar terhadap penurunan angka kematian ibu
secara nasional. Nah bagaimanakah menurunkan angka
kematian ibu itu?
Telah banyak upaya yang dilakukan untuk menurunkan
angka kematian bayi, baik program yang terkait langsung
maupun yang tidak langsung. Bahkan upaya ini juga
dilakukan bekerja sama dengan kementerian/lembaga
lain seperti BKKBN, Kemendagri, Kemensos, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan KPA, dan lainnya. Hanya
saja, upaya ini masih harus terus ditingkatkan melalui
sinkronisasi lintas program dan lintas sektor untuk
percepatan capaian penurunan angka kematian ibu
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara data
tahun 2007, masih bertengger pada angka 228/100.000
kelahiran hidup.

Guna, mewujudkan persalinan ibu hamil oleh tenaga
kesehatan terlatih, Kemenkes telah mendistribukan
bidan dan dokter terlatih ke seluruh wilayah Indonesia.
Pada 2010, cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan sudah 82,2%. Cakupan tersebut,
akan ditingkatkan menjadi 90% pada 2015. Selain itu,
persalinan juga harus dilakukan di sarana kesehatan.
Hanya saja, setiap persalinan oleh tenaga kesehatan, tidak
secara otomatis diselenggarakan di sarana kesehatan. Hal
ini tercermin dalam hasil riset kesehatan dasar 2010.
Untuk mendorong implementasi Jampersal, telah
dilakukan sosialisasi pada 8 provinsi yang terindikasi
angka kematian ibu tinggi, yakni: Jawa Barat, Aceh,
Kalimantan Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku,
NTB, NTT, dan Semarang, pada akhir Desember 2011 yang
lalu.
Sebagai bukti keseriusan Kemenkes untuk menurunkan
AKI, hingga saat ini telah digelontorkan dana APBN
tahun 2011 kepada 33 provinsi untuk BOK sebesar Rp
904.555.000.000, Jampersal Rp 922.793.246.000, dan
Jamkesmas Dasar Rp 972.921.148.000.
Program Jampersal terus bergulir, meski dalam praktek
lapangan banyak kekurangan yang mesti dibenahi
di sana-sini. Masukan dari rekan-rekan daerah sangat
berharga untuk perbaikan. Beberapa tahun ke depan, jika
semua program berjalan lancar, dan angka kematian ibu
saat melahirkan di lima provinsi tadi bisa ditekan secara
berarti, tentu akan menekan angka kematian ibu secara
nasional. Pada akhirnya, kita harapkan, tidak ada lagi ibu
yang mati karena melahirkan bayi… ∞

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

15

MEDIA UTAMA

MENELISIK
PELAYANAN JAMPERSAL
Program Jampersal sudah bergulir di banyak daerah di Indonesia.
Berikut pengalaman RSUD Panembahan Senopati Bantul,
Yogyakarta, dan Puskesmas Benayang, Pontianak, dalam melayani
masyarakat yang mengikuti program Jampersal.

16

uswanti (27) duduk di atas tempat tidur ruang
rawat persalinan RSUD Panembahan Senopati
Bantul, Yogyakarta. Wajahnya tampak sedih. Ia
baru saja mengalami keguguran anak kedua.
Ditemani anggota keluarga, ia sedang menanti
penyelesaian administrasi kepulangan pasca melahirkan.
“Alhamdulillah, pelayanan di sini baik, walau banyak
pasiennya”, kata Kuswanti.

Kuswanti lirih karena masih menahan rasa sakit.

Kuswanti sebelumnya melakukan pemeriksaan
kehamilan di bidan. Namun karena ia mengalami
keguguran, bidan merujuknya ke rumah sakit. Seluruh
biaya persalinan gratis. Kok bisa? Ternyata, Kuswanti
mendapat bantuan dari program Jampersal (Jaminan
Persalinan). “Memang, harus sabar menunggu, karena
pelayanan kesehatan dengan Jampersal banyak
memerlukan surat-surat yang harus dilengkapi,” ujar

Saat ini program Jampersal telah mendorong masyarakat
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit
yang ada di sekitar mereka, terutama di Rumah Sakit
yang memiliki program Jampersal. Mereka datang atas
dasar kesadaran sendiri, bahkan mereka langsung ke
Rumah Sakit, tanpa rujukan dari Puskesmas. “Kalau sudah
seperti ini mekanismenya, kami tidak dapat menolaknya.
Masa, ibu mau melahirkan diminta ke Puskesmas,” ujar

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

Jampersal adalah program yang diluncurkan
Kementerian Kesehatan untuk membantu ibu-ibu yang
sedang hamil agar bisa melahirkan dengan selamat.
Program ini bertujuan menekan angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia yang pada 2009 tercatat 228 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup.

Pipin perawat RS Bantul.
Menurut Mayani, kepala Puskesmas
Benayang, Kota Pontianak, Kalimantan
Barat program Jampersal banyak sekali
manfaatnya, terutama bagi masyarakat
dari kalangan tidak mampu. Kebetulan
Puskesmas Benayang saat ini sudah
menjadi Puskesmas Poned (Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar),
sehingga dengan adanya Jampersal tingkat
kunjungan pasien meningkat sampai tiga
kali lipat.

yang sejak hamil tidak pernah diperiksa
sama sekali. Dengan adanya Jampersal,
mereka mau datang ke Puskesmas untuk
diperiksa,

“Sebelum ada Jampersal tingkat kunjungan
pasien paling tinggi sekitar 20-25 persalinan
per bulan. Dengan adanya Jampersal
kunjungan paling rendah 58 orang. Setiap
hari rata-rata kunjungan ibu hamil dua
sampai tiga orang,” ujar Mayani.

Menurut bidan yang Sarjana Kesehatan
Masyarakat ini, pengunjung Puskesmas,
awalnya memang sudah terbiasa. Tapi,
setelah mendapatkan informasi dan
manfaat puskesmas kota Pontianak,
banyak dari teman-teman dari puskesmas
lain atau bidan praktek swasta mengirim
ke Puskesmas Benayang, terutama yang
punya kasus emergency dasar. Sebab,
kalau resti kemungkinan akan mengalami
kasus emergency dasar. Nah, bagaimana
dengan masalah besaran gaji yang berbeda
dengan standar yang ada selama ini?
Berikut penuturan bidan Mayani kepada
Mediakom:

Menurut Mayani, dari segi ekonomi adanya
Jampersal banyak membantu masyarakat.
“Semua free. Akibatnya banyak persalinan
yang tidak pernah ke tenaga kesehatan
mau datang ke Puskesmas,” cerita Mayani.
Malah, tambah Mayani, ada masyarakat

Bagaimana pengalaman Anda melayani
program Jampersal?
Kalau untuk pelayanan, tidak ada
perbedaan, tidak ada perubahan. Kami
melayani masyarakat sesuai dengan SOP
yang ada, baik itu pelayanan program

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

17

Jampersal maupun yang bukan program Jampersal.
Sama juga dengan pelayanan kami ketika ada program
Jamkesmas.
Bagaimana dengan petugas kesehatannya?
Alhamdulillah tidak ada masalah. Mereka memiliki
komitmen yang tinggi, meskipun memang untuk
tingkat kota Pontianak, biaya persalinan Rp 350.000 all
in itu rasanya kurang. Namun mereka berupaya dapat
memberikan yang terbaik dengan memanfaatkan dana
yang ada.
Jadi kalau dihitung-hitung, sebelum Jampersal
pendapatan lebih besar dibanding setelah ada
Jampersal?
Kalau di program Jampersal, sesuai dengan petunjuk,
memang 75% untuk jasa pelayanan dan 25 % untuk
bahan habis pakai. Insya Allah (ini masih wacana) pada
2012 ini Pemkot Pontianak akan menyumbang.
Berapa kira-kira?
Akan ada tambahan Rp 100.000 atau Rp 200.000. Selama
ini dana yang ada dimanfaatkan seefektif mungkin.
Sebelum ada Jampersal, berapa biaya persalinannya?
Perdanya kurang lebih sekitar Rp 500.000.
Rinciannya untuk jasa berapa?
Untuk jasa, kalau untuk pertolongan persalinan
Rp 100.000, itu belum perawatan, kurang lebih

18

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

separuhnyalah.
Jadi secara umum lebih menguntungkan Perda apa
Jampersal?
Kalau terhadap program, jelas lebih menguntungkan
dengan program Jampersal. Artinya lebih banyak
masyarakat yang dapat mengakses pelayanan kesehatan.
Jadi lebih banyak masyarakat yang tertolong.

Apa saran Anda untuk perbaikan Jampersal ke depan?
Kalau untuk perbaikan Jampersal mungkin yang perlu
diperbaiki untuk ATK. Dalam aturannya dijelaskan 75%
untuk jasa pelayanan, sementara yang 25% sisanya
diatur dengan SK Walikota. Tapi kalau kita lihat, yang
25% itu kecil ya? Mungkin untuk kota Pontianak kalau
bisa ditambah, khususnya untuk Jampersal. Jadi kalau
misalnya unit cost-nya lebih tinggi, otomatis untuk
jasanya lebih tinggi.
Kira-kira berapa tambahannya?
Kira-kira Rp 500.000. Paling tidak tarif RS kelas 3 atau
di bawahnya sedikit. Kemudian yang kedua untuk
Juknisnya, mohon bisa dipercepat. Kadang Juknis
keluarnya Maret, sementara berlakunya dari Januari.
Kalau Juknisnya telat, administrasinya jadi terburuburu (kejar tayang istilahnya). Pertanggungjawaban
pembukuan pun jadi terlambat, walaupun untuk
pelayanan kepada masyarakat tetap harus jalan terus. ∞
(Pra)

Jampersal

di Mata Tenaga Bidan
Program Jampersal jelas lebih menguntungkan, apalagi bagi keluarga
miskin. Lebih banyak publik yang dapat mengakses pelayanan
kesehatan. Banyak masyarakat yang tertolong, termasuk pencatatan
dan pelaporan lebih banyak. “Sasaranya lebih luas,” kata bidan Mayani,
SKM di Puskesmas Benayang, Pontianak. Ternyata, Mayani tidak
sendirian, tapi juga disetujui sebagian besar tenaga bidan lainnya.
esimpulan tersebut terekam dari
hasil survei yang dilakukan oleh
Pusat Komunikasi Publik terhadap 363
bidan di wilayah Tangerang, Bekasi, Depok, dan
Bekasi. Mereka terdistribusi dalam jenis praktek
mandiri (55%), mandiri Puskesmas (27%), dan
Puskesmas saja 17 %, dengan lama praktek
lebih sepuluh tahun (33%), 6-10 tahun (11%),
3-5 tahun (15%), dan kurang dari 3 tahun
(41%).
Sebagian besar tenaga bidan juga
sepakat, Jampersal memberikan
kemudahan bagi calon ibu yang
akan melahirkan. Hanya saja, belum dapat memberikan
kemudahan bagi praktek para bidan. Terdapat 54,3 %
responden tidak setuju, Jampersal memberi kemudahan bagi
praktek bidan. Hal ini mungkin, disebabkan belum lancarnya
proses pencairan dana setelah memberikan pertolongan
persalinan.
Berkaitan dengan sasaran Jampersal, sebagian besar bidan
setuju hanya untuk keluarga miskin dan berkeberatan bila
mencakup juga keluarga berkecukupan secara ekonomi.
“Rasanya kurang sreg, bila melayani pasien persalinan orang
kaya menggunakan Jampersal, apalagi banyak permintaan.
Tapi, kalau keluarga miskin masih bisa diterima, hitunghitung sedekah,” ujar bidan Ina di Bekasi.
Sebagian besar bidan (80%), setuju program Jampersal
akan mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Mereka juga setuju, bahwa program
Jampersal akan dapat dilaksanakan baik di kota maupun di
desa. Mereka juga sependapat, Jampersal dapat memberi
rasa aman kepada ibu yang melahirkan, karena ditangani
oleh tenaga kesehatan. Dengan asumsi tersebut, program
Jampersal akan mendapat dukungan dari tenaga kesehatan,
khususnya bidan. Walau ada sebagian tenaga bidan yang
tidak setuju, apalagi Jampersal harus digunakan semua ibu di
Indonesia.

Menurut bidan yang tidak setuju ini, seharusnya Jampersal
khusus untuk para ibu yang tidak mampu. Sedangkan mereka
yang mampu tidak perlu mendapat jaminan Jampersal.
Sebab, mereka dapat membiayai sendiri sesuai dengan
sarana kesehatan yang diinginkan.
Terkait kesan bidan terhadap Jampersal, mereka sebagian
besar menyebutnya “bagus” untuk menekan AKI dan AKB,
cocok untuk ibu yang kurang mampu. Hanya saja kebijakan
Jampersal masih perlu sosialisasi lebih luas dan pelaksanaan
belum berjalan secara mulus. Terutama kendala pada
prosedur pelaksanaan dan pengajuan klaim yang sulit,
masih banyak prosedur yang belum pasti, sehingga masih
ada kendala psikologis untuk menangani pasien yang
menggunakan fasilitas Jampersal.
Kesan lain, resiko bidan terlalu besar, sementara kompensasi
dianggap kecil. Untuk itu, mereka berharap, tahun berikutnya
dapat memberi imbalan yang layak sesuai dengan kekuatan
ekonomi setiap provinsi, infrastruktur, ketersediaan fasilitas
kesehatan, dan tenaga medis, khususnya bidan.
Namun demikian, masih ditemukan 44,9% responden tidak
menyarankan pasien mengikuti program Jampersal dan
54,9% responden menyatakan tidak mendorong pasien
mengikuti program Jampersal.
Untuk hal ini, masih memerlukan pendekatan khusus kepada
organisasi IBI dan bidan, sehingga kelak dapat mendukung
program Jampersal sepenuh hati. Di samping meningkatkan
sosialisasi dan nominal biaya pelayanan Jampersal.
Khusus sosialisasi memerlukan pendekatan komunikatif,
bukan medis seperti mencetak brosur, lealet, lyer, booklet
yang berbeda target sasaran. Untuk kemasan sesuaikan
dengan target sasaran, seperti untuk ibu yang mampu
dan kurang mampu. Skenario pesan sebaiknya berjenjang,
serial, dan berkesinambungan. Sedangkan target sosialisasi
meliputi tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan masyarakat luas. ∞

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

19

Bersalin di Puskesmas

Mergangsang
Puskesmas Mergangsang salah satu tempat bersalin favorit di Bantul. Selain
tidak bayar, juga dilayani oleh tenaga kesehatan yang profesional. Bagaimana
situasi di Puskesmas ini setelah adanya program Jampersal?

B

ersalin yang nyaman, sangat
ditentukan oleh keterampilan
tenaga kesehatan yang ada.
Selain itu, dipengaruhi juga
oleh ketersediaan peralatan
bersalinnya. Puskesmas Mergangsang,
Bantul, Yogyakarta, salah satu tempat
favorit masyarakat Bantul, sebagai tempat
bersalin. Selain tidak bayar, juga ada
tenaga kesehatan yang profesional.
Ketika program Jaminan Persalinan
(Jampersal) mulai digulirkan, memang
banyak kebingungan di RS ini. Namun,
untunglah hal itu hanya berlangsung
enam bulan. Sekarang, untuk pelayanan
pasien, secara teknis medis sudah tidak
ada kendala.
Tenaga dokter residen obgyn sudah siap
melayani, walaupun dari segi analisis
kebutuhan tenaga bidan masih kurang,
karena baru ada 9 orang, sementara
kebutuhannya 13 orang. “Sekalipun
demikian, kami tetap mampu memberi
pelayanan dengan baik,” kata Puji
Astuti, salah satu bidan yang bekerja di
Puskesmas Mergangsang
Menurut bidan Astuti, tugas bidan
memang merangkap-rangkap. Mulai dari
teknis menis, merujuk dan mengantar
pasien, serta urusan administrasi.
Termasuk mengurus kasus “ sosial”. Cerita
bidan Astuti, pernah ada pasien beranak
tiga. Karena pasien ini akan melahirkan,
maka kami mengurus ibunya yang mau
melahirkan dan juga merawat ketiga
anaknya. Kebetulan si pasien tidak
memiliki saudara, sementara suaminya
sudah lama meninggal dunia.

Menanggapi soal biaya, menurut bidan
Astuti memang masih nyomplang (tidak
seimbang), antara Peraturan Daerah
dan Jampersal. Kalau merujuk Perda,

20

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

setempat biaya persalinan Rp 568.000
termasuk pelayanan Keluarga Berencana
(KB). Sementara biaya Jampersal hanya
Rp 350.000 termasuk pelayanan KB. “Bagi
kami tidak ada masalah, walau nilai biaya
Jampersal lebih rendah dibanding Perda.
Sebab, tidak berpengaruh langsung
kepada petugas kesehatan, karena
mereka menerima gaji. Kami bergaji untuk
melayani siapa saja, baik pasien Jampersal,
Jamkesmas, Askes, Astek, maupun umum”,
ujar Astuti.
Namun, menurut Astuti, sekalipun biaya
persalinan berdasarkan Perda lebih
besar, kami harus menyetor seluruhnya
ke Pemerintah Daerah, baru turun untuk
operasional puskesmas, setelah pengajuan
pendanaan disetujui.
Ketika program Jampersal mulai berjalan,
bulan Juli 2011, kunjungan pasien
mulai menurun. Hanya separo dari total
persalinan yang dilakukan di Puskesmas,
sisanya dirujuk ke rumah sakit.
Karena semua Puskesmas merujuk, maka
rumah sakit menjadi penuh, bahkan
sampai menggunakan lorong-lorong
rumah sakit untuk perawatan. Apalagi,
Puskesmas juga tidak boleh melayani
persalinan dengan penyulit, kecuali
persalinan normal.
Akibatnya, ada pasien yang benar-benar
membutuhkan perawatan tidak mendapat
tempat. Bidan Astuti menyayangkan hal
ini bisa terjadi. Menurut bidan senior ini,
walau secara logika, khusus Puskesmas
Poned dan mempunyai residen obgyn
seperti Puskesmas Mergangsang dapat
melakukan persalinan seperti pasien
pecah ketuban, tapi karena aturannya
tidak membolehkan, ya tetap tidak boleh.
“Kami harus tetap mengikuti aturan,” ujar

bidan senior ini. Tentu ini dapat menjadi
masukan untuk menetapkan kebijakan
berikutnya.
Puskemas Mergangsang, setiap hari
rata-rata melayani tiga pasien kontrol
kehamilan dan dua melahirkan. Total satu
bulan mampu melayani 60-80 pasien
Jampersal. Dengan 9 tenaga bidan, masih
dapat menjalankan pelayanan teknis
medis dengan baik. Hanya saja untuk
urusan administrasi seperti veriikasi data
pasien untuk dokumen laporan klaim
biaya persalinan sering mundur, karena
tidak ada tenaga administrasi khusus.
Menurut Astuti, segala tindakan yang
berurusan dengan nyawa ibu hamil
dan bayinya sekaligus harus mendapat
perhatian lebih, terutama biaya nominal
persalinannya. “Untuk kami sebagai PNS
memang tidak berpengaruh, karena uang
bukan untuk pelaksana. Tapi untuk bidan
praktek swasta dan rumah sakit swasta
akan sangat berpengaruh,” ujar Astuti.
Saat ini, ada 10 persen dari pasien
Jampersal yang tidak mengikuti program
KB. Hal ini disebabkan karena faktor medis
dan sedikit karena yang bersangkutan
belum menerima program KB. Untuk
kasus terakhir ini, bidan memang telah
menjelaskan secara pelan-pelan. “Tapi
pasien mau ber-KB atau tidak bergantung
yang bersangkutan,” tambah Astuti.
Astuti melihat, secara teori, program
Jampersal akan menurunkan Angka
Kematian Ibu. Sebab, program ini
mengharuskan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur kepada petugas
kesehatan sebelum persalinan. Selain itu,
pasien tidak dipungut biaya. Sehingga
mengurangi kemungkinan terlambat
penanganan persalinan oleh tenaga
kesehatan. ∞ (Pra)

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

21

RSUD Bantul

Menyambut Program Jampersal
Setiap hari RSUD Bantul rata-rata melayani 800 pasien rawat jalan. Dengan jumlah pasien
yang demikian besar, tak heran bila pada jam kunjungan, rumah sakit terlihat penuh,
bahkan kursi tunggu pasien pun tak dapat menampung. Bagaimana rumah sakit ini
menyambut program Jampersal?

22

EDISI 34 I FEBRUARI I 2012 MEDIAKOM

S

ejak bergulirnya program Jaminan
Persalinan (Jampersal), Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD)
Panembahan Senopati, Bantul,
Yogyakarta, telah mempersiapkan
diri dengan segala kemampuan yang ada.
Mulai dari ruangan, Sumber Daya Manusia,
sistem rujukan, sosialisasi teman sejawat,
simulasi, mekanisme alur kerja, dan berbagai
sarana pendukung lainnya. “Prinsipnya, kami
berkeinginan mendukung dan mensukseskan
programJampersal,” kata wakil direktur
Pelayanan RSUD Bantul dr. Gandung Bambang
Hermanto.

tergolong kecil (hanya Rp 350.000, padahal di
Bantul rata-rata sampai Rp 700.000), sehingga
bidan swasta dan pelayanan kesehatan dasar
cenderung merujuk ke rumah sakit.

Menurut dr. Gandung, sejak berlaku program
Jampersal, rumah sakit kebanjiran pasien.
Pad