Analisis Kinerja Server CLA (Central legitimization Agency) Pada Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor

ANALISIS
SIS KINERJA SERVER CLA (CENTRAL
RAL
LEGITIMIZATI
ATION AGENCY) PADA SISTEM E-VO
VOTING
PILKADA KOTA BOGOR

ASEP TAUFIK MUHARRAM

SEK
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTIT
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Kinerja Server

CLA (Central Legitimization Agency) pada Sistem E-voting Pilkada Kota Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum di
ajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 25 Agustus 2014
Asep Taufik Muharram
NIM G651100141

RINGKASAN

ASEP TAUFIK MUHARRAM. Analisis Kinerja Server CLA (Central
Legitimization Agency) pada Sistem E-voting Pilkada Kota Bogor. Dibimbing
oleh SUGI GURITMAN dan HENDRA RAHMAWAN.
Electronic voting (e-voting) merupakan pelaksanaan pemungutan suara
secara elektronik dan dapat memanfaatkan teknologi informasi berbasis web agar
dapat mengimplementasikan sistem pemilihan secara online dalam rangka

menggantikan pemilihan yang di lakukan secara konvensional (berbasis kertas)
dengan tujuan membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada,
seperti pemilih ganda, pembelian suara, banyaknya suara tidak sah, dan lain-lain.
Sistem e-voting yang dikembangkan menggunakan protokol two central
facilities (TCF) terdiri dari tiga komponen yakni mesin voting sebagai client untuk
interaksi dengan pemilih, server central legitimization agency (CLA) sebagai
server untuk otentikasi pemilih, dan server central tabulating facility (CTF)
sebagai server untuk hasil rekapitulasi perhitungan suara pemilih.
Pada penelitian dalam tesis ini hanya memfokuskan pada analisis kinerja
server CLA pada sistem e-voting Pilkada Kota Bogor. Untuk mendapatkan hasil
analisis server CLA pada sistem e-voting diperlukan pengujian dengan parameter
response time dengan variabel beban kerja berupa jumlah request. Pengukuran
dilakukan dengan `cara melakukan simulasi request terhadap halaman login
sistem e-voting dengan menggunakan software apache jmeter 2.9.
Hasil uji menunjukkan bahwa simulasi request pada server CLA dengan
jumlah beban terendah yaitu 1000 request menghasilkan besarnya response time
3,06 detik dan terbesar yaitu 6000 request menghasilkan response time 9,13 detik.
Sehingga makin banyak request yang diberikan dalam satuan waktu, maka akan
makin lama response time yang didapat.
Kata kunci: E-voting, response time, beban kerja, kinerja


SUMMARY

ASEP TAUFIK MUHARRAM. Performance of Analysis CLA Server (Central
Legitimization Agency) on Bogor Election E-Voting System. Supervised by
SUGI GURITMAN and HENDRA RAHMAWAN.
Electronic voting (e-voting) is carrying out of balloting in a eletronic
manner and can to utilizing information technology web-based in order that be
able implementation election system in accordance with online in order to
substitute election that be done conventionally (paper based) with a purpose to
help problems solve at hand, such as elector of double, vote puschasing, the
number of vote is illegal, etc.
The e-voting system which developed using two central facilities protocol
consist of three component that is voting machine as client for interaction with
voter, central legitimization agency (CLA) as server voter authentication, and
central tabulating facility (CTF) as server for result recapitulation voter vote count.
This research only focuses on the analysis of the performance of CLA
server on e-voting system Bogor elections. To obtain the result of analytical CLA
server on the e-voting system required testing the parameters response time with
variable workload as the number of requests. Measurements were made with

simulate of requests to the login page of the e-voting system using Apache JMeter
2.9 software.
The results shows that the simulated request to CLA server with the lowest
size of 1000 requests generate the magnitude of the response time of 3.06 seconds
and the largest is 6000 request generates a response time of 9.13 seconds. So that
more requests are given in units of time, it will be the longer response time
obtained

Keyword: E-voting, Response time, Workload, Performance

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS KINERJA SERVER CLA (CENTRAL
LEGITIMIZATION AGENCY) PADA SISTEM E-VOTING
PILKADA KOTA BOGOR

ASEP TAUFIK MUHARRAM

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Heru Sukoco, SSi MT

Judul Tesis : Analisis Kinerja Server CLA (Central legitimization Agency) Pada

Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor
Nama
: Asep Taufik Muharram
NIM
: G651100141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Sugi Guritman
Ketua

Hendra Rahmawan, SKomMT
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Komputer


Dekan Sekolah Pascasarjana

DrWisnu Ananta Kusuma, ST MT

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 25 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala rahmat dankarunia yang dilimpahkan-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah Analisis Kinerja Server CLA
(Central Legitimization Agency) Pada Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
penyelenggaraan pemilu yang nantinya dapat terus dikembangkan secara luas di
masa mendatang.
Laporan dari tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada nama-nama yang tercantum di bawah atas bantuan yang
diberikan.
1. Ayahanda H. Endang Sulaeman, Ibunda Hj. Tin-Tin Martini, dan seluruh
keluarga, serta istri dan anak atas do’a dan kasih sayangnya.
2. Bapak Dr Sugi Guritman selaku ketua komisi pembimbing yang memberikan
pemikiran awal sebagai topik untuk mengerjakan penelitian sistem e-voting
dan membimbing sampai penelitian ini selesai.
3. Bapak Hendra Rahmawan, SKom MT selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan arahan, bimbingan serta saran dalam penyelesaian
tesis ini.
4. Bapak Dr Heru Sukoco, Ssi MT selaku dosen penguji dan Ibu Ir Sri Wahjuni,
MT selaku moderator yang telah memberikan masukan, arahan, dan saran
untuk kesempurnaan dalam penulisan laporan tesis ini.
5. Ibu Dr Ir Sri Nurdiati, MSc selaku dekan FMIPA, Bapak Dr Ir Agus Buono,
MSi MKom selaku ketua Departemen Ilmu Komputer, Bapak Dr Wisnu
Ananta Kusuma, ST MT selaku ketua Program Studi Ilmu Komputer yang
telah membekali kami pengetahuan komputer dan senantiasa memberikan
motivasi, dukungan serta arahan dalam penyelesaian studi.
6. Bapak Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc terima kasih atas ilmu yang

telah diberikan, motivasi, spirit, supporting, bimbingan, serta arahan menjadi
seorang yang berpengetahuan dengan memiliki moral yang berkarakter Islam.
7. Bapak Sony H Wijaya, SKom MKom, Bapak Toto Haryanto, Skom MSi,
Bapak Aziz Kustiyo, SSi MKom, Bapak Dr Yandra Arkeman, Bapak Endang
P Giri, SKom MKom, Ibu Ir Sri Wahjuni, MT, Ibu Dr Yeni Herdiyeni, SSi
MKom, Ibu Shelvie Nidya Neyman, SKom MSi, serta seluruh dosen lainnya
yang telah berbagi ilmu, filosofi, dan cerita-cerita menarik sehingga
mempelajari ilmu komputer menjadi menyenangkan. Terima kasih pula atas
dukungan, arahan, motivasi, dan keramahan dalam mengisi hari-hari penulis
di Departemen Ilmu Komputer FMIPA.
8. Bapak Yadi, Ibu Ning serta seluruh staff administrasi,perpustakaan, dan
pendukung Departemen Ilmu komputer FMIPA yang telah memberikan
bantuan selama ini.
9. Kodarsyah dan Muhammad Ilyas Siki sebagai rekan satu topik pada
penelitian ini yang senantiasa memberikan bantuan, semangat, dan motivasi
untuk penyelesaian tesis.

10. Rekan-rekan lainnya seperjuangan angkatan XII S2 Sekolah Pacasarjana Ilmu
Komputer IPB: Ami, Ana, Dedi, Dian, Fikri, Gibtha, Husna, Imam, Irwan,
Kania, Komar, Mila, Safar, Sari, Vera, Yudhit, Yustin ditambah Mr. Ghani

from Thailand. Persaudaraan, kekompakan, dan team work senantiasa terjalin
dalam mengisi hari-hari selama di Departemen Ilmu komputer memberikan
kesan tersendiri yang akan teringat selalu.
11. Bapak Agus, Mas Yuggo, dan rekan-rekan di Program Studi Teknik
Informatika Fakultas Teknik, UIKA Bogor yang telah memberikan dukungan
dan bantuan agar terselesainya tesis ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah turut
memberikan do’a, semangat, dan bantuan selama penyelesian studi baik
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya ilmiah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal karena keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
menerima masukan berupa saran atau kritik yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.Penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Amien.
.

Bogor, Agustus 2014

Asep Taufik Muharram


DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
SUMMARY
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Pemilu di Indonesia
Pemungutan Suara
Permasalahan Pemilu
Electronic Voting (E-Voting)
Protokol Two Central Facilities
Central Legitimization Agency (CLA)
Skema E-voting
Apache Jmeter
3 METODE PENELITIAN
Alur Proses Penelitian
Analisis Sistem E-Voting Pilkada Bogor
Penentuan Beban Kerja
Pengambilan Data dan Simulasi Request
Analisis dan Prediksi Kinerja.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SistemE-Voting Pilkada Bogor
Penentuan Beban Kerja
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ii
iii
v
vii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
3
3
5
5
7
7
9
9
11
12
12
13
13
13
14
14
14
15
19
19
19
20
21
26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pihak yang terkait pemilu (Shalahuddin, 2009)
Gambar 2 Skema pemilihan two central facilities
Gambar 3 Skema e-votingtwo central facilities
Gambar 4 Apache Jmeter
Gambar 5 Alur Proses Penelitian
Gambar 6 Simulasi Pengujian Sistem E-Voting
Gambar 7 Grafik Response Time

Halaman
4
8
9
12
13
17
18

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data KPU Kota Bogor ................................................................................... 15
2 Spesifikasi Perangkat Keras pada Server CLA dan Mesin Voting ................ 17
3 Spesifikasi Perangkat Lunak pada Server CLA dan Mesin Voting ............... 17

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7

Halaman
Tabel Data Pengujian
21
Diagram alir otentikasi card identity pada CLA (Prayanta 2012)
22
Diagram alir proses pemilihan kandidat (Kusuma 2012
23
Halaman Login
Error! Bookmark not defined.24
Halaman surat suara
24
Halaman pertanyaan keyakinan pemilih terhadap kandidat
25
Halaman bukti elektronik telah memilih kandidat
25

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemilihan umum (Pemilu) disebut juga dengan “Political Market” (Dr.
Indria Samego), artinya bahwa pemilu adalah pasar politik tempat
individu/masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian
masyarakat), antara peserta pemilu (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang
memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik
yang meliputi kampanye, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio)
maupun audio visual (televisi) serta media lainnya seperti spanduk, pamflet,
selebaran bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap
muka) atau lobi-lobi yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform,
asas, ideologi serta janji-janji politik lainnya, guna meyakinkan pemilih sehingga
pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik
yang menjadi peserta pemilu untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun
eksekutif.
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan
untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002,
pemilihan presiden dan wakil presiden(pilpres), yang semula dilakukan
oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun
dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan
pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga
dimasukkan sebagai bagian dari proses pemilu. Di tengah masyarakat, istilah
"pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan
wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
Sepanjang sejarah di Indonesia, telah diselenggarakan 10 kali pemilu yaitu
pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009.
Sistem pemilu yang digunakan selama ini menggunakan cara penyoblosan atau
penyontrengan. Cara konvensional seperti ini ternyata dapat menimbulkan
masalah seperti pemilih ganda, penggelembungan suara dan kesalahan lainnya
serta lamanya waktu rakapitulasi suara. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu
solusi yang dapat dilakukan adalah menggunakan electronic voting (e-voting)
dengan mengadakan sistem pemilu secara online yang dibangun menggunakan
suatu protokol yang aman.
Pengertian dari e-voting adalah pemungutan suara yang dilakukan secara
elektronik (digital) mulai dari proses pendaftaran pemilih, pelaksanaan
pemilihan, penghitungan suara, dan pengiriman hasil suara (Rokhman, 2011). Evoting secara umum adalah suatu sistem berbasis online yang memungkinkan
aplikasi dapat dijalankan secara jarak jauh dalam waktu yang hampir bersamaan.
Pada penelitian akan di lakukan pengujian kinerja server Central
Legitimization Agency (CLA) pada sistem e-voting Pilkada Bogor dengan metode
simulasi beban kerja dari jumlah request yang berdasarkan jumlah keseluruan
bilik suara yang tersedia wilayah kota Bogor. Berdasarkan sistem e-voting yang

2
telah di lakukan penelitian oleh Kusumah (2012) dan Prayatna (2012) dengan
topik penelitian desain sistem e-voting Pilkada Kota Bogor menggunakan
protocol two central facilities, dimana sistem otentikasi pada voter menggunakan
media smart card.
Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik kinerja sistem evoting diantaranya adalah Gunawan (2013) melakukan penelitian tentang
perbandingan kinerja layanan web RESTful ASP.NET dan RESTful Symfony
pada sistem e-voting. Hasil yang di dapat pada penelitian ini adalah kinerja
layanan yang mempunyai tingkat lebih tinggi pada pengujian sistem e-voting
dengan menggunakan layanan web RESTful ASP.NET di banding dengan
layanan RESTful Symfony.
Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja server CLA (Central Legitimization Agency) dalam
menangani jumlah request yang lebih besar terhadap implementasi sistem e-voting
Pilkada Kota Bogor.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja server CLA (Central
Legitimization Agency) pada sistem e-voting Pilkada Kota Bogor menggunakan
metode simulasi dengan parameter response time dan variabel beban kerja adalah
jumlah request.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menggambarkan
kemampuan kinerja server CLA dalam mengatasi jumlah request dari
pemilih/voter.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam merencanakan
implementasi sistem e-voting untuk Pilkada Kota Bogor.
2. Memberikan pemikiran baru dan solusi dalam layanan penyelenggaraan
pemilu legislatif dan pilpres secara langsung yang lebih baik, mudah, cepat,
akurat, aman dan akuntabel.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1. Sistem e-voting yang digunakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kusumah (2012) dan Prayatna (2012).
2. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengujian pada server CLA (Central
Legitimization Agency) dengan simulasi jumlah request terhadap halaman
login pada sistem e-voting. mengunakan sofware Apache Jmeter 2.9.
3. Mesin voting dan server yang terlibat dalam kerja sistem e-voting berada
dalam jaringan peer to peer.
4. Pengukuran parameter kinerja meliputi response time dan variabel beban
kerja adalah jumlah request.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Pemilu di Indonesia
Pemilihan umum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
negara demokrasi, hampir semua negara demokrasi melaksanakan pemilihan
umum. Pemilihan umum adalah proses pemilihan wakil rakyat di parlemen dan
kepala pemerintahan berdasarkan suara terbanyak. Pemilu di Indonesia
merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara. Peraturan
tertinggi mengenai pemilu secara jelas telah diatur dalam Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945 hasil amandemen pada perubahan IV, bab VIIB tentang Pemilihan
Umum, pasal 22E. Berikut ini adalah isi dari pasal tersebut.
1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil setiap lima tahun sekali.
2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.
5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undangundang.
Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dinyatakan pemilihan umum secara langsung oleh
rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan
pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pemilu di Indonesia menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil. Pelaksanaan Pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan
penyelanggaraan pemilu.
2. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.
3. Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu.
4. Penetapan peserta Pemilu.
5. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.
6. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
7. Masa kampanye.
8. Masa tenang.
9. Pemungutan dan penghitungan suara.
10. Penetapan hasil Pemilu.
11. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia melibatkan beberapa pihak
yang terkait. Dapat dilihat pada Gambar 1 menunjukkan pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan pemilu sesuai dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2011

4
Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Berikut ini adalah penjelasan setiap
bagian pada Gambar 1 terhadap pihak yang terkait pada pemilu.

Gambar 1 Pihak yang terkait pemilu (Shalahuddin, 2009)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.
9.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu
ditingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan.
Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa/kelurahan.
Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) adalah panitia yang dibentuk oleh
KPU untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri.
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara.
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) adalah
kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan
suaradi tempat pemungutan suara di luar negeri.
Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) adalah badan yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh Indonesia.
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota
adalah panitia yang dibentuk oleh Banwaslu untuk mengawasi
penyelenggaran Pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

5
10. Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu
Kabupaten/Kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat
kecamatan.
11. Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu
Kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan.
12. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau
telah/sudah pernah menikah dan tidak sedang dicabut hak pilihnya.
13. Peserta Pemilu ada beberapa macam.
a. Pada pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota peserta Pemilu adalah partai politik.
b. Pada Pemilu anggota DPD, peserta Pemilu adalah perorangan.
c. Pada pemilihan presiden/wakil presiden, peserta Pemilu adalah wakil
partai politik.
d. Sedangkan pada pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah, peserta
Pemilu adalah wakil partai politik atau perorangan.
Pemungutan Suara
Pemungutan suara (voting) adalah salah satu tahap pelaksanaan pemilihan
umum.Secara umum, di banyak negara, pemungutan suara dilaksanakan secara
rahasia pada tempat yang khusus dipersiapkan untuk pelaksanaan pemungutan
suara. Proses pemungutan suara di Indonesia masih menggunakan cara
konvensional, yaitu menggunakan kertas suara. Berikut ini adalah urutan proses
pada saat pemungutan suara di Indonesia.
1. Calon pemilih datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). TPS adalah
tempat melakukan pemungutan suara yang disediakan oleh panitia pemilihan
umum.
2. Calon pemilih memberikan kartu pemilih. Kartu pemilih ini digunakan
sebagai tanda bahwa calon pemilih telah terdaftar sebagai calon pemilih.
3. Calon pemilih mengambil kertas suara dan kemudian melakukan pencoblosan
di dalam bilik suara.
4. Kertas suara dimasukkan ke dalam kotak suara.
5. Salah satu jari pemilih diberi tanda dengan tinta sebagai penanda bahwa
pemilih tersebut telah melakukan pemungutan suara.
6. Setelah waktu untuk memasukkan suara selesai, maka kemudian dilakukan
perhitungan suara.
7. Kertas suara dikeluarkan dari kotak suara dan kemudian dihitung bersamasama dengan diawasi oleh saksi dari berbagai pihak antara lain panitia dan
perwakilan partai politik.
8. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikirimkan ke kantor KPU untuk
dilakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara.
Permasalahan Pemilu
Dalam pelaksanaan pemilu, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang
disebabkan oleh human error, atau disebabkan karena sistem pendukung
pelaksanaan voting yang tidak berjalan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pemiludi Indonesia selama ini :
1. Banyak terjadi kesalahan dalam proses pendataan dan pendaftaran pemilih.
Kesalahan ini terjadi karena sistem kependudukan yang masih belum berjalan

6

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

dengan baik. Konsep penggunaan banyak kartu identitas menyebabkan
banyaknya pemilih yang memiliki kartu suara lebih dari satu buah. Keadaan
ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan jumlah
suara sehingga dapat memenangkan pemilihan tersebut, misalnya suara
pemilih diwakili oleh orang lain atau pemilih dapat melakukan pemilihan
lebih dari satu kali.
Kurang akuratnya hasil perhitungan suara. Oleh karena proses pemungutan
suaradilakukan dengan cara pencoblosan atau pencontrenganpada kertas suara,
sehingga sering kali muncul perdebatanmengenai sah atau tidaknya sebuah
kertas suara.
Pemilih salah dalam memberi tanda pada kertas suara.Ketentuan keabsahan
pada penandaan kertas suara yang kurang jelas, sehingga banyak kartu suara
yang dinyatakan tidak sah. Pada tahapan verifikasi keabsahan dari kartu suara,
sering terjadi kontroversi peraturan dan menyebabkan konflik di masyarakat.
Proses penghitungan suara yang dilakukan di setiap daerah berjalan lambat
karena proses tersebut harus menunggu semua kartu suara terkumpul terlebih
dahulu. Keterlambatan yang terjadi pada proses pengumpulan akan berimbas
kepada proses penghitungan suara. Lebih jauh lagi, pengumuman hasil
perhitungan akan meleset dari perkiraan sebelumnya.
Keterlambatan dalam proses tabulasi hasil penghitungan suara dari daerah.
Kendala utama dari proses tabulasi ini adalah kurangnya variasi metode
pengumpulan hasil penghitungan suara. Hal ini disebabkan oleh masih
lemahnya infrastruktur teknologi komunikasi di daerah. Oleh karena itu,
seringkali pusat tabulasi harus menunggu data penghitungan yang dikirimkan
dari daerah dalam jangka waktu yang lama. Akibat dari hal tersebut, maka
pengumuman hasil pemiluakan memakan waktu yang lama.
Tidak adanya salinan terhadap kertas suara. Hal ini menyebabkan jika terjadi
kerusakan terhadap kertas suara, panitia pemilihan umum sudah tidak
mempunyai bukti yang lain sehinnga menyulitkan untuk diadakaan
perhitungan kembali jika terjadi ketidakpercayaan terhadap hasil perhitungan
suara.
Rawan konflik. Pemilihan umum di Indonesia saat ini sering menimbulkan
konflik. Hal tersebut dipicu adanya ketidakpercayaan terhadap hasil
perhitungan suara. Konflik ini dapat disaksikan sering terjadi pada setiap
pelaksanaan penyelengaraan pemilihan umum kepala daerah.
Besarnya anggaran yang dilalukan untuk melakukan proses pemungutan
suara. Berdasarkan data terakhir KPU (Komisi Pemilihan Umum), yaitu
lembaga pemerintah yang bertugas melakukan pelaksanaan pemilihan umum
di Indonesia, pemerintah telah menyetujui anggaran pemilu mencapai Rp 10,4
triliun untuk pelaksanaan pemilihan umum tahun 2009 sampai dengan tahun
2014. Anggaran yang sangat besar tersebut digunakan untuk proses
pencetakan kertas suara, distribusi kertas suara, gaji panitia, pengawas, dan
lain-lain.
Kurang terjaminnya kerahasiaan dari pilihan yang dibuat oleh seseorang.
Banyak pemilih mengalami tekanan dan ancaman dari pihak tertentu untuk
memberikan suara mereka kepada pihak tertentu. Lebih buruk lagi, terjadi
“jual-beli suara“ di kalangan masyarakat tertentu, sehingga hasil voting tidak
mewakili kepentingan seluruh golongan masyarakat.

7
Electronic Voting (E-Voting)
E-voting adalah proses pemungutan suara yang memanfaatkan elektronik.
Seiring Pengertian dari E-Voting secara umum adalah penggunaan teknologi
komputer pada pelaksanaan voting. Pilihan teknologi yang digunakan dalam
implementasi dari e-voting sangat bervariasi, seperti penggunaan smart card
untuk otentikasi pemilih, penggunaan internet sebagai sistem pemungutan suara,
penggunaan touch screen sebagai pengganti kartu suara, dan masih banyak variasi
teknologi yang digunakan.
Penerapan e-voting telah berjalan di beberapa negara di benua Eropa dan
Amerika. Masing-masing negara memiliki sistem e-voting tersendiri yang telah
disesuaikan dengan keadaan dan infrastruktur yang dimiliki negara tersebut.
Sebagai contoh, negara Belanda memiliki sistem e-voting yang dinamakan RIES
(Rijnland Internet Election System). Sistem ini menggunakan internet sebagai
media pengumpulan suara. (Pieters, 2004) menjelaskan detil sistem tersebut dan
melakukan analisis terhadap mekanisme pemungutan suara dalam sistem RIES.
(Azhari, 2005) Walaupun sistem e-voting memberikan banyak keuntungan
bagi manusia dalam melaksanakan pemungutan suara, terdapat beberapa
permasalahan yang muncul akibat dari implementasi sistem ini:
1. Tingkat keamanan sistem e-Voting. melakukan analisis terhadap bagian dari
salah satu sistem e-voting yang cukup banyak digunakan, yaitu Diebold System,
dan ternyata sistem tersebut memiliki beberapa kelemahan dalam keamanannya.
2. Penggunaan internet yang sangat rentan dengan gangguan dari luar. Muncul
dugaan bahwa dapat terjadi perubahan data hasil pemungutan suara. Untuk itu,
penggunaan algoritma enkripsi dalam e-voting mulai dianjurkan. Salah satunya,
yang menerangkan algoritma enkripsi yang sebaiknya digunakan dalam proses
pengiriman data hasil pemungutan suara dalam e-voting.
3. Penggunaan perangkat lunak yang tidak dapat diaudit oleh publik.
Kekhawatiran yang muncul adalah adanya kecurangan yang dapat
memanipulasi hasil pemungutan suara.
.
Protokol Two Central Facilities
Pemilihan menggunakan protokol Two Central Facilities dilakukan
dengan membagi Central Legitimazation Agency (CLA) dan Central Tabulating
Facility (CTF) menjadi dua bagian yang berbeda. Menurut Sireesha dan Chakchai
(2005) pemilihan dengan Two Central Facilities adalah sebagai berikut :
1. Setiap pemilih mengirim pesan kepada Central Legitimazation Agency(CLA)
dan meminta nomor validasi.
2. Central Legitimazation Agency (CLA) mengirim nomor validasi acak kepada
pemilih dan menyimpan daftar setiap nomor validasi. Central Legitimazation
Agency(CLA) juga menyimpan sebuah daftar dari nomor validasi penerima,
untuk mengantisipasi seseorang memilih dua kali.
3. Central Legitimazation Agency (CLA) mengirim daftar nomor validasi
kepada Central Tabulating Facility (CTF).
4. Setiap pemilih memilih nomor identifikasi secara acak lalu membuat pesan
dengan nomor tersebut, yaitu nomor validasi yang diperoleh dari Central
Legitimazation Agency (CLA) dan suaranya. Pesan ini kemudian dikirimkan
kepada Central Tabulating Facility (CTF).

8
5. Central Tabulating Facility (CTF) memeriksa dan membandingkan nomor
validasi dengan daftar yang diterima dari Central Legitimazation Agency
(CLA). Jika nomor validasi terdapat pada daftar maka nomor tersebut akan
disilang untuk menghindari pemilih memilih dua kali. Central Tabulating
Facility (CTF) menambahkan nomor identifikasi pada daftar pemilih yang
telah memberikan suara pada kandidat tertentu dan menambahkan satu suara
pada kandidat tersebut.
6. Setelah semua suara diterima, Central Tabulating Facility (CTF)
mempublikasikan keluaran seperti daftar nomor identifikasi dan untuk siapa
suara tersebut diberikan.
Skema pemilihan dengan komunikasi Two Central Facilities dapat dilihat
pada Gambar 2. Pada sistem ini setiap pemilih dapat melihat daftar nomor
identifikasi dan mencari nomor miliknya untuk membuktikan bahwa pilihannya
telah dihitung. Tentu saja semua pesan yang keluar/masuk telah dienkripsi dan
ditandatangani untuk menghindari peniruan terhadap identitas orang lain atau
menghindari adanya penangkapan transmisi.
Central Tabulating Facility (CTF) tidak dapat memodifikasi suara karena
setiap pemilih akan melihat nomor identifikasi yang dimilikinya. Jika seseorang
pemilih tidak berhasil menemukan nomor identifikasinya, atau ditemukan nomor
identifikasi pada kandidat yang tidak dipilih, pemilih akan menyadari bahwa telah
terjadi kecurangan. Central Tabulating Facility (CTF) tidak dapat memanipulasi
kotak perhitungan suara karena kegiatan tersebut berada dalam pengawasan
Central Legitimazation Agency (CLA).Central Legitimazation Agency (CLA)
mengetahui berapa banyak pemilih yang telah terdaftar dan nomor validasinya,
dan akan mendeteksi jika terdapat modifikasi.

Gambar 2 Skema pemilihan two central facilities
Central Legitimazation Agency (CLA) dapat menyatakan pemilih yang tidak
memiliki hak pilih.Central Legitimazation Agency (CLA) juga dapat mengawasi
pemilih yang melakukan kecurangan seperti memilih lebih dari satu kali. Hal ini
dapat diantisipasi dengan cara menerbitkan daftar pemilih yang telah disertifikasi.
Jika nomor pemilih dalam daftar tidak sama dengan jumlah suara, maka dicurigai
telah terjadi kesalahan atau kecurangan. Sebaliknya jika jumlah peserta yang ada
pada daftar lebih banyak dari hasil tabulasi artinya beberapa pemilih tidak
menggunakan hak suaranya.

9
Central Legitimization
tion Agency (CLA)
Central Legiti
gitimization Agency (CLA) merupakan bagian
gian yang bertugas
untuk melakukan ser
sertifikasi pemilih. Fungsi utama dari Central
ral Legitimazation
Agency (CLA) adalah
lah untuk melakukan otentikasi dan otorisasi
si pemilih. Setiap
pemilih akan mengi
ngirim sebuah pesan aman kepada Central
ral Legitimazation
Agency (CLA) untuk meminta sebuah Validation ID. Central
ral Legitimazation
Agency (CLA) akan
kan membangkitkan sebuah Validation ID, m
mendaftarkannya
secara aman kepada
da Central Tabulating Facility (CTF), dan menge
engembalikannya
secara aman kepada
da pemilih. Validation ID bernilai sangat kom
kompleks sehingga
secara komputasi tidak
tida memungkinkan seorang penyerang untuk memproduksi
sebuah ID yang valid.
vali Central Legitimization Agency (CLA) memiliki daftar
sejumlah Validation ID yang valid serta daftar identifikasi pem
pemilih dari setiap
Validation ID dalam
m rangka untuk mencegah pemilih menerima
ma lebih dari satu
Validation ID dan me
melakukan pemilihan lebih dari satu kali (DuF
DuFeu dan Harris,
2001).
Skema E-voting
Sireesha dan C
Chakchai pada tahun 2005 telah melakukan
kukan penelitian yang
mengembangkan sistem
siste e-voting dengan protokol Two Central Fac
Facilities tersebut
sedemikian rupa sehi
sehingga memiliki alur seperti pada Gamba
bar 3 yang telah
dimodifikasi pada penelitian
pen
Prayatna dan Kusuma. (2012).Berdasa
dasarkan skema evoting pada Gambar33, alur kerja online voting terbagi menjadi
adi empat tahapan
dengan penjelasan seb
sebagai berikut :

Gam
ambar 3 Skema e-votingtwo central facilities
Tahap 1
1. Pengiriman kunc
kunci publik oleh masing-masing mesin voting
ng kepada Central
Legitimization Agency
Age
(CLA).
2. Central Legitimizat
mization Agency (CLA) mengirimkan kunci sim
simetri yang telah
dienkripsi mengguna
nggunakan kunci publik yang diterima dari
ri masing-masing
mesin voting dan diberikan kepada masing-masing mesin voting
oting sesuai alamat
IP address masing
sing-masing mesin voting.

10
Tahap 2
1. Pemilih mengirimkan permintaan untuk memilih melalui mesin voting
dengan cara menempelkan kartu identitasnya.
2. Mesin votingakan mengirimkan data kartu identitas pemilih yang telah
dienkripsi kepada Central Legitimization Agency (CLA).
3. Central Legitimization Agency (CLA) akan melakukan proses dekripsi
terhadap data yang diterima.
4. Central Legitimization Agency (CLA) akan melakukan autentikasi pemilih
dengan database.
5. Apabila pemilih dinyatakan berhak memilih dengan ketentuan pemilih telah
terdaftar di database dan belum memilih sebelumnya, pemilih akan diarahkan
kepada halaman pemilihan dan status pemilih akan diubah menjadi status
telah melakukan autentikasi. Namun, apabila pemilih dinyatakan tidak berhak
memilih, pemilih langsung diarahkan ke halaman gagal memilih.
6. Setelah pemilih melakukan pemilihan, pilihan pemilih akan disimpan pada
mesin voting dan status pemilih akan diubah menjadi status telah melakukan
pemilihan. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai
pada waktu pemilihan selesai.
Tahap 3
1. Pengiriman kunci publik oleh masing masing mesin voting kepada Central
Tabulating Facility (CTF).
2. Central Tabulating Facility (CTF) mengirimkan kunci simetri yang telah
dienkripsi menggunakan kunci publik yang diterima dari tiap-tiap mesin
voting dan dikirimkan kepada masing-masing mesin sesuai alamat IP address
mesinvoting.
Tahap 4
1. Mesin voting secara periodik akan melakukan permintaan kepada Central
Legitimization Agency (CLA) untuk mengirimkan data ke Central Tabulating
Facility (CTF) dengan mengirimkan informasi identitas mesin yang
dienkripsi.
2. Central Legitimization Agency (CLA) akan melakukan proses autentikasi dan
mengirimkan suatu random key mesin kepada mesin voting dan Central
Tabulating Facility (CTF) yang dienkripsi.
3. Mesin voting akan mengirimkan identitas mesin, data hasil pemilihan, dan
juga nilai random kepada Central Tabulating Facility (CTF) yang didapatkan
dari Central Legitimization Agency (CLA) yang telah dienkripsi.
4. Central Tabulating Facility (CTF) melakukan pencocokan nilai random key
yang diberikan mesin dengan random key yang diterima dari Central
Legitimization Agency (CLA) untuk mesin tersebut.
5. Jika sah, Central Tabulating Facility (CTF) akan melakukan pengecekan data
yang dikirim dari masing-masing mesin voting.
6. Apabila random key yang dikirimkan mesin dan Central Legitimization
Agency (CLA) sesuai, jumlah suara yang diberikan mesin kepada Central
Tabulating Facility (CTF) akan disimpan ke dalam Central Tabulating
Facility (CTF).
7. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai pada waktu
pemilihan selesai.

11
Kinerja Sistem
Pengukuran kinerja sistem dibutuhkan untuk beberapa evaluasi, yaitu :
a.
Comparative Evaluation
Kinerja suatu sistem dievaluasi relatif kepada sistem lainnya. Kegunaan dari
evaluasi ini misalnya untuk proses pembelian perangkat lunak baru, atau
perangkat keras baru, memilih servis komputasi, dan juga mengevaluasi
perubahan sistem untuk dimodifikasi.
b.
Analytic Evaluation
Kinerja dari sistem komputer dievaluasi berdasarkan beberapa parameter
sistem. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk meningkatkan kinerja sistem
(performance tuning), melakukan perawatan sistem (performance control), dan
mendisain serta mengimplementasi sistem baru.
Kinerja suatu sistem sendiri dapat mengalami beberapa penurunan karena
beberapa hal, yaitu:
1.
Kecepatan atau kapasitas dari beberapa komponen sistem menyebabkan
komponen sistem lainnya tidak dapat bekerja dengan kecepatan maksimum.
2.
Interferensi yang disebabkan oleh permintaan secara simultan dari dua atau
lebih komponen tertentu untuk saling berkomunikasi ketika permintaan
tersebut dapat diproses secara sekuensial.
3.
Karakteristik dari beban kerja (workload) sistem.
Pengukuran yang sering dilakukan oleh Mindcraft Corporation pada
dasarnya adalah pengujian “efektifitas” sistem. Berikutini akan dijabarkan
parameter yang biasanya digunakan pada suatu pengukuran sistem dengan
pendekatan tersebut (Jananto dan Supriyanto, 2006).
1.
Throughput
Jumlah kerja yang diselesaikan untuk satu satuan waktu pada bebankerja
yang diberikan .
2.
Relative throughput
Waktu yang dibutuhkan untuk memproses beban kerja pada sistem 1 relatif
ke waktu yang dibutuhkan pada sistem 2 untuk beban kerja yang sama.
3.
Kapabilitas (kapasitas)
Jumlah kerja maksimal yang dapat ditangani pada satu satuan waktu tertentu
untuk beban kerja yang diberikan.
4.
Turnaorund time
Waktu antara suatu pekerjaan diberikan pada suatu sistem dan hasil yang
diterima.
5.
Response time
Waktu untuk suatu transaksi pada sistem interaktif atau sistem
sesungguhnya
6.
Model Workload
Untuk menguji kinerja sistem komputer biasanya digunakan suatu ”workload
buatan”.
Apache Jmeter
Aphace Jmeter merupakan aplikasi java desktop, apache jmeter dapat
digunakan untuk menguji performa dari sumber statis dan dinamis (dokumen,
severlet, perl script, objek dalam java, database dan query, FTP server atau

12
sumber lainnya). Jmeter juga dapat mensimulasikan beban yang tinggin dari
server, jaringan atau objek lainya untuk menguji ketahanan terhadap beban ketika
memberikan layanan atau menganalisa performa total dari service-nya dibawah
keadaan yang berbeda (Jing, 2010).
Apache jmeter tidak melakukan proses rendering HTTP request layaknya
browser, karena sifatnya hanya simulasi. Data yang terukur oleh apache jmeter
adalah response time yang didapat dari mulai HTTP request diberikan sampai
seluruh data halaman berasil di unduh oleh voter.
Program ini digunakan untuk mensimulasikan request berisi voting dari
voter. JMeter memiliki kemampuan dalam menghasilkan request yang simultan
dan bersamaan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Parameter lain yang
mendeskripsikan datangnya request juga dapat dikonfigurasi. Berikut ini
gambaran dari software apache jmeter dapat dilihat pada Gambar 2 adalah sebagai
berikut:
.

Gambar 4 Apache Jmeter

3 METODE PENELITIAN
Alur Proses Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan maka diperlukan
langkah-langkah yang tepat dalam penyelesaianya. Metodologi adalah secara
umum menggambarkan diagram alur proses kerja dalam melakukan penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah
menggunakan model alur proses. Tahapan penelitian yang akan dilaksanakan
dapat dilihat pada Gambar 5 adalah sebagai berikut:.

13

Gambar 5 Alur Proses Penelitian
Analisis Sistem E-Voting Pilkada Bogor
Pada tahap ini akan dijelaskan hasil dari analisis yang di dapat dari
penelitian yang telah di lakukan sebelumya Kusumah (2012) dan Prayatna (2012)
dengan topik penelitian yang di dapatnya desain e-voting pilkada Kota Bogor
menggunakan protokol two central facilities.
Penentuan Beban Kerja
Hal mendasar yang diperlukan untuk melakukan analisis kinerja sistem evoting adalah mengukur kemampuan yang diperlukan sistem untuk mengatasi
beban kerja yang lebih besar. Sifat-sifat yang diinginkan tersebut
merepresentasikan struktur dan keberfungsian yang diharapkan dari suatu sistem
e-voting. Sistem e-voting dikatakan aman, apabila beban kerja yang diinginkan
pada sistem terpenuhi.
Dalam penelitian ini beban kerja yang diinginkan pada sistem akan mengacu
pada kapasistas kinerja sistem e-voting. Karena tidak semua kinerja sistem evoting sesuai dengan sistem pemilu di Indonesia, maka yang diinginkan pada
sistem tersebut akan disesuaikan dengan kebijakan Komisi Pemilihan Umum
(KPU).
Pengambilan Data dan Simulasi Request
Pada bagian ini, akan didefinisikan model pengambilan data pada sistem evoting kemudian akan didefinisikan karakteristik kinerja server CLA terhadap
sistem e-voting, yang secara langsung mempengaruhi kinerja yang diinginkan.

14
Analisis dan Prediksi Kinerja.
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai analisis data
serta pembahasan mengenai hasil pengujian kinerja pada server CLA.
Parameter yang diukur dalam pengujian kinerja pada server CLA adalah response
time. Analisis dilakukan berdasarkan data hasil pengukuran yang disajikan dalam
bentuk grafik.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SistemE-Voting Pilkada Bogor
Mekanisme yang digunakan pada sistem e-voting pilkada Bogor adalah
sama halnya dalam tata cara dengan pelaksanaan pemilihan konvensional,
namun berbeda dalam hal interaksi voter dengan sistem. Jika pada pemilihan
konvensional, voter melakukan pemilihan dengan kertas suara, maka pada sistem
e-voting, voter dapat memilih lewat perangkat mesin voting berupa PC desktop,
laptop, ataupun PC tablet yang disediakan oleh panitia.
Sistem e-voting ini terdiri dari tiga komponen utama dalam implementasi
penyelenggaraan pilkada Bogor yakni mesin voting, Central legitimization
Agency (CLA), dan Central Tabulating Facilities (CTF).
Mesin voting merupakan komponen yang berinteraksi langsung dengan
pemilih, dimana pemilih dapat melakukan proses pemberian suara untuk kandidat
yang dipilihnya. Central Legitimization Agency (CLA) adalah server pertama
yang merupakan badan sertifikasi pemilih yang memiliki tugas utama
mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih, server CLA mempunyai pangkalan
data yang menyimpan data. Pangkalan data ini tidak dapat diperlihatkan pada
pihak lain sekalipun Central Tabulating Facilities(CTF).
Setiap proses yang membutuhkan data pemilih, contohnya login dan
verifikasi pilihan, harus melakukan pengecekan langsung dengan Central
legitimization Agency (CLA) melalui mesin voting. Central Tabulating Facilities
(CTF) adalah server kedua yang merupakan badan tabulasi atau penghitungan
suara. Pangkalan data yang terdapat pada Central Tabulating Facilities (CTF)
berisi suara atau pilihan pemilih dan perhitungannya untuk masing-masing
kandidat.
Kebutuhan utama untuk kinerja sistem e-voting pilkada Bogor terjadi pada
proses mesin voting dan sever CLA, dimana proses pemilihan oleh voter pada
mesin voting harus terlebih dahulu adanya proses komunikasi terhadap sever CLA
yang memiliki tugas utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih sehingga
voter dapat melakukan proses pemilihan selanjutnya. Dimana kinerja server CLA
harus mampu menanggani apabila dengan jumlah voter yang lebih besar.
Mesin voting merupakan satu unit Personal Computeryang dijalankan
dengan sistem operasi Microsoft Windows client. Lingkungan sistem pada mesin
voting sebagai berikut:
a. Apache Friends XAMPP sebagai serverweb.
b. MySQL sebagai serverdatabase.
c. PHP sebagai bahasa pemrograman.
d. Mozilla Firefox sebagai browser.
e. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi.

15
Fungsi utama dari mesin voting adalah untuk melakukan pemilihan dan
menyimpan sementara hasil pemilihan sebelum dikirim ke server CTF untuk
dilakukan perhitungan suara.
Server Central Legitimization Agency (CLA)merupakan satu unit Personal
Computeryang dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows Server 2008.
Lingkungan sistem pada server CLA sebagai berikut:
a. MySQL sebagai server database.
b. PHP sebagai bahasa pemrograman.
c. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi.
Server CLA merupakan badan sertifikasi pemilih yang memiliki tugas
utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih. Server CLA mempunyai
database yang menyimpan data pemilih baik data diri maupun Unique
IdentificationNumber (UID)dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pemilih.
Setiap proses yang membutuhkan data pemilih, contohnya login dan verifikasi
pilihan harus melakukan pengecekan langsung dengan server CLA melalui mesin
voting.
Server Central Tabulating Facilities (CTF)merupakan satu unit Personal
Computeryang dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows Server 2008.
Lingkungan sistem pada server CTF sebagai berikut:
a. MySQL sebagai server database.
b. PHP sebagai bahasa pemrograman.
c. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi.
Server CTF merupakan badan tabulasi/penghitungan suara. Pangkalan data
yang terdapat pada CTF berisi suara atau pilihan pemilih dan perhitungannya
untuk masing-masing kandidat.
Untuk keamanan pengiriman data dalam setiap proses, dilakukan
pengenkripsian data menggunakan.
a. RSA (2048 bits): Enkripsi kunci publik.
b. AES (128 bits): Enkripsi kunci simetris.
c. SHA-2 (256 bits):Signature/Hashing.
Penentuan Beban Kerja
Beban kerja dalam penelitian ini adalah ditentukan dengan jumlah pemilih
yang melakukan request terhadap Server Central Legitimization Agency (CLA)
pada sistem e-voting dalam waktu yang hampir bersamaan, berdasarkan data
pemilih yang ada dari wilayah KPU Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Pemilih (KPU Kota Bogor, 2012).
No
1
2
3
4
5
6

Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
Total

Jumlah Pemilih Terdaftar
Laki-Laki
58.033
30.858
51.458
37.009
67.887
58.727
303.972

Perempuan
55.458
30.785
51.912
36.312
67.070
57.520
299.057

Jumlah
113.491
61.643
103.370
73.321
134.957
116.247
603.029

Jumlah
TPS
284
182
255
195
345
325
1.586

Jumlah
Bilik Suara
1.136
728
1.020
780
1.380
1.300
6.344

16
Berdasarkan dari Tabel 1 total jumlah pemilih yang terdaftar pada Wilayah
Kota Bogor sebesar 603.029 pemilih dengan total jumlah TPS 1.586 dan total
jumlah bilik suara 6.344, maka dengan data ini dapat diasumsikan bahwa jumlah
pemilih yang akan melakukan proses pemilihan dengan waktu yang hampir
bersamaan dapat ditentukan berdasarkan dari total jumlah bilik suara.
Dengan begitu maka penentuan beban kerja yang merupakan jumlah request
terhadap Server Central Legitimization Agency (CLA) pada sistem e-voting dalam
waktu yang hampir bersamaan dapat di asumsikan berdasarka data jumlah total
bilik suara.
Pengambilan Data dan Simulasi Request
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan metode
simulasi pengukuran yang di dapat berdasarkan parameter response time dengan
variabel beban kerja request.
Pengujian response time dilakukan untuk mengetahui seberapa lama server
CLA dapat melayani satu voter untuk terotentikasi. Pengujian dilakukan dengan
mengakses halaman login pada sistem e-voting
Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah perangkat
lunak Apache JMeter (Jing, 2010). Perangkat lunak ini adalah alat yang dapat
digunakan untuk melakukan pengujian kinerja dari sebuah aplikasi berbasis web,
perangkat ini dapat mensimulasikan sejumlah pengguna sebagai klien virtual dan
mensimulasikan HTTP request yang diinginkan.
Apache JMeter merupakan aplikasi java desktop, JMeter tidak melakukan
proses rendering Hipertext Transport Protocol (HTTP) request layaknya browser,
karena sifatnya hanya simulasi. Data yang terukur oleh Jmeter adalah response
time yang didapat dari mulai HTTP request diberikan sampai seluruh data
halaman berhasil di tampilkan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan salah satu komputer (mesin
voting) yang digunakan untuk mensimulasikan sejumlah pemilih virtual, atau
dalam JMeter disebut thread. Pengujian dilakukan dengan mengubah jumlah
request yang dilakukan secara bersamaan ke server CLA mulai dari 1000, 2000,
3000, 4000, 5000 dan 6000 request, dengan data jumlah request ini dapat
mengasumsikan berdasarkan data jumlah bilik suara yang berada di tabel 1.
Simulasi jumlah request ke server CLA yang akan diambil sampel datanya
pada halaman login yang merupakan proses otentikasi voter terhadap sistem evoting. Ramp-up periode yang digunakan adalah 1 detik, berarti total jumlah
request pada setiap halam yang diberikan oleh voter dijalankan seluruhnya dalam
waktu 1detik.
Setiap melakukan pengukuran untuk