Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO
DI KOTA MALANG JAWA TIMUR

DEDY SETIAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Hutan Kota dalam
Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014
Dedy Setiawan
NIM E34090126

ABSTRAK

DEDY SETIAWAN Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota
Malang Jawa Timur. Dibimbing oleh Siti Badriyah Rushayati dan Endes N
Dachlan.
Pembangunan fisik yang dilakukan dalam pengembangan kota
menyebabkan luasan ruang terbuka hijau semakin berkurang. Kondisi ini
berdampak pada peningkatan suhu udara, sehingga lingkungan perkotaan menjadi
lebih panas. Salah satu upaya untuk menurunkan suhu udara adalah dengan
mengembangkan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota. Hutan kota
merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan

dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi,
estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan.
Tingkat kenyamanan beberapa hutan kota dan taman kota di Kota Malang saat ini
adalah nyaman (nilai IK = 21 - 24), oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan hutan
kota yang lebih intensif, serta efektif dengan memilih jenis-jenis pohon yang
memang mampu dan berpengaruh besar terhadap kualitas udara untuk
menciptakan iklim mikro di sekitar dan di dalam kawasan menjadi nyaman.
Kata kunci : hutan kota, iklim mikro, indeks kenyamanan.

ABSTRACT

DEDY SETIAWAN The Role of Urban Forest In Micro Climate Improvement in
Malang, East Java. Supervised by Siti Badriyah Rushayati and Endes N Dachlan.
Physical development for urban infrastructure gives an impact of reducing
the green open area. This situation led to an increasing of air temperature, makes
the urban environment is getting warmer. One of the solution to lower the air
temperature is developing an area of open green spaces, specifically urban forest.
Urban forest is an approaching and the implementation of one or more functions
in a group of forest vegetation at urban areas that have specific purpose such as
protection, recreation, aesthetics, and other utility functions for the benefit of

urban communities. The comfort index of some urban forest and city park in the
city of Malang is currently at a comfortable level (IK value = 21-24), then the
management of urban forest need to be more intensive and effective such as to
select tree species that are capable and have a big impact on air quality for create a
microclimate and makes the area to become more comfortable.
Keywords: comfort index, micro-climate, urban forest.

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO
DI KOTA MALANG JAWA TIMUR
DI KOTA MALANG JAWA TIMUR

DEDY SETIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota
Malang Jawa Timur
: Dedy Setiawan
: E34090126

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Endes N Dachlan, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir H Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota
Malang J awa Timur
: Dedy Setiawan
: E34090126

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Badri


IlS i

1. Sambas Basuni MS

Tanggallulus :

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia -Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Peran Hutan
Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro Sekitar Kawasan di Kota Malang Jawa
Timur” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Siti Badriyah Rushayati MSi
dan Dr Ir Endes N Dachlan MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan untuk penyempurnaan penulisan
skripsi. Seluruh Staff Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga
tercinta ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayang
yang selalu diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Dedy Setiawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pemikiran

2

METODE

3


Tempat dan Waktu Penelitian

3

Alat dan Bahan

3

Jenis Data

3

Teknik Pengumpulan Data

3

Analisis Data

5


Batasan Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

7

Peran Hutan Kota Dalam Ameliorasi Iklim Mikro

7

Keterkaitan Karakteristik Pohon Terhadap Kondisi Iklim Mikro

9


Indeks Kenyamanan
SIMPULAN DAN SARAN

12
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

15

x

DAFTAR TABEL
1 Alat dan Bahan Penelitian
2 Data Sekunder Penelitian
3 Kriteria Tingkat Kenyamanan
4 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5 Nilai Sebaran Suhu Harian
6 Analisis Uji t Suhu Harian
7 Nilai Kelembaban Harian
8 Analisis Uji t Kelembaban Harian
9 Kerapatan Pohon
10 Karakteristik Fisik Pohon

3
5
6
7
7
8
8
9
9
10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kerangka Pemikiran
Lokasi Penelitian
Foto LAI di Dalam Hutan Kota
Indeks Kenyamanan
Kondisi Vegetasi

2
4
11
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Suhu dan Kelembaban di Setiap Lokasi Penelitian
Famili dan Jenis Pohon di Hutan Kota
Karakteristik Fisik Pohon
Suhu Rata-rata 6 Tahun Terakhir Kota Malang
Kelembaban Rata-rata 6 Tahun Terakhir Kota Malang

15
17
18
19
19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kota memiliki dampak positif dan negatif, namun kota yang
semakin berkembang cenderung menimbulkan dampak negatif yang lebih besar
terhadap lingkungan perkotaan tersebut. Samadikun (2007) menyatakan bahwa
perkembangan kota yang tidak terkendali berimplikasi sangat serius pada
lingkungan perkotaan. Salah satu bentuk dampak negatif terhadap keadaan
ekologis lingkungan adalah terjadinya peningkatan suhu udara yang
mengakibatkan wilayah perkotaan menjadi lebih panas.
Kota Malang yang dikenal sebagai kota pendidikan dan perdagangan
merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan besar. Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya perubahan di berbagai hal yaitu, jumlah penduduk yang
meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang semakin bertambah, serta ruang
terbuka hijau yang semakin menyempit akibat lahan terbangun yang semakin
meluas. Badan Pusat Statistik pada tahun 2006-2011 menyebutkan bahwa data
jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 816 637 jiwa dan mengalami
peningkatan pada tahun 2011 menjadi 824 858 jiwa, kemudian menurut Badan
Pusat Statistik pada tahun 2006-2012 juga menyebutkan data jumlah kendaraan
bermotor di Kota Malang mengalami peningkatan yaitu 253 904 buah (2006)
menjadi 468 161 buah (2012) . Perubahan diberbagai hal tersebut berpengaruh
terhadap kondisi suhu udara lingkungan Kota Malang. Kota yang dahulu dikenal
memilki udara sejuk ini telah mengalami perubahan menjadi lebih panas. Hal ini
sesuai dengan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun
Klimatologi Karangploso Malang (2012), yang menyebutkan bahwa suhu ratarata Kota Malang tahun 1990-2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu,
23.00C (1990) menjadi 23.90C (2010).
Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan dengan menurunkan suhu udara di
lingkungan perkotaan, sebab hutan kota memiliki kemampuan dalam
memperbaiki iklim mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenis ruang
terbuka hijau lainnya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai
kemampuan hutan kota dalam menurunkan suhu udara, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai peranan hutan kota dalam menciptakan iklim
mikro di dalam dan di sekitar kawasan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengkaji peran hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro di sekitar
kawasan hutan kota menjadi nyaman
2. Mengkaji potensi karakteristik pohon dalam menurunkan suhu didalam
hutan kota.
3. Mengukur indeks kenyamanan di setiap lokasi penelitian

2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar di
dalam pengelolaan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota di Kota Malang.
Kerangka Pemikiran
Kota Malang merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat aktivitas
masyarakat perkotaan, hal ini secara tidak langsung berdampak pada peningkatan
suhu udara. Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang
didominasi oleh pohon-pohon, diharapkan mampu menurunkan suhu udara di
Kota Malang sehingga dapat memperbaiki iklim menjadi lebih sejuk dan nyaman.
Sistematika kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Perubahan suhu
di Kota Malang

Perkembangan kota

Lahan terbangun
meningkat

Perlu adanya ruang terbuka
hijau, hutan kota

Melakukan
proses
evapotranspirasi
yang dapat
menurunkan suhu
udara

Vegetasi merupakan
komponen lingkungan
biotik yang salah satu
fungsinya adalah
menurunkan suhu
udara

Menciptakan iklim
mikro yang nyaman di
dalam dan sekitar
kawasan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Menyerap CO2
serta gas-gas lain
melalui proses
fotosintesis

3

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta
Taman Kota Jalan Veteran di Kota Malang Jawa Timur. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan selama melakukan penelitian disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan bahan penelitian
Alat dan Bahan
Termometer suhu
Termometer Bola Basah / Bola Kering
Altimeter
Hemisphericalview canopy analyzer

Kamera

Keterangan
Untuk mengukur suhu udara
Untuk mengukur kelembaban udara
Untuk mengukur ketinggian tempat
Untuk mengukur nilai LAI (Leaf Area
Indeks)
Untuk mengukur diameter batang pohon
Untuk menentukan jarak 10 m sisi
terluar hutan kota
Untuk menganalisis perbedaan nyata
antara suhu di dalam lokasi dan di luar
lokasi penelitian jarak 10 m.
Untuk bahan Termometer Bola Basah /
Bola Kering
Untuk dokumentasi

Tali Rafia

Untuk menentukan plot analisis vegetasi

Tali meteran
Pita Ukur
Minitab 16

Aquades

Jenis Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah data primer yang terdiri
dari suhu udara, kelembaban udara, ketinggian tempat, jenis pohon, tinggi total
pohon, tinggi bebas cabang pohon, diameter pohon, dan leaf area indeks (LAI)
sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi literatur, dengan
mengumpulkan pustaka dari berbagai sumber.
Teknik Pengumpulan Data
Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu
penentuan lokasi yang dilakukan tidak secara acak, tetapi menggunakan kriteriakriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria yang digunakan adalah

4

sebagai berikut : 1) Lokasi penelitian termasuk kedalam ruang terbuka hijau yang
sah dan telah ditetapkan oleh peraturan daerah, 2) Semua lokasi penelitian
memiliki kelerengan dan ketinggian tempat yang hampir sama, 3) Lokasi
penelitian harus terletak di dalam wilayah adminitrasi Pemerintah Kota Malang.
Lokasi yang mempunyai kriteria tersebut adalah Hutan Kota Malabar, Hutan Kota
Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran (Gambar 2).

Gambar 2 Lokasi penelitian
Pengambilan Data Primer
a. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan tiga kali yaitu, pagi hari
pukul 07.00-08.00 Wib, siang hari pukul 13.00-14.30 Wib, dan sore hari
pukul 16.00-17.00 Wib. Teknik pengukurannya adalah dengan menentukan
dua titik pengukuran suhu yaitu, di dalam hutan kota, dan diluar pada jarak 10
m . Kemudian kelembaban udara didapatkan dari hasil termometer Bola
Basah / Bola Kering yaitu, pengurangan suhu bola kering (TBK) dan suhu
bola basah (TBB).
b. Pengukuran Karakteristik Pohon
Pengukuran hanya dilakukan di dalam kawasan hutan kota, dengan kriteria
yang diukur adalah diameter pohon, tinggi total pohon (TT), tinggi bebas
cabang (TBC), diameter pohon, serta Leaf Area Indeks (LAI). Untuk
mengetahui LAI dilakukan dengan alat Hemisphericalview canopy analyzer.
Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan untuk melengkapi dan mendukung
pembahasan data yang diperoleh pada saat pengukuran sebagai berikut (Tabel 2).

5

Tabel 2 Data sekunder penelitian
Jenis Data
Sumber Data
Pemerintah Kota Malang, Dinas Pertamanan Kota
Kondisi umum hutan kota
Malang
Luas hutan kota
Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang
Luas ruang terbuka hijau
Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang
Luas lahan terbangun
Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang
Badan Pusat Statistik, DLLAJ Dinas Perhubungan
Jumlah kendaraan bermotor
Kota Malang
Analisis Data
Kondisi Iklim Mikro
Suhu dan kelembaban udara
Rata-rata suhu dan kelembaban udara dihitung menggunakan rumus
menurut Tjasjono (1999), yaitu sebagai berikut :

Kelembaban udara yaitu,

Keterangan :
Tr
: Rata-rata suhu udara harian (0C)
T
: Suhu bola kering (0C)
RHr : Rata-rata kelembaban udara harian (%)
RH
: Kelembaban udara (%)
Indeks Kenyamanan
Data suhu dan kelembaban yang telah diukur akan digunakan untuk
menghitung Temperature Humidity Indeks (THI) untuk daerah tropis dengan
menggunakan rumus dari Niewolt and Mc Gregor (1998).
THI = 0.8 t + (RH x t)/500
Keterangan :
THI = Temperature Humidity Indeks (0C)
T
= suhu atau temparatur udara (°C)
RH
= Kelembaban udara (%)
Temperature Humidity Indeks (THI) adalah indeks yang menunjukkan
tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan
kelembaban relatif. Suhu daerah tropis pada kategori tidak nyaman nilai THI > 26
dan suatu area dikatakan nyaman apabila nilai THI berada diselang 21-26. Tingkat

6

kenyamanan ini kemudian dibagi menjadi tiga kriteria yang disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3 Kriteria tingkat kenyamanan daerah tropis
Kriteria
Nyaman
Sedang
Tidak nyaman
Sumber : 1)Niewolt and Mc Gregor (1998)

Nilai Indeks (0C)
21-24
25-26
> 26

Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dengan membuat jalur transek sepanjang 30 m, setelah itu
menentukan titik pengukuran di sepanjang jalur dengan jarak antar titik sejauh 10
m. Setiap titik pengukuran membentuk 3 buah kuadran. Setiap kuadran dipilih
satu pohon yang terletak paling dekat dengan titik pengukuran. Pengukuran hanya
dilakukan pada pohon yang terpilih dalam satu titik pengukuran (Kusmana 1997).
Kerapatan Pohon
Perhitungan menggunakan rumus menurut Kusmana (1997) yaitu,
Kerapatan (K)



Kerapatan seluruh pohon per hektar =



Analisis Uji t
Analisis yang digunakan adalah uji-t berpasangan, untuk mengetahui
kebenaran bahwa ada atau tidak ada beda nyata suhu dan kelembaban terhadap
dua titik pengukuran yaitu, di dalam lokasi dan di luar lokasi pada jarak 10 m
(Walpole 1982). Analisis uji t menggunakan software minitab 16.
Batasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di tiga kawasan ruang terbuka hijau Kota Malang
yaitu Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom dan Taman Kota Jalan Veteran
hanya dapat menggambarkan kondisi iklim mikro di dalam dan di sekitar kawasan
penelitian tersebut. Penelitian ini belum bisa menggambarkan peranan ruang
terbuka hijau khususnya hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro secara luas di
Kota Malang. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai ruang terbuka hijau
di Kota Malang dengan menambah lokasi penelitian, sehingga dapat melengkapi
data peran hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro di Kota Malang.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu, Hutan Kota Malabar, Hutan Kota
Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran. Ketiga lokasi tersebut merupakan
pengembangan kawasan ruang terbuka hijau Kota Malang yang telah ditetapkan
berdasarkan SK Walikota Malang tentang Ruang Terbuka Hijau No 188.45
/200/35.73.112/ 2013 yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Malang (DKP Kota Malang). Hutan Kota Malabar terletak di kawasan Kelurahan
Oro-oro dowo dan tepat berada di tengah kawasan Kota Malang, Hutan Kota
Velodrom terletak di kawasan Kelurahan Madyopuro, serta Taman Kota Jalan
Veteran terletak di Kelurahan Penanggungan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau di
Kota Malang selain bermanfaat secara ekologis juga sebagai tempat rekreasi dan
sarana ruang publik dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung. Luas hutan kota
dan taman kota disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kondisi umum lokasi penelitian
Lokasi
Hutan Kota Malabar
Hutan Kota Velodrom
Taman Kota Jalan Veteran

Luas Area m2
16 812
12 500
9 410

Peran Hutan Kota Dalam Ameliorasi Iklim Mikro
Suhu
Suhu harian di dua lokasi hutan kota dan satu lokasi taman kota
menunjukan perbedaan. Pengukuran dilakukan di dua titik pengukuran yaitu di
dalam dan di luar lokasi pada jarak 10 m. Berdasarkan asumsi awal bahwa akan
terjadi perbedaan suhu di bagian dalam maupun di luar, terbukti menunjukan
perbedaan suhu pada saat pengukuran di lapangan (Tabel 5).
Tabel 5 Nilai sebaran suhu Harian
Lokasi
Hutan Kota Malabar
Hutan Kota Velodrom
Taman Kota Jalan Veteran

Suhu rata-rata harian (0C)
di dalam (T1)
di luar (T2)
∆ T2-T1
24.5
25.6
1.1
24.8
25.3
0.5
24.8
25.2
0.4

Suhu di dalam hutan kota dan di dalam taman kota menunjukkan nilai yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai suhu yang terdapat diluar hutan kota
dan di luar taman kota. Perbedaan suhu di dalam dan di luar Hutan Kota Malabar
adalah 1.1 0C. Kondisi ini juga ditunjukkan pada Hutan Kota Velodrom dengan
nilai perbedaan suhu adalah 0.5 0C. Selain itu perbedaan suhu juga terjadi di
lokasi pengukuran taman kota. Pengukuran yang dilakukan di dalam dan di luar

8

Taman Kota Jalan Veteran, memiliki nilai perbedaan suhu antara di dalam taman
kota dan di luar taman kota sebesar 0.4 0C.
Berdasarkan hasil pada Tabel 5 diketahui bahwa Hutan Kota Malabar
memiliki kualitas lebih baik didalam menurunkan suhu udara di dalam dan di
sekitar kawasan jika dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Perbedaan
suhu yang terjadi di setiap lokasi penelitian, diduga dipengaruhi oleh perbedaan
kondisi vegetasi yang terletak didalam dengan diluar lokasi. Hutan Kota Malabar
memiliki vegetasi lebih rapat. Hal ini diperkuat oleh penelitian Arie (2012) yang
menyatakan bahwa daerah dengan tutupan vegetasi lebih rapat dapat
mengakibatkan penurunan suhu menjadi lebih dingin dibandingkan dengan
lingkungan sekitarnya yang tutupan vegetasinya kurang rapat.
Hasil analisis uji t yang disajikan pada Tabel 6 menujukkan perbedaan nyata
yaitu Hutan Kota Malabar (α = 0.01), Hutan Kota Velodrom (α=0.04), serta di
Taman Kota Jalan Veteran (α = 0.02) pada tingkat selang kepercayaan 95%.
Tabel 6 Analisis uji t suhu harian
Lokasi
Hutan Kota Malabar
Hutan Kota Velodrom
Taman Kota Jalan Veteran

Nilai α
0.01
0.04
0.02

Kriteria
Signifikan
Signifikan
Signifikan

Nilai analisis berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan
yang signifikan pada ketiga lokasi penelitian. Hal ini berarti bahwa daerah dengan
tutupan vegetasi lebih rapat lebih mampu menurunkan suhu di sekitarnya
dibandingkan dengan daerah dengan tutupan vegetasi yang kurang rapat.
Kelembaban Udara
Waktu pengukuran kelembaban harian pada dasarnya sama dengan waktu
pengukuran suhu harian. Hasil pengukuran kelembaban harian menunjukkan nilai
yang berbanding terbalik terhadap suhu, yaitu nilai kelembaban yang terdapat
diluar lokasi lebih kecil dibandingkan nilai kelembaban di dalam lokasi.
Berdasarkan asumsi awal bahwa akan terjadi perbedaan kelembaban pada bagian
dalam maupun di bagian luar terbukti menunjukan perbedaan tersebut pada saat
pengukuran di lapangan. Data kelembaban harian disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai kelembaban udara harian
Kelembaban udara rata-rata harian (%)
Lokasi
di dalam (R1)
di luar (R2)
Hutan Kota Malabar
73
69
Hutan Kota Velodrom
77
77
Taman Kota Jalan Veteran
72
71
Perubahan kelembaban udara mengikuti pola perubahan suhu, jika suhu
menurun maka kelembaban akan meningkat dan sebaliknya jika perubahan suhu
meningkat maka kelembaban udara semakin menurun (Hussein 2010). Kondisi
ini juga terjadi di Hutan Kota Malabar, serta Taman Kota Jalan Veteran. Suhu
harian di lokasi tersebut mengalami peningkatan pada setiap titik pengukuran

9

yang kemudian diikuti oleh nilai kelembaban harian yang mengalami penurunan
di setiap titik pengukuran. Nilai kelembaban yang ditunjukkan pada masingmasing lokasi di setiap titik pengukuran memperoleh nilai yang berbeda.
Berdasarkan pada Tabel 7 bahwa nilai kelembaban pada Hutan Kota
Malabar dan Hutan Kota Velodrom lebih besar jika dibandingkan dengan Taman
Kota Jalan Veteran, sedangkan nilai perbedaan kelembaban pada taman kota lebih
kecil jika dibandingkan dengan hutan kota. Perbedaan kelembaban ini diduga
karena adanya perbedaan jenis dan kerapatan tumbuhan terutama pohon yang
terdapat didalam lokasi tersebut. Pada hutan kota nilai kelembabannya lebih tinggi
jika dibandingkan dengan taman kota, hal ini dapat terjadi karena adanya
evapotranspirasi pada hutan kota. Sesuai dengan penelitian Wardhani (2006)
yang menyatakan bahwa lokasi berhutan dengan komposisi jumlah pohon yang
lebih banyak memungkinkan terjadinya evapotranspirasi yang besar sehingga
massa udara di daerah ini banyak mengandung uap air dibandingkan dengan
massa udara yang berada pada daerah tidak berhutan. Kerapatan pohon juga
menyebabkan massa udara yang mengandung uap air tidak dapat bergerak secara
cepat karena kecepatan turbulensi angin yang kecil.
Hasil analisis uji t kelembaban harian disajikan pada Tabel 8 dengan nilai (
p= 0.26), ( p= 0.23), serta ( p= 0.97) pada selang kepercayaan 95%, hal ini berarti
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada masing-masing titik
pengukuran di lokasi tersebut.Kondisi ini diduga bahwa kelembaban di luar hutan
kota masih terpengaruh oleh kelembaban di dalam hutan kota, sehingga nilai
perbedaan antara kelembaban di dalam hutan kota dan kelembaban di luar hutan
kota kecil.
Tabel 8 Analisis uji t kelembaban harian
Lokasi
Nilai α
Hutan Kota Malabar
0.26
Hutan Kota Velodrom
0.23
Taman Kota Jalan Veteran
0.97

Kriteria
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan

Keterkaitan Karakteristik Pohon Terhadap Kondisi Iklim Mikro
Kerapatan Pohon
Hasil analisis vegetasi pohon di Hutan Kota Malabar dan Hutan Kota
Velodrom ditemukan sebanyak 48 individu pohon, 12 jenis pohon, serta 7 famili.
Serta nilai kerapatan pohon disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Kerapatan Pohon
Lokasi
Hutan Kota Malabar
Hutan Kota Velodrom

Jumlah
Individu
23
25

Jumlah
Jenis
8
9

Famili
4
5

Kerapatan
(ind/ha)
575
825

Berdasarkan Tabel 9 bahwa jumlah individu dan jenis terbanyak yang
diperoleh saat melakukan analisis vegetasi adalah di Hutan Kota Velodrom.
Sesuai dengan SK Walikota Malang tentang Ruang Terbuka Hijau Tahun 2013,

10

menyatakan bahwa Hutan Kota Velodrom dibangun pada tahun 2003, yang
berbentuk menyebar dengan komposisi pohon yang rata-rata memiliki umur tidak
jauh berbeda sehingga ikut mendukung keragaman pohon di hutan kota tersebut.
Nilai kerapatan pohon di Hutan Kota velodrom lebih besar daripada Hutan Kota
Malabar yaitu sebesar 825 ind/ha, hal ini diduga juga dipengaruhi karena bentuk
Hutan Kota Velodrom yang menyebar sehingga kerapatan pohon di setiap titik
penyebaran cukup rapat . Pada kedua hutan kota tersebut juga terdapat pohon
sengon (Falcataria moluccana) yang memilki bentuk tajuk spreading, dan juga
sering dimanfaatkan sebagai habitat, terutama oleh satwa burung. Kemudian juga
terdapat pohon trembesi (Samanea saman), yang efektif sebagai pohon peneduh
dengan bentuk tajuk yang lebat.
Karakteristik Pohon
Karakteristik pohon di dalam hutan kota yang diduga memiliki peranan
yang cukup penting terhadap perubahan suhu di dalam hutan kota adalah tinggi
total pohon, tinggi bebas cabang, Leaf Area Index (LAI). Hasil pengukuran
terhadap karakteristik fisik pohon disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Karakteristik fisik pohon
Rata-rata
Lokasi
Diameter (cm)
Hutan Kota Malabar
109
Hutan Kota Velodrom
104

Rata-rata
Tt (m)
19.3
16.0

Rata-rata
TBC (m)
9.2
8.6

Rata-rata
LAI
1.86
1.39

Berdasarkan data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
keseluruhan karakteristik fisik pohon di Hutan Kota Malabar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Hutan Kota Velodrom. Nilai tinggi total pohon (TT) serta
tinggi bebas cabang pohon (TBC) pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Hutan Kota
Malabar memiliki nilai lebih besar yaitu 19.3 m dan 9.2 m, sedangkan pada Hutan
Kota Velodrom yaitu 16 m dan 8.6 m. Perbedaan nilai TT dan TBC berpengaruh
terhadap kondisi tajuk pohon, hal ini didukung oleh pernyataan Novitasari (2013)
pada penelitiannya yang menyatakan bahwa tinggi total dan tinggi bebas cabang
mempengaruhi mekanisme pohon dalam menjaga suhu dan kelembaban udara di
bawah tajuk. Semakin tinggi suatu pohon, dengan tinggi bebas cabang semakin
rendah maka tajuk pohon berukuran semakin luas.
Nilai LAI pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Hutan Kota Malabar
memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 1.86, sedangkan Hutan Kota Velodrom
adalah 1.39. Perbedaan nilai LAI dua hutan kota tidak jauh berbeda, tetapi nilai
tersebut masih tergolong cukup kecil jika dibandingkan dengan nilai LAI pada
hutan alam yaitu 3.39 ( setiawan 2006 ). Nilai LAI menggambarkan luas tajuk
area di dalam kawasan hutan, jika nilai LAI besar maka dapat diasumsikan bahwa
kawasan tersebut memiliki luas tajuk yang rapat. Perbedaan nilai LAI dari kedua
hutan kota tersebut dapat menunjukkan perbedaan kualitas hutan kota yang
berperan dalam menurunkan suhu di dalam hutan kota, serta mempengaruhi suhu
di luar hutan kota menjadi lebih sejuk.
Perbedaan nilai LAI pada masing-masing hutan kota diduga dipengaruhi
oleh bentuk hutan kota. Hutan Kota Malabar memiliki bentuk mengelompok
dengan kondisi beberapa pohon yang memiliki tajuk lebar berbentuk spreading

11

yaitu pohon sengon (Falcataria moluccana) tersebar di tengah dan sisi luar hutan
kota sehingga Hutan Kota Malabar jika terlihat dari luar memiliki tajuk pohon
yang rimbun. Hutan Kota Velodrom memiliki bentuk menyebar dengan kondisi
pohon yang memiliki tajuk lebar dengan bentuk spreading jumlahnya tidak terlalu
banyak dan hanya terletak di beberapa titik saja, selain itu faktor lainnya, yaitu
pemilihan jenis tanaman yang cenderung memilih jenis-jenis tanaman eksotik
daripada tanaman yang memiliki tajuk lebar. Hal ini dapat dilihat dari jenis pohon
dari kedua hutan kota yang didominasi oleh pohon kemiri (Aleurites moluccana)
dan Gmelina (Gmelina arborea) yang memiliki bentuk tajuk irregular. Selain itu
Hutan Kota Velodrom lebih banyak terdapat tanaman palem di sepanjang jalur
hutan kota.

Gambar 3 Foto LAI di dalam hutan kota : (a) Hutan Kota Malabar, (b) Hutan
Kota Velodrom
Kerapatan pohon pada kedua hutan kota tersebut berperan cukup penting
terhadap kualitas hutan kota dalam menurunkan suhu udara di dalam hutan kota.
Tutupan tajuk hutan kota cukup rapat jika dibandingkan dengan taman kota
sehingga diduga mampu menurunkan suhu udara di dalam hutan kota serta
menjadikan suasana di dalam hutan kota menjadi nyaman ( Nugroho 2011).
Penurunan suhu ini terjadi karena banyaknya penutup lahan dan juga karena
mampu menghalangi dan menyerap energi sinar matahari sehingga mengurangi
suhu udara di areal tersebut. Menurut Prasetyo (2012) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa penurunan suhu udara menyebabkan defisit tekanan uap
menurun, sehingga kapasitas udara dalam menampung uap air menurun, sehingga
kelembaban udara meningkat. Semakin meningkat kerapatan pohon maka
semakin sulit energi sinar matahari menembus permukaan tanah sehingga suhu
udara di permukaan tanah menurun yang menyebabkan kelembaban udara
meningkat. Kerapatan pohon yang tinggi juga menyebabkan evapotranspirasi
yang tinggi, sehinggga di udara terdapat lebih banyak uap air yang berdampak
pada meningkatnya kelembaban udara.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kondisi iklim
mikro serta karakteristik pohon, diketahui bahwa Hutan Kota Malabar memiliki
peran dalam ameliorasi iklim mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan
lokasi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan bahwa suhu
di dalam Hutan Kota Malabar memiliki nilai paling rendah . Hal ini disebabkan
oleh karakteristik fisik pohon serta nilai LAI pada Hutan Kota Malabar lebih baik.
Rushayati et al (2009) didalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa

12

vegetasi mengintersesi radiasi surya serta memanfaatkan energi radiasi surya
tersebut untuk proses fotosintesis dan penguapan sehingga membantu dalam
penurunan suhu udara di lingkungan sekitar. Kondisi ini menunjukkan bahwa
karakteristik fisik pohon di dalam suatu hutan kota memiliki peran yang besar
untuk menurunkan suhu udara di dalam dan sekitar kawasan.
Indeks Kenyamanan

THI (0C)

Kenyamanan merupakan kondisi perasaan pada saat manusia merasa tepat
untuk melakukan aktivitas. Wardhani (2006) juga menyebutkan bahwa kondisi
yang nyaman apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif
dan pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat minimum. Penentuan kualitas
tingkat kenyamanan salah satunya dapat menggunakan rumus untuk daerah tropis
yang dikemukakan oleh Niewolt and Mc Gregor (1998) yaitu Temperature
Humanidity Index (THI). Gambar 3 merupakan hasil penghitungan nilai indeks
kenyamanan dari empat lokasi pengukuran yaitu, hutan kota Malabar, hutan kota
Velodrom, dan Taman Kota Jalan Veteran.
23,3
23,2
23,2
23,1
23,1
23,0
23,0
22,9
22,9
22,8
22,8

23.2

23
22.9

Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom

Taman Kota Jalan
Veteran

Lokasi Penelitian

Gambar 4 Nilai indeks kenyamanan
Berdasarkan Gambar 4 bahwa ketiga lokasi tersebut termasuk kedalam
kriteria nyaman karena nilai indeks kenyamanan terletak antara 21-24 0C. Nilai
indeks kenyamanan dari keempat lokasi tersebut merupakan kualitas hutan kota
dan taman kota dalam menciptakan iklim mikro yang dapat mempengaruhi sekitar
kawasan baik didalam maupun di sekitar kawasan menjadi lebih nyaman. Niewolt
and Mc Gregor (1998) didalam bukunya tentang iklim Tropical Climatology
mengungkapkan bahwa kenyamanan tidak hanya dipengaruhi oleh suhu udara
tetapi juga faktor suhu tubuh dan sirkulasi udara disekitar tubuh, sehingga
manusia cenderung untuk menjaga suhu termal tubuhnya, yaitu 36.7 0C.

13

(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Kondisi vegetasi : (a) Hutan Kota Malabar, (b) Taman Kota Jalan
Veteran, (c) Hutan Kota Velodrom
Komposisi vegetasi di dalam lokasi memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap nilai indeks kenyamanan (Gambar 3), karena terjadi proses
evapotranspirasi yang mengakibatkan suhu dan kelembaban berubah menjadi
lebih sejuk (Mustikaweni 2008). Hussein (2010) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa keberadaan vegetasi yang melimpah dalam hutan kota dan taman kota
membantu terciptanya suhu lingkungan yang lebih baik. Kondisi ini dapat
memberikan efek yang baik bagi kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung
juga oleh penelitian Hadi et al ( 2012) bahwa tumbuhan di hutan kota dan taman
kota selain berfungsi untuk estetika juga dapat memodifikasi unsur-unsur iklim.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah
1. Hutan Kota Malabar mampu menurunkan suhu lebih baik jika dibandingkan
dengan Hutan Kota Velodrom serta Taman Kota Jalan Veteran, hal ini
ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu pada Hutan Kota Malabar yaitu1.1 0C.
2. Hutan Kota Malabar memiliki krakteristik pohon lebih baik dibandingkan
dengan Hutan Kota Velodrom, sehingga berpotensi untuk memperbaiki iklim
mikro lebih baik.
3. Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom serta Taman Kota Jalan Veteran
memiliki nilai indeks kenyamanan dalam kategori nyaman menurut Nieuwolt
(1998) dengan nilai 22.9 0C, 23.2 0C dan 23 0C.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah perlu adanya penambahan jenis pohon pada masing-masing hutan kota,
yang berpotensi memiliki tajuk lebar, serta tinggi bebas cabang yang lebih rendah.

14

DAFTAR PUSTAKA
Arie FC. 2012. Sebaran Temperatur Permukaan Lahan Dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya di Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Prasarana Wilayah; 2012 Juli; Surabaya, Indonesia. Surabaya
(ID). Hlm 23-34.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Kota Malang. Malang
(ID). BPS Kota Malang.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2012.Informasi
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia. Jakarta (ID).
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2012.Data Suhu dan
Kelembaban rata-rata Tahun 2006-2010. Malang (ID). Stasiun
Klimatologi, Karang Ploso.
[DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 2013. Penetapan Lokasi Hutan Kota.
Malang (ID): Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Hadi R, Lila KA, Gunadi IGA. 2012. Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota
(Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali.
J Agroekoteknologi Trop 1(1) : 34-45.
Hussein R. 2010. Analisis Kualitas dan Kenyamanan Lingkugan Kawasan Hutan
Kota, di Kota Malang. AGRITEK 18 (2) : 245-267
Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID) : IPB Press.
Mustikaweni R. 2008. Pengaruh Perubahan Pemanfaatan Ruang Kawasan lingkar
Luar Kebun Raya Bogor terhadap Iklim Mikro. [skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Nieuwolt S, McGregor GR. 1998. Tropical Climatology. England (UK) :John
Wiley & Sons Ltd.
Novitasari A. 2013. Evaluasi Hutan Kota Berdasarkan Ameliorasi Iklim Mikro di
Kota Semarang. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Nugroho MI. 2011. Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan
Ruang Terbuka Hijau. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.
Prasetyo AT. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Terhadap Iklim Mikro
di Kota Pasuruan. [skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang.
Rushayati SB, Filmarasa EN, Hermawan R. 2009. Ameliorasi Iklim Melalui
Zonasi Bentuk dan Tipe Hutan Kota. Prosiding seminar dan hasil-hasil
penelitian; 2009: Bogor, Indonesia. Bogor (ID). Hlm 279-297.
Samadikun BP. 2007. Dampak Perimbangan Ekonomis Terhadap Tata Ruang
Jakarta dan Bopunjur. Jurnal Presipitasi 2(1) : 34-38.
Setiawan R. 2006. Metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (LAI)
di lahan bervegetasi menggunakan data citra satelit [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Tjasjono B. 1999. Klimatologi Umum. Bandung (ID) : ITB Press.
Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika Ed ke–3. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pusaka Utama.
Wardhani DE. 2006. Pengkajian Suhu Udara dan Indeks Kenyamanan Dalam
Hubungannya Dengan Ruang Terbuka Hijau. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

15

Lampiran 1 Suhu dan kelembaban harian di setiap lokasi penelitian
A. Hutan Kota Malabar
Waktu

di Dalam

Jarak 10 m

Suhu

Kelembaban

Suhu (0C)

Kelembaban (%)

Suhu (0C)

Kelembaban (%)

Rata-rata (0C)

Rata-rata (%)

Pagi Hari

20.6

90

21.2

90

20.9

90

Siang Hari

27.2

61

28.9

56

28.1

59

Sore Hari

25.6

67

26.8

61

26.2

64

B. Hutan Kota Velodrom
Waktu

Di Dalam
0

Jarak 10 m
0

Suhu

Kelembaban
0

Suhu ( C)

Kelembaban (%)

Suhu ( C)

Kelembaban (%)

Rata-rata ( C)

Rata-rata (%)

Pagi Hari

21.2

90

22.2

90

21.7

90

Siang Hari

27.4

67

27.7

67

27.6

67

Sore Hari

25.8

74

25.7

74

25.8

74

15

16
16

Lampiran 1 Suhu dan kelembaban harian di setiap lokasi penelitian (lanjutan)
C. Taman Kota Jalan Veteran
di Dalam
Waktu
Suhu (0C)
Kelembaban (%)

Jarak 10 m

Suhu

Kelembaban

Suhu (0C)

Kelembaban (%)

Rata-rata (0C)

Rata-rata (%)

Pagi Hari

21.2

90

21.0

86

21.1

88

Siang Hari

27.4

57

28.3

58

27.9

63

Sore Hari

25.8

68

26.4

69

26.1

69

Rata-rata Suhu
Hutan kota Malabar

24.00C

Indeks Kenyamanan

Hutan Kota Velodrom

= 24.20C

Hutan Kota Malabar

: THI = 0,8 (24) + (76 x 24)/500

= 22.9 (nyaman)

Taman Kota Jalan Veteran

= 24.10C

Hutan Kota Velodrom : THI = 0,8 (24,2) + (80 x 24,3)/500 = 23.2 (nyaman)
Taman Kota Jalan Veteran : THI = 0,8 (24,1) + (77 x 24)/500 = 23.0 (nyaman)

Rata-rata Kelembaban
Hutan Kota Malabar

= 76 %

Hutan kota velodrom

= 80%

Taman Kota Jalan Veteran

= 77 %

17

Lampiran 2 Famili dan jenis pohon di hutan kota
No

Famili

Nama Lokal

Lokasi Penelitian

Nama Ilmiah

Hutan Kota Malabar

Hutan Kota Velodrom

Jumlah
Individu

1

Aracariaceae

Araukaria

Araucaria cunninghamii

-

1

1

2

Clusiaceae

Nyamplung

Calophyllum inophyllum

-

1

1

3

Euphorbiaceae Kemiri

Aleurites moluccana

8

7

15

4

Fabaceae

Angsana

Pterocarpus indicus

-

3

3

5

Flamboyan

Delonix regia

-

1

1

6

Sengon

Falcataria moluccana

6

1

7

7

Trembesi

Samanea saman

1

2

3

8

Turi

Sesbania grandiflora

2

-

2

Mahoni daun besar

Swietenia macrophylla

1

-

1

Mahoni daun kecil

Swietenia mahagoni

1

-

1

9

Meliaceae

10
11

Moraceae

Karet kerbau

Ficus elastica

1

-

1

12

Sapotaceae

Tanjung

Mimusops elengi

-

1

1

13

Verbenaceae

Gmelina

Gemelina arborea

-

7

7

17

18
18

Lampiran 3 Karakteristik fisik pohon
Karakteristik Fisik Pohon
No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Dbh (cm)

TT (m)

TBC (m)

LAI

1

Angsana

Pterocarpus indicus

97.5

13.5

2.5

1.28

2

Araukaria

Araucaria cunninghamii

85.0

13.0

2.5

1.09

3

Flamboyan

Delonix regia

66.0

21.0

6.0

1.46

4

Gmelina

Gemelina arborea

92.0

22.0

15.0

1.28

5

Karet kerbau

Ficus elastica

153.0

16.0

3.5

1.64

6

Kemiri

Aleurites moluccana

93.0

21.0

12.0

1.66

7

Mahoni daun besar

Swietenia macrophylla

64.0

9.0

2.5

2.08

8

Mahoni daun kecil

Swietenia mahagoni

95.0

21.0

8.0

1.64

9

Nyamplung

Calophyllum inophyllum

68.0

20.0

8.0

1.64

10

Sengon

Falcataria moluccana

184.0

24.0

11.0

1.75

11

Tanjung

Mimoshop elengi

83.0

20.0

2.3

1.64

12

Trembesi

Samanea saman

134.0

19.0

5.8

1.64

13

Turi

Sesbania grandiflora

72.0

7.5

2.5

2.08

19

Lampiran 4 Suhu rata-rata 6 tahun terakhir Kota Malang
Tahun

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agst

Sept

Okt

Nov

Des

2005

24.9

24.5

24.5

24.6

24.2

24.4

23.5

23.3

24.2

24.6

24.3

23.6

2006

24.0

24.2

23.9

24.3

23.8

23.0

22.2

23.4

23.1

24.2

24.5

23.8

2007

24.1

23.5

23.2

23.3

23.9

23.2

22.9

23.0

23.5

22.8

23.8

23.1

2008

23.6

23.5

23.6

22.9

23.8

23.4

22.7

23.8

24.4

25.1

24.5

22.7

2009

23.8

24.1

24.5

25.0

24.6

24.6

23.4

23.1

24.4

-

24.4

24.1

2010
23.8
24.0
24.4
Sumber : BMKG Kota Malang

23.9

24.5

23.8

23.2

23.4

23.8

24.1

24.4

23.8

Lampiran 5 Kelembaban rata-rata 6 tahun terakhir Kota Malang
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agst

Sept

Okt

Nov

Des

2005

76

76

77

74

71

74

71

71

69

75

80

85

2006

79

79

79

79

81

79

76

76

76

74

76

82

2007

78

82

85

83

79

82

79

80

79

75

81

84

2008

81

83

83

86

81

80

81

81

79

80

84

80

2009

87

87

83

83

83

83

83

84

86

-

84

85

83

86

83

80

81

78

80

80

78

82

2010
83
84
Sumber : BMKG Kota Malang

19

Tahun

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 16 Februari 1990 dari ayah
Tolkhatul Munir dan ibu Sri Yatmiati. Penulis adalah putra kedua dari dua
bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Plemahan dan pada tahun
2009 penulis lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi di Institut
Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata.
Selama mengikuti perkuliahan penulis telah melakukan Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang dan Sancang Barat pada tahun 2011,
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
pada tahun 2012, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional
Meru Betiri pada tahun 2013.
Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai Ketua Biro Sosial
Lingkungan Himakova (2011-2012). Penulis juga pernah mengikuti kegiatan
ekspedisi dan eksplorasi yang diadakan oleh Himakova, yaitu Pendidikan dan
Latihan Kelompok Pemerhati Burung (Diklat KPB) pada tahun 2011, Eksplorasi
Flora Fauna Indonesia (Rafflesia) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(2010) dan Cagar Alam Tangkuban Perahu dan Taman Wisata Alam Sukawayana
(2011), Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh (2012).
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanann IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Peran Hutan Kota dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota
Malang Jawa Timur yang dibimbing oleh Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi dan
Dr Ir Endes N Dahlan, MS.