Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit

PENGARUH KEPATUHAN PAJAK
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
DAN PROYEKSI HARGA SAHAM EMITEN PADA
SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT

RIZQI FADLILAH SJARIEF

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kepatuhan
Pajak terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten
pada Sektor Industri Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Rizqi Fadlilah Sjarief
NIM H251120101

RINGKASAN
RIZQI FADLILAH SJARIEF. Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor
Industri Kelapa Sawit. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan
TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA.
Sebuah negara membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam
pelaksanaan pembangunan. Dana tersebut diperoleh diperoleh dari
penerimaan dalam negeri dan luar negeri. Di Indonesia, pendapatan
domestik didominasi oleh sektor pajak, yang telah berkontribusi rata-rata 70%
dari total penerimaan dalam negeri selama satu dekade terakhir.
Namun karena karakteristik pajak yang dapat dipaksakan dan
pembayar pajak tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung, banyak
pihak yang berusaha melakukan penghindaran pajak, seperti perusahaan.

Dengan adanya pajak yang harus dibayarkan, perusahaan akan memiliki
laba yang relatif lebih kecil, sehingga kinerja keuangan perusahaan akan
turun yang menyebabkan pamor perusahaan menurun di mata pemangku
kepentingan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar di bursa saham, hal ini
dapat menyebabkan fluktuasi harga saham.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh pajak terhadap
kinerja keuangan perusahaan dan harga saham dari emiten sektor kelapa
sawit. Pemilihan terhadap sektor kelapa sawit, dikarenakan sektor ini
mengalami banyak perubahan sejak terjadinya lonjakan harga produk kelapa
sawit di pasar domestik dan internasional.
Penelitian dilaksanakan dengan memilih 7 emiten industri kelapa
sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2009. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan jumlah data urut waktu yang terstruktur
sekaligus data antar individu yang cukup untuk melakukan analisis data
panel. Pengamatan berulang terhadap data antar individu yang memadai
akan memungkinkan penelitian untuk mempelajari dinamika perubahan
dengan data urut waktu. Melalui analisis regresi data panel, penelitian
berusaha memantau pengaruh dari kepatuhan pajak terhadap kinerja
keuangan perusahaan dan harga saham. Untuk proyeksi harga saham emiten,
penelitian dilakukan melalui pembentukan model Vector Autoregression

(VAR) dengan data panel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pajak tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selain itu,
kepatuhan perpajakan secara simultan bersama dengan kinerja keuangan
setelah kepatuhan pajak, mempengaruhi harga saham emiten. Penelitian ini
pun menyimpulkan bahwa proyeksi harga saham emiten kelapa sawit dapat
dilakukan dengan bantuan data keuangan 7 (tujuh) triwulan ke belakang.
Kata kunci: harga saham, kepatuhan pajak, kinerja keuangan perusahaan,
perusahaan kelapa sawit.

SUMMARY
RIZQI FADLILAH SJARIEF. The Effects of Tax Compliance on
Company‟s Financial performance and Stock Price Projection of Listed
Palm Oil Companies. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and
TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA.
A country requires enormous funds to finance its development
activities. The funds are obtained from various sources, within and outside
the country. In Indonesia, domestic state revenue is dominated by taxes,
which has contributed an average of 70% of total revenues in the last
decade.

However, due to the characteristics of tax that can be imposed and its
taxpayers are not getting direct considerations, a lot of taxpayers attempted
to make tax evasion, such as companies. With the tax to be paid, the
company will have small profit, so that the company‟s financial
performance will go down which led to the declining of the company‟s
prestige in the eyes of stakeholders. For companies that have been listed on
the stock exchange, this may cause fluctuations in stock prices.
This research was intended to look at the effect of taxes on company
financial performance and stock price of listed palm oil companies. The
selection of the palm oil sector was made because that sector has been
experiencing a lot of changes since the surge in prices of palm oil products
in the domestic and international markets.
This research was conducted by selecting 7 listed palm oil companies
that have been listed on the Indonesia Stock Exchange before the year 2009,
in order to obtain structured time-series data and sufficient cross-section
data to perform the analysis of panel data. Repeated observations on
adequate cross-section data will allow this research to study the dynamics of
changes with time-series data. Through regression analysis of panel data,
this research tried to observe the effect of the tax compliance on the
company's financial performance and stock price. In projecting the stock

price, this research was continued by making a Vector Autoregression
model with a panel data.
The results showed that the tax compliance does not have a significant
impact on company‟s financial performance. Furthermore, the results
showed that tax compliance simultaneously along with the financial
performance after tax compliance, affect the stock price. This research also
concluded that the projection of stock price of of listed palm oil companies
can be done with the help of financial data of 7 (seven) previous trimester.
Keywords: company financial performance, palm oil companies, stock price,
tax compliance.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENGARUH KEPATUHAN PAJAK
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
DAN PROYEKSI HARGA SAHAM EMITEN PADA
SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT

RIZQI FADLILAH SJARIEF

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Progam Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS


Judul Tesis : Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor
Industri Kelapa Sawit
Nama
: Rizqi Fadlilah Sjarief
NIM
: H251120101

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Ketua

Ir Tb. Nur Ahmad Maulana,MBA, MSc, PhD
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Pengaruh Kepatuhan
Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham
Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit” dapat diselesaikan. Karya ilmiah
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada
Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Penyelesaian tesis ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ungkapan terimakasih. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Istri
tercinta (Aty Mulyati), kedua anakku (Thoriq Azhar Raditya dan Luthfi
Akhtar Rayyan), Papa, Mama, dan semua keluarga atas doa dan dukungan
yang selalu diberikan. Ungkapan terima kasih penulis kepada Dr. Ir. Abdul
Kohar Irwanto, M.Sc dan Ir. Tb. Nur Ahmad Maulana, MBA, MSc, PhD
selaku komisi pembimbing, serta Dr. Ir. Muhamad Sjamsun, M.Sc selaku
dosen metode penelitian manajemen yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan tesis. Tak lupa ungkapan terima kasih juga
penulis tujukan kepada Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku penguji
di luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan
tesis ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan atas bantuan data statistik kepatuhan perpajakan
emiten kelapa sawit untuk periode 2009-2013. Tidak lupa penulis pun
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelas Manajemen
khususnya angkatan September 2012, atas kebersamaan dan bantuan selama
perkuliahan, serta kepada semua staf dan karyawan PascaSarjana Ilmu
Manajemen atas bantuan selama perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2014
Rizqi Fadlilah Sjarief

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

DAFTAR PERSAMAAN

x


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian








2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pajak
Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)
Wajib Pajak Patuh
Perencanaan Pajak
Rasio Keuangan
Analisis Earning Per Share (EPS)
Analisis Dupont : Pendekatan Integratif pada Analisis Rasio
Economic Value Added (EVA) dan Market value Added (MVA)
Rasio Keuangan Lainnya
Penelitian Terdahulu yang Relevan






10 
11 
12 
13
14
14 

3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pendekatan Penelitian
Jenis Data dan Sumber Data
Variabel Penelitian
Populasi dan Sampel
Pengolahan dan Analisis Data: Analisis Regresi dengan Data Panel
Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel
Hipotesis Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Limitasi

16 
16 
17 
17
17
17
18
21
23
24
24

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Linier Berganda dengan Data Panel
Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel
Pengujian Hipotesis
Implikasi Manajerial

24 
26 
30
33 
41

5 SIMPULAN DAN SARAN

42 

DAFTAR PUSTAKA

43 

LAMPIRAN

46

DAFTAR TABEL
1. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa

2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Efek Indonesia (BEI) dan nilai market capitalization selama tahun
2013
Perusahaan yang dijadikan contoh penelitian
Uji Chow
Output metode FEM
Impulse response function harga saham
Variance decomposition dari harga saham
Uji kausalitas
Analisis regresi FEM untuk pengaruh kinerja keuangan setelah
pelaksanaan kepatuhan pajak
Koefesien dalam perhitungan peramalan VAR


18 
27
28
31
32
32
38
39

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran penelitian
2. Uji statistik Durbin-Watson
3. Penerimaan PPh badan sektor kelapa sawit tempat emiten terdaftar
4. Beban PPh badan emiten kelapa sawit 2009-2013

16 
21
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar istilah

46 

2. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Jakarta Islamic
Index
3. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Kompas 100
4. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam LQ45
5. Uji multikolinearitas dan autokorelasi
6. Uji heteroskedastisitas
7. Metode Fixed Effect (FEM) dalam mengukur pengaruh kepatuhan
pajak dan rasio keuangan terhadap harga saham
8. Persamaan Vector Auto Regression (VAR) dalam proyeksi harga
saham emiten industri kelapa sawit
9. Uji Kausalitas
 

47
48
49
50 
51
52
53
58

DAFTAR PERSAMAAN
1. Basic EPS
2. Diluted EPS

3. ROE (Analisis Dupont)
4. ROE (Analisis Dupont)
5. ROA (Analisis Dupont)
6. ROA (Analisis Dupont)
7. ROA (Analisis Dupont)
8. ROE (Analisis Dupont)
9. ROE (Analisis Dupont)
10. EVA
11. MVA
12. MVA
13. Quick Ratio (QR)
14. Net Profit Margin (NPM)
15. Price Earning Ratio (PER)
16. Kerangka dasar model regresi data panel
17. Model efek tetap data panel
18. Model efek random data panel
19. Model persamaan awal penelitian
20. Model VAR untuk variabel y
21. Model VAR untuk variabel x
22. Model persamaan regresi hasil penelitian
23. Model persamaan VAR hasil penelitian
24. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap EPS
25. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap PER
26. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap QR
27. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap EVA
28. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap MVA
29. Model persamaan regresi untuk pengujian hipotesis dua
30. Model persamaan regresi untuk pengujian hipotesis tiga
31. Model persamaan VAR untuk proyeksi harga saham
32. Model persamaan lengkap VAR untuk proyeksi harga saham

11 
11 
12
12
12
13
13
13
13
13
13
14
14
14
14
19
19
19
20
22
22
28
31
33
34
34
34
34
36
38
39
40

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kelapa sawit yang sangat signifikan dalam satu dekade
terakhir, membuat sektor industri ini menjadi salah satu sumber penerimaan
pajak nasional yang potensial. Dengan perkebunan terluas di dunia dan
produksi terbesar dunia, komoditas kelapa sawit Indonesia juga menguasai
pasar ekspor dunia. Komoditas ini menjadi penyumbang terbesar devisa
sektor perkebunan dan penyerap tenaga kerja yang besar. Berdasarkan
informasi yang dirilis oleh situs Opini-Indonesia.com (2013), perkebunan
kelapa sawit saat ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan
didominasi oleh 2 kepulauan besar, Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun
2012, Sumatera memiliki lahan kelapa sawit dengan luas sebesar 62,5% dari
total lahan kelapa sawit nasional (5,913,585
hektar) dan menjadi
penyumbang produktivitas sebesar 73,6% dari total produksi nasional
(17,317,295 ton). Sementara Kalimantan memiliki lahan kelapa sawit
dengan luasan kebun sebesar 31% (2,814,782 hektar) menjadi penyumbang
produktivitas sebesar 23,5% (5,520,207 ton).
Kementerian Pertanian (2013) merilis berita bahwa nilai PDB
perkebunan secara kumulatif terus meningkat cukup fantastis, dari Rp.
81,66 triliyun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp.153,731 trilyun pada
tahun 2011 dan terus melambung menembus angka Rp.159,73 trilyun pada
tahun 2012 atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 14,79%. Realisasi
ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai volume 20,57
juta ton (minyak sawit/CPO dan minyak sawit lainnya) dengan nilai US
$19,35 milyar. Neraca perdagangan untuk komoditas kelapa sawit tahun
2012 telah mencapai US $19,34 milyar. Menurut Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) tahun 2008 perkebunan kelapa sawit
mempekerjakan 3,06 juta orang dimana 3,047 juta bekerja di perkebunan
besar, 308.000 di PTPN. Sementara itu terdapat 1.920.000 petani sawit skala
kecil. Sedangkan dari 470 pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di
Indonesia, atau yang tercatat di GAPKI, mempekerjakan 63.450 orang.
Dalam mendukung kegiatan usahanya yang semakin berkembang,
beberapa perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit, melakukan
penawaran saham kepada publik untuk mendapatkan tambahan dana sebagai
modal kerja. Saat ini jumlah perusahaan industri kelapa sawit yang terdaftar
sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah sekitar 15 buah,
dan jumlah ini semakin akan bertambah dengan adanya beberapa
perusahaan kelapa sawit yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau
penawaran saham perdana di awal tahun 2014. Dari data yang ada, para
emiten dari kelapa sawit memang hanya memberikan sedikit pengaruh pada
bursa saham, apabila dilihat dari jumlah volume transaksi dan nilai market
capitalization (Tabel 1). Namun penulis percaya bahwa dengan kualitas
produksi kelapa sawit yang dihasilkan, di masa depan industri sawit akan
menjadi primadona yang dicari para calon investor. Hal ini diperkuat
dengan adanya informasi yang disampaikan situs liputan6.com yang merilis

2

berita pada tanggal 21 Mei 2013 tentang pernyataan Duta Besar Uni Eropa
(UE) Untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, bahwa masyarakat
Uni Eropa sangat menggemari minyak kelapa sawit, hasil produksi dari
Indonesia, karena kualitasnya bagus dan bisa digunakan untuk makanan.
Tentunya informasi ini menjadi potensi bagi peningkatan pendapatan bagi
para pelaku industri kelapa sawit Indonesia melalui perluasan cakupan
wilayah penjualan.
Tabel 1 Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan nilai market capitalization selama tahun
2013
(Dalam Milyar Rupiah)
Volume
Market
%
No.
Nama Perusahaan
Transaksi
Capitalization
1. PT Astra Agro Lestari Tbk
1.574.745.000
39.526,09
0,94
2. PT Austindo Nusantara Jaya
3.333.350.000
4.966,69
0,12
Tbk
3. PT BW Plantation Tbk
4.336.211.750
5.767,16
0,14
4. PT Dharma Satya Nusantara
2.119.700.000
4.345,38
0,10
Tbk
5. PT Gozco Plantation Tbk
6.000.000.000
660,00
0,02
6. PT Jaya Agra Wattie Tbk
3.774.685.500
1.434,38
0,03
7. PT PP London Sumatera
6.822.863.965
13.168,13
0,31
Indonesia Tbk
8. PT Multi Agro Gemilang
9.000.000.000
900,00
0,02
Plantation Tbk
9. PT Provident Agro Tbk
7.039.980.000
2.534,39
0,06
10. PT Sampoerna Agro Tbk
1.890.000.000
3.780,00
0,09
11. PT Salim Ivomas Pratama
15.816.310.000
12.336,72
0,29
Tbk
12. PT Sinar Mas Agro
2.872.193.366
22.546,72
0,53
Resources and Technology
Tbk
13. PT Sawit Sumbermas
9.525.000.000
7.810,50
0,19
Sarana Tbk
14. PT Tunas Baru Lampung
4.942.098.939
2.322,79
0,06
Tbk
15. PT Bakrie Sumatera
13.720.471.386
686,02
0,02
Plantation Tbk
2,91
Jumlah
92.767.609.906
122.784,99
Jumlah Market Capitalization di BEI
4.219.020,24
Sumber : www.sahamok.com (2014)
Penelitian terhadap kepatuhan pajak emiten kelapa sawit ini pada
awalnya dilatarbelakangi kasus Asian Agri yang berdasarkan keputusan
Mahkamah Agung Nomor. 2239K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember
2012, yang menetapkan bahwa Tax Manager Asian Agri Group bersalah
karena secara sengaja melaporkan pembayaran pajak yang tidak benar untuk

3

tahun pajak 2002 sampai dengan 2005 sebagaimana disampaikan oleh
Indonesian Corruption Watch (ICW) dalam siaran pers tanggal 30 Januari
2014. Modus yang dijalankan antara lain pembebanan biaya fiktif, transfer
pricing, dan transaksi hedging atau lindung nilai. Berdasar kasus ini, peneliti
tertarik untuk meneliti apakah perusahaan industri sawit yang lain juga
memiliki intensi untuk melakukan hal yang sama dengan Asian Agri Group.
Peneliti ingin mengetahui apakah pada saat suatu perusahaan sawit
terungkap kondisi kepatuhan perpajakannya, maka kondisi tersebut akan
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Untuk
mempersempit ruang lingkup penelitian dan kemudahan mendapatkan data
laporan keuangan perusahaan, peneliti memilih untuk meneliti perusahaan
industri sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini
dilakukan karena data keuangan para emiten telah dipublikasikan oleh
masing-masing emiten, sesuai dengan ketentuan BEI, sehingga akan
memudahkan dalam pengumpulan data laporan keuangan. Untuk meneliti
perubahan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para emiten di sektor
kelapa sawit, peneliti menggunakan perubahan harga saham tiap emiten
setelah terungkapnya kondisi pemenuhan kewajiban perpajakan di masingmasing perusahaan. Nilai perubahan harga saham ini pun telah
dipublikasikan oleh BEI sebagai otoritas pengelola bursa efek.
Data laporan keuangan dipublikasikan oleh para emiten kelapa sawit,
dengan maksud selain untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan BEI,
namun juga untuk menarik minat para calon investor. Para emiten sektor
kelapa sawit ini berusaha untuk memberikan informasi terkini dari
perusahaan mereka mulai dari besaran perusahaan, luasan perkebunan,
besaran produksi, tingkat kinerja perusaaan yang baik, serta prospek
perusahaan di masa mendatang. Semua itu dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode sehingga para calon investor dapat memperoleh gambaran
terkini perusahaan. Salah satu alat ukur yang dipergunakan oleh para calon
investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio keuangan
untuk menentukan tingkat likuiditas, profitabilitas, leverage dan efesiensi
perusahaan (Brealey et al. 2007). Wild et al. (2003) memberikan contoh
rasio likuiditas antara lain: Current Ratio (CR), Acid-test Ratio (AR) dan
lainnya. Sedangkan rasio profitabilitas yang paling sering dijadikan bahan
rujukan bagi calon investor ataupun pemegang saham untuk
mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau untuk melepas investasi
adalah Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin
(OPM), Pretax Profit Margin (PPM), Net Profit Margin (NPM), dan lainnya.
Brealey et al. (2007) menjelaskan bahwa beberapa contoh rasio leverage
antara lain: Debt Ratio (DR), Times Interest Earned Ratio, Cash Coverage
Ratio, dan lainnya. Sedangkan contoh rasio efesiensi yang dapat digunakan
adalah Collection Period, Days to sell Inventory, Inventory Turnover Ratio,
dan lainnya.
Dengan perkembangan industri sawit yang demikian pesat,
pemerintah melakukan kegiatan intensifikasi perpajakan terhadap para
pelaku dalam industri sawit, untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Kegiatan intensifikasi ini sangat gencar dilakukan, terutama saat harga CPO

4

yang melonjak cukup tajam di tahun 2007-2008, dan secara
berkesinambungan dilakukan hingga saat ini. Pembayaran pajak dari
industri kelapa sawit dapat dikatakan cukup besar, namun untuk dapat
dikatakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit
sebagai Wajib Pajak Patuh, masih harus diteliti lebih lanjut. Harinurdin
(2009) mengungkapkan bahwa dengan berlakunya „self assessment” di
Indonesia, peran wajib pajak sangat krusial dalam proses pemungutan pajak
dalam menghimpun penerimaan negara. Wajib pajak diberi kepercayaan
untuk menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang.
Sistem ini diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada
wajib pajak. Dengan demikian, pelaksanaan kepatuhan pajak dalam hal
pembayaran dan pelaporan pajak yang terutang dari emiten sektor industri
kelapa sawit akan lebih didasari oleh itikad baik dari masing-masing emiten.
Pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik tentunya
akan menunjukkan tingkat kepatuhan pajak setiap emiten. Apabila hal ini
terlihat oleh para calon investor, terdapat 2 hal yang terlintas dalam pikiran
mereka. Pertama, dengan tingkat kepatuhan pajak yang baik, apakah emiten
di sektor industri kelapa sawit memiliki rasio keuangan yang baik,
mengingat nilai pembayaran pajak dari emiten tidaklah sedikit. Sedangkan
hal yang kedua, dengan adanya informasi tingkat kepatuhan pajak yang baik,
apakah akan meningkatkan kepercayaan calon investor terhadap perusahaan
yang berujung pada meningkatnya permintaan terhadap saham perusahaan
dan naiknya harga saham perusahaan..
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
akan melakukan dan menganalisis pengaruh kepatuhan pajak terhadap nilai
perusahaan dan prospektus saham perusahaan pada emiten sektor
perkebunan kelapa sawit yang diberi judul “Pengaruh Kepatuhan Pajak
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dan Proyeksi Harga Saham
Emiten Sektor Industri Kelapa Sawit”.
Perumusan Masalah
Pada dasarnya, setiap pemegang saham dari perusahaan emiten sektor
kelapa sawit menghendaki adanya return yang maksimal. Mereka
menginginkan pendapatan yang sebesar-besarnya dan biaya yang serendahrendahnya agar dapat menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Dengan
adanya pemenuhan kewajiban perpajakannya, tentunya ada biaya pajak
yang cukup besar dalam mengurangi penghasilan bersih perusahaan. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi Earning Per Share (EPS) yang akan
berkurang, seiring membesarnya pembayaran beban pajak yang dilakukan
perusahaan. Tidak hanya EPS, rasio keuangan lainnya seperti ROE, ROA,
DER dan rasio lainnya juga akan terpengaruh dengan adanya pemenuhan
kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan. Di sisi lain,
kepatuhan pajak yang disertai dengan publikasi tentang kriteria Wajib Pajak
Patuh, tentunya akan membuat image (citra) perusahaan terlihat baik di
mata masyarakat dan tentunya akan memberikan nilai lebih di mata
masyarakat, terutama para calon investor. Hal ini disebabkan citra sebagai
perusahaan yang patuh pajak tentunya akan membuat masyarakat

5

memandang perusahaan secara lebih positif, sehingga membuat nilai
perusahaan meningkat dan membuat peluang permintaan terhadap saham
perusahaan lebih besar daripada sebelumnya.
Dua hal inilah yang menarik bagi penulis untuk diteliti, sebab dua hal
yang kontradiktif tadi memiliki pengaruh masing-masing terhadap
perusahaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh kepatuhan pajak perusahaan terhadap kinerja keuangan
perusahaan, dan di sisi lain sejauh mana pengaruh kepatuhan pajak tersebut
dalam membentuk kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, yang pada
akhirnya membuat mereka memilih untuk menanamkan investasinya dengan
cara membeli saham perusahaan. Peningkatan permintaan terhadap saham
perusahaan ini, sesuai dengan hukum permintaan, pada akhirnya akan
membuat harga saham tersebut meningkat. Namun apabila hal yang
sebaliknya terjadi, maka tentunya akan membuat permintaan terhadap
saham menurun dan menyebabkan menurunnya harga saham.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja keuangan
perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit?
2. Bagaimana pengaruh image “wajib pajak patuh” yang melekat pada
perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi pola
pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh rasio keuangan setelah beban pajak akan
mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Sejauh mana perubahan kepatuhan pajak dan perubahan rasio keuangan
akan mempengaruhi proyeksi harga saham emiten kelapa sawit?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja
perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit.
2. Untuk menganalisis pengaruh image wajib pajak patuh yang melekat
pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi
pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh kinerja perusahaan emiten sektor industri
kelapa sawit setelah adanya pelaksanaan kepatuhan pajak terhadap pola
pergerakan harga saham emiten industri kelapa sawit yang telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk melakukan proyeksi harga saham emiten kelapa sawit dengan
mempertimbangkan pengaruh perubahan kepatuhan pajak dan rasio
keuangan.

6

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya penelitian ini, maka penulis akan lebih memahami
pengaruh transaksi perpajakan yang dilakukan perusahaan,baik terhadap
kinerja perusahaan, maupun terhadap kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan.
2. Sebagai dasar/referensi serta menambah kepustakaan yang diperlukan
untuk peneliti-peneliti yang lain yang memiliki topik yang sama sehingga
dapat dijadikan perbandingan.
3. Memberikan gambaran kepada perusahaan kelapa sawit yang terdaftar
sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia, mengenai pengaruh kepatuhan
pajak terhadap kinerja perusahaan dan pergerakan harga saham dan
permintaannya dalam bursa saham.
4. Membantu pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Pajak dalam
menghimpun penerimaan negara melalui intensifikasi perpajakan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian difokuskan pada emiten pada sektor industri kelapa sawit
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan cakupan data laporan
keuangan tahun 2009-2013. Metode penelitian yangdipilih adalah metode
kuantitatif dengan alat analisis Analisis Regresi Berganda dengan data panel
dan Vector Auto Regression (VAR).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pajak
Brotodiharjo (1982) dalam Sukardji (1999) menyitir definisi dari Prof.
Dr. P.J.A Adriani sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Sedangkan
Soemitro (1988) dalam Sukardji (1999) memberikan definisi pajak sebagai
berikut:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapatkan imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat
ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang
digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk
mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.”
Andreoni et al. (1998) menyimpulkan penelitiannya dengan
menyatakan bahwa kepatuhan pembayar pajak sangat dipengaruhi oleh

7

pengaruh sosial,moral dan psikologis dari pembayar pajak , juga oleh
dinamika serta birokrasi dari otoritas pajak dalam menangani pembayaran
pajak, pelaporan pajak dan pemotongan pajak, baik yang tepat maupun yang
keliru. Berlakunya „self assessment” di Indonesia mempunyai peranan wajib
pajak dalam menentukan penerimaan negara dari sektor pajak. Masalahnya,
apakah kepatuhan pajak sudah mendukung pelaksanaan sistem tersebut.
Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang.
Sistem self assesment diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak
kepada wajib pajak (Rahayu 2007 dalam Harinurdin 2009).
James dan Alley (2004) menyatakan bahwa self-assessment
memberikan sebuah risiko kepada otoritas pajak dalam pemenuhan
kepatuhan perpajakan pembayar pajak dimana pelaksanaannya didukung
oleh administrasi pajak yang dapat membuat pembayar pajak mau
melakukan pemenuhan pajak, baik melalui penegakan hukum berupa penalti
ataupun birokrasi perpajakan. Gangl et al. (2013) menyimpulkan penelitian
yang dilakukannya bahwa supervisi yang terlalu ketat justru dapat
memberikan dampak yang buruk pada otoritas perpajakan, sehingga sanksi
perpajakan justru hanya menjadi “biaya” yang harus dikeluarkan untuk
ketidakpatuhan, namun tidak memberikan efek jera bagi pembayar pajak
yang tidak patuh.
Feld dan Frey (2007) memberikan kesimpulan dalam penelitiannya
bahwa kepatuhan pajak di Swiss-dimana penelitian dilakukan- dan juga
negara lainnya, terbentuk dari sistem demokrasi yang membangun sebuah
hubungan pertukaran fiskal antara pembayar pajak dengan negara, melalui
sistem reward and punishment. Doran (2009) menjelaskan dalam
penelitiannya bahwa dalam sistem pajak self assessment, sistem yang baik
dari denda pajak seharusnya tidak hanya mendefinisikan kepatuhan pajak
tetapi juga secara efektif meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sebab tidak
semua pembayar pajak mau menghitung dan melaporkan pembayaran
pajaknya dengan itikad yang baik.
Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)
Tax compliance atau kepatuhan pajak diartikan sebagai kondisi ideal
wajib pajak yang memenuhi peraturan perpajakan serta melaporkan
penghasilannya secara akurat dan jujur. Dari kondisi ideal tersebut,
kepatuhan pajak didenisikan sebagai suatu keadaan wajib pajak yang
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya dalam bentuk formal dan kepatuhan material. Konsep
kepatuhan perpajakan di atas sesuai dengan pendapat Yoingco (1997) dalam
Harinurdin (2009), yang menyebutkan tingkat kepatuhan perpajakan
sukarela memiliki tiga aspek yaitu aspek formal, material (honestly), dan
pelaporan (reporting). Hutagaol et al. (2007), memberikan pendapat bahwa
tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain
besarnya penghasilan; tarif pajak; persepsi wajib pajak atas penggunaan
uang pajak; perlakuan perpajakan; pelaksanaan penegakan hukum; berat
(ringan) sanksi perpajakan; kelengkapan dan keakuratan database.

8

Devos (2012) menyimpulkan dari penelitian yang dilakukannya
bahwa otoritas perpajakan suatu negara memegang peranan dalam
mengatasi ketidakpatuhan pembayar pajak, dengan menunjukkan benefit
yang dapat diterima oleh pembayar pajak, penegakan ketentuan perpajakan
yang dibarengi dengan program preventif melalui pendidikan pajak di setiap
lini. Alm et al. (1992) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa tingkat
kepatuhan pajak secara positif dipengaruhi oleh besar penghasilan, frekuensi
audit serta tingkat penerimaan benefit oleh pembayar pajak,dan terpengaruh
secara negatif oleh perubahan tarif pajak, besaran penalti yang diterima.
Kesadaran masyarakat atau kepatuhan masyarakat (tax compliance) yang
tinggi sangat dibutuhkan untuk menopang penerimaan negara. Kesadaran
masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat
memenuhi kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak,
melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung
jawab berbangsa dan bernegara.
Trivedi et al. (2005) menemukan dalam penelitiannya bahwa variabel
ekonomi tidak terlalu berpengaruh dalam menjelaskan perilaku kepatuhan
pajak, yang mempunyai cukup pengaruh dalam kepatuhan pajak orang
pribadi adalah etika dari pembayar pajak dalam menghadapi tingkat
kedalaman audit pajak dan sanksi pajak. Sedangkan Cummings et al. (2009)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa penegakan ketentuan yang
dilakukan melalui adanya pendeteksian dan hukuman terhadap
penyimpangan pajak akan mendukung terjadinya kepatuhan pajak, yang
mana kepatuhan ini akan dapat membentuk norma sosial. Norma ini
dipengaruhi oleh otoritas pajak dan tingkat respon pemerintah terhadap
keinginan masyarakat tentang perpajakan.
Machogu dan Amayi (2013) menyatakan bahwa pengetahuan tentang
pajak sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan pajak secara sukarela,
selain tingkat tarif pajak, persepsi tentang keadilan pemajakan, dan
penggunaan serta manajemen pemanfaatan pajak oleh pemerintah, dimana
pengetahuan pajak memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang
tepat dalam bidang kepatuhan, seperti memfasilitasi pencatatan dalam bisnis,
meminimalkan biaya kepatuhan pajak, dan lainnya. Kopczuk (2006)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa penyederhanaan sistem perpajakan
akan menurunkan tingkat penghindaran maupun penggelapan pajak akibat
adanya kebingungan, distorsi dan ketidakadilan di kalangan pembayar pajak
sehingga tingkat kepatuhan pajak akan meningkat. Edlund dan Åberg
(2002) menyatakan bahwa tingkat penggelapan pajak akan semakin
meningkat saat tarif pajak meningkat,namun dengan adanya dukungan
moral yang baik, sangat dimungkinkan bahwa apabila pembayar pajak dapat
percaya bahwa semua orang membayar pajak mereka sebagaimana
diamanatkan secara hukum, mereka mungkin memiliki keyakinan yang
lebih besar dalam sistem pajak, serta tidak berkeinginan untuk menghindari
pajak.

9

Wajib Pajak Patuh
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 192/PMK.03/2007 jo.
PMK Nomor 74/PMK.03/2012, yang dimaksud dengan Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak Patuh adalah
Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
c) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Dalam penelitian ini indikator kepatuhan pajak yang digunakan adalah
jumlah pembayaran pajak selama 1 tahun pajak, kepatuhan pelaporan Surat
Pemberitahuan, kepatuhan untuk melakukan audit laporan keuangan oelh
Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut, bagi emiten industri kelapa sawit.
Perencanaan Pajak
Zain (2003) memberikan definisi dari perencanaan pajak sebagai
berikut:
“Tax planning atau Perencanaan Pajak adalah merupakan tindakan
penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajak, yang
tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi
pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
mengefesienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui
apa yang disebut sebgai penghindaran pajak (tax avoidance) yang
merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan
tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan
bukan penyelundupan pajak (tax evasion).”
Mangonting (1999) mengemukakan bahwa secara umum tax
planning didefinisikan sebagai proses mengorganisasi usaha wajib pajak
atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik
pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang
minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Noor et al. (2010) menjelaskan bahwa
perencanaan pajak diperbolehkan dalam undang-undang pajak karena
dianggap sebagai skema penghindaran pajak yang legal. Namun, tidak
semua perusahaan memiliki peluang yang sama untuk melaksanakan
perencanaan pajak. Itulah mengapa hanya beberapa perusahaan yang terlibat
sangat besar dalam perencanaan pajak, sementara yang lain terlibat
secukupnya. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan perencanaan pajak.

10

Selain itu, sifat kegiatan usaha juga mempengaruhi kesempatan bagi
perusahaan untuk terlibat dalam perencanaan pajak. Dengan demikian,
perusahaan dalam sektor yang berbeda mungkin terlibat secara berbeda
dalam perencanaan pajak.
Wahab dan Holland (2011) menyatakan bahwa secara tradisional,
perencanaan pajak dipandang sebagai mengarah ke peningkatan laba setelah
pajak dan karena itu berada di kepentingan para pemegang saham. Desai et
al. (2006) sebagaimana dikutip Wahab dan Holland (2011) memprediksi
bahwa perencanaan pajak akan dinilai negatif oleh pemegang saham dimana
tata kelola perusahaan yang lemah akan mengizinkan pernyataan yang
understatement terkait laba akuntansi. Ketika ketentuan tata kelola
perusahaan yang kuat, laba akuntansi yang understatement tidak mungkin
dilakukan dan karena itu perencanaan pajak tidak memberikan manfaat
pengalihan. Boylan (2010) menyimpulkan dalam penelitiannya bahawa
tingkat kepatuhan pembayar pajak dipengaruhi oleh situasi apakah
pembayar tersebut pernah mengalami pemeriksaan pajak, namun
pengaruhnya tergantung pada jumlah waktu dan usaha yang dibutuhkan
untuk menghasilkan penghasilan yang dikenakan pajak tersebut.
Secara umum motivasi manajemen dalam perusahaan melakukan
perencanaan pajak adalah untuk mengoptimalkan laba setelah pajak (after
tax return), sebab hasil tersebut dapat berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan atas tindakan operasi perusahaan untuk melakukan
investasi dengan cara menganalisa secara cermat dan memanfaatkan
peluang yang ada dalam ketentuan peraturan yang dibuat oleh pemerintah,
sedangkan motivasi utama dari implimentasi perencanaan pajak diantaranya
adalah dengan adanya perbedaan tarif pajak (tax rates), perbedaan dasar
pengenaan pajak (tax base) dan celah-celah perpajakan (loopholes).
Motivasi perecanaan pajak merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan
strategi perusahaan secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan kinerja
perusahaan.
Rasio Keuangan
Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, digunakan rasio
keuangan untuk menentukan tingkat likuiditas, profitabilitas, leverage dan
efesiensi perusahaan (Brealey et al. 2007). Rasio likuiditas adalah rasio
yang mengukur tingkat kemudahan sebuah perusahaan dalam memegang
kas dan memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimilikinya (Wild et al.
2003). Contoh rasio yang digunakan adalah Current Ratio (CR), Acid-test
Ratio (AR) dan lainnya.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat
pengembalian investasi perusahaan serta mengevaluasi marjin keuntungan
dari kegiatan operasi (Wild et al. 2003). Rasio inilah yang paling sering
dijadikan bahan rujukan bagi calon investor ataupun pemegang saham untuk
mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau untuk melepas investasi.
Contohnya adalah Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit

11

Margin (OPM), Pretax Profit Margin (PPM), Net Profit Margin (NPM),
dan lainnya
Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar beban
utang perusahaan. Melalui penggunaan rasio ini, pengguna laporan
keuangan dapat mengetahui seberapa beban keuangan yang harus
ditanggung oleh perusahaan (Brealey et al. 2007). Beberapa contoh rasio ini
adalah Debt Ratio (DR), Times Interest Earned Ratio, Cash Coverage Ratio,
dan lainnya.
Rasio efesiensi adalah rasio untuk mengukur produktivitas
perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya serta efektivitas dan
intensitas dari aktiva dalam menghasilkan peredaran usaha. (Brealey et al.
2007). Beberapa contoh rasio ini adalah Collection Period, Days to sell
Inventory, Inventory Turnover Ratio, dan lainnya.
Analisis Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan cara perhitungan rasio untuk mengevaluasi kinerja
operasional dan profitabilitas dari sebuah perusahaan. Kunci penting dari
perhitungan ini adalah identifikasi pengaruh potensial dari dilusi sekuritas.
Dilusi merupakan penurunan dalam EPS yang dihasilkan dari sekuritas yang
dapat dikonversikan ke dalam saham biasa. Pada perusahaan dengan
struktur modal sederhana, yang tidak memiliki sekuritas yang terdilusi,
perhitungan EPS diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut (Wild et al.
2003):
-----------------------------(1)
Sedangkan bagi perusahaan dengan struktur modal yang kompleks –
biasanya perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara publik di pasar
saham, yang memiliki sekuritas konvertibel, opsi dan waran, perhitungan
EPS adalah sebagai berikut:
Diluted EPS = Basic EPS - dampak opsi & waran terhadap EPS - dampak
sekuritas konvertibel terhadap EPS
atau
------------------------------------------------------------(2)
Dimana:
EAT
= Penghasilan Bersih disesuaikan dengan bunga (setelah dikurangi
pajak) dan preferen dividen pada sekuritas dilutif
WAOC = Weighted Average of Outstanding Stock (Rata-rata tertimbang
saham beredar termasuk sekuritas dilutif)
Perusahaan dengan struktur modal yang kompleks harus
melampirkan perhitungan Basic EPS dan Diluted EPS dalam laporan
keuangannya, sehingga pengguna laporan keuangan dapat mengetahui nilai
masing-masing rasio.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan EPS sangat
bervariasi dan membutuhkan data yang cukup dan valid, yang menjadi
tanggung jawab manajemen. Pengungkapan EPS membutuhkan sebuah

12

rekonsiliasi dari numerator dan denominator dari komputasi EPS diatas.
Melalui pengungkapan ini, pengguna laporan keuangan akan mendapatkan
gambaran mendalam terhadap struktur modal yang kompleks dari sebuah
perusahaan. Hambatan serius yang mungkin timbul dari perhitungan EPS
adalah (Wild et al. 2003):
1. Basic EPS tidak memperhitungkan efek dilusi dari opsi dan
waran,sehingga berpotensi untuk meningkatkan nilai EPS sekitar
10-20% dari nilai EPS yang sebenarnya.
2. Masih terdapat inkonsistensi dalam mempertimbangkan sekuritas
yang ekivalen dengan saham biasa dalam perhitungan EPS,
dengan tidak memasukkannya dalam modal pemegang saham.
3. Efek dilusi dari opsi dan waran tergantung pada harga saham.
Hal ini akan menimbulkan “efek sirkular”, dimana
pengungkapan EPS akan mempengaruhi harga saham yang pada
gilirannya, nanti akan mempengaruhi nilai EPS.
Wild et al. (2003) mengungkapkan bahwa proyeksi dari EPS tidak
hanya memperhitungkan pendapatan di masa depan, namun juga harga
saham di masa depan. Disisi lain, Hermi dan Kurniawan (2011)
menyimpulkan penelitiannya dengan pernyataan bahwa apabila EPS
mengalami peningkatan, maka harga saham dan return akan berkorelasi
positif sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan
pemegang saham.
Analisis Dupont : Pendekatan Integratif pada Analisis Rasio
Keown et al. (2005) menjelaskan bahwa analisis Dupont adalah
suatu metode yang dipergunakan untuk menganalisis profitabilitas
perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas. Komputasi analisis dupont
dimulai dengan formula Return On Equity (ROE).
------------------------------------------------------(3)
Kemudian analisis Dupont dilanjutkan dengan menelaah formula
ROE tersebut, untuk mendapatkan kaitannya dengan Return on Assets
(ROA).
-------------------------------------------(4)
Dimana ROA, dapat kita hitung dengan formula
--------------------------------------------------------(5)
Dari formula diatas, pengguna laporan keuangan dapat mengetahui
bahwa tingkat pengembalian ekuitas (ROE) adalah sebuah fungsi dari
seluruh profitabilitas perusahaan dan jumlah hutang yang digunakan untuk
membiayai aktiva.
Analisis Dupont dilanjutkan dengan menelaah lebih dalam tentang
ROA, dimana formula ROA dapat pula diperoleh dari perhitungan :

13

--(6)
---------------------------------------(7)
Sehingga untuk menghitung tingkat pengembalian ekuitas, pengguna
laporan keuangan dapat menggunakan formula berikut dalam analisis
Dupont.
-------------------------------(8)
-----------(9)
Dengan menggunakan analisis Dupont ini, memungkinkan pihak
manajemen untuk meneliti lebih jauh, faktor apa sajakah yang mendorong
tingkat pengembalian ekuitas, dan hubungan antara marjin laba bersih,
perputaran aktiva serta rasio utang. Analisis ini menyediakan petunjuk
untuk menentukan efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan dalam
rangka memaksimalkan tingkat pengembalian atas investasi pemilik
perusahaan. Berdasarkan analisi ini pula, pemilik maupun manajemen dapat
mengetahui mengapa tingkat pengembalian tersebut diterima.
Economic Value Added (EVA) dan Market value Added (MVA)
Keown et al. (2005) mendefinisikan Economic Value Added (EVA) atau
Tambahan Nilai Ekonomi (TNP) sebagai perbedaan antara laba operasi
bersih perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan beban modal pada suatu
periode tertentu. Hal ini daat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = Laba Operasi Bersih Setelah pajak (NOPAT) - [Biaya modal
tertimbang rata-rata(k wacc) ) x Modal yang ditanamkan(t-1) ] ----------------(10)
Hasil perhitungan ini akan memberikan pengukuran kontribusi operasi
perusahaan dalam periode tertentu terhadap nilai perusahaan. West dan
Worthington (1999) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa EVA masih
secara signifikan mempertimbangkan marjin dalam menjelaskan variasi
return pasar, yang sebagian besar dijelaskan oleh variabel laporan keuangan
yang umum tersedia. Hal ini akan mendukung kegunaan EVA untuk
pengukuran kinerja internal dan eksternal.
Sedangkan market value added (MVA) didefinisikan sebagai
perbedaan dalam nilai pasar dari sebuah perusahaan dan modal yang telah
diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. hal ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
----------(11)

14

Dimana nilai perusahaan adalah nilai pasar dari surat berharga hutang
dan ekuitas perusahaan yang beredar, sedangkan modal yang diinvestasikan
adalah seluruh dana yang telah diinvestasikan di dalam perusahaan.
Sedangkan Kamaludin dan Indriani (2012) memberikan definisi MVA
sebagai Nilai Tambah Pasar yang berasal dari pengurangan antara nilai
pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang diinvestasikan, dengan rumusan
sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Modal Ekuitas yang diinvestasikan oleh
investor
= (Saham beredar x harga saham)–(Total Ekuitas saham biasa) --(12)
Rasio Keuangan Lainnya
Formula rasio keuangan lainnya yang seringkali digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan antara lain;
Rasio Likuiditas
Quick Ratio (QR)

---------------------------------------(13)
Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin (NPM)
-------------------------------------------------(14)
Rasio Pengukuran Pasar
Price Earning Ratio (PER)

-------------------------------------------------(15)
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Basuki (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Reaksi Saham
Terhadap Rekomendasi Saham yang Dipulikasikan Harian Kontan Dalam
Rubrik “REKOMENDASI”” bertujuan untuk menguji pengaruh informasi
yang disampaikan melalui rubrik REKOMENDASI harian Kontan terhadap
pergerakan harga saham yang dianalisa pada rubrik tersebut dilakukan.
Hasilnya adalah terdapat dampak yang cukup signifikan antara harga ratarata saham yang muncul di pasar modal dan memberikan saran pada calon
investor
untuk
mempertimbangkan
rekomendasi
dari
rubrik
REKOMENDASI dalam menentukan emiten mana yang akan dibelikan
sahamnya. Penulis berpendapat bahwa penelitian sedikit relevan bagi
penelitian yang akan dilakukan, sebab terdapat transaksi pembelian yang
dipengaruhi oleh faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi saham.
Satjawidjaja (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Komparasi
Nilai Intrinsik Harga Saham PT Bank Bukopin Berdasarkan Laporan
Keuangan Tahun 2009-2010”, bertujuan untuk menganalisis harga saham

15

Bank Bukopin di pasar saham, dengan menentukan nilai intrinsik dari harga
saham di tahun 2009 dan 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
saham Bank Bukopin diusulkan untuk dibeli oleh para calon investor,
karena nilainya yang murah (undervalued) akibat perhitungan nilai intrinsik
yang dilakukan.
Anwar (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan dan Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Return
Saham” bertujuan untuk meneliti hubungan antara kinerja keuangan
perusahaan beserta kuali