Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Pada Private Label Foods (Studi Kasus Di Kota Bogor).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI
PADA PRIVATE LABEL FOODS
(Studi Kasus di Kota Bogor)

DHARMAWAN SANTOSO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruh Minat Beli pada Private Label Foods (Studi Kasus di Kota Bogor)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Dharmawan Santoso
H251150546

RINGKASAN
DHARMAWAN SANTOSO. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli pada
Private Label Foods (Studi Kasus di Kota Bogor). Dibimbing oleh MUKHAMAD
NAJIB dan JONO MINTARTO MUNANDAR.
Saat ini produk private label semakin populer di Indonesia. Berdasarkan
survei Nielsen (2012), pertumbuhan nilai jual Indonesia untuk private label
melampaui 20% selama tahun 2011. Pertumbuhan private label bersamaan dengan
perkembangan industri ritel moderen di Indonesia. Namun, persaingan produk
private label yang tinggi berpotensi memberikan kerugian kepada retailer.
Berdasarkan Kantar Wordpanel Total National Indonesia (2015), pertumbuhan
volume fast moving consumer goods dalam kategori makanan memiliki presentase
pertumbuhan yang paling rendah selama tahun 2015. Oleh karena itu, penelitian ini
mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk
private label khusus pada kategori makanan. Kota Bogor mengalami peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat selama 2011-2014. Selama tahun 2013,

pertumbuhan ekonomi Kota Bogor yaitu sebesar 5,86%. Hal ini menunjukan bahwa
pertumbuhan industri ritel di Kota Bogor berkembang pesat, sehingga penelitian ini
dilakukan di Kota Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi
karakteristik konsumen hypermarket, supermarket dan minimarket, 2) menganalisis
perbedaan variabel laten antara responden hypermarket, supermarket dan
minimarket, 3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli
konsumen terhadap food private label.
Penelitian dilakukan di 2 hypermarket (Giant Botani Square dan Hypermart
Ekalokasari), 2 supermarket (Superindo Jembatan Merah dan Griyamart Ciomas)
serta 2 minimarket (Alfamart Sindangbarang dan Indomaret Suryakencana).
Metode penarikan sampel yaitu quota sampling dan purposive sampling. Total
responden yang diperoleh yaitu sebanyak 274 orang. Alat analisis yang digunakan
yaitu analisis deskriptif, uji Mann Whitney dengan bantuan software SPSS 16 dan
Covariance Base Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software
LISREL 8.3.
Hasil menunjukan bahwa terdapat perbedaan karakteristik responden dari
segi demografi dan perilaku pembelian untuk segmen hypermarket, supermarket
dan minimarket. Berdasarkan hasil uji Mann Whitney menunjukan bahwa variabel
citra toko, persepsi risiko, persepsi variasi kualitas, kesadaran nilai, familiarity,
persepsi kualitas, private label attitude dan minat beli dipersepsikan berbeda antara

konsumen hypermarket, supermarket dan minimarket. Hasil analisis CB-SEM
menunjukkan bahwa hanya dua variabel yang berpengaruh secara langsung
terhadap minat beli konsumen yaitu product signatureness dan private label
attitude. Selanjutnya private label attitude juga dipengaruhi oleh keinovatifan
konsumen dan kesadaran nilai. Persepsi kualitas dipengaruhi oleh variabel ruang
rak, persepsi variasi kualitas dan familiarity. Selanjutnya persepsi risiko
dipengaruhi oleh variabel familiarity dan citra private label. Namun, persepsi
kualitas dan persepsi risiko tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli
konsumen.
Kata kunci: Mann Whitney, minat beli, private label, private label attitude, SEM

SUMMARY
DHARMAWAN SANTOSO. Factors Influencing Purchase Intention toward
Private Label Foods (Case Study in Bogor City). Supervised by MUKHAMAD
NAJIB and JONO MINTARTO MUNANDAR.
Nowadays private label products become popular in Indonesia. Nielsen
(2012) state that growth in private label sales Indonesia to exceed 20% in 2011.
Growth in private label rise with raising growth of the modern retail industry in
Indonesia. High competition in the private label product has the potential loss to the
retailer. Based on Kantar Wordpanel (2015), the volume growth of fast moving

consumer goods in the food products had the lowest percentage during 2015.
Therefore, this study examined the factors that influence consumer purchase
intention toward private label products, especially in the food product category.
Bogor city had raising economic growth during 2011-2014. Economic growth in
Bogor city was about 5,86% during 2013. It shows that the growth of retail industry
in Bogor city is increasing rapidly. Therefore this research was located in Bogor
city. The objective of this research are 1) to identify the characteristics of the
hypermarket, supermarket and minimarket respondent, 2) to analyze the
differentiation of latent-variables among hypermarket respondent, supermarket
respondent and minimarket respondent, 3) to analyze the factors that influence
consumer purchase intention toward food private label.
The location of this research were two hypermarkets (Giant Botani Square
and Hypermart Ekalokasari), two supermarkets (Superindo Jembatan Merah and
Griyamart Ciomas) and tow minimarkets (Alfamart Sindangbarang and Indomaret
Suryakencana). The sampling method were quota sampling and purposive
sampling. This research used 274 respondents. Descriptive analysis, Mann Whitney
test by SPSS 16 and Covariance Base Structural Equation Modeling (SEM) by
LISREL 8.3 software were used to perform data analysis.
The results showed that there were differentiations in respondents
characteristics in terms of demographics and buying behavior for the segment of

hypermarkets, supermarkets and minimarket. Mann Whitney test showed that the
variables of store image, perceived risk, quality variation, value consciousness,
familiarity, perceived quality, private label perceived attitude and purchase
intention had differentiation among respondent of hypermarket, supermarket and
minimarket. The result of CB-SEM analysis showed that only two variables that
directly affect consumer purchase intention, namely product signatureness and
private label attitude. Furthermore, private label attitude was influenced by
consumer innnovativeness and value consciousness. Perceived quality was
influenced by shelf space, quality variation and familiarity. Furthermore, the
perceived risk was influenced by familiarity and private label image. However,
perceived quality, and perceived risk did not has a significant influence on
consumer purchase intention.

Keywords: Mann Whitney, private label, private label attitude, purchase intention,
SEM

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI
PADA PRIVATE LABEL FOODS
(Studi Kasus di Kota Bogor )

DHARMAWAN SANTOSO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 sampai
September 2016 ini ialah minat beli, dengan judul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Beli pada Private Label Foods (Studi Kasus di Kota Bogor).
Lokasi penelitian dilakukan di Giant Botani Square, Hypermart Ekalokasari,
Superindo Jembatan Merah, Griyamart Ciomas, Alfamart Sindangbarang dan
Indomaret Suryakencana.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Mukhamad Najib, STP, MM
dan Bapak Dr Ir Jono M Munandar, MSc selaku pembimbing. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc selaku penguji
luar komisi serta Bapak Dr Ir Budi Purwanto, ME dan Ibu Dr Heti Mulyati, STP,
MT yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah (Bapak Edie Santoso), ibu (Ibu Lestari Sunarjo), Meilisa, serta seluruh
keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016
Dharmawan Santoso

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
4
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Industri Pasar Modern
Merek
Private Label
Citra Toko
Familiarity
Persepsi Risiko
Persepsi Kualitas

Citra Private Label
Ruang Rak
Product Signatureness
Persepsi Variasi Kualitas
Kesadaran Nilai
Keinovatifan Konsumen
Private Label Attitude
Minat Beli
Penelitian Terdahulu

4
4
5
5
6
7
8
8
9
9

9
9
10
10
11
12
13

3 METODE
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Kerangka Operasional
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Pengujian Kuesioner
Analisis Data

16
16
18
21
24
25
26
27

DAFTAR ISI (lanjutan)
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri Ritel Kota Bogor
Karakteristik Konsumen
Perbedaan Variabel Laten antara Hypermarket, Supermarket dan
Minimarket
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Private Label Makanan
Implikasi Manajerial

32
32
33
36
40
50

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

51
51
51

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

62

RIWAYAT HIDUP

72

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Perbedaan ritel kategori hypermarket, supermarket, dan minimarket
Definisi konseptual dan operasional variabel laten
Indikator pengukuran variabel laten
Top brand index industri ritel 2015
Sampel penelitian
Karakteristik konsumen hypermarket, supermarket, minimarket
Frekuensi berbelanja di setiap toko
Pengeluaran per bulan untuk produk private label
Ringkasan hasil uji Mann Whitney
Hasil uji validitas indikator
Hasil uji relibilitas
Hasil uji kelayakan model
Hasil analisis model struktural
Hasil pengaruh tidak langsung

4
21
24
25
26
33
35
36
36
40
41
43
43
49

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Model penelitian Jaafar et al. (2012)
Model penelitian Bao et al. (2010)
Model penelitian Dursun et al. (2011)
Model penelitian Wu et al. (2010)
Model penelitian Jin dan Suh (2005)
Model penelitian SEM
Diagram alir analisis data
Path diagram nilai loading factor
Path diagram nilai t-hitung

13
14
14
15
15
17
28
42
45

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Rangkuman Penelitian Terdahulu
Kuesioner Penelitian
Ringkasan Hasil Uji Validitas Korelasi Pearson
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbach
Hasil Uji Mann Whitney

62
64
67
68
69

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tren private label kini telah berkembang luas di Indonesia. Berdasarkan
survei yang dilakukan Euromonitor tahun 2011, semakin banyak konsumen
Indonesia yang menerima produk-produk private label. Hal ini disebabkan oleh dua
faktor. Faktor yang pertama yaitu terjadinya peningkatan permintaan dari
konsumen berpendapatan rendah hingga menengah terhadap produk private label
yang harganya lebih terjangkau. Faktor yang kedua yaitu meningkatnya jumlah
toko ritel moderen di banyak kota di Indonesia serta banyaknya promosi yang cukup
agresif dari pemilik bisnis ritel untuk mendorong jalur private label. Promosi yang
agresif ini mendorong pengenalan dan penerimaan yang lebih besar terhadap
produk private label oleh masyarakat (Matahari Departement Store 2012). Hasil
survei Nielsen (2012) juga menyebutkan bahwa presentase pertumbuhan nilai jual
Indonesia untuk private label melebihi 20% selama tahun 2011.
Pertumbuhan produk private label bersamaan dengan pertumbuhan industri
ritel moderen di Indonesia. Hal ini disebabkan private label menjadi salah satu
strategi yang digunakan oleh ritel moderen untuk saling bersaing dalam
meningkatkan pasar dan menyerap keuntungan lebih besar. Sebagai contoh, Hero
Supermarket mendapatkan kontribusi keuntungan sebesar 40% dari strategi
peluncuran private label yang dilakukannya (MakkiMakki Strategic Branding
Consultant 2013). Beberapa ritel moderen yang juga meluncurkan produk private
label yaitu Giant Supermarket, Carrefour, Alfamart, Indomart, Griya Mart,
Superindo, Hypermart, dan Lottemart.
Industri ritel moderen di Indonesia mengalami rata-rata pertumbuhan 10,8%
pada tahun 2015 dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di segmen minimarket
sebesar 11% dan supermarket/hypermarket sebesar 10,6%. Penjualan toko moderen
per kapita di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 60 dengan komposisi 56% di
minimarket dan 44% di supermarket/hypermarket. Ukuran pasar industri
minimarket di Indonesia mencapai sekitar 73 triliun rupiah dengan pertumbuhan
rata-rata tahunan sebesar 13,5% untuk periode 2012-2015. Persaingan yang ketat
juga terjadi di segmen minimarket dan supermarket/hypermarket. Alfamart
bersaing ketat dengan Indomaret. Sementara di segmen Hypermarket, Hero
bersaing ketat dengan Hypermart (Dunia Industri 2015).
Persaingan yang ketat diantara ritel moderen dalam peluncuran produk
private label dapat memberikan risiko kerugian bagi pemilik bisnis ritel. Terdapat
beberapa hal yang menjadi potensi kerugian bagi ritel moderen. Pertama,
peluncuran produk private label hadir untuk bersaing dengan produk merek
nasional yang telah ada, selanjutnya private label itu sendiri akan bersaing dengan
sesama produk private label lainnya. Kedua, alokasi pasokan produk private label
serta alokasi rak pemajangan produk private label yang kurang tepat akan menjadi
suatu risiko bagi pemilik bisnis ritel. Ketiga, produk private label yang hadir di
pasaran juga tentunya memiliki kelemahan akan kualitas yang lebih rendah
dibandingkan produk-produk merek nasional (Development Bank of Singapore
2015). Selain itu, Hadi (2009) memaparkan bahwa pada umumnya konsumen
sering berpindah-pindah produk private label yang dimiliki toko ritel lain. Hal ini

2
disebabkan konsumen yang membeli produk private label pada dasarnya adalah
pelanggan yang sensitif terhadap harga. Konsumen ini cenderung bukanlah
konsumen yang loyal terhadap satu merek tertentu.
Meskipun pertumbuhan penjualan private label di Indonesia cukup tinggi
dalam beberapa tahun terakhir, namun Nielsen (2014) menunjukkan bahwa
dibandingkan beberapa negara Asia lainnya, Indonesia merupakan negara yang
pertumbuhan private label share-nya paling rendah yaitu sebesar 0,6%. Sedangkan
private label share di Singapura sebesar 8,1%, Hong Kong sebesar 5,1%, India
sebesar 4,5%, Taiwan sebesar 3,1%, Tiongkok sebesar 1,3% dan Thailand sebesar
0,8%. Berdasarkan paparan yang telah diuraikan sebelumnya, maka para pemilik
usaha ritel moderen di Indonesia sangat memerlukan pengetahuan tentang faktorfaktor yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk private
label. Hal ini penting agar ritel moderen dapat terus mengembangkan produk
private label yang dipasarkan.
Produk private label yang diluncurkan ritel moderen pada umumnya berupa
Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Hal ini disebabkan umumnya harga
barang-barang tersebut relatif tidak mahal dan konsumen dapat mengonsumsinya
dengan segera, sehingga perputaran produk cukup cepat. Produk FCMG yaitu
produk barang eceran yang pada umumnya habis dikonsumsi pada periode waktu
yang singkat dalam kurun waktu satu hari, satu minggu, satu bulan dan satu tahun
(Moolla dan Bischoff 2012). Kantar Worldpanel Total National Indonesia
mendefinisikan bahwa barang-barang yang mencangkup FCMG yaitu produk
makanan, peralatan rumah tangga, dan perawatan tubuh. Pertumbuhan volume
FMCG sepanjang tahun 2015 menurut Kantar Wolrdpanel Total National Indonesia
(2015) yaitu kategori produk perawatan rumah mengalami pertumbuhan volume
sebesar 7%, produk perawatan pribadi mengalami pertumbuhan volume 2,5%,
produk makanan sebesar -4,9%, produk susu sebesar -2,3% dan produk minuman
sebesar -3,1%.
Berdasarkan data Kantar Wolrdpanel (2015) dapat diketahui bahwa produk
makanan memiliki tingkat pertumbuhan terkecil yaitu -4,9%. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 masalah penurunan minat beli oleh
konsumen Indonesia terhadap produk private label terjadi. Oleh karena itu, penting
bagi pemilik bisnis ritel moderen untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk private label.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor tahun 2016, terjadi
peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Bogor selama 2010-2014 (Website
Pemerintah Kota Bogor 2016). Tercatat pada tahun 2013, Kota Bogor memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,86% (BPS Kota Bogor 2015).
Pertumbuhan ekonomi yang baik mendorong perkembangan industri ritel moderen
Kota Bogor. Beberapa ritel yang telah ada di Kota Bogor yang berkategori
hypermarket yaitu Giant berjumlah lima gerai, Hypermart berjumlah satu gerai, dan
Lottemart berjumlah satu gerai. Kemudian, ritel berkategori Supermarket di Kota
Bogor yaitu Superindo Plaza Jembatan merah, Griya Mart Taman Pagelaran, serta
Supermarket ADA di Jalan Raya Pajajaran. Ritel dengan kategori minimarket
Alfamart dan Indomaret yang kini jumlahnya telah banyak di Kota Bogor (total
9800 gerai di Indonesia, 39% terdapat di Jabodetabek) (Sumber Alfaria Trijaya
2014). Beberapa ritel moderen tersebut menjadi top brand index untuk kategori ritel
hypermarket, supermarket dan minimarket 2013-2015 (Frontier Consulting Group

3
2015). Oleh karena itu, kajian penelitian ini perlu dilakukan terhadap masyarakat
Kota Bogor yang menjadi pengunjung ritel Hypermarket, Supermarket, dan
Minimarket di Kota Bogor.
Perumusan Masalah
Meningkatnya pertumbuhan private label di Indonesia serta pertumbuhan
industri ritel yang ikut meningkat menyebabkan adanya persaingan yang ketat
dalam peluncuran produk private label. Persaingan yang ketat jika tidak diantisipasi
oleh masing-masing ritel dengan strategi yang baik akan berpotensi ritel tersebut
kalah terhadap persaingan dan mengalami kerugian. Setiap ritel yang meluncurkan
produk private label diharapkan mengetahui karakteristik konsumen yang
melakukan pembelian terhadap produk private label. Selain itu ritel tersebut perlu
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen terhadap
produk private label. Dengan demikian, ritel tersebut dapat merumuskan strategi
yang tepat untuk menghadapi persaingan bisnis.
Jumlah penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
minat beli produk private label masih relatif sedikit. Selain itu, variabel yang diteliti
pengaruhnya terhadap minat beli juga masih sedikit. Bao et al. (2011) menguji
pengaruh variabel citra toko, product signatureness, persepsi variasi kualitas,
persepsi kualitas, nama merek dan kesadaran nilai pada minat beli private label.
Dursun et al. (2011) menguji pengaruh variabel familiarity, ruang rak, persepsi
risiko dan persepsi kualitas terhadap minat beli private label. Wu et al. (2011)
menguji pengaruh variabel citra toko, kualitas jasa, citra private label, persepsi
risiko dan kesadaran harga terhadap minat beli private label. Jin dan Suh (2005)
menguji pengaruh variabel kesadaran harga, kesadaran nilai, persepsi variasi
kualitas, keinovatifan konsumen dan private label attitude pada minat beli private
label. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu tersebut belum mengkaji produk
private label yang dimiliki oleh ritel kategori hypermarket, supermarket dan
minimarket secara bersama-sama.
Penelitian ini mengkombinasikan semua variabel dependen yang diuji
pengaruhnya terhadap minat beli private label dari penelitian-penelitian terdahulu.
Selanjutnya variabel dependen yang telah dikombinasikan diuji pengaruhnya
terhadap minat beli private label. Jenis ritel moderen di Indonesia terbagi dalam
tiga kategori yaitu hypermarket, supermarket dan minimarket. Selain itu, informasi
lainnya yang perlu diketahui adalah perbedaan persepsi konsumen terhadap
hypermarket, supermarket dan minimarket. Oleh karena itu perumusan masalah
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana karakteristik konsumen hypermarket, supermarket, dan minimarket?
2. Bagaimana perbedaan variabel-variabel citra toko, persepsi risiko, citra private
label, product signatureness, persepsi variasi kualitas, kesadaran nilai,
keinovatifan konsumen, familiarity, persepsi kualitas, private label attitude,
ruang rak dan minat beli yang dipersepsikan oleh konsumen hypemarket,
supermarket, dan minimarket?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli terhadap private label
kategori makanan?

4
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen hypermarket, supermarket, dan
minimarket.
2. Menganalisis perbedaan variabel-variabel citra toko, persepsi risiko, citra
private label, product signatureness, persepsi variasi kualitas, kesadaran nilai,
keinovatifan konsumen, familiarity, persepsi kualitas, private label attitude,
ruang rak dan minat beli yang dipersepsikan oleh konsumen hypemarket,
supermarket, dan minimarket.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli terhadap private
label kategori makanan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini ditujukan khususnya kepada perusahaan ritel yang
memasarkan produk makanan dengan merek yang diciptakan oleh perusahaan ritel
tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan pertimbangan
pemilik bisnis ritel moderen untuk merumuskan berbagai strategi dalam rangka
mengembangkan minat beli konsumen terhadap produk private label-nya.
Selanjutnya dalam bidang ilmu manajemen pemasaran, hasil penelitian ini
ditujukan untuk pengembangan pengetahuan mengenai minat beli konsumen
terhadap produk private label.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa batasan yaitu mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi minat beli pada private label kategori makanan. Penelitian ini
dilakukan pada enam tempat yaitu dua hypermarket (Giant dan Hypermart), dua
supermarket (Superindo dan Griya Mart), dan dua minimarket (Alfamart dan
Indomaret).

TINJAUAN PUSTAKA
Industri Pasar Moderen
Pada umumnya terdapat tiga kategori besar ritel di Indonesia yaitu
hypermarket, supermarket, dan minimarket. Perbedaan hypermarket, supermarket,
dan minimarket tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbedaan ritel kategori hypermarket, supermarket, dan minimarket
No Keterangan
Hypermarket
Supermarket
Minimarket
1 Luas lantai usaha > 5 000
4 000 – 5 000
Maksimal 400
(m2)
2 Luas lahan parkir Sangat luas
Medium
Kecil
3 Jumlah barang
>25 000 barang
5 000 – 25 000