Sustainable dry land agricultural management

PENGELOLAAN PERTANIAN LAHAN KERING
BERKELANJUTAN

ILAH LADAMAY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala
pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul: Pengelolaan Pertanian Lahan
Kering Berkelanjutan adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka dibagian akhir disertasi ini.
Bogor,


Februari 2010

Ilah Ladamay
NIM: 94538

ABSTRACT
ILAH LADAMAY, Sustainable Dry Land Agricultural Management
under direction of SOLEH SOLAHUDDIN, Alm. F. GUNARWAN SOERATMO
SEDIONO, SMP TJONDRONEGORO, NAIK SINUKABAN and SJAFRI
MANGKUPRAWIRO.
The aims of this research are to analysize the biophysics and socioeconomic technique management to encourage the creation of tie sustainable
agricultural system. Beside that, the usage of this study could show the
alternative’s way of biophysics (conservation) and socio-economic management,
so it can create the sustainable agricultural system. This research was done in
Southeast Sulawesi, Talumbinga village, Landono Kendari district. Generally
most of agriculture’s form in this area is dry land agricultural or known as arable
farming and there still done shifting cultivation. The approach of this research was
done two ways, thre are the approach to the ecology or biophysics and the
approach to the socio-economic.
The results indicated that biophysically the local farm-hand of shifting

cultivation has made the increase of land erotion, which could reach 130,9 ton per
year or 10,91 mm. whereas the conservation technique biophysically and socioeconomic are by the multiple cropping farm's pattern between beans and corn
(maise). This pattern could decrease the accelerate of erotion until 75% or become
round 23 ton per hectare per year or 1.97 mm per year.
To research the prosperity grade of farmers based on UMR standard, so the
pattern of multiple cropping between beans and corn (maise) have to be applied in
mixed farm enterprises, that is the farmer have to take care of livestock, such as
cows, and fruits plant like rambutan and durian. To achieve the income over the
UMR standard, so farmer need to be undersurveilance for 3-5 years intensively.
This is now the reason why farmer should move from dry- land farming to the
new pattern mentioned above.
The erosion level analysis is used to know growing pattern that gives
erosion level under ETOL, while financial analysis which uses net present value,
net B/C and IRR, is also used to know business feasibility of each growing
pattern.
The results of the research imply that the rate of erosion occur in advance of
growing season for all growing pattern, but two to three weeks after growing, each
pattern give different response. In many cases, growing pattern proceeded by
intercropping of paddy and corn resulting in higher erosion rate in comparison
with pattern which is proceeded by intercropping of cont and legumes. The total

erosion occurred on pattern with intercropping of paddy and corn range between
88.521 ton to 130.926 ton/year, or between 6,88 mm/year to 10,91 mm/year. All
is over tolerated erosion namely 5,2 mm/year.
Keywords: Environmental management, Dry Land Agricultural, biophysic and
socio-economic.

RINGKASAN
ILAH LADAMAY, Pengelolaan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan, di
bimbingan oleh SOLEH SOLAHUDDIN, Alm. F. GUNARWAN SOERATMO
SEDIONO, SMP. TJONDRONEGORO, NAIK SINUKABAN dan SJAFRI
MANGKUPRAWIRA.
Sistem pertanian lahan kering adalah suatu bentuk bercocok tanam, yang
kebutuhan air sangat bergantung pada curah hujan. Bentuk pertanian seperti ini
diidentifikasi sebagai bentuk pertanian yang sangat rentan terhadap faktor-faktor
pembatas seperti kesuburan tanah yang rendah, curah hujan terbatas dan peka
terhadap bahaya erosi. Kondisi seperti ini mengakibatkan petaninya dikategorikan
sebagai kelompok yang marginal secara sosial ekonomi. Pembatas sosial ekonomi
inilah yang menyebabkan peningkatan kesejahteraan mereka sangat lamban.
Bukan karena keterbatasan teknologi, tetapi karena penerapan teknologi secara
komprehensif dan aplikatif sangat terbatas.

Penerapan teknik konservasi bagi sebagian besar petani terutama petani
miskin dan marginal masih sangat terbatas. Keterbatasan ini karena masih kuat
anggapan mereka bahwa penerapan teknik konservasl hanya memberikan
tambahan kerja, tetapi tidak memberikan tambahan pendapatan. Anggapan ini
juga diperkuat dengan terbatasnya program diseminasi teknologi konservasi yang
benar-benar dapat merubah sikap dan perilaku petani, tetapi lebih cenderung
kepada progam yang berorientasi pada penyelesaian proyek.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis faktor-faktor pengelolaan biofisik
pertanian lahan kering berdasarkan analisis degradasi lahan dan analisis teknik
konservasi dalam rangka mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan, (2)
Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi ekonomi lingkungan berdasarkan
pendekatan nilai ekonomi total (NET) dan dilanjutkan dengan analisis investasi
untuk mendapatkan kelayakan secara finansial dan ekonomi lingkungan
berdasarkan alternative pengelolaan, untuk mendukung terwujudnya sistem
pertanian yang berkelanjutan,
Penelitian terhadap erosi dilakukan melalui pengukuran langsung di
lapangan dengan mengunakan petak standar dan bak erosi (soil collector). Tanah
yang terkumpul pada bak erosi dikeringkan dan ditimbang. Contoh tanah dari bak
erosi diambil dan dianalisis untuk mengetahui kandungan hara utama yaitu
nitrogran, phosphor dan kalium yang terkandung di dalamnya. Manfaat dan biaya

untuk setiap pola tanam dianalisis dan diperbandingkan dengan tingkat erosi yang
terjadi.
Analisis tingkat erosi digunakan untuk mengetahui pola tanam yang
memberikan tingkat erosi dibawah Etol, sedangan alisis finansil yang
menggunakan Net Present value, Net B/C, dan IRR, untuk mengetahui kelayakan
usaha dari masing-masing pola tanam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju erosi terjadi pada awal musim
tanam untuk semua pola tanam, tetapi dua hingga tiga minggu sesudah
penanaman masing-masing pola memberikan respon yang berbeda. Secara
keseluruhan pola tanam yang diawali dengan tumpang sari padi lading dan jagung
memberikan tingkat erosi lebih tinggi dibanding dengan pola tanam yang diawali
dengan tumpangsari jagung dan kacang-kacangam Total erosi yang terjadi pada

pola tanam yang diawali dengan tumpangsari padi ladang dan jagung berkisar
antara 88,521ton/tahun hingga 130,926 ton/tahun, atau antara 6,88 mm/tahun
hingga 10,91 mm/tahun. semuanya berada diatas erosi yang ditoleransi (Etol)
yaitu 5,2 m m/tahun.
Total erosi yang terjadi pada pola tanam yang diawali dengan tumpangsari
jagung dan kacang-kacangan lebih rendah dibanding pola tumpangsari jagung dan
padi ladang yaitu antara 16,931 ton/ha hingga 29,345 ton/ha atau antara

1,41mm/tahun hingga 2,45 mm/tahun, lebih kecil dari Etol. Kondisi ini
disebabkan oleh penutupan lahan yang baik oleh tanaman kacang-kacangan
terutama kacang-tanah. Erosi terendah pada pola tanam tumpangsari jagung dan
kacang tanah, dilanjutkan dengan kedele dan Mucuna sp, tetapi tidak sampai
panen ( tp).
Total manfaat masing-masing pola tanam dibedakan atas manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung terbesar diperoleh dari
pola tanam tumpangsari jagung dan kacang tanah yang dilanjutkan dengan kedele
dan Mucuna sp tidak panen (tp). Manfaat tidak langsung berasal dari sumbangan
unsur hara (N, P, K) dari biomas tanaman konservasi Flemengia congesto dan
Mucuna sp, yang dikonversikan ke nilai pupuk urea, TSP dan KCl. Total nilai
sumbangan tanaman konservasi dalam satu musim tanam adalah Rp. 2.802.300,Manfaat tidak langsung lainnya berasal dari nilai manfaat penurunan erosi dan
nilai keberadaan kehilangan produksi yang dapat dicegah.
Analisis terhadap biaya usahatani terdiri atas biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Total biaya langsung untuk pola tanam yang dicoba berkisar
antara Rp. 2.2.0.500, - hingga Rp. 3.426.000,- yang terdiri dari biaya pengolahan
lahan dan tanam, bibit, pupuk, obat-obatan, penyiangan serta panen. sedang biaya
tidak langsung dihitung atas dasar kehilangan unsur hara akibat erosi dari berbagai
pola tanam yang diterapkan. Total kehilangan unsur hara termasuk kehilangan
bahan organic berkisar antara Rp. 971.605,-/ha hingga Rp. 1.023.560,-/ha untuk

pola tanam yang diawali dengan tumpang sari padi lading dan jagung serta
Rp. 140.955,-/ha Rp. 248.215,-/ha untuk pola tanam yang diawali dengan
tumpangsari jangung dan kacang-kacangan.
Analisis financial dilakukan dengan menghitung rasio biaya manfaat secara
langsung dan tidak langsung. Hal ini ditujukan untuk memberikan gambaran
terhadap besarnya manfaat yang secara langsung diterima oleh petani, Sedang
rasio manfaat biaya secara tidak langsung menggambarkan tentang manfaatmanfaat lingkungan yang diperoleh. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola
tanam yang diawali dengan tumpangsari padi ladang dan jagung kemudian
dilanjutkan dengan penanaman Mucuna sp. hingga panen memberikan Net B/C
langsung terbaik yaitu 2,59. Sedang pola tanam yang diawari dengan tumpangsari
jagung dan kacang tanah kemudian dilanjutkan dengan Kedele dan Mucuna sp.
(tp), memberikan Net B/C tidak langsung terbaik yaitu 3,75.
Walaupun pola lokal dan pola tanam lainnya diawali dengan tumpangsari padi
lading dan jagung memberikan nilai Net B/C cukup baik, tetapi tingkat erosi yang
terjadi masih diatas nilai Etol. Kondisi ini tergambar juga pada Net B/C tidak
langsung yang cenderung lebih rendah dibanding pola lainnya. Bahkan dalam pola
lokal terlihat bahwa Net B/C tidak langsung lebih kecil dibanding dengan Net B/C
langsung.

Bila biaya rumah tangga petani dimasukkan kedalam struktur analisis

pendapatan usahatani maka nampak bahwa hasil yang dicapai dari tanaman
pangan saja tidak mencukupi. Untuk mencapai kebutuhan hidup layak (KHL)
pendapatan petani per tahun minimal Rp. 27.500.000,- atau Rp. 1.833.000,- per
bulan. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan mix farmning dengan
mengusahankan ternak sapi, ayam dan buah-buahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setelah tiga tahun pelaksanaan mix farming pendapatan
petani dapat mencapai Rp. 31.250.000,- pertahun atau rata-rata Rp. 2.604.000 per
bulan.
Untuk mencapai tingkat pendapatan petani diatas nilai KHL tidaklah mudah
karena masih ada sejumlah permasalahan social budaya seperti masih perlu
adanya perubahan sikap dari peladang ke petani menetap juga perubahan orientasi
usaha dari untuk memenuhi kebutuhan sendiri mejadi usaha yang komersil,
termasuk di dalamnya bagaimana mempertahankan kelangsung produksi agar
tetap tinggi dan berkelanjutan. Untuk mencapai perubahan sebagaimana
diharapkan maka perlu dilakukan pola pendekatan pembangunan melalui
pemberdayaan masyarakat, penyuluhan dengan pendekatan enam aktor
pembangunan dan pendekatan yang partisipatif dalam membangun program
pembangunan berkelanjutan.

Kata kunci : Pengelolaan Lingkungan ,Pertanian Lahan Kering, Biofisik dan

Sosial Ekonomi

©Hak cipta milik IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

PENGELOLAAN PERTANIAN LAHAN KERING
BERKELANJUTAN

ILAH LADAMAY

Disertasi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Doktor Pada
Program Sudi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul Disertasi

: Pengelolaan Lingkungan
Berkelanjutan

Nama

: Ilah Ladamay

NIM

: 94538


Pertanian

Lahan

Kering

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Soleh Solahuddin, M.Sc
Ketua

Prof. Dr. Ir. F. G. Soeratmo, MF
Anggota

Prof. Dr. SMP. Tjondronegoro
Anggota

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban
Anggota

Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S. Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar. Notodiputro, M.S.

Tanggal Lulus :

Tanggal Ujian :31 Januari 2002

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmatNya
penelitian dengan judul Pengelolaan Lingkungan Pertanian Lahan Kering
Berkelanjutan ini dapat kami selesaikan dan disajikan dalam disertasi.
Kesemuanya ini berkat dorongan komisi pembimbing, keluarga dan teman
sejawat. Berkenan dengan itu, kami menghaturkan terima kasih yang tak
terhingga kepada .
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Soleh Solahuddin, Ketua Komisi Pembimbing, Bapak
Alm. Prof. Dr. Ir. F.G. Soeratmo, Bapak Prof.Dr. SMP Tjondronegoro, Bapak
Prof.Dr.lr. Naik Sinukaban, Bapak Prof. Dr.Ir. Sjafri Mangkuprawira, sebagai
Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan dorongan, saran,
arahan serta petunjuk sejak penyusunan rencana penelitian hingga penulisan
disertasi ini.
2. Direktur Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah
memberikan kesempatan kepada kami mengikuti program Doktor (S3) pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
3. Bapak Rektor Universitas Haluoleo dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Haluoleo yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti
Program Doktor (S3) pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
4. Ibu Mette Jansen, Program Coordinator Government UNDP, Bapak Ir. Jusuf
Widodo (National Program Director) BUILD-UNDP, Bapak Paul Sutmuller
(Chief Technical Assistant) BUILD-UNDP, Bapak Kismet Kosasih (National
Program Manager) BUILD-UNDP, Bapak H. Masyhur Masie Abunawas
(Walikota Kendari), yang telah memberikan waktu, kesempatan dan fasilitas
untuk menyelesaikan pendidikan, selama kontrak kami dengan program
BUILD-UNDP.
5. Bapak Dr. Suwardjo dan Bapak Drs. Suleman, yang telah memberikan
rekomendasi dan bantuan serta dorongan moril sehingga kami dapat
menyelesaikan pendidikan pada Program Doktor (S3) pada Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
6. Bapak Sekarmika yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melakukan pengujian pada lahan usahataninya serta membantu kami dalam
pelaksanaan teknis dan pengawasan penelitian kami di Desa Talumbinga
Kecamatan Landono Kabupaten Kendari.
7. Rekan-rekan Ir. Marzuki Iswandi, M.Si., Ir. Lukman Yunus. M.Si., Ir. La Ode
Sabaruddin,M.si., M. Ilyas, SE., Drs. Awaluddin, Ir. Benny M. Chalik, M.Si.,
yang telah memberikan bantuan teknis, saran dan nasehat selama penelitian
dan penulisan disertasi ini.
8. Khusus kepada Bapak OMN. Ali Ladamay (almarhum), Ibunda Ny. Rapidjah
(almarhumah), Bapak Mertua H. Abd. Gani (almarhum) dan Ibu Mertua Hj.
St. Hunah dan seluruh sanak keluarga yang senantiasa memberikan dorongan
dan nasehat.

9. Istri tercinta Ir. Hj. Masyhura dan anak-anak tercinta, Muh. Rifai, Meryam
Faradibah. Mariana Filda Fadilah, Maisun Fatin Fatimah dan Muh. Fikran,
atas semua pengorbanan, pengertian, perhatian dan dorongan, sehingga kami
dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Akhirnya semoga disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang
memerlukan dan berguna dalam pembangunan masyarakat serta pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, Amin.

Bogor,

Februari 2010

Ilah Ladamay

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanah Merah (Boven Digul) Papua, pada tanggal 18
November 1958. Ayah bernama OMN. Ali Ladamay (wafat 25 Juni 1978) dan Ibu
bernama Rapijah Laduani (wafat 24 Februari 1984).
Menyelesaikan Sekolah Dasar pada tahun l97l di Merauke dan
menyelesaikan Sekolah Teknik Jurusan Mesin pada tahun 1974 juga di Merauke.
Pada tahun 1979 lulus STM Pembangunan di Ujung Pandang dan lulus pada tahun
1980 lulus SMA Muhammadyah di Kendari. Pada tahun 1986 menyelesaikan
pendidikan Sl pada Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas
Haluoleo. Pada tahun 1994 mengikuti pendidikan program Doktor (S3) pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor jurusan Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan.
Menikah pada tanggal 4 April tahun 1987, dengan Masyhura Latief, lahir
10 April 1962 di Kobaena Sulawesi Tenggara. Dikaruniai lima orang anak yaitu
Muhammad Rifai (lahir 29 Desember 1987), Meryam Faradibah (lahir 22 Maret
1990), Mariana Filda Fadilah lahir l0 Januari 1992), Maisun Fatin Fatimah (lahir
6 Januari 1998) dan Muhammad Fikran (lahir 30 Januari 2000).

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xvii

PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................................
Permasalahan ...............................................................................................
Kerangka Pemikiran ....................................................................................
Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................................
Hipotesis ………………………………………………………………….

1
5
5
10
10

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................

11

Konservasi Lahan Kering ............................................................................
Prediksi Erosi ..............................................................................................
Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan ............................
Analisis Pendapatan ....................................................................................
Analisis Investasi .........................................................................................
Analisis Agrosistem Rumah Tangga Petani ................................................

11
15
22
25
26
28

GAMBARAN UMUM WILAYAH ................................................................

32

Wilayah Sulawesi Tenggara ........................................................................
Letak dan Administrasi Wialayah ..........................................................
Keadaan Geografis .................................................................................
Keadaan lklim .........................................................................................
Demografi ..............................................................................................
Penggunaan Lahan ..................................................................................
Produksi Pertanian dan Kehutanan ........................................................
Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................
Tanah ...............................................................................................
Iklim.................................................................................................
Penggunaan Lahan...........................................................................
Mata Pencaharian ............................................................................
Pendapatan .......................................................................................
Kondisi Sosial Budaya.....................................................................

32
32
32
32
33
33
33
36
36
36
37
37
38
38

METODE PENELITIAN .................................................................................

39

Unit Penelitian .............................................................................................
Waktu Penelitian .........................................................................................
Alat dan Bahan ............................................................................................
Metode Pendekatan Penelitian ....................................................................
Rancangan Penelitian ..................................................................................

39
39
39
40
42

xii

Metode Analisis ...........................................................................................

44

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

52

Analisis Biofisik Lahan ...............................................................................
Analisis Degradasi Lahan ............................................................................
Analisis Penerapan Teknik Konservasi .......................................................
Analisis Ekonomi ........................................................................................
Analisis Manfaat Langsung .........................................................................
Analisis Manfaat Tidak Langsung .............................................................
Analisis Biaya .............................................................................................
Analisis Investasi .........................................................................................
Analisis Rasio Manfaat Biaya ....................................................................
Analisis Nilai Sekarang Bersih....................................................................
Analisis Agrosistem Rumah Tangga Petani dalam Pertanian
Berkelanjutan...............................................................................................
Analisis Kelayakan Kehidupan Rumah Tangga Tani Berdasarkan
Kebutuhan Hidup Layak .............................................................................
Analisis Perubahan Sosial Petani Lahan Kering .........................................
Pemberdayaan Petani ..............................................................................
Penyuluhan .............................................................................................
Pendekatan Pembangunan ......................................................................

52
52
54
59
59
60
63
65
66
68

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

86

Kesimpulan ..................................................................................................
Saran ............................................................................................................

86
87

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

88

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................

92

xiii

68
70
74
75
78
84

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Data penerapan teknik konservasi, produksi dan tenaga kerja yang
dipergunakan dalam penerapan konservasi di DAS Brantas................

14

2

Taksonomi teknik penilaian yang relevan ……… ...............................

24

3

Curah hujan dilokasi penelitian desa Talumbinea dan penakar hujan
terdekat desa Mowila ……………………………… ..........................

41

4

Pengaruh berbagai pola tanam terhadap erosi ......................................

53

5

Jumlah hasil kandungan unsur hara (N, P, K) dalam biomas
Mucuna sp dan Flemengia Congesta (kg) ………….. .........................

58

6

Produksi jenis tanaman berdasarkan pola tanam..................................

59

7

Manfaat langsung tanaman berdasarkan pola tanam............................

60

8

Nilai kesetaraan sumbangan unsur hara dari masing-masing
tanaman …………………………………………… ...........................

61

Nilai manfaat tidak langsung pengurangan erosi akibat penerapan
teknik konservasi terhadap pola lokal ……… .....................................

62

10 Nilai manfaat tidak langsung untuk nilai keberadaan berdasarkan
penurunan produksi pola tanam yang di rancang terhadap
pola lokal …………………………………………. ............................

63

11 Uraian biaya penerapan konservasi melalui pengaturan pola tanam
dalam satu tahun …………………………… .....................................

64

12 Analisis kehilangan unsur hara pada berbagai pola tanam...................

65

13 Manfaat langsung bersih dan manfaat tidak langsung
bersih penerapan teknik konservasi …………….................................

66

14 Analisis ratio manfaat dan biaya langsung serta manfaat dan
biaya total ……………………………………………….. ..................

67

15 Hasil bersih pendapatan usahatani sesudah biaya rumah tangga .........

69

16 Kondisi ekonomi dan ekologi analisis pengelolaan pertanian lahan
kering berdasarkan indikator biofisik dan sosial ekonomi ...................

70

9

xiv

17 Kondisi penerimaan rumah tangga tani melalui diversifikasi
komoditas ……………………………………… ................................

72

18 Perbandingan aktivitas antara sistem perladangan dan sistem
pertanian berkelanjutan …………………………… ...........................

79

19 Obyek dan pesebaran lokasi penelitian pengembangan pertanian
yang dilakukan BPTP di Sulawesi Tenggara………………………...

81

xv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Diagram kerangka pikir keterkaitan permasalahan usahatani
tanpa memperhatikan keberlanjutan dan faktor-faktor yang
menjadi fokus pengkajian …………………. ...............................

9

Bagan alur analisis pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan…………………. …………………. ......................

10

Grafik estimasi kehilangan produksi jagung pada studi
kasus kurva …………………. …………………………………..

15

4

Skema Persamaan USLE ……………………………… ..............

20

5

Pengelompokan atribut nilai ekonomi untuk penilaian
lingkungan …………………………………….. ..........................

23

6

Diagram input-output sistem perladangan di Sulawesi Tenggara

29

7

Denah pengujian lapang………………………….. ......................

43

8

Hubungan laju erosi dan curah hujan per bulan untuk setiap
pola tanam …………………………………………………. .......

55

9

Grafik komulatif eroasi yang terjadi sepanjang musim tanam ......

56

10

Diagram sistem pertanian berkelanjutan ……….. ........................

73

11
12

Pelibatan petani, penyuluh dan peneliti
Pelibatan
petani,
penyuluh
dan
peneliti
dalam
demplot/demfarm ……………………………………………….

82

Bagan model interaksi enam aktor penyuluh pertanian ................

92

2

3

13

xvi

83

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Nilai faktor C dari berbagai tanaman dan pengelolaan atau tipe
penggunaan lahan ………………………….………………………

101

2

Nilai faktor C beberapa macam tanaman di afrika barat ………….

103

3

Faktor penggunaan teknik konservasi tanah ………… ......................

104

4

Faktor kedalaman tanah dari berbagai jenistanah ...............................

106

5

Kedalaman tanah minimum yang dapat diterima dan nilai faktor
penggunaan lahan dari berbagai jenis tanaman penggunaan
lahan ………………………………………………. ..........................

107

6

Analisis kehilangan unsur hara pada berbagai pola tanam..................

109

7

Produksi jenis tanaman berdasarkan pola tanam ................................

109

8

Nilai manfaat langsung dari masing-masing pola tanam ....................

110

9

Nilai manfaat tidak langsung pengurangan erosi akibat penerapan
teknik konservasi terhadap pola lokal……………… .........................

110

Nilai manfaat tidak langsung untuk nilai keberadaan penurunan
produksi …………………………………… .....................................

111

Uraian biaya penerapan teknik konservasi berdasarkan pola
tanam ……………………………………….. ....................................

111

12

Analisis nilai kehilangan unsur hara pada berbagai pola tanam .........

112

13

Nilai manfaat langsung bersih dan manfaat tidak langsung bersih
penerapan teknik konservasi ……………….. ....................................

112

Analisis rasio manfaat dan biaya langsung serta manfaat dan biaya
total pada berbagai pola tanam …………….. .....................................

113

15

Hasil bersih pendapatan pada berbagai pola tanam ............................

113

16

Kondisi ekonomi dan ekologi analisis pengelolaan pertanian lahan
kering berdasarkainn dikator biofisik dan sosial ekonomi pada
berbagai pola tanam ………………………………. ..........................

114

10

11

14

xvii

17

Analisis finansial pola tanam 1 …………………. .............................

115

18

Analisis finansial pola tanam 2 …………………. .............................

116

19

Analisis finansial pola tanam 3 …………….……………………….

117

20

Analisis finansial pola tanam 4 ………………… ..............................

118

21

Analisis finansial pola tanam 5 …………………. .............................

119

22

Analisis finansial pola tanam 6 ………………… ..............................

120

xviii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pertanian lahan kering adalah merupakan suatu bentuk bercocok
tanam diatas lahan tanpa irigasi, yang kebutuhan air sangat bergantung pada curah
hujan. Bentuk pertanian seperti ini disebut tegalan, ladang dan huma, umumnya
tersebar di kawasan hutan hujan tropika. Ciri penting dari sistem pertanian ini
adalah ketergantungannya yang tinggi pada kondisi iklim terutama curah hujan
dan dalam pengelolaannya kondisi lahan relatif terbuka sepanjang tahun.
Kondisi lahan seperti ini ditambah dengan curah hujan yang tinggi,
menyebabkan lahan-lahan pada sistem pertanian ini sangat peka terhadap erosi
dan pencucian hara. Disamping itu pengangkutan sisa-sisa tanaman keluar
usahatani dan cara pembersihan dengan pembakaran semakin mempercepat laju
penurunan kualitas lahan. Cara pengelolaan seperti ini sangat merusak, sehingga
mempercepat meluasnya lahan kritis.
Umumnya kerusakan lahan di Indonesia terjadi akibat penggunaan lahan
secara intensip tanpa tindakan konservasi yang memadai. Belum diterapkannya
teknik konservasi pada lahan pertanian cenderung disebabkan oleh faktor sosial
ekonomi dan budaya serta kesadaran petani yang rendah. Penerapan teknik
konservasi bagi petani marginal dianggap sebagai suatu tambahan kerja dan tidak
memberikan tambahan pendapatan secara langsung. Hal ini sebenarnya suatu
persepsi yang keliru.
Kekeliruan persepsi ini terutama disebabkan karena pengetahuan tentang
penerapan teknik konservasi masih rendah, termasuk pengetahuan terhadap
kondisi biofisik lahan. Diketahui bahwa sebagian besar tanah di kawasan hutan
hujan tropika terdiri dari jenis podsolik merah kuning yang peka tehadap erosi dan
tingkat kesuburan tanah rendah (Foth 1991).
Sinukaban (1994) mengemukakan bahwa petani miskin di lahan yang
miskin akan terus saling memiskinkan kalau faktor-faktor penyebabnya tidak
dibenahi. Situasi pertanian di daerah yang demikian biasanya terkesan gerah, tidak
teratur dan tidak produktif. Keadaan seperti ini hampir dapat dijumpai di seluruh
Indonesia terutama pada kawasan pertanian dengan sistem pertanian lahan kering.

2

Kondisi pengelolaan lahan yang demikian akan semakin memperluas terjadinya
lahan kritis dan kesenjangan sosial masyarakat.
Data statistik Indonesia (1990) menunjukkan bahwa pada tahun 1985
lahan kritis di Indonesia seluas 5.294.051 hektar, meningkat menjadi 12.905.600
hektar pada tahun 1989 atau meningkat sebesar 143 persen, dengan penyebab
utama adalah lahan-lahan bekas tegalan, ladang dan huma. Jumlah ini belum
termasuk lahan yang tidak dimanfaatkan seluas 111.000 hektar dan lahan-lahan
pertanian tanpa irigasi lainnya seluas 13.110.503 hektar, yang potensil menjadi
kritis karena dikelola tanpa konservasi. Pertambahan luas lahan kritis paling
banyak terjadi di Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. Menurut Baharsjah
(1994) luas lahan tidak produktif di Indonesia 38 juta hektar atau 20 persen dari
luas daratan Indonesia.
Sedang pada tahun 2007, luas lahan kritis bertambah menjadi 77,8 juta ha,
(Dirjen RPLS) meningkat sangat tajam dibanding 1989. Pertambahan lahan kritis
ini

terjadi akibat pengelolaan pertanian dan penggundulan hutan. Motif

pertambahan luas lahan kritis dalam satu decade terakhir ini telah bergeser dari
penggunaan lahan untuk pertanian tanpa konservasi ke penebangan hutan untuk
produksi kayu, usaha-saha kehutanan seperti Hutan Tanaman Industri dan
pertambangan. Aktivitas pembukaan lahan dalam skala besar tanpa diikuti dengan
rehabilitasi lahan memberikan ancaman yang lebih serius terhadap konservasi
tanah dan air di Indonesia.
Pengelolaan usaha tani yang baik harus dapat memberikan produksi yang
cukup tinggi bagi petani secara terus-menerus. Hal ini dapat dicapai bila erosi
yang terjadi pada lahan usahatani masih berada dibawah besarnya erosi yang
dapat ditoleransikan Etol (Sinukaban 1994). Dikemukakan pula bahwa
pengelolaan usahatani dengan erosi yang lebih kecil dari Etol dapat dicapai
dengan beberapa cara antara lain melalui pemilihan dan rotasi komoditas
pertanian secara tepat, penggunaan mulsa, pembuatan teras dan lain-lain.
Pemilihan dan rotasi tanaman secara tepat merupakan salah satu alternatif yang
menguntungkan karena dapat meningkatkan produktivitas lahan, permukaan tanah
tertutup sepanjang tahun, dan tanah terhindar dari energi kinetik air hujan yang
merusak serta pengaruh iklim lainnya.

3

Arsyad (1989) mengemukakan bahwa penentuan erosi yang dapat
ditoleransikan perlu karena tidaklah mungkin menekan laju erosi menjadi nol dari
tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah-tanah yang
berlereng. Akan tetapi suatu kedalaman tanah tertentu harus dipelihara agar
terdapat suatu volume tanah yang cukup dan baik bagi tempat berjangkarnya akar
tanaman dan untuk tempat penyimpanan air serta unsur hara yang diperlukan bagi
tanaman. Oleh karena itu suatu lahan yang dimanfaatkan harus dapat diprediksi
besarnya erosi yang terjadi, agar dapat dilakukan berbagai tindakan konservasi.
Salah satu metoda prediksi erosi adalah model kotak kelabu untuk bidang
tanah dengan ukuran standar yang dikembangkan oleh Wischmeimer dan Smith
(1978) dikenal dengan the Universal Soil Loss Equation atau USLE. Persamaan
ini adalah A = R K L S C P, dimana A = besarnya tanah tererosi, R = faktor
erosivitas hujan, K = erodibilitas tanah,

L = panjang lereng, S = kecuraman

lereng, C = faktor pengelolaan tanaman,

dan P = faktor pengelolaan tanah.

Faktor- faktor RKLS merupakan faktor-faktor yang bersifat tetap, sedang faktor C
dan P merupakan faktor pengelolaan yang dapat dimanipulasi.
Berdasarkan persamaan diatas, maka nilai faktor C dan P merupakan nilai
faktor yang berhubungan erat dengan tindakan konservasi yang dilakukan. Karena
RKLS adalah faktor-faktor yang bersifat tetap yang mempengaruhi besarnya
erosi. Semakin kecil nilai faktor C dan P, erosi yang terjadi akan semakin rendah,
berarti penerapan konservasi semakin baik. Atau dengan kata lain penerapan
konservasi yang baik harus dapat menekan erosi sekecil mungkin sekaligus
memberikan produksi pertanian yang tinggi secara terus-menerus.
Saat ini teknologi konservasi yang sesuai untuk sistem pertanian lahan
kering di Indonesia telah cukup berkembang. Metoda pendekatan secara rnekanik,
kimia dan vegetatif telah banyak diternukan, tetapi masih terbatas pada pengujian
demplot. Ditingkat petani belum banyak berkembang, kalaupun ada umumnya
dalam bentuk proyek pemerintah. Hambatan ditingkat petani bukan saja
disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi yang rendah, tetapi petani tidak
merasakan manfaat langsung dari penerapan teknik konservasi. Bahkan ada
anggapan bahwa penerapan teknik konservasi tidak memberikan hasil, malah

4

sebaliknya memberikan tambahan kerja dan biaya. Anggapan seperti ini karena
terbatasnya modal dan tenaga kerja dikalangan petani lahan kering.
Dengan ketersediaan tenaga kerja rata-rata 2,8 HKP (hari kerja pria), per
hari per keluarga (di Sulawesi Tenggara) (Djuhumria l988), maka luas lahan yang
dapat diolah untuk satu musim tanam rata-rata 0,7 hektar dari luas pemilikan 2-3
hektar.
Di Sulawesi Tenggara ketersediaan tenaga kerja bagi sebagian besar
peladang adalah 2,8 HKP (hari kerja pria) perhari per keluarga, dengan
kemampuan olah lahan 0,7 hektar dari luas pemilikan lahan 2 – 3 hektar.
(Dujuhumria 1988). Sedang di Lampung satu keluarga transmigrasi memiliki
tenaga kerja per hari per keluarga 1,75 HOK (hari orang kerja), kemampuan olah
lahan antara 0,5 - 0,75 hektar dari luas pemilikan lahan pertanian 1,75 hektar,
Nasendi dan Anwar (1985). Sedang menurut Juwanti et al. (1992) dan Sinukaban
(1994) mengemukakan bahwa luas usahatani petani di DAS Jratunseluna dan
Brantas memiliki lahan bervariasi dari 0,30 - 1,1 hektar, dengan luas pengusahaan
rata-rata oleh setiap petani berkisar dari 0,358 - 0,770 hektar. Kemampuan
pengelolaan lahan yang terbatas juga disebabkan karena faktor penguasaan
teknologi, modal dan lain-lain.
Harijaya (1995) mengemukakan adanya anggapan klasik sebagian besar
petani di Indonesia bahwa tanah-tanah disini cukup subur dan dapat dipergunakan
sepanjang masa tanpa memerlukan perlakuan yang teratur. Anggapan seperti ini
juga merupakan kendala dalam menerapkan teknik konservasi di tingkat petani,
Persepsi yang keliru inilah juga merupakan penyebab tidak berkembangnya teknik
konservasi di kalangan petani.
Dalam memberikan arahan tepat dalam pembenahan faktor-faktor fisik
lahan melalui penerapan teknik konservasi, perlu diikuti dengan analisis sosial
ekonomi. Kendala-kendala seperti biaya, tenaga kerja dan pola tanam perlu
diperhitungkan. Dalam konteks ini sistem pengelolaan usahatani dapat di dekati
dengan melakukan analisis investasi atau analisis proyek (Gittinger 1982). Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara holistic terhadap pengelolaan
pertanian lahan kering.

5

Dengan Demikian pertimbangan-pertimbangan biofisik dan sosial
ekonomi harus dianalisis secara bersamaan dan simultan. Disinilah diperlukan
pendekatan yang konprehensif dalam pengembangan suatu analisis cara bertani di
lahan kering secara berkelanjutan.

Permasalahan
Permasalahan pokok dalam pengembangan pertanian lahan kering saat ini
adalah belum optimalnya.penggunaan lahan baik secara biofisik maupun sosial
ekonomi dalam rangka penyelenggaraan sistem pertanian yang berkelanjutan.
Secara rinci pernyataan permasalahan dalam mengoptimalkan penggunaan lahan
kering baik secara biofisik dan sosial ekonomi adalah:
1. Bagaimana mengembangkan suatu sistem pengelolaan tanah dan tanaman
melalui

penerapan

prinsip-prinsip

konservasi

secara

optimal

untuk

mendapatkan tingkat pengelolaan biofisik lahan terbaik dalam rangka
pelaksanaan sistem pertanian lahan kering berkelanjutan,
2. Bagaimana kombinasi pengelolaan tanah dan tanaman dengan prinsip –
prinsip konservasi berdasarkan kriteria sosial ekonomi, agar dapat
memberikan hasil yang optimal.
3. Bagaimana mengelola pola pertanaman (diversifikasi usahatani) secara layak
agar dapat memberikan manfaat terhadap perbaikan biofisik lahan dan
pendapatan petani.
4. Bagaimana mengembangkan konsep keterpaduan secara biofisik dan sosial
ekonomi untuk mendukung sistem pertanian yang berkelanjutan.

Kerangka Pemikiran

Sistem pertanian berkelanjutan dapat dicapai apabila kondisi biofisik lahan
terpelihara dengan baik sehingga memungkinkan produktivitas lahan tetap tinggi
dan dapat memberikan pendapatan yang layak bagi petani. Hubungan antara
terpeliharanya biofisik lahan dan peningkatan pendapatan harus berjalan secara
paralel, karena produksi pertanian dapat meningkat bila tanaman mendapatkan
media tumbuh yang baik. Dilain pihak kondisi biofisik lahan dapat terpelihara

6

dengan

baik

jika

petani

memiliki

kesadaran

dan

kemampuan

untuk

memperbaikinya serta adanya insentif untuk memelihara kondisi biofisik lahan,
berdasarkan metode yang benar yang mereka anut.
Metode untuk mempertahankan kondisi biofisik lahan terutama pada
pertanian lahan kering mutlak diperlukan. Derajat kebutuhannya bukan hanya
berkaitan dengan pengetahuan teknik konservasi tetapi juga kesadaran ancaman
degradasi lahan akibat salah kelola. Artinya mereka harus paham bahwa lahan
yang dikelola perlu terus dijaga karena dengan demikian akan menjamin
kelangsungan usahanya. Sebaliknya akibat salah kelola akan merugikan mereka
secara langsung, termasuk masyarakat di luar sistem pertanian yang terkena
dampak secara langsung misalnya akibat erosi, maupun yang bergantung pada
produksi pertanian.
Kerusakan lahan juga tidak hanya bersifat in-situ, tetapi juga memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan sekitar lahan yang tererosi bahkan sampai
pada radius yang sangat luas (ex-situ). Kondisi seperti ini dapat terjadi sesuai
bentuk kawasan daerah aliran sungai. Kerusakan yang terjadi secara in-situ
maupun ex-situ kedua-duanya berakibat kerugian baik secara fisik maupun sosial
ekonomi. Oleh sebab itu petani merupakan aktor kunci yang perlu diberdayakan
dan ditingkatkan pengetahuan, keterampilan, pendapatan serta memberikan
insentif lainnya, sehingga mereka mau menerapkan teknik-teknik konservasi dan
menjadi bagian dari kebiasaannya.
Program konservasi seperti Upland Agriculture and Conservation Project
(UACP), di DAS Jratunseluna dan Brantas, dan beberapa penelitian yang
dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, di Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan tiga lokasi di Sulawesi yaitu di Gorontalo (Sulut), di
Maros (Sulsel) dan di Kendari (Sultra), merupakan refensi yang baik untuk dasar
pengembangan pertanian berkelanjutan dilahan kering.
Hasil evaluasi tahun l99l/l992 menunjukkan bahwa laju erosi di DAS
Jratunseluna dan DAS Brantas telah dapat diturunkan hingga 60 persen, tetapi
masih tetap berada diatas erosi yang ditoleransikan. Sinukaban (1994)
mengemukakan bahwa salah satu penyebab adalah tidak terpeliharanya komponen
teknik konservasi dan kurang tepatnya sistem pengelolaan tanah dan tanaman

7

yang diterapkan. Selanjutnya dikemukakan bahwa hal itu disebabkan; (1)
kurangnya pemahaman petani tentang fungsi komponen teknik konservasi tanah
yang telah dibangun, (2) kurangnya penyuluhan tentang pentingnya pemeliharaan
komponen-komponen

pengendalian

erosi

untuk

meningkatkan

dan

mempertahankan produktivitas secara lestari, (3) mahalnya biaya pemeliharaan
yang dapat mencapai Rp. 148.000,-/ha/tahun, dan (4) rendahnya pendapatan
keluarga.
Kenyataan ini menunjukkan untuk mempertahankan kelestarian komponen
biofisik, petani dituntut untuk terampil dan mempunyai kesadaran, serta
memerlukan kemampuan ekonomi yang stabil. Arsyad (1989) mengemukakan
bahwa keseimbangan antara sub sistem sosial ekonomi dan sub sistem biofisik
sangat penting, karena sub sistem biofisik merupakan dasar yang akan
menentukan struktur dan bentuk dari sub sistem sosial ekonomi. Sub sistem
biofisik yang dibangun oleh komponen tanah, topografi dan penggunaan lahan,
sangat penting dan menentukan keberlanjutan dari usaha tani. Sedang
keberlanjutan dari suatu usaha tani selain didukung oleh faktor-faktor biofisik
yang lestari juga memerlukan manajemen usahatani yang baik.
Untuk menjaga kelestarian kondisi biofisik, maka selain diterapkan teknikteknik konservasi, juga diperlukan tindakan-tindakan pemeliharaan seperti
penyiangan, pemupukan, penambahan bahan organik, dan lain-lain. Hal ini
digambarkan oleh Sumarwoto (1974) sebagai usaha pemberian energi untuk
mempertahankan suatu kemantapan ekosistem pertanian. Sedang Clapham (1976)
menggambarkan tindakan-tindakan tersebut sebagai tekanan balik dari suatu
ekosistem yang dimanfaatkan.
Oleh karena luasnya permasalahan lingkungan dalam kaitannnya dengan
pengelolaan pertanian lahan kering, maka kajian dalam penelitian ini dibatasi
pada analisis hubungan antara faktor biofisik yang berkaitan dengan degradasi
lahan (erosi), faktor ekonomi yaitu produksi dan pendapatan serta faktor sosial
budaya seperti perilaku petani peladang, perubahan sikap terhadap inovasi dan
tata cara bertani. Diagram kerangka pikir dan faktor-faktor yang dikaji dalam
penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

8

USAHA TANI TANPA MEMPERHATIKAN KEBERLAJUTAN

EROSI TINGGI

PROSES
KEKAYAAN
(EXSITU)

ALIRAN PERMUKAAN TINGGI

SEDIMENTASI

```

KESUBURAN
LAHAN
MENURUN
(INSITU)

KERUSAKAN
TATA AIR

PENDANGKALAN

KUALITAS AIR
RENDAH

RODUKSI
MENURUN

BANJIR DAN
KEKERINGAN

MENGURANGI
FUNGSI SOSEK

PROD. BIOTA
RENDAH

PENDAPATAN
MENURUN

KUALITAS
LINGK. HIDUP
RENDAH

KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
MENURUN

Keterangan:

faktor yang dikaji

Gambar l Diagram kerangka pikir keterkaitan permasalahan usahatani tanpa
memperhatikan keberlanjutan dan faktor-faktor yang menjadi fokus
pengkajian.
Dengan demikian utnuk mengembangkan suatu sistem pertanian secara
berkelanjutan maka diperlukan pendekatan komprehensif dengan memperhatikan
komponen biofisik dan sosial melalui analisis tingkat degradasi lahan dan analisis
teknologi konservasi, analisis nilai ekonomi total dan analisis manfaat lingkungan
serta analisis kondisi sosial dan budaya. Hubungan proses analisis biofisik dan
sosial ekonomi untuk mencapai sistem pertanian berkelanjutan disajikan pada
Gambar 2.

9

Analisis
Degradasi
Lahan

Komponen
Biofisik

Analisis
Teknik
Konservasi
Pertanian
Berkelanjutan

Analisis
Ekonomi
Lingkungan

Analisis
Investasi

Analisis
Agrosekosistem

Analisis
Perubahan
Sosial

Komponen
Sosial
Ekonomi

Gambar 2 Bagan alur analisis pengembangan sistem pertanian berkelanjutan.

Tujuan, Kegunaan Penelitian dan Hipotesis
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan
sistem pertanian lahan kering secara berkelanjutan yang meliputi :
1. Analisis faktor-faktor pengelolaan biofisik pertanian lahan kering berdasarkan
analisis degradasi lahan dan analisis teknik konservasi dalam rangka
mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan,
2. Analisis faktor-faktor sosial ekonomi ekonomi lingkungan berdasarkan
pendekatan nilai ekonomi total (NET) dan dilanjutkan dengan analisis
investasi untuk mendapatkan kelayakan secara finansial dan ekonomi
lingkungan

berdasarkan

alternative

pengelolaan,

untuk

mendukung

terwujudnya sistem pertanian yang berkelanjutan,
3. Mengembangkan

model

pertanian

lahan

kering

berkelanjutan

yang

memungkinkan dalam jangka waktu 3 – 5 tahun petani lahan kering dapat
mencapai tingkat kebutuhan hidup layak

10

Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif tentang cara-cara
perlakukan teknik konservasi pertanian lahan kering guna mendapatkan model
pengembangan yang sesuai dengan biofisik, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat.
2. Merupakan masukan para pengambil kebijakan dalam mengembangkan
pertanian lahan kering secara berkelanjutan.
3. Mengembangkan model system pertanian lahan kering berkelanjutan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dengan ukuran kebutuhan hidup layak.

Hipotesis
Hipotesis utama

adalah

bahwa melalui penerapan teknik konservasi pada

pertanian lahan kering, dapat menjaga kondisi biofisik lahan serta meningkatkan
pendapatan pateni dan memperbaiki kondisi sosial petani lahan kering.
1. Secara biofisik hipotesis diterima bila erosi yang ditimbulkan berdasarkan
penerapan teknik konservasi lebih kecil dari erosi yang ditoleransi (Etol)
2. B/C ratio total manfaat lebih besar dari B/C ratio manfaat langsung ; NPV
pola taman dengan kondisi biofisik terbaik posif.
3. Pendapatan petani setelah 3 – 5 tahun lebih besar atau sama dengan standar
kebutuhan hidup layak (KHL)

TINJAUAN PUSTAKA
Konservasi Lahan Kering
Pertanian lahan kering adalah sebidang tanah yang dipergunakan untuk
usahatani dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya kebutuhan air
hanya mengharapkan dari curah hujan
Suwardjo (1981)

(Hanjaya 1995). Sedang menurut

sistem pertanian lahan kering adalah pertanian yang

dilaksanakan diatas tanah tanpa irigasi dalam bentuk tegalan atau ladang. Kondisi
permukaan tanah yang relatif terbuka sepanjang tahun dan curah hujan yang
tinggi, merupakan penyebab kerusakan lahan, oleh karena itu penerapan teknik
konservasi pada pertanian lahan kering merupakan suatu persyaratan mutlak untuk
menjaga kelangsungan penggunaan lahan.
Prinsip-prinsip dalam konservasi lahan kering tidak terlepas dari pengertian
konservasi mengenai tanah dan air. Kondisi tanah yang marginal pada lahan
kering dengan ciri solum tanah dangkal, kandungan bahan organic rendah,
kesuburan tanah rendah dan tingkat kemasaman tinggi atau pH rendah, merupakan
kendala dalam penggunaan lahan untuk pengembangan usahatani.
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada
penggunaan

yang

sesuai

dengan

kemampuan

tanah

tersebut

dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Sedang konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air
yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, melalui pengaturan waktu
aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan cukup air pada musim
kemarau (Arsyad l989).
Pertanian lahan kering umumnya berada pada daerah hulu (up land) hingga
daerah-daerah pertengahan dengan keadaan lahan yang berlereng (Harijaya 1995).
Keadaan lahan seperti ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya erosi
dan aliran permukaan yang berlebihan Disamping faktor lereng, sifat tanah, curah
hujan, vegetasi penutup dan aktivit