Primate Land ( Green Architecture )

(1)

PRIMATE LAND

( GREEN ARCHITECTURE )

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012/2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

MERRY

080406057

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2013


(2)

PRIMATE LAND

( GREEN ARCHITECTURE )

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012/2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

MERRY

080406057

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2013


(3)

PRIMATE LAND

( GREEN ARCHITECTURE )

Oleh :

MERRY

080406057

Medan,

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Ketua Departemen Arsitektur

Ir.N.Vinky Rahman, MT.

Ir. Morida Siagian , MURP

NIP. 196 00802 198601 2004

R. Lisa Suryani, ST , MT

NIP. 197 70606 200312 2003


(4)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A )

Nama : Merry

NIM : 080406057

Judul Proyek Akhir : Primate Land

Tema Proyek Akhir : Green Architecture

Rekapitulasi Nilai :

Nilai A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator TGA - 490

1 LULUS

LANGSUNG

2 LULUS

MELENGKAPI

3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG

4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS

Medan , Juni 2013

Ketua Departemen Arsitektur

Ir.N.Vinky Rahman, MT.

NIP. 196 60622 199702 1001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menjadi

sumber kekuatan dan penghiburan selama berlangsungnya pengerjaan tugas akhir ini.

Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang

berjudul “Primate Land“. Pada tahapan ini terdapat latar belakang , deskripsi proyek ,

elaborasi tema , analisa dan kon

sep dari perancangan bangunan “Primate Land“ ini.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan

hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

Ibu Ir. Morida Siagian, MURP selaku dosen pembimbing I, mentor, sahabat, motivator

atas kesabaran, waktu dan perhatiannya dalam proses asistensi, masukan-masukan,

inspirasi, serta motivasi yang diberikan.

Thanks a lot mam!!

Ibu R. Lisa Suryani, ST,MT. selaku dosen pembimbing II atas kesabaran dan

perhatiannya dalam proses asistensi, masukan-masukan, serta motivasinya.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H,MT dan Achmad Delianur Nasution, ST, MT selaku penguji

atas kritikan dan masukannya.

Bapak N. Vinky Rahman ,MT selaku ketua jurusan Arsitektur yang telah memberikan

kesempatan untuk tetap menyelesaikan laporan ini.

Bapak Ir. Rudolf Sitorus atas ide, masukan, kritik, saran, motivasi, serta kesediaan

untuk membimbing meski bukan dari kelompok bimbingannya.

Kedua orangtua tercinta untuk semua kasih, perhatian, dukungan, doa, dan semua

bentuk pengorbanan yang telah diberikan.

Saudara saya Che Chang, Sally dan Henry yang tidak pernah berhenti memberi yang

terbaik dari mereka.

Teman-teman angkatan 2008, khususnya CCB 08 yang telah banyak mengisi hari-hari

indah pada saat kuliah sampai selesai dan selalu siap membantu dan memotivasi saya.

Teman-teman senior (Ko Berlianto, Ko Freddy, Ko Wilcen, Ko Hendra, Ci Lany,dll)

atas tips-tips, sharing ide, dan inspirasinya.

Teman-teman junior (WS, CP, Pius, Pia, Jimmy, James, Sucliany, Ricky, dll) atas

bantuan dan dukungan semangatnya.


(6)

Teman-teman KMB USU (Seriching, JN, Hendra, Eko, Akbar, Jessalyn, dll yang tak

mungkin disebutkan satu persatu) atas dukungan-dukungan dan menjadi sahabat selama

perkuliahan di USU.

Teman-teman alumni Kalam Kudus P.Siantar (Selly, Suryani, Rusdy) yang selalu

mendukung sebelum, selama, hingga selesainya perkuliahan.

You’re my best

friend I’ve

ever had

.

Teman-teman dari PT.TAN, Isitan Promosi, dan teman-teman kontraktor atas pelajaran

dan pengalaman-pengalaman berharga yang saya dapatkan.

Thank you all guys…. *big hugs*

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan dan melimpahkan kasih dan berkat-Nya

bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis percaya laporan yang disusun masih jauh dari sempurna. Namun dengan

adanya laporan ini, semoga dapat memberikan informasi dan gambaran yang cukup jelas

mengenai proyek dan tema yang dipilih. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini

berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2013


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ... 3

1.4. Pendekatan Masalah Perancangan ... 4

1.5. Lingkup / Batasa

n …………

... 4

1.6. Kerangka Berpikir ... 5

1.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 6

BAB II. DESKRIPSI PROYEK ... 7

2.1. Terminologi Judul ... 7

2.2. Tinjauan Umum ... 7

2.2.1. Teoritis Hewan Primata... 7

2.2.2.

Spesies Primata……….

... 11

2.2.3.

Habitat dan Distribusi………..

... 23

2.2.4. Pemanfaatan Hewan Primata... 25

2.2.5.

Konservasi ………...

... 26

2.3. Lokasi Proyek

………

... 28

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 28

2.3.3. Lokasi Site ... 29

2.4. Tinjauan Fungsi ...

29

2.4.1. Deskripsi Pengguna ... 30

2.4.2. Program Kegiatan ...

31

2.4.3. Persyaratan Ruang ...

31

2.5. Studi Banding Fungsi Sejenis... 34


(8)

2.4.2. Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, Ciwidey, Bandung...

36

2.4.3.

Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta………..

... 37

BAB III. ELABORASI TEMA ... 39

3.1. Defenisi Green Architecture... 39

3.2. Prinsip Green Architecture...

39

3.3.

Ruang Luar………

...

40

3.4. Interpretasi Tema

……….

... 41

3.5.

Keterkaitan Tema dengan Judul…..

...

42

3.6. Studi Banding Tema Sejenis ... 42

3.6.1.

Kebun Binatang Ragunan………….

...

42

3.6.2. Denver Zoo………

44

3.6.3. Bali Safari and Marine Park...

45

BAB IV. ANALISA ...

45

4.1. AnalisaTapak ...

47

4.1.1. Lokasi dan Batas Site...

47

4.1.2.

Tata Guna Lahan……

...

48

4.1.3.

Matahari………..

...

49

4.1.4.

Vegetasi………..

...

49

4.1.5. Sirkulasi Pejalan Kaki... 50

4.1.6. Sirkulasi Kendaraan...

51

4.1.7. View ke Luar Site...

52

4.1.8. View ke Dalam Site...

53

4.1.9.

Kebisingan………

...

53

4.2. Analisa Fungsional ...

54

4.2.1. Jumlah

Pengunjung………

... 54

4.2.2.

Aktivitas Pengguna…………..

...

55

4.3.3. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang...

56

BAB V. KONSEP PERANCANGAN ...

59

BAB VI. GAMBAR PERANCANGAN ...

62


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hewan primata penghuni hutan tropis... 1

Gambar 2.

Kukang………

... 11

Gambar 3. Orang Utan...

12

Gambar

4. Surilii Jawa………

...

13

Gambar

5. Bekantan………..

...

14

Gambar 6. Monyet ekor panjang...

16

Gambar

7. Kera………

...

17

Gambar 8.Lutung...

19

Gambar

9. Owa Jawa………..

...

19

Gambar 10.

Tarsius………

...

20

Gambar

11. Siamang………

...

21

Gambar

12. Kantung tenggorokan siamang….

...

22

Gambar

13. Beruk….

...

22

Gambar 14. Peta

persebaran primata………

...

23

Gambar

15. Jenis pohon di hutan tropis……….

...

24

Gambar

16. Struktur hutan tropis………

...

25

Gambar

17. WPP kota Medan………..

....

29

Gambar 18. Peta lokasi...

30

Gambar 19.Primate enclosure (1)...

32

Gambar 2

0. Primate enclosure (2)………

...

32

Gambar

21. Ruang karantina………..

...

34

Gambar

22. Apenheul Primate Park…

...

34

Gambar 23. Pusat Reha

bilitasi Primata……….

...

35

Gambar

24. Pusat Primata Schmutzer……….

...

37

Gambar 25. Suasana green pada Ragunan Zoo...

43

Gambar 26. Bali Safari and Marine Park...

44


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel perbandingan terhadap studi

banding………

...

38

Tabel 2.

Statistik pengunjung………

...

49

Tabel

3. Program Ruang………….

...

54


(11)

Abstrak

Primata merupakan salah satu bagian dari golongan mamalia (hewan menyusui) dalam

kingdom animalia. Hewan primata (kera, monyet, orang utan) hidup di pohon-pohon hutan

tropis. Dengan pengecualian manusia, umumnya primata hidup di daerah tropis dan sub

tropis Amerika, Afrika dan Asia. Primata memberikan sumbangsih besar terhadap kehidupan

manusia, diantaranya digunakan sebagai model organisme di laboratorium dan melestarikan

penyebaran keanekaragaman hayati serta regenerasi hutan. Saat ini, jumlah populasi hewan

primata di dunia mengalami penurunan yang signifikan akibat perburuan liar dan kerusakan

habitat akibat pembukaan areal hutan untuk pemukiman penduduk. Hewan primata sangat

menarik dari segi ilmu pengetahuan karena kemiripan karakter dengan manusia. Pemerintah

dan beberapa organisasi konservasi satwa juga tengah melakukan usaha konservasi terhadap

hewan primata.

Dengan adanya Primate Land, diharapkan dapat menyediakan ruang sebagai habitat

pengganti yang sesuai bagi primata dan menyadarkan masyarakat bahwa primata adalah

hewan yang perlu dilindungi. Primate Land juga member fungsi rekreasi yang bersifat

edukatif. Dengan tema Green Architecture, Primate Land dikondisikan sebagai ruang habitat

yang alami back to nature. Primate Land diharapkan juga dapat membantu pemerintah dalam

usaha penyelamatan satwa-satwa yang dilindungi.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Primata adalah salah satu bagian dari golongan mamalia (hewan menyusui) dalam kingdom animalia (dunia hewan). Primata muncul dari nenek moyang yang hidup di pohon-pohon hutan tropis. Hewan primata ini termasuk di dalamnya monyet, kera, orang utan, dan manusia. Dengan pengecualian dari manusia yang menghuni setiap benua, umumnya primata hidup di daerah tropis ataupun subtropis Amerika, Afrika dan Asia. Menurut bukti fosil, nenek moyang primitif dari primata telah ada sekitar 65 juta tahun yang lalu.

Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

Primata memberi sumbangsih besar dalam kehidupan modern manusia. Primata digunakan sebagai model organisme di laboratorium dan juga telah pernah digunakan dalam misi ruang angkasa. Selain itu, ada beberapa jenis primata yang dapat digunakan sebagai hewan pelayanan bagi manusia cacat dalam membantu kecerdasan, memori dan ketangkasan manual. Hewan primata juga memberi manfaat besar dalam kelestarian hutan, karena biji buah yang tertelan


(13)

akan ikut membantu penyebaran keanekaragaman hayati dan regenerasi hutan. Kehadiran primata juga dapat member indikator kesehatan hutan, populasi yang sehat di dalam wilayah hutan dan juga kemungkinan jenis binatang lain juga dalam jumlah yang banyak. (sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)

Menurut organisasi konservasi hewan primata dunia Primate Conservation, Inc., sepertiga dari total spesies primata tropis (sekitar 123 spesies) menunjukkan angka kritis, karena kehilangan hutan sebagai habitat mereka akibat dari illegal logging, pembukaan hutan untuk lahan pertanian, diburu dan diekploitasi oleh manusia seperti dipelihara dan digunakan sebagai bahan penelitian medis seperti yang dilakukan oleh Belanda dan Selandia Baru. (sumber :http://www.primate.org/)

Usaha perlindungan satwa yang paling giat adalah kelompok primata. Saat ini telah ada beberapa negara yang melarang total pemanfaatan primata jenis kera untuk dimanfaatkan penelitian medis. Banyak perburuan primata yang dilakukan untuk dijual belikan dan diselundupkan ke luar negeri. Ada juga yang dijual ke kebun binatang yang kurang bonafit sehingga tidak menganut prinsip konservasi. (sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)

Penyebab lain dari berkurangnya primata ini adalah karena mengincar dagingnya. Ada beberapa orang yang percaya bahwa daging hewan primata khususnya jenis orang utan dapat berkhasiat sebagai obat kuat atau aphrodisiac. Sampai saat ini hal itu masih terjadi di Indonesia. Selain dagingnya, bagian tubuh primata yang diperjual belikan adalah tengkoraknya yang dijadikan barang antik atau souvenir seperti terjadi di suku Dayak. (sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)

Kasus lain yang menyebabkan berkurangnya jumlah primata adalah banyaknya masyarakat yang mengeluhkan kehadiran primata di sekitar permukiman mereka. Hal ini dikarenakan rumah primata yaitu hutan telah berkurang, sehingga mencari tempat baru yang memiliki banyak makanan dan sumber air. Oleh karena itu, banyak kebun yang rusak akibat primata. (sumber: Willie


(14)

Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)

Hewan-hewan primata sangat menarik dari segi ilmu pengetahuan karena kemiripan karakter satwa ini dengan manusia. Sebagai salah satu jenis hewan yang hidup du Asia, golongan primata memiliki potensi menjadi ikon pariwisata untuk Indonesia. Pemerintah telah membangun sistem kawasan konservasi seluas 6,5 juta hektar di Sumatera bagian utara dan Kalimantan, upaya pengelolaan kawasan hutan yang menjadi habitat primata di luar taman nasional dan cagar alam tidak kalah pentingnya(sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249) Kesimpulannya, diperlukan suatu wadah berupa Primate Land, yang dapat menyediakan ruang sebagai habitat pengganti yang sesuai bagi primata dan menyadarkan masyarakat bahwa primata adalah hewan yang perlu dilindungi. Secara tidak langung, Primate Land juga memberi fungsi rekreasi yang bersifat edukatif. Primate Land ini bertemakan green architecture yang didesain dengan konsep back to nature. Sehingga Primate Land ini akan menjadi ruang bagi hewan primata untuk hidup dan sarana rekreatif bagi manusia. Keberadaan Primate Land ini juga dapat membantu pemerintah dalam usaha penyelamatan satwa-satwa yang dilindungi.

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa masalah perancangan yang mungkin timbul dari proses perancangan proyek ini antara lain:

a. Tingkah laku hewan yang membutuhkan ruang gerak yang bebas dan alami

b. Desain yang dapat menciptakan interaksi antara hewan primata dengan manusia

c. Desain yang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari proyek “ Primate Land” ini adalah: a. Menyediakan habitat pengganti dari habitat asli hewan primata b. Memberikan sarana rekreasi yang baru bagi pengunjung


(15)

c. Menyediakan sarana edukatif yang berwawasan lingkungan

1.4 Pendekatan Masalah Perancangan

Pendekatan-pendekatan masalah yang dilakukan pada proyek “Primate Land” ini adalah :

a. Studi pustaka yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang diangkat untuk mendapatkan infromasi dan bahan berupa literatur yang sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

b. Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melihat keadaan yang sudah ada, sumber dapat berupa buku, majalah, internet, dan sebagainya.

c. Studi lapangan mengenai kondisi sekitar lahan studi dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek.

1.5 Lingkup/ Batasan

Lingkup/ batasan kasus proyek ini meliputi:

- Hewan primata yang dikonservasi hanya hewan primata Indonesia yang hidupnya cocok dengan iklim tropis Indonesia, tidak tertutup juga untuk hewan primata dari daerah lain yang cocok dengan iklim Indonesia

- Habitat buatan yang direncanakan mengacu pada prinsip green yang berkelanjutan

- Pengolahan fungsi terhadap ruang, lahan dan bangunan secara optimal sesuai standar kebiasaan dan kebutuhan


(16)

1.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

- Angka kelangkaan hewan primata memasuki angka kritis dalam populasi - Perburuan liar dan pembukaan hutan yang menyebabkan berkurangnya habitat

- Perlu perlindungan hewan primata sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara terkendali dan tidak eksploitatif

- Perlu wadah informatif untuk kegiatan penelitian dan rekreasi

Maksud dan Tujuan

Memberikan sarana rekreasi yang baru bagi pengunjung Menyediakan sarana edukatif yang berwawasan lingkungan Menyediakan habitat pengganti dari habitat asli hewan primata Membantu mengurangi angka kelangkaan hewan primata

Perumusan Masalah

Bagaimana menyediakan tempat yang sesuai kebutuhan dan kegiatan Bagaimana menciptakan interaksi yang saling menguntungkan

Bagaimana membuat desain yang menarik untuk menggabungkan fungsi konservasi, penelitian dan rekreasi

Judul dan Tema Proyek

Judul Perancangan : “Primate Land” Tema Perancangan : Green Architecture

Analisa

Analisa kondisi tapak Analisa fungsional Prinsip tema dalam desain

Konsep Perancangan

Konsep dasar

Konsep perancangan tapak Konsep perancangan bangunan Konsep struktur bangunan Konsep utilitas bangunan

Pra Perancangan

Pendekatan teori arsitektur Pendekatan teori tema

yang digunakan Desain Akhir


(17)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan Primate Land, maksud dan tujuan, perumusan masalah, lingkup/ batasan, dan kerangka berpikir.

Bab II Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tinjauan umum, pemilihan lokasi, tinjauan fungsi mengenai pengguna dan kegiatan dan studi banding fungsi sejenis.

Bab III Elaborasi Tema, menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab IV Analisa Perancangan, menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.

Bab V Konsep Perancangan, menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Bab VI Gambar Perancangan, menjelaskan tentang gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja.

Daftar Pustaka, berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.


(18)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah “ Primate Land” yang merupakan suatu tempat konservasi sekaligus penelitian dan rekreasi khusus hewan-hewan primata. Dalam judul “Primate Land” mengandung pengertian, yaitu:

Primate, (primata, –b.ing) :

- Bangsa mamalia yang meliputi kera, monyet dan juga manusia1

- Dalam zoologi, mamalia yang memiliki karakteristik dengan manusia dan memiliki ukuran otak yang lebih besar dibandingkan mamalia lainnya.2

Land, (tanah, –b.ing)

- Bagian dari bumi yang dikelilingi oleh air.3

- Bagian tubuh alam yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat makhluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.4

- Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief, hidrologi dan tumbuhan serta benda diatasnya, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang.5

- Sebuah lingkungan yang meberi identitas tempat6 Jadi, pengertian dari judul “Primate Land” adalah

Suatu tempat/ lahan yang berfungsi sebagai tempat hewan- hewan primata untuk dapat melangsungkan hidupnya agar jauh dari kepunahan. Selain itu, tempat ini juga dapat memberi kontribusi sebagai tempat rekreasi yang sifatnya edukasi.

2.2 Tinjuan Umum

2.2.1 Teoritis Hewan Primata

1 Sumber: www.artikata.com , diakses tanggal 2 Maret 2012 2

Sumber: Encyclopedia Britannica www.britannica.com , diakses tanggal 2 Maret 2012

3

Sumber: www.wikipedia.org ,diakses tanggal 2 Maret 2012

4 Sumber: defenisi.blogspot.com ,diakses tanggal 2 Maret 2012 5 Sumber: direktori UPI, jurusan pendidikan geografi


(19)

Primata hidup di pohon-pohon tropis dan subtropis Amerika, Afrika dan Asia. Primata memilki ukuran yang berbeda dari yang paling kecil dengan berat hanya 30 gram seperti lemur hingga ukuran paling besar dengan berat 200 kilogram seperti gorilla gunung. Menurut bukti fosil, hewan primata telah ada sejak 65 juta tahun yang lalu. Seluruh jenis spesies primata memiliki lima jari (pentadactily), bentuk gigi yang sama dan rancangan tubuh primitif. Kekhasan lain dari primata adalah kuku jari. Ibu hari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu cirri khas primata. Kombinasi dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang dan menutup ke dalam. Semua primata juga memiliki karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur tubuh tegak.

Dianggap generalis mamalia, primata menunjukkan berbagai karakteristik, yakni berjalan dengan dua atau empat anggota badan, dapat melompat dan berayun. Primata ditandai dengan otak yang relatif lebih besar dibandingkan terhadap mamalia lainnya. Ada beberapa studi menarik tentang kehidupan primata, di antaranya:

- Sistem pemisahan primata betina dari kelompoknya saat melahirkan. Primata betina akan menjaga jarak dengan primata jantan. Kelompok-kelompok sosial yang terjadi biasanya dapat digolongkan kelompok kecil.

- Sistem poligini7 primata jantan. Sementara primata betina tetap dalam kelompok kelahiran, primata jantan akan mencari betina lain. - Sistem ikatan jantan-wanita. Seperti halnya manusia, primata sendiri

juga saling berbagi tanggung jawab dalam pengasuhan dan pertahanan teritorial. Keturunannya akan meningggalkan wilayah orang tuanya jika sudah remaja.

- Struktur sosial yang unik, dimana kelompok yang lebih kecil akan datang bersama membentuk kawanan yang lebih besar. Sistem sosial ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu distribusi sumber daya,

7

sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai


(20)

kelompok ukuran, dan predator. Dalam kelompok sosial ada keseimbangan antara kerja sama dan persaingan. Perilaku kooperatif ditunjukkan dengan cara, misalnya menghapus parasit kulit, membersihkan luka, berbagi makanan dan pertahanan terhadap pemangsa. Perilaku agresif ditunjukkan dengan pemberian sinyal kompetisi dalam hal ketersediaan pangan, tempat tidur dan pasangan. Perilaku agresif juga digunakan untuk membentuk dominasi.

- Kognisi dan komunkasi. Primata memiliki kemampuan kognitif yang canggih dengan membuat alat dan menggunakannya untuk memperoleh makanan. Primata memiliki strategi berburu yang canggih yang memerlukan kerja sama dan sifat manipulatif. Primata dapat belajar menggunakan simbol dan aspek bahasa manusia termasuk konsep angka dan urutan numerik. Ada penelitian tentang kognisi primata dalam hal mengeksplorasi pemecahan masalah, memori dan interaksi sosial.

- Primata mengeksploitasi berbagai sumber makanan. Kebanyakan sumber makanannya dari kanopi tropis, yakni buah yang mengandung karbohidrat dan lemak untuk energi. Namun, mereka juga membutuhkan makanan lain seperti daun dan serangga untuk asupan protein, vitamin dan mineral.

Klasifikasi (taksonomi) primata adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Mamalia

Infraclass : Eutheria

Superorder : Euarchontoglires

Order : Primate


(21)

(22)

2.2.2 Spesies primata

Total spesies primata di dunia sekitar 200 jenis, 25% nya (40 spesies) berada di Indonesia. Dari 40 spesies yang tercatat, belasan di antaranya merupakan spesies endemik8. Hewan primata dibagi dalam 2 kelompok besar yakni prosimian (primata primitif) dan anthropeida (primata baru). Jenis hewan primata yang tersebar di Indonesia, di antaranya:

1. Kukang (Nycticebus coucang) Kukang adalah jenis primata yang bergerak lambat. Hewan pemalu ini aktif di malam hari (nocturnal). Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga kehitam-hitaman. Pada punggung terdapat garis coklat melintang dari belakang hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan

mata. Ekornya yang pendek dan hampir tidak terlihat. Ibu jari

tangan dan kaki melingkar berlawanan arah dengan keempat jari lainnya dengan pergelangan yang dapat bergerak bebas. Telapak tangan dan kaki tidak berambut seperti jenis mamalia lainnya. Memiliki dua mata yang besar dan bulat menghadap ke depan dengan posisi berdekatan yang menunjukkan bahwa kukang adalah satwa yang aktif di malam hari. Selain itu, kukang memiliki daun telinga kecil yang ditutupi oleh rambut.Berat tubuh 0,375-0,9 kg, panjang tubuh dewasa 19-30 cm. di Indonesia, satwa ini dapat ditemukan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Satwa ini menjadi incaran untuk dijadikan hewan peliharaan.

8 Jenis yang hanya ditemukan di daerah itu saja dan tidak ditemukan di tempat lain.


(23)

2. Orang utan (Pongo pygmaeus) Orang utan (nama lainnya mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang

dan berbulu

kemerahan, kadang cokelat, yang hidup di Indonesia dan Malaysia. Ciri-cirinya memiliki tubuh yang

gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk dan tidak punya ekor. Orang utan berukuran 1-1,4m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran seekor gorilla. Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecokelatan, mempunya kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi, memiliki pelipis yang gemuk, dan mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap dan peraba. Selain itu orang utan juga mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari serta telapak kaki yang memiliki susunan jari jemari yang sangat mirip dengan manusia.

Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatera di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Orang utan biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orang utan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orang utan dapat ditemukan pada ketinggian 500m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000m dpl.


(24)

Orang utan termasuk hewan omnivora, jenis makanan kesukaan orang utan adalah daun-daunan, biji-bijian, kulit kayu, tunas tanaman (yang lunak), bunga-bungaan, serangga dan hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil). Orang utan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon.

Orang utan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan, hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orang utan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun.

3. Surili Jawa (Presbytis comata)

Surili Jawa adalah spesies monyet Dunia Baru terancam yang endemic pada sebagian pulau Jawa, Indonesia. Terdapat 2 sub spesies Surili Jawa:

Presbytis comata comata– ada di Jawa Barat  Presbytis comate fredericae– ada di Jawa Tengah


(25)

4. Bekantan ( Nasalis larvatus)

Bekantan adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tuanggal kera Nasalis. Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang

hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantann dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidung inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei disebut bangkatan.

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. kera betina berukuran 60cm dengan berat 12 kg. spesies ini juga memiliki perut yang besar sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan,yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.

Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di P. Kalimantan. Spesies ini menghabiskan waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antar 10 sampai 32 kera. Bekantan kuga dapat berenang dengan baik, terkadang terlihat berenang dari satu pulau ke pullau


(26)

lain.bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selantan.

5. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)

Kera ekor panjang mempunyai panjang tubuh 38-76 cm, panjang ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. tubuhnya tampak kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah-merahan di bagian bawah Nampak lebih muda dan muka menonjol dengan warna keputih-putihan. Warna mantel rambut kera ini yang hidup di pedalaman hutan lebih gelap daripada yang hidup di pantai. Anak kera ekor panjang mantel rambut berwarna hitam dengan rambut muka dan telinga Nampak cemerlang, warna rambut ini akan berubah setelah berumur 1 tahun.

Anggota badan dapat difungsikan sebagai tangan dan kaki. Jari-jari kaki dan tangan masing-masing berjumlah 5 buah dan mudah digerakkan. Pergerakan satwa ini jika berada di pohon menggunakan jari-jarinya, namun jika di atas tanah akan menggunakan telapak kaki dan tangannya ke tanah. Macaca juga dapat mrmanjat sambil melompat sejauh 5 meter. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik.

Kera ekor panjang hidup berkelompok, jumlah kelompok biasanya terdiri dari 10-20 ekor di hutan bakau, 20-30 ekor di hutan primer, 30-50 ekor di hutan sekunder, dengan komposisi komplit ada induk jantan dan betina beserta anak-anaknya. Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa dan sumber pakan di alam. Pergerakan dilakukan untuk mendapatkan pakan dalam melangsungkan hidupnya. Luas daerah jelajah 50 hingga 100 Ha untuk satu kelompok. Luas daerah jelajah sangat erat hubungannya dengan sumber pakan.


(27)

Monyet ini memiliki alat kelamin menonjol, yang jantan kantong zakar besar. Masa kawin pada setiap siklus, kawinnya beramai-ramai, seekor pejantan kawin dengan beberapa ekor betina dan seekor betina kawin dengan beberapa ekor pejantan. Masa bunting selama 116 hari.

Monyet ekor panjang mampu hidup dalam berbagai kondisi dari hutan bakau di pantai, dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Monyet ini dapat ditemukan di mana-mana, menjadi hama bagi penduduk, merusak padi, jagung dan tanaman buah-buahan.

Dalam mencari makan. Monyet ekor panjang selalu merubah daerah jelajahnya, tergantung pada ketersediaan makanan. Makannya daun, buah, biji dan bunga. Selain itu juga mekan serangga, telur anak burung, kepiting, udang, kerang, dll.

Gambar 6 Monyet Ekor Panjang

6. Kera (Hylobates agilis)

Kera adalah anggota superfamilia Hominoidea dari ordo primata. Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam karena hilangnya habitat mereka di hutan hujan tropis dan perburuan.


(28)

Gambar 7 Kera

7. Lutung (Trachypithecus auratus) / Kera hitam

Lutung adalah sejenis monyet yang memiliki warna rambut hitam diselingi warna keperakan. Di kepalanya terdapat helaian rambut yang menjuntai ke depan membentuk jambul. Anak lutung yang baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah dewasa warnanya berubah mejadi hitam kelabu. Lutung hanya melahirkan satu ekor anak setiap kelahiran. Panjang tubuh lutung sekitar 50 cm, panjang ekor sekitar 70 cm atau dapat 2 kali panjang tubuh. Berat lutung rata-rata 6 kg.

Hidup berkelompok sangatlah bermanfaat bagi lutung yang lambat menjadi dewasa. Kelompok itu akan menjadi tempat penyimpanan pengalamannya yang kemudian diteruskan kepada generasi baru.

Menurut beberapa penelitian, lutung memakan lebih dari 66 jenis tumbuhan yang berbeda. Sebagian besar makanan lutung adalah daun, buah dan bunga. Terkadang memakan serangga dan bagian lain dari tumbuhan seperti kulit kayu. Beberapa jenis tumbuhan yang disukai lutung antaea lain kaliandra, aspen, dadap cangkring dan anggrung.

Lutung hidup berkelompok dengan jumlah teman antara 6-23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapt jantan sebagai pemimpin


(29)

elompok dan beberapa betina serta anak-anak yang masih dalam asuhan induknya. Lutung merupakan hewan yang aktif di siang hari. Jantan dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam pergerakan dan merawat. Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari berbagai gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain. Umumnya jantan mengeluarkan suara dan melakukan gertakan dengan suara dan perubahan mimik yang menunjukkan marah.

Lutung hidup di hutan dengan berbagai macam variasi mulai dari hutan bakau di pesisir, hutan daratan rendah hingga hutan dataran tinggi. Terkadang lutung juga mendiami daerah perkebunan. Sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon. Terkadang lutung juga turun ke tanah untuk mencari serangga, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Daerah jelajah lutung minimal 15 Ha. Area bermain dan mencari makan lutung dapat mencapai 1.300 meter.

Lutung relatif lebih mudah ditemukan di beberapa hutan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok. Umunya mereka masih aman hidup di dalam kawasan pelestarian. Hewan yang mengancam lutung bila di tanah adalah ular dan bila di pohon adalah elang. Namun ancaman terbesar bagi kehidupan lutung adalah manusia. Lutung termasuk hewan yang dilindungi secara nasional maupun internasional, sehingga perdagangannya dalam segala bentuk dilarang karena melanggar hukum. (sumber: petungsewu wildlife education center)


(30)

Gambar 8 Lutung

8. Owa jawa (Hylobates moloch)

Owa jawa merupakan jenis primata arboreal yang tinggal di hutan tropis, makanannya berupa buah, daun dan serangga. Satu keluarga Owa jawa umumnya terdiri dari sepasang induk dan beberapa anak yang tinggal dalam teritori mereka. Owa jawa merupakan satwa endemik pulau Jawa. Ancaman bagi mereka di dalam adalah kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan untuk dijadikan satwa peliharaan.

Beberapa hasil survey perkiraan populasi mereka di alam tersisa lebih kurang 4000 individu. Owa jawa tidak memiliki ekor dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tanganb yang panjang ini dperlukan untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktifitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman. Rata-rata owa betina melahirkan sekali setiap 3 tahun dengan masa mengandung selama 7 bulan dan menyusui anaknya hingga usia 18 bulan. Owa jawa dinyatakan dewasa pada usia sekitar 8 tahun dan kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya


(31)

sendiri. Owa jawa adalah hewan arboreal, sepenuhnya hidup di atas tajjuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke pohon yang lain dengan mengandalkan kelincahan dan kekuatanlengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg. (sumber : http://obenoob.blogspot.com/)

9. Tarsius ( Tarsius tarsier)

Tarsius adalah primata bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar dengan diameter bola mata sekitar 16 mm. Tarsius memiliki kaki belakang yang panjang. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang biasanya berwarna coklat abu-abu, coklat muda atau kuning jingga muda. Tarsius termasuk bersifat nocturnal. Tidak seperti kebanyakan binatang nocturnal lain, tarsius tidak memiliki peemantul cahaya di matanya.

Gambar 10 Tarsius

10. Siamang ( Symphalangus syndactylus)

Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang dan hidup di pohon- pohon. Pada umumnya, siamang sangat tangkas saat bergerak di atas pohon sehingga tidak ada predator yang bisa menangkap mereka. Seiamang tidak memiliki ekor dan postur tubuh yang kurang tegak. Siamang memiliki perkembangan otak


(32)

yang tinggi. Siamang berwarna hitam agak coklat kemerahan. Tubuh siamang ditutupi oleh rambut yang lebat di sebagian besar tubuhnya kecuali wajah, jari, telapak tangan, ketiak dan telapa kaki. Siamang memiliki ukuran sekitar 30-35 inci dan berat 7 kg. banyak ditemukan di Asia Tenggara. Siamang juga banyak ditemukan di beberapa tempat seperti Semenanjung Malaysia.

Siamang merupakan hewan yang lebih aktif pada siang hari. Cirri khas siamang adalah

memiliki kantung tenggorokan yang biasa disebut kantung gular. Kantung ini dapat mengembang menjadi besar seperti kepala mereka yang berfungsi membuat pita suara lebih keras. Pada waktu bahaya, siamang betina akan mengeluarkan suara yang nyaring dan diikuti oleh siamang jantan selama 3-15 menit. Suara mereka dapat terdengar dari jarak sekitar 6,5 km. siamang tidak dapat berenang dan cenderung takut air. Siamang dapat bertahan hidup sekitar 35-40 tahun.

Siamang merupakan hewan omnivora. Sekitar 75% makanan mereka adalah buah, daun, bunga, biji-bijian dan kulit kayu. Mereka juga memakan serangga, laba-laba, telur burung dan burung kecil. Karena takut air, siamang akan mencelupkan kai depannya ke dalam air atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air pada bulu kakinya sebagai minuman. Siamang mulai berkembnag biak pada usia 5-7 tahun. Siamang betina melahirkan anaknya pada usia 8 bulan.


(33)

Gambar 12 Kantung tenggorokan siamang

11. Beruk Mentawai ( Macaca pagensis)

Beruk mentawai merupakan salah satu primata endemik kep. Mentawai, Sumatera. Beruk mentawai mempunyai panjang tubuh antara 45-55 cm (jantan) dan 40-45 cm (betina) dengan panjang ekor mencapai antara 10-16 cm. Berat tubuh antara 6-9 kg (jantan) dan 4,5-6 kg (betina). Beruk mentawai mempunyai ciri rambut bagian pipi berwarna lebih gelap, kulit wajah berwarna hitam dengan mata coklat. Jenis ini memiliki kantong pipi yang berguna senagai penyimpan makanan. Beruk mentawai merupakan binatang yang aktif di siang hari dengan memakan berbagai jenis daun, bunga biji-bijian dan buah-buahan. Monyet endemik ini tinggal di atas pohon setinggi 24-36 m secara berkelompok antara 5-25 individu. Beruk mentawai dapat dijumpai si berbagai habitat hutan bakay, pesisir, hutan primer, hutan sekunder hingga hutan di dekat permukiman.


(34)

2.2.3 Habitat dan distribusi

Sebagian besar spesies primata hidup di hutan hujan tropis. Jumlah spesies primata wilayah tropis telah terbukti secara positif berbanding lurus dengan jumlah curah hujan dan jumlah luas hutan. Primata memegang peran pentng ekologi dengan menyebarkan benih banyak jenis pohon. Beberapa spesies tinggal di sejumlah habitat hutan di lintang tropis Afrika, India, Asia Tenggara dan Amerika Selatan yang terdapat hutan hujan, hutan mangrove dan hutan pegunungan. Ada beberapa spesies yang tinggal di luar daerah tropis seperti kera Jepang. (sumber :Ensyklopedia of Britannia, http://www.britannica.com/EBchecked/topic/476264/primate)

Berikut adalah peta persebaran primata dunia menurut Primate Conservation, Inc. (sumber :http://www.primate.org/)

Gambar 14 Peta persebaran primata

Hutan sebagai habitat hewan primata adalah hutan basah di daerah tropika. Hutan tropis dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia, kawasan sungai Amazon, Amerika, Afrika dan India. Ciri-ciri hutan basah antara lain:

1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun 2. Pohon-pohon utama memilki ketinggian antara 20-40 m

3. Cabang-cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun


(35)

4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan

5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/ di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)

6. Memiliki hamparan dedaunan hijau yang busuk. Dedaunan hijau busuk ini dinamakan lapisan humus.

(sumber: http://andimanwno.wordpress.com)

Jenis tumbuhan yang mampu hidup di daerah hutan tropis adalah jenis liana dan epifit. Liana adalah tumbuhan yang menjalar di sepanjang hutan, seperti rotan. Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang pohon, seperti anggrek dan paku sarang burung. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah antara lain:


(36)

Penyebaran hutan tropis di Indonesia terbagi ke dalam tiga zona vegetasi, yaitu:

1. Zona barat, yang berada di bawah pengaruh vegetasi Asia, meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jenis-jenis kayu yang dominan dari family Dipterocarpaceae.

2. Zona timur, berada di bawah pengaruh Australia meliputi vegetasi pulau Maluku, Nusa Tenggara dan Irian, jenis yang dominan adalah dari family Araucariaceae dan Myrtaceae.

3. Zona peralihan, dimana pengaruh kedua benua tersebut bertemu yaitu pulau Jawa dan Sulawesi, terdapat jenis dari family Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae.

Gambar 16 Struktur hutan tropis

2.2.4 Pemanfaatan hewan primata

Sebelum obat-obatan menyentuh konsumen, primata diperlukan untuk dilakukan tes terhadap obat. Pemilihan primata sebagai hewan percobaan adalah karena memiliki fungsi fisiologis seperti organ genital, koagulasi darah dan otak yang mirip dengan manusia.


(37)

Sebagai bahan penelitian, primata merupakan satu-satunya hewan yang digunakan dalam meneliti penyakit HIV/AIDS, TBC, malaria, hepatitis C, dan SARS. Primata tetap menjadi hewan yang paling cocok karena sistem imun tubuh sangat mirip manusia.

Karena hubungan genetik yang erat menyebabkan beberapa jenis penyakit juga dapat bertukar antara hewan primata dengan manusia.patogen yang dapat ditularkan dari peimata ke manusia ( dan sebaliknya) termasuk bakteri, jamur, parasit dan virus. Pathogen mungkin disebarkan melalui gigitan, cakaran, kontak dengan hewan atau organnya dan transmisi udara. Orang-orang yang melakukan kontak dengan hewan-hewan ini harus selalu menyadari potensi resiko yang bisa terjadi.

2.2.5 Konservasi

(sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Primate)

Organisasi koservasi primata dunia Primate Conservation Inc. dan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mendaftar lebih dari sepertiga spesies primata telah terancam dari kepunahan. Skala besar pembukaan hutan tropis secara luas dianggap sebagai proses yang paling mengancam primata, karena lebih dari 90% spesies primata terlahir dari hutan tropis. Penyebab utama hilangnya hutan adalah pembukaan hutan untuk lahan pertanian, penebangan komersial, pertambangan dan konstruksi bendungan. Di Indonesia, sebagian besar hutan dataran rendah dibuka untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dan kerugian yang terjadi adalah kehilangan sekitar 1000 orang utan di Sumatera per tahun . primata dengan ukuran tubuh besar (lebih dari 50 kg) berada pada resiko kepunahan lebih tinggi karena keuntungan mereka lebih besar untuk pemburu dibandingkan primata lebih kecil. Populasi mereka pulih lebih lambat dibandingkan perburuan dan perdagangan. Data dari beberapa kota Afrika menunjukkan separuh dari protein yang dikonsumsi di daerah perkotaan berasal dari hewan-hewan perdagangan.


(38)

Di Asia, agama Hindu, Buddha, dan Islam melarang mengkonsumsi daging primata. Beberapa agama tradisional yang lebih kecil memungkinkan konsumsi daging primata. Perdagangan hewan peliharaan dan obat tradisional juga meningkatkan perburuan liar. Jenis rhesus macaque, primata yang banyak dijadikan organisme model, dilindungi setelah penangkapan berlebihan yang mengancam angka populasi di tahun 1960.

Di Amerika Tengah dan Selatan, hutan fragmentasi dan perburuan menjadi masalah utama bagi primata. Hutan menjadi langka di Amerika Tengah karena ada perambahan lahan pertanian yang menyebabkan rendahnya tingkat kelembapan dan perubahan vegetasi. Hal ini menjadikan hambatan populasi hingga mencapai persentase yang signifikan. Prediksi para ahli, jika kondisi critically endangered terhadap hewan primata tidak membaik, maka dalam 10 tahun terakhir kita akan kehilangan hampir 50% dari jumlah populasi yang ada saat ini.

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kehutanan telah mengeluarkan instruksi mengenai konservasi hewan primata untuk menekan angka kepunahan hewan ini. Selain itu, juga telah terbentuk APAPI (Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia) yang berada dalam naungan lembaga konservasi pemerintah. Asosiasi ini bergerak dalam strategi dan rencana aksi konservasi hewan primata.

Kriteria IUCN membagi keterancaman spesies menjadi 5 kategori, yaitu:

1. CR (Critically Endangered)/ Kritis : suatu taksa dikatakan kritis bila menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu dekat.

2. EN (Endangered)/ Genting : suatu taksa dikatakan genting bila taksa tersebut tidak tergolong kritis, namun mangalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.


(39)

3. VU (Vulnerable)/ Rentan : suatu taksa dikatakan rentan bila taksa tersebut tidak tergolong kritis maupun genting, namun mengalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam.

4. LR (Lower Risk)/ Resiko Rendah : suatu taksa dikatakan memiliki resiko yang relatif rendah bila telah dilakukan evaluasi namun tidak memenuhi untuk digolongkan dalam kategori kritis, genting maupun rentan.

5. DD (Data Deficient)/ Kurang Data : suatu taksa dikatakan kurang data bila informasi yang tersedia tidak mencukupi untuk melakukan perkiraan, baik secara langsung maupun tidak langsung, mengenai distribusi dan/ atau status kelimpahan populasinya. Termasuk dalam penggolongan ini adalah taksa yang sudah banyak dipelajari, biologinya telah banyak diketahui, namun berkenaan dengan kelimpahan dan/ atau distribusinya tidak memiliki data yang mencukupi. (sumber: http://iucnredist.org .2007 IUCN Red List of Threatened Species)

2.3 Lokasi Proyek

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Adapun kriteria pemilihan lokasi, antara lain:

1. Ketenangan. Lokasi berada cukup jauh dari keramaian dan berada di lokasi yang relatif tenang.

2. Letak lokasi harus sesuai dengan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) yang sesuai dengan perkembangan ke arah konservasi, rekreasi dan hutan kota.

3. Kehadiran fitur alam. Sangat penting untuk memastikan bahwa habitat buatan dapat dibuat semirip mungkin.

4. Kemudahan akses. Lokasi proyek berada di kawasan yang mudah dicapai.

5. Lokasi mudah dicapai dengan kendaraan dan sudah memiliki akses jalan yang baik.

6. Lokasi sudah harus dilengkapi dengan jaringan infrastruktur, meliputi listrik, jaringan air bersih, saluran air kotor, dan jaringan komunikasi.


(40)

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)

(sumber: Perda kota Medan no.13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031)

RTH kawasan wisata meliputi kebun binatang dan taman Mora Indah di wilayah selatan kota Medan. RTH yang dimaksud meliputi taman beringin di kecamatan Medan Baru, bumi perkemahan pramuka Cadika di Medan Johor, kebun bintang di Medan Tuntungan dan taman hutan kota di semula bandar udara Polonia, kanal sungai Deli di Medan Johor dan hutan kota di Medan Tuntungan.

2.3.2 Lokasi site

Lokasi Primate Land berada di kawasan Kebun Binatang Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Merupakan kawasan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) kota yang mengarah pada pengembangan rekreasi, konservasi dan hutan kota.

Lokasi : Jl. Bunga Rampe IV Kelurahan : Simalingkar B


(41)

Kecamatan : Medan Tuntungan Status proyek : fiktif

Luas tapak : ± 2,8 Ha Kontur : kontur datar Kondisi eksisting : lahan kosong

Potensi lahan :

o Lokasi memiliki tingkat ketenangan yang relatif tenang

o Lokasi berada dalam kompleks dan menjadi bagian dari kebun binatang Medan.

o Lokasi menjadi bagian pengembangan kebun bintang Medan. o Lokasi yang masih alami dan merupakan daerah khusus hutan kota.

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi pengguna

Adapun pengguna dari Primate Land ini antara lain:

1. Hewan primata : hewan-hewan yang dikumpulkan untuk tujuan konservasi

2. Pengunjung : orang yang ingin melihat dengan tujuan rekreasi dan penelitian

Kelompok pengunjung dibedakan berdasarkan umur:

a. Kelompok anak-anak (biasanya datang dalam bentuk rombongan), usia 5-13 tahun

b. Kelompok remaja, usia 14 – 24 tahun c. Kelompok dewasa, usia 25 – 45 tahun


(42)

3. Pengelola : orang yang mengelola Primate Land, seperti staff/ karyawan, dokter dan para ahli konservasi primata

4. Servis : orang yang melakukan kegiatan servis pada proyek ini, seperti petugas cleaning, petugas mekanikal elektrikal, dll

2.4.2 Program kegiatan

Sebagai ruang habitat bagi primata sekaligus rekreasi bagi pengunjung, Primate Land memiliki fasilitas yang mencakupi kebutuhan ruang tersebut. Program kegiatan yang dilakukan adalah sebagai penyedia ruang dan hiburan yang bersifat edukatif. Fasilitas-fasilitas yang ditawarkan sbb:

 Kandang primata  Ruang karantina  Klinik

 Museum  Nocturama  Teater 4D

2.4.3 Persyaratan ruang

Syarat dasar pembuatan habitat buatan untuk hewan primata adalah:  Perumahan hewan

Pembangunan tempat tinggal hewan primata harus diarahkan pada pola perilaku dan kebutuhan hewan tersebut. Suasana yang harus dicapai adalah memberikan tempat dimana hewan tersebut merasa berada di habitat asli mereka yang jauh dari predator luar. Semua kebutuhan hewan harus tersedia layaknya hutan asli, yakni ketersediaan air, lubang, rumput, dan sumber sinar matahari.

 Makan

Salah satu item utama dalam pengoperasian pusat hewan primata ini terdiri dari formulasi, penyimpanan, persiapan dan distribusi pangan yang bergizi cukup. Selain pangan utama yang akan didistribusikan kepada hewan, juga harus dipastikan hewan dapat menemukan makanannya pada


(43)

spesies vegetasi yang sesuai, yakni yang dapat menghasilkan buah dan daun.

 Pengobatan hewan

Perawatan yang dimaksud adalah vaksinasi bagi hewan untuk melindungi mereka dari infeksi, perawatan terhadap gigi serta penangkaran dan pengawasan terhadap kelahiran hewan baru.

2.4.3.1 Kandang hewan (animal enclosure) (sumber : Primate enclosure )

Kandang hewan primata disesuaikan dengan jenis primata yang tinggal di dalamnya. Sebagai batas interaksi manusia dengan hewan, kandang didesain dengan kuat, aman dan indah. Bahan yang paling baik digunakan adalah jenis stainless steel yang tahan lama.

Persyaratan kawat untuk kandang adalah material stainless dengan diameter wire cable 1/8” -3/32” dengan bukaan 2”X2” hingga 4”X4”.

Kandang hewan (primate enclosure) harus bernuansa alami dengan banyak semak dan tumbuhan, kayu dan alat pemanjat seperti tali atau frame.


(44)

2.4.3.2 Ruang Karantina

Karantina mengacu pada prinsip dimana pembawa kemungkinan yang terisolasi dan mengalami dan menjalani serangkaian tes darah pada titik asal dan pengenalan. Hal ini biasanya terjadi ketika hewan diimpor dari negara tetangga di mana negara dan timbulnya penyakit terkadang tidak diketahui. Tujuan karantina adalah untuk mencegah masuknya penyakit zoonosis (melewati ke manusia) dan penyakit epidemi dari hewan yang diimpor.

(sumber : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.501/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Karantina Hewan Untuk Satwa Primata) 1. Lokasi : lokasi Instalasi Karantina Hewan dilakukan atas

pertimbangan Dokter Hewan Karantina dengan memperhatikan biosecurity dan biosafety. Lokasi harus dilengkapi dengan pagar keliling yang terbuat dari bahan yang kuat (tembok, besi galvanis, kawat) dengan desain yang dapat mencegah masuk dan keluarnya hama dan penyakit hewan.

2. Fasilitas karantina merupakan kompleks bangunan permanen yang dibuat dari material yang kuat, tahan lama, tidak mudah rusak dan tidak mudah berkarat.


(45)

3. Loading dock : menggunakan pintu yang digunakan untuk sirkulasi pengelola. Jarak antara loading dock dengan ruang karantina tidak terlalu jauh.

4. Ruang karantina/ isolasi : merupakan ruangan tertutup/ indoor. Ruang karantina harus dipisahkan dari ruang pengobatan, dapur gizi, ruang penyimpanan alat dan logistik serta ruang limbah. Selain itu juga harus terpisah dari ruang penangkaran, penelitian , dll.

5. Syarat ruang hewan :

a. Koridor: antara 180-250 cm agar pengelola dan pemindahan alat dapat berlangsung dengan baik. b. Dinding, lantai dan plafon:

 Menggunakan material yang tahan lama

 Permukaannya rata,mudah dibersihkan, tahan air  Kemiringan lantai untuk pembuangan air

 Pipa pembuangan minimal ¢ 4” (10.2 cm) c. Jendela : selalu tertutup rapat

d. Pintu : tinggi minimal 215 cm dan lebar 110 cm 6. Suhu ruangan yang direkomendasikan 180 – 290C 7. Kelembapan ruangan 30-70%

8. Siklus cahaya yang direkomendasikan 12 :12 jam terang gelap.

9. Sirkulasi udara menggunakan sistem exhaust fan. Pertukaran udara direkomendasikan diatur 15 kali pertukaran setiap jam 10. Kandang dibuat dengan desain yang memudahkan proses

pembersihan serta meminimalkan akumulasi kotoran dan sisa makanan, menjaga hewan tetap kering.


(46)

2.5 Studi banding fungsi sejenis

2.5.1 Apenheul Primate Park, Belanda

(sumber: http://www.apenheul.com/apenheul )

Apenheul Primate Park adalah kebun binatang spesialsasi kera yang dibuka pada tahun 1971 dan merupakan kebun binatang pertama di dunia dimana kera dan monyet dapat hidup bebas di dalam hutan dan antara pengunjung.

Di lahan seluas 12 hektar, Apenheul Primate Park dapat menampung lebih dari 35 jenis kera dan lemur. Apenheul Primate Park

merupakan anggota dari Nedherlands Zoo dan Worldwide Zoo yang berperan penting dalam usaha konservasi hewan-hewan primata seperti gorilla, bonobo dan beberapa spesies primata yang terancam punah. Apenheul Primate Park terdiri atas pulau-pulau (sedikitnya 8 pulau) yang penuh dengan pemanjat , tali pohon dan jaring.

Gambar 21. Ruang karantina


(47)

2.5.2 Pusat rehabilitasi satwa primata Jawa, Ciwidey, Bandung

(sumber: Kemenhut Resmikan Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa (PRSPJ), http://www.dephut.go.id )

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Ir. Darori, atas nama Menteri Kehutanan meresmikan Pembangunan Pusat Rehabilitasi Satwa Primata Jawa (PRSPJ), di Patuha Resort Ciwidey Bandung tanggal 13 September 2011. Pembangunan ini merupakan salah satu kesepakatan kerjasama dibidang pelestarian satwa liar terancam punah dengan Aspinall Foundation, yang berkantor pusat di Inggris sejak 2009. Sekitar 100 peserta akan diundang untuk menghadiri acara peresmian, diantaranya adalah Bupati Bandung dan Dirut Perhutani, serta undangan dari berbagai perwakilan unit kerja/instansi Kementerian Kehutanan dan Pemerintah daerah setempat serta lembaga/NGOs terkait yang bergerak dibidang pelestarian Owa Jawa.

Dengan adanya pusat rehabilitasi satwa tersebut diharapkan seluruh owa jawa, lutung dan surili yang saat ini masih dipelihara oleh masyarakat secara berangsur-angsur dapat direhabilitasi di PRSPJ dan dilepas liarkan kembali ke habitat alaminya. Sedangkan untuk satwa-satwa yang tidak memungkinkan untuk dilepas liarkan diharapkan dapat dijadikan sebagai indukan untuk menghasilkan keturunan. Selain sebagai pusat rehabilitasi, PRSPJ ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai tempat penelitian dan


(48)

pendidikan konservasi khususnya konservasi primata jawa bagi masyarakat luas.

Seiring dengan peresmian Pusat Rehabilitasi Primata Jawa di atas, maka pada tanggal 14 s/d 15 September 2011 akan dilaksanakan juga lokakarya ketiga “Manajemen Komite Global untuk Konservasi Owa Jawa” di Patuha Resort ini. Komite ini merupakan suatu program kolaboratif yang diinisiasi oleh para lembaga konservasi dan kebun binatang yang selama ini telah terlibat dalam upaya konservasi owa jawa, seperti Taman Safari Indonesia, Javan Gibbon Centre Bodogol dan kebun binatang luar negeri (Amerika, Eropa dan Australia). Berbagai isu dan persoalan owa jawa akan dibahas dalam kegiatan lokakarya tersebut dan diharapkan dapat dihasilkan berbagai rumusan dan rekomendasi yang diperlukan bagi suksesnya pelestarian owa jawa di masa mendatang.

Dalam pemanfaatan kekayaan sumber daya alam hayati berupa tumbuhan dan satwa liar tersebut, pemerintah telah menerbitkan PP no.8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Keputusan Menteri Kehutanan no.447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa liar. Kebijakan tersebut merupakan bentuk insentif tidak langsung dari Pemerintah bagi masyarakat. Pengakomodasian perangkat hukum terhadap pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar berupa kuota nasional pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar. Tercatat sekitar 1.504 spesies (199 spesies apendiks CITES dan 1.305 spesies non-apendiks CITES) yang telah dimanfaatkan melalui pengaturan kuota tahunan nasional. Sementara itu, terdaftar kurang lebih 197 pengedar luar negeri dari 11 kelas komoditi tumbuhan dan satwa liar dengan lokasi pengedar tersebar di 17 propinsi. Jumlah penangkar yang terdaftar saat ini adalah 432 unit.

2.5.3 Pusat primata Schmutzer, Kebun Binatang Ragunan, Jakarta (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Primata_Schmutzer)


(49)

Berada di dalam kebun binatang Ragunan, di atas lahan seluas 3 Ha, pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta yang dananya berasal dari The Gibbon Foundation. Pusat Primata Schmutzer didirikan sebagai sarana pendidikan dan hiburan bagi pengunjungnya. Sepert Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer dirancang seperti kehidupan bebas binatangnya, tanpa kandang. Pusat primata ini juga memiliki museum, perpusatakaan dan teater bioskop kecil tentang primata di Indonesia dan dunia. Karena pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan masuk, lingkungan Schmutzer sangat bersih. Pengunjung diperiksa sebelum masuk. Selain binatang yang terawat, semua tumbuhan diberi papan nama berdasarkan nama latinnya untuk keterangan pengunjung.

Pusat primata ini masih dalam pengembangan dan beberapa bagian masih dalam tahap penyelesaian. Contohnya pengembangan enclosure (kandang) gorilla 2 untuk gorilla jantan tanpa pasangan. Pada tahun 2006 pusat primata sudah diserahkan sepenuhnya pada kebun binatang Ragunan, Jakarta.

Gambar 24. Pusat primata Schmutzer


(50)

Tabel 1. Tabel perbandingan terhadap studi banding

Apenheul Primate Park,

Belanda

Pusat rehabilitasi primata Jawa,

Bandung

Pusat Primata Schmutzer,

Jakarta

Luas wilayah

12 Ha 3 Ha

Fungsi Konservasi Konservasi, rehabilitasi

Konservasi, rekreasi Fasilitas Auditorium,

akomodasi

Bioskop, perpustakaan,

gua edukasi, arena pendidikan, tempat rekreasi Gambar 25. Suasana Pusat primata Schmutzer


(51)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Defenisi Green Architecture

a. Arsitektur hijau (green architecture)

Arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach). (Jimmy Priatman, “Energy-Efficient

Architecture”)

b. Arsitektur Hijau (Green Architecture)

Sebuah proses perancagan dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik dan meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur. (Futuarch 2008,

“Paradigma Arsitektur Hijau”, green lebih dari sekedar hijau).

3.2 Prinsip Green Architecture

(sumber : Brenda dan Robert Vale: Green Architecture, Design for a sustainable future, dalam laporan tugas akhir Asrial D.,Unikom,pdf)

Ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan green architecture: 1. Conserving energy (konservasi energi)

Sebuah bangunan seharusnya didesain/ dibangun dengan pertimbangan operasi bangunan yang meminimalisir penggunaan bahan bakar dari fosil.

2. Working with climate (sesuai dengan iklim)

Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik dengan iklim dan sumber daya alam.

3. Minimizing new resources (mengurangi penggunaan sumber daya baru)

Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa digunakan untuk hal lainnya.


(52)

4. Respect for users (dekat dengan pengguna)

Green architecture harus mementingkan kepentingan manusia di dalamnya.

5. Respect for site (ramah lingkungan)

Bangunan didesain dengan sesedikit mungkin merusak alam 6. Holism (menyeluruh)

Semua prinsip di atas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah lingkungan.

Green architecture mempunyai banyak istilah lain, misalnya eco-architecture, sustainable architecture maupun environmental architecture. Apapun istilahnya, hal yang harus dititik beratkan adalah makhluk hidup, planet dan keuntungan. Sustainable development adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka. Dokumen Caring for the Earth dalam Strategy for Sustainable Living, sebagai usulan dari UNEP, IUNC, WWF menyebutkan bahwa antara pembangunandan konservasi sumber daya alam haruslah seimbang. Konservasi akan menjamin kebutuhan masa datang.

3.3 Ruang luar

Menurut Ian C, Laurit, ruang luar merupakan ruang terbuka yang terbentuk dari antara massa bangunan. Ruang terbuka dalam lingkungan hidup yaitu lingkungan alam dengan manusia yang dapat dikelompokkan sbb:

a. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, berupa hutan, perkebunan, pertanian, perairan (reservoir energy), dsb b. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan

alam dan manusia, berupa hutan, kehidupan laut, daerah budaya,dsb

c. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan keyamanan, yaitu untuk melindungi kualitas air tanah, sampah, udara, berupa taman lingkungan/ taman kota, dsb


(53)

3.4 Interpretasi tema

Pada pusat primata ini digunakan tema green architecture pada perancangan. Perilaku serta kebutuhan dari hewan primata ini diperhatikan dan dianalisis berdasarkan kajian teori yang ada, sehingga dapat ditentukan kebutuhan ruang, hubungan ruang maupun desainnya. Dalam hal ini akan banyak dikaitkan dengan perencanaan ruang luar dengan konsep berkelanjutan.

Ruang luar dalam hal ini akan diterapkan sebagai habitat dari hewan primata. Pola perletakan kandang (enclosure) akan memperhatikan komposisi perletakan yang baik di mana jalur pengunjung dan servis terpisah.

Prinsip green diterapkan pada :

1. Penggunaan material yang ramah lingkungan, seperti bambu, kayu,batu,dll. Material yang ramah lingkungan adalah material yang tahan lama dan dapat didaur ulang.

2. Penyediaan kawasan tanaman penyedia pakan

3. Pemanfaatan sisa buangan hewan dan limbah alam seperti daun kering secara efektif, yaitu pembuatan kompos.

4. Water recycle : penggunaan air sisa pembersihan kandang dan air hujan untuk penyiraman tanaman.

5. Massa bangunan yang dominan terbuka untuk aliran angin

6. Pencahayaan pada bangunan yang lebih banyak menggunakan pencahayaan alami

Hal-hal yang dapat mendukung lingkungan binaan yang dibentuk adalah: - Sirkulasi

Pola sirkulasi secara umum:

o Linier : jalan yang lurus menjadi pengorganisir utama deretan ruang. o Radial : jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat bersama o Spiral : jalan menerus yang berasal dari titik pusat dan mengelilingi

pusat dengan jarak tertentu

o Grid : jalan sejajar yang saling berpotongan

o Jaringan : jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu (sumber: elib.unikom.ac.id)


(54)

Pola sirkulasi pada desain ini akan menggunakan pola sirkulasi linier. Pola sirkulasi ini menggunakan sirkulasi searah dalam site. Seluruh bagian site akan dilalui pengunjung. Jalan akan didesain membentuk loop (putaran). Kriteria-kriteria :

1. Bangunan yang dapat mengidentifikasikan sifat bangunan yang akan dimasuki, yakni sebagai bangunan rekreasi dan konservasi.

2. Tipe bangunan yang mengundang dan dari segi visualnya dapat mencerminkan sifat rekreasi dan mampu membangkitkan emosi tertentu. 3. Dapat menyelaraskan lingkungan sekitar dan dapat menyeimbangkan

image baru

3.5 Keterkaitan tema dengan judul

Primate Land merupakan sebuah ruang hidup yang diperuntukkan sebagai wadah penyelamatan terhadap hewan primata, khususnya primata lokal. Tema green architecture akan mengarahkan bahwa kehidupan primata haruslah lingkungan yang alami. Lingkungan alami tersebut merupakan cerminan kecil dari habitat sebenarnya di alam. Secara otomatis, Primate Land akan menjadi kawasan rekreasi yang bersifat edukatif, dimana pengunjung akan belajar dan menyadari kehidupan primata. Dampaknya manusia akan sadar pentingnya alam termasuk hewan dan tumbuhan. Bangunan yang direncanakan akan mendukung Primate Land ini juga akan direncanakan dengan konsep green pada umumnya yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam seperti cahaya matahari, air, angin dll.

3.6 Studi banding tema sejenis 3.6.1 Kebun binatang Ragunan

Kebun binatang Ragunan adalah taman raksasa yang berjarak 20 km dari pusat kota Jakarta dan merupakan salah satu tempat rekreasi yang memuat wawasan edukasi. Di lahan seluas 145 Ha, kebun binatang Ragunan mempunyai sekitar 295 spesies hewan dan 90% di antaranya adalah koleksi satwa asli Indonesia.


(55)

Prinsip green dalam kebun binatang ini diterapkan pada perencanaan lansekapnya yaitu terdapat pepohonan yang besar dan rimbun, sehingga kawasan ini tetap asri dan memiliki udara yang sejuk meski matahari sedang tepat di atas kepala. Pepohonan dijadikan sebagai penyerap karbon dioksida dan tudung dari panasnya matahari. Selain itu, pepohonan juga dijadikan sebagai tempat peresapan air dan paru-paru kota. Ruang ruang untuk meperlihatkan satwa juga dibuat seperti terbuka sehingga udara dapat bergerak dan berganti.

Kebun binatang Ragunan juga menerapkan pembuatan kompos cacing. Sampah tumbuhan seperti guguran daun, potongan rumput, sampah pengunjung serta kotoran hewan dikumpulkan lalu dibuat pupuk kompos dengan bantuan cacing. Manfaat yang diperoleh pun bermacam-macam. Daur ulang sampah menghasilkan pupuk organik sedangkan cacing yang berlebih digunakan sebagai pakan ternak dan ikan. Secara tidak langsung, hal ini juga dapat memperbaiki struktur tanah dan merangsang sistem perakaran tanaman. (sumber : http://www.yaszero.com/)

3.6.2 Denver Zoo, Colorado, USA

Denver Zoo merupakan sebuah kebun binatang yang berbasis pada konsep green (sustainable energy). Memiliki luas area sebesar 80 acre (32 ha) di City Park of Denver, Colorado, USA. Dibangun pada tahun 1896 oleh City and Country of Denver dan dikelola oleh Scientific and Cultural Facilities District (SCFD). Denver zoo


(56)

menerapkan sistem manajemen yang ramah lingkungan, baik segi sosial maupun ekonomi. Dalam menerapkan konsep green, Denver zoo melakukan beberapa konservasi energi. Salah satunya adalah konservasi air. Menggunakan kembali air (re-use) dapat meminimalkan konsumsi air seharusnya. Strategi ini telah diuji mengalami penghematan dana hampir US $1 juta (berdasarkan rata-rata tahunan dari tahun 1999 sampai 2011). Sistem yang dilakukan berupa re-sirkulasi dan filtrasi di kolam dan penggunaan air pada toilet-toilet. Hal ini dapat mengurangi hampir 80% penggunaan air toilet. Sejak tahun 2003, Denver zoo menambahkan saluran air untuk penggunaan holtikultura (pemeliharaan tanaman).

Selain konservasi air, Denver Zoo juga menggalakkan program zero waste dengan melakukan daur ulang secara besar-besaran. Limbah-limbah yang dihasilkan akan diubah secara kimiawi dan menghasilkan pupuk. Pada tahun 2011, Denver zoo telah mendaur ulang lebih dari seratus ton bahan mulai dari logam dan kardus menjadi produk baru. Program kompos juga sukses dilakukan dari lebih dari empat ratus ton hewan dan limbah tanaman. Dengan upaya ini dapat menyimpan lebih dari 500 juta ton emisi karbon dioksida. (sumber : http://denverzoo.org/conservation )

3.6.3 Bali Safari and Marine Park

(sumber : indonesiaproud.wordpress.com, 1 Desember 2011)


(57)

Bali Safari and Marine Park merupakan salah satu objek wisata nasional yang menyajikan kombinasi dari kehidupan satwa liar di habitat aslinya dengan ekosistem sekitarnya.

Bali Safari and Marine Park dibangun di atas lahan seluas 40Ha yang masuk pada wilayah administratif 3 desa, yaitu desa Lebih, desa Serongga dan desa Medahan. Di tempat ini terdapat 80 spesies dan 400 ekor satwa yang berasal dari 3 region, yaitu Indonesia, India dan Afrika. Ide besar Bali Safari and Marine Park adalah mengkolaborasikan suasana budaya Bali dengan misi konservasi. Bali Safari and Marine Park memiliki nilai pendidikan dan rekreasi, dimana sambil berekreasi sekaligus melihat alam, aneka satwa dan mempelajari keterkaitan antar semua penghuni taman safari.

Di taman safari ini menerapkan sistem eco-green, dimana memanfaatkan sisa buangan hewan. Hewan yang digunakan yaitu gajah. Kotoran satwa ini didaur ulang pada Safari Poo Paper Factory yang ada di area taman safari.


(58)

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa tapak

4.1.1 Lokasi dan batas site

Lokasi proyek berada di Medan, Sumatera Utara tepatnya di Jl. Bunga Rampe IV , kelurahan Simalingkar B, kecamatan Medan Tuntungan.

Luas lahan : ± 2.8 Ha Sifat proyek : fiktif

Kontur : relatif datar Kondisi eksisting : lahan kosong

Batas-batas : Utara : parkir kebun binatang Medan Timur : areal kebun binatang Medan Selatan : perkebunan

Barat : perkebunan Potensi lahan :


(59)

o Site berada di kawasan hijau kota Medan yang diperuntukkan untuk pengembangan konservasi, rekreasi dan hutan kota.

o Kepadatan bangunan di sekitar kawasan adalah kurang, karena kawasan ini memang kawasan hijau. Sekitar site didominasi oleh perkebunan.

4.1.2 Tata guna lahan

Fungsi utama di kawasan ini adalah daerah hijau kota Medan. Daerah ini didominasi oleh perkebunan dan permukiman penduduk yang tidak padat.

LEGENDA:

PERMUKIMAN TIDAK PADAT

KAWASAN KEBUN BINATANG MEDAN

KONDISI

- Lahan kosong dalam kawasan kebun binatang Medan

- Merupakan kawasan konservasi, rekreasi dan hutan kota

Potensi

Diharapkan menjadi alternatif wisata kota Medan

A B C

Karakteristik hutan kota

- Berada di sub urban kota, - jauh dari kebisingan aktivitas

bisnis B

A


(60)

4.1.3 Matahari

4.1.4 Vegetasi

Pada eksisting site, vegetasi hampir tidak ada karena kondisi eksisting merupakan lahan kosong .Vegetasi yang direncanakan pada site adalah jenis yang tinggi sehingga dapat mencerminkan hutan kecil.

U

Kondisi

Site mendapat cukup cahaya matahari

Potensi

Cocok untuk vegetasi tropis

Usulan

Untuk bangunan, paparan sinar matahari dapt dikurangi dengan vegetasi


(61)

4.1.5 Sirkulasi pejalan kaki Kondisi

Vegetasi eksisting hanya ada beberapa pohon dengan jarak yang berjauhan

Vegetasi di sekitar site :

banyak terdapat pohon rindang

Potensi

Vegetasi di sekitar site dapat menjadi peneduh dan buffer kebisingan

Usulan

Vegetasi di sekitar site tetap dirawat Dibuat vegetasi dalam site dengan dominasi pohon besar (yang sifatnya sebagai tudung) seperti tanjung dan jelutung.

Kondisi

Jalur pejalan kaki ada di dalam komplek kebun binatang dengan lebar 2 m, perkerasan paving blok.

Usulan

Pola perkerasan dibuat bervariatif dan perlu ada kursi taman untuk pengunjung yang ingin beristirahat

Potensi

Pengunjung dapat lebih lama menikmati fasilitas yang ada


(62)

4.1.6 Sirkulasi kendaraan

Kondisi

Sirkulasi kendaraan hanya terdapat pada ruas jalan Bunga rampe IV

Jalan bunga Rampe IV merupakan jalan lingkungan 2 arah dengan lebar jalan 6 m

Usulan

Dijadikan akses utama menuju site Perlu maintenance jalan seperti adanya lampu jalan dsb

Jalan Bunga Rampe IV Status: jalan kota Lebar 6 m

Tingkat kepadatan sedang Dilalui oleh:

- Mobil

- - sepeda motor - - angkot


(63)

4.1.7 View ke luar site

View menghadap ke jalan dan lahan

perkebunan

View menghadap lahan perkebunan

View menghadap area piknik

View menghadap area kandang

hewan

Kondisi

Daerah sekitar site adalah daerah hijau yang memiliki view bagus karena terdapat vegetasi yang terawat

Potensi

Memberi image lingkungan yang terawat

Memicu bertambahnya pengunjung

Usulan

Tetap menjaga keasrian lingkungan sekitar dengan pembersihan lingkungan dari sampah ataupun daun- daun kering.


(64)

4.1.8 View ke dalam site

4.1.9 Kebisingan

Intensitas kebisingan tinggi: berasal dari kendaraan bermotor

Intensitas kebisingan sedang : berasal dari aktivitas dari kebun binatang

Intensitas kebisingan rendah : berasal dari lahan perkebunan yang hampir tidak ada aktivitas

Kondisi

Tapak merupakan lahan kosong yang tidak terawat

Usulan

Membuat permainan fasad bangunan atau vegetasi yang menarik Potensi

Daya tarik kurang Kesan kosong

Masalah

Hewan primata merupakan hewan yang rentan terhadap suara dan kerap menghasilkan suara yang dapat memicu

Usulan

Kandang hewan dibuat di bagian tengah site untuk menghindari pemicu kebisingan dari luar dan


(65)

4.2 Analisa fungsional 4.2.1 Jumlah pengunjung

Berdasarkan data dari Taman Margasatwa Medan, statistik pengunjung terdata sbb:

Tabel.2. statistik pengunjung

Tahun Jumlah pengunjung

2008 92.729

2009 132.563

2010 179.240

2011 202.789

Dari data di atas diperoleh rata-rata kenaikan jumlah pengunjung 3 tahun terakhir adalah:

Jadi, rata-rata kenaikan jumlah pengunjung adalah 36.687 orang per tahun.

Dengan menggunakan metode linear, dengan asumsi kenaikan jumlah pengunjung 10 tahun ke depan adalah:

Pn = Po + n.a

Pn = jumlah pengunjung tahun ke-n Po = jumlah pengunjung tahun awal n = tahun prediksi

a = rata-rata kenaikan

maka didapat jumlah pengunjung tahun 2022 adalah 569.654 orang atau 1.560 orang per hari.


(66)

4.2.2 Aktivitas pengguna - Hewan primata

- Pengunjung

- Pengelola

- Dokter/ ahli medis


(67)

4.2.3 Kebutuhan ruang dan besaran ruang Tabel.3. program ruang

Fungsi Jenis ruang Kapasitas Standar Sumb er

Luas

Penerimaan Main entrance hall

300 orang/ jam

0.8 - 2.0m2 /orang

NAD 600 m2

Loket karcis 2 loket 3 m2 / loket

SB 6 m2

Informasi 2 orang 6 m2 /orang

NAD 12 m2

Penitipan barang

20 m2 /orang

SB 20 m2

Souvenir shop 1 toko 50 – 200 m2 / toko

TSS 200 m2

Kafetaria 100 orang r.makan 1.3-1.9 /orang dapur 25-30% r.makan gudang 25-30% dapur

NAD 264,1 m2

Musholla 20 orang 1.2 m2/oran g

NAD 24 m2

Toilet 4 unit 1.5 -2.0 m2/ unit

NAD 8 m2

Museum Hall 300 orang 0.8 m2/ orang

TSS 240 m2


(68)

m2 R. staff 3 orang 5.5 m2/

orang

NAD 16.5 m2

Gudang Ass 16 m2

4D Theatre Theatre 96 orang 168 m2 MM 168 m2 R. operator 1 orang 21 m2/

orang

MM 21 m2

Toilet 4 unit 1.5 -2.0 m2/ unit

NAD 8 m2

Pengelola Hall 10 orang 0.8-2.0 m2

NAD 20 m2

R. Tamu 20 m2 20 m2

R. direktur 1 orang 49 m2 NAD 49 m2 R. sekretaris 1 orang 9 m2 NAD 9 m2 R. rapat 20 orang 2 m2/

orang

NAD 40 m2

R. tata usaha 49 m2/ orang

NAD 49 m2

R. staff 4 orang 5.5 m2/ orang

NAD 22 m2

R. arsip 20 m2 Ass 20 m2

Toilet 1.5 -2.0

m2/ unit

NAD 8 m2

Pantry 4 orang 1.2 m2/ orang

NAD 4.8 m2

Klinik R. periksa SB 30 m2

R. dokter 2 orang 49 m2/ orang

NAD 98 m2

Laboratorium 1 unit 49 m2 NAD 49 m2 Toilet 1 unit 1.5 -2.0

m2/ unit

NAD 2 m2

R. karantina Kotak karantina

20 unit 2.5- 3.0 m2/ unit


(69)

Sumber:

NAD : Neufert Architect Data TSS: Time Saver Standart Ass : Asumsi

SB : Studi banding

MM : Mediamation Standar

Koridor 40%

total kotak karantin a

SB 24 m2

Servis R.Genset 1 unit 12 m2/ unit

Ass 12 m2

R.Panel dan R.Trafo

1 unit 12 m2/ unit

Ass 12 m2

Bak

Penampunga

n dan

Treatment Air Bersih

1 unit 50 m2/ unit

Ass 50 m2

Bak

Penampunga

n dan

Treatment Air Limbah

1 unit 50 m2/ unit

Ass 50 m2

Loading dock 1 unit 10 m2/ unit

Ass 10 m2

Toilet 1 unit 1.5 -2.0 m2/ unit

NAD 2 m2

Sirkulasi 25 % 661,45

m

2 Total 3307,25


(70)

BAB V

KONSEP

5.1 Konsep perancangan fisik

5.1.1 Konsep penzoningan tapak secara umum

5.1.2 Konsep penzoningan berdasarkan analisa

Penzonaan jenis primata menjadi prioritas utama karena adanya perbedaan sifat, perilaku dan perlakuan terhadap primata itu sendiri. Zona-zona yang dihasilkan yaitu zona primata besar (terdiri dari jenis gorilla dan orang utan), zona primata sedang (terdiri dari jenis kera, bekantan, owa,dsb), dan zona primata kecil (-umumnya nocturnal-, terdiri dari jenis kukang dan tarsius).

Zona hutan Zona bangunan

 Front office

 Museum dan teater  Klinik

 Cafeteria  Souvenir shop  Servis building  Area hijau

 Area primata

Zona Primata Besar

Zona Primata Kecil

Zona Primata sedang


(71)

Sedangkan zona peruntukkan bangunan fungsional yang terdiri dari bangunan utama ( studio 4D dan area penerimaan/ ticketing), museum, klinik dan karantina, serta bangunan pendukung seperti utilitas, toko souvenir dan kafetaria diletakkan di area sisi tapak dengan tujuan agar dapat dijangkau dari segala arah.

5.2 Konsep sirkulasi

5.2.1 Konsep pencapaian terhadap site

Alternatif 1

Melalui jalan kompleks kebun binatang Alternatif 2

Langsung dari area parkir kebun binatang


(1)

79


(2)

(3)

81


(4)

(5)

83


(6)

DAFTAR PUSTAKA

http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249 http://en.wikipedia.org/wiki/Primate http://alamendah.wordpress.com http://www.britannica.com/EBchecked/topic/476264/primate http://www.dephut.go.id

Brenda, Robert Vale. Green Architecture, Design for a sustainable future.pdf

Landscape Architecture Vol.79: Botanic Gardens.1989.California:LM Scofield Company IUCN Red List of Threatened Spesies.2007. http://iucnredist.org

Perda kota Medan no.13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031.pdf