Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Sumber Benih Plomas Sanggau – Kalimantan Barat

Karakteristik Biometrik Pohon Belian
(Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan
Sumber Benih Plomas Sanggau – Kalimantan Barat

MAULIDIAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Karakteristik Biometrik Pohon Belian
(Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan
Sumber Benih Plomas Sanggau – Kalimantan Barat

MAULIDIAN
E 14102002

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
Maulidian. E14102002. Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon
zwageri T. et B.) pada Tegakan Sumber Benih Plomas Sanggau – Kalimantan
Barat. Pembimbing Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS dan Ir. Iwan
Hilwan, MS.
Setiap jenis pohon memiliki ciri dan karakteristik fisiknya masing-masing
untuk membedakan antara jenis yang satu dengan jenis yang lain. Oleh karena itu,
informasi mengenai karakteristik biometrik dari setiap jenis pohon itu sangat
diperlukan, terlebih lagi untuk jenis-jenis pohon yang langka seperti belian
(Eusideroxylon zwageri T. et B.). Untuk mengetahui karakteristik biometrik suatu
jenis pohon kita harus mengetahui data fisiologi pohon yang memiliki pola
pertumbuhan yang unik. Pola ini memiliki kekonsistenan dan kestabilan yang

tinggi, bertahun-tahun tanpa mengalami perubahan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik biometrik pohon belian yang bersifat
konsisten dan unik. Karakteristik ini diharapkan akan menjadi salah satu petunjuk
dalam mengenal jenis pohon belian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pita ukur, Spiegel
Relascope Bitterlich, Haga hypsometer, alat tulis, tangga, parang, galah,
kalkulator, kamera, software Minitab Ver. 13, dan Microsoft Excel. Sebagai objek
dalam penelitian ini adalah setiap pohon belian

yang akan diukur dimensi

pohonnya pada tingkat umur yang berbeda. Analisis data yang dilakukan yaitu
mendeskripsikan secara statistik data dimensi pohon, mencari hubungan antara
dimensi yang satu dengan dimensi yang lain, mencari rasio antar dimensi yang
satu dengan dimensi yang lain, menganalisis hubungan diameter batang relatif
dengan tinggi batang relatif, dan menganalisis angka bentuk pohon. Setelah
diketahui hubungannya dapat dibuat model persamaan regresinya. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear dengan bantuan
software Excel dan Minitab.
Dari hasil pengukuran di lapangan, diperoleh informasi mengenai nilai

minimum, maksimum, dan rata-rata dari diameter pangkal, diameter setinggi
dada, diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total, tinggi tajuk dan tinggi
bebas cabang pohon. Tahun tanam 1985 (n = 42): Diameter pangkal (Dp) =

minimum 8,8 cm, maksimum 27,5 cm, rata-rata 16,6 cm ; Diameter setinggi dada
(DBH) = minimum 8,3 cm, maksimum 24,6 cm, rata-rata 15,4 cm ; Diameter
bebas cabang (Dbc) = minimum 6 cm, maksimum 18 cm, rata-rata 10,9 cm ;
Diameter tajuk = minimum 5,5 cm, maksimum 10 m, rata-rata 7,2 cm ; Tinggi
total (T tot) = minimum 12 m, maksimum 24 m, rata-rata 18,1 m ; Tinggi bebas
cabang (Tbc) = minimum 3,8 m, maksimum 10 ,7 m, rata-rata 6,5 m ; Tinggi tajuk
(T tajuk) = minimum 8,1 m, maksimum 15,2 m, rata-rata = 11,6 m. Tahun tanam
1939 (n = 41) : Diameter pangkal (Dp) = minimum 25,5 cm, maksimum 58 cm,
rata-rata 37,3 cm ; Diameter setinggi dada (DBH) = minimum 22,4 cm, maksimum
54,5 cm, rata-rata 34,6 cm ; Diameter bebas cabang (Dbc) = minimum 12 cm,
maksimum 41,5 cm, rata-rata 26,2 cm ; Diameter tajuk = minimum 6,25 m,
maksimum 16,5 m, rata-rata 10,6 m ; Tinggi total (T tot) = minimum 16 m,
maksimum 28 m, rata-rata 22,4 m ; Tinggi bebas cabang (Tbc) = minimum 3,6 m,
maksimum 14,8 m, rata-rata 8,9 m ; Tinggi tajuk (T tajuk) = minimum 6,1 m,
maksimum 18,4 m, rata-rata 13,5 m.
Rata-rata nilai rasio antara dimensi sebagai berikut : Dp / Dbh = 1,08 ;

Dbc / Dbh = 0,73 ; Dbc / Dp = 0,68 ; T tajuk / T total = 0,62 ; Tbc / T total = 1,81.
Korelasi tertinggi dari hubungan antara diameter dengan dimensi pohon lainnya
yaitu pada korelasi antara diameter setinggi dada dengan diameter pangkal pohon
sebesar 0,996.
Kurva taper terbaik yang dihasilkan berbentuk kuadratik dengan
persamaan tapernya adalah (d/D)2 = 1,01 - 0,277 h/H - 0,673 (h/H)2 + 0,481 (h/H)3
dengan nilai koefisien determinasi (R-sq) 56,9 %, koefisien determinasi terkoreksi
(R-sq(adj)) 56,5 % dan nilai simpangan baku (s) 0,125.
Angka bentuk batang absolut dari pohon belian dikabupaten sanggau
sebesar 0,69 dengan simpangan baku sebesar 0,10. Sedangakan Angka bentuk
batang setinggi dada dari pohon belian ini sebesar 0,80 dengan simpangan baku
sebesar 0,09.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah karakteristik
fisik yang lain dan tingkat umur yang lebih beragam sehingga lebih dapat
menggambarkan pohon belian yang sebenarnya.

Judul Penelitian

: Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon
zwageri T. et B.) pada Tegakan Sumber Benih Plomas

Sanggau – Kalimantan Barat

Nama

: Maulidian

NRP

: E14102002

Departemen

: Manajemen Hutan

Program Studi

: Manajemen Hutan

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I


Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS

Ir. Iwan Hilwan, MS

NIP. 130 933 588

NIP. 131 578 802

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 131 430 799

Tanggal lulus :

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji Syukur kepada Allah Subhanhuwata’ala atas
segala ridhonya penulis dapat menyelesaikan kuliah, penelitian dan penulisan
skripsi dengan judul : Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon
zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau –
Kalimantan Barat. Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta umatnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa jumlah pohon belian/ulin di Indonesia
sudah tergolong langka. Kayu ini memiliki kualitas yang bagus yaitu memiliki
kelas kuat I dan kelas awet I, sehingga kayu ini banyak digunakan oleh
masyarakat terutama di Kalimantan Barat sebagai bahan utama untuk
pembangunan rumah.
Dengan kondisi jumlah pohon belian yang semakin langka, informasi
mengenai karakteristik pohon belian ini sangat diperlukan untuk membantu dalam
mengenal jenis pohon ini.
Dengan selesainya pendidikan, penelitian dan penulisan skripsi ini, maka
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
ƒ

Bapak Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS sebagai Pembimbing I dan Ir.
Iwan Hilwan, MS sebagai Pembimbing II atas segala bimbingan, arahan serta

pengetahuan

yang

telah

diberikan

selama

mengikuti

pendidikan,

merencanakan, dan melaksanakan penelitian serta melakukan penulisan
skripsi ini.
ƒ

Bapak Ir. Jarwadi B. H., M.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen
Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ir. Jajang Suryana, M.Sc sebagai dosen

penguji dari Departemen Hasil Hutan atas segala bimbingan dan arahannya
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

ƒ

Ayahanda Dr. Ir. H. Abdurrani Muin, MS dan Ibunda Hj. Suparti yang telah
memberikan bimbingan ,motivasi, dan doa yang sangat hebat, hingga penulis
dapat segera menyelesaikan tugas akhirnya.

ii

ƒ

Kelompok peneliti dari Universitas Tanjungpura Pontianak : Pak Iskandar,
Bang Zai, Bang Iin, Bang Ivan, Jabar, Kak Shinta dan Kak Sari yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

ƒ

Semua dosen-dosen yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman

selama penulis menjalankan perkuliahan di IPB pada umumnya dan Fakultas
Kehutanan pada khususnya.

ƒ

Bu Riksa yang telah memberikan nasehat, motivasi, dan doanya.

ƒ

Teman-teman seperjuangan penulis : Wien, Alfieta, Hamzah, Mico, Dodi,
Ferry, Getry, Sony, Inten, Intan, Silvi, Desi, Dian, Lenita dan teman-teman
MNH yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

ƒ

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyusun skripsi ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta saran-saran yang telah diberikan

tersebut mendapat pahala dari Allah Subhanhuwata’ala, amiin.


Bogor, Januari 2007

Penulis

iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis atas nama Maulidian dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat,
tanggal 18 Januari 1984. Ayah bernama Dr. Ir. H. Abdurrani Muin, MS. dan ibu
bernama Hj. Suparti.
Penulis mendapatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Islamiyah Pontianak
(tahun 1990-1996), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 1
Pontianak (tahun 1996-1999), serta Sekolah Menengah Umum (SMU) Insan
Kamil Bogor (tahun 1999-2002). Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2002 melalui jalur USMI dengan memilih jurusan Manajemen Hutan
dan mengambil bidang khusus Biometrika Hutan.
Kegiatan praktek lapang yang pernah diikuti antara lain Praktek Umum
Kehutanan (PUK) di daerah Baturaden yaitu BKPH (Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan) Gunung Slamet Barat, KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan)
Banyumas Timur dan di daerah Cilacap yaitu BKPH Rawa Timur, KPH
Banyumas Barat serta Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) bersama
mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM di Getas (KPH Ngawi) pada tahun 2005.
Kemudian pada tahun 2006 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan
seperti : Anggota Bem-E pada tahun 2003, Anggota FMSC 2004, Ketua UKM
Tenis Lapangan IPB (tahun 2005). Penulis juga pernah mengikuti kegiatan
magang pada tahun 2004 di KPH Bojonegoro selama kurang lebih 1 bulan. Selain
itu penulis juga aktif di bidang musik dengan menghasilkan karya pertamanya
berupa Album Kompilasi Band 2006 “Sound of Soul” di bawah label Malta
Musik Indonesia yang diedar secara Nasional dengan Band Four’G.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Biometrik Pohon
Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih
Plomas Sanggau – Kalimantan Barat.

iv

DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................

iii

DAFTAR ISI...............................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) .............................................
Keterangan Botanis .......................................................................
Habitat ...........................................................................................
Parameter Individu Pohon ...................................................................
Umur .............................................................................................
Diameter pohon .............................................................................
Tinggi pohon .................................................................................
Bentuk batang ...............................................................................
Tajuk .............................................................................................

3
3
5
5
5
5
6
7
8

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas Areal Penelitian .........................................................
Topografi.............................................................................................
Geologi dan Tanah ..............................................................................
Iklim ....................................................................................................
Keadaan Hutan ....................................................................................
Aksesibilitas ........................................................................................
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat.................................................
Mata Pencaharian dan Pendidikan ......................................................

10
10
10
11
12
12
13
13

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................
Alat dan Objek Penelitian ...................................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Analisis Data .......................................................................................

14
14
14
18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Statistik Pohon Contoh .......................................................
Rasio Antar Dimensi Pohon................................................................

24
25

v

Hubungan antara Diameter Pohon dengan Dimensi Pohon Lainnya..
Penyusunan Persamaan Regresi ..........................................................
Penyusunan Persamaan Taper .............................................................
Angka Bentuk Batang Rata-rata .........................................................

26
27
32
34

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................
Saran....................................................................................................

35
36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

37

LAMPIRAN ................................................................................................

39

vi

DAFTAR TABEL
No.

Teks

Hal.

1.

Data Curah Hujan (mm) di Kabupaten Sanggau (1997-2005) ............

11

2.

Deskripsi statistik dimensi pohon belian tahun tanam 1985 ...............

24

3.

Deskripsi statistik dimensi pohon belian tahun tanam 1939 ...............

24

4.

Deskripsi statistik rasio antar dimensi pohon belian ...........................

25

5.

Deskripsi statistik rasio diameter setiap ketinggian 2 meter ...............

26

6.

Persamaan regresi menggunakan peubah bebas diameter setinggi
dada .....................................................................................................

28

7.

Persamaan regresi menggunakan peubah bebas diameter pangkal .....

29

8.

Persamaan regresi menggunakan peubah bebas diameter bebas
cabang .................................................................................................

30

9.

Persamaan regresi menggunakan peubah bebas diameter tajuk ..........

31

10.

Persamaan taper umum pohon belian di Kabupaten Sanggau ............

33

11.

Deskripsi statistik angka bentuk batang pohon belian.........................

34

vii

DAFTAR GAMBAR
No.

Teks

Hal.

1.

Akses dengan melewati jalan air .........................................................

12

2.

Kondisi jalan menuju Desa Mengkiang ..............................................

13

3.

Ilustrasi pembagian seksi batang pada pohon contoh yang diukur .....

16

viii

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Teks

Hal.

1.

Rekapitulasi data pengukuran dimensi pohon contoh .........................

40

2.

Korelasi data dan model umum dimensi pohon ..................................

47

3.

Korelasi data dan model umum persamaan taper ...............................

54

4.

Hasil perhitungan rasio dimensi pohon ...............................................

56

5.

Ilustrasi dimensi pohon yang akan diukur...........................................

58

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu jenis kayu yang langka dan memiliki kualitas yang baik adalah
kayu belian/ulin (kayu besi) atau yang dikenal dengan nama ilmiahnya
Eusideroxylon zwageri T. et B. Kelangkaan jenis ini dapat dilihat dari semakin
sulitnya masyarakat menemukan pohon-pohon belian untuk ditebang. Selain itu
persediaan kayu belian di tempat-tempat penjualan bahan bangunan sudah sangat
terbatas, sementara itu kebutuhan bahan kayu ini semakin meningkat yang
mengakibatkan harga kayu belian semakin mahal. Kayu belian termasuk kelas
kuat I dan kelas awet I, sehingga tahan dan kuat untuk digunakan sebagai bahan
bangunan, seperti tongkat, tiang, kusen, pintu dan lain-lainnya.

Karena sifat

kayunya inilah, maka masyarakat terutama di Kalimantan Barat menggunakan
kayu belian sebagai bahan utama untuk pembangunan rumah. Masyarakat akan
merasa bangga jika bisa membangun rumah dengan menggunakan seluruh bagian
rumahnya termasuk atap terbuat dari kayu belian.
Dalam bidang ilmu perencanaan hutan, salah satu isu yang berkembang saat
ini adalah mengenai karakteristik biometrik suatu jenis pohon. Biometrik adalah
suatu cara untuk mengidentifikasi individu berdasarkan karakteristik fisik atau
tingkah lakunya (Anonim, 2004). Untuk mengetahui karakteristik biometrik suatu
jenis pohon, harus diketahui data fisiologi pohon yang memiliki pola
pertumbuhan yang unik. Pola ini memiliki kekonsistenan dan kestabilan yang
tinggi, bertahun-tahun tanpa mengalami perubahan.
Dengan kondisi jumlah pohon belian yang semakin langka, informasi
mengenai karakteristik pohon belian ini sangat diperlukan untuk membantu
memudahkan dalam mengenal suatu jenis pohon yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui data fisiologi pohon dilakukan
pengukuran dimensi-dimensi pohon pada tingkat umur yang berbeda yang
selanjutnya dilakukan analisis karaktersik setiap dimensi pohon yang diukur.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mendapatkan

gambaran

mengenai

karakteristik biometrik pohon belian yang bersifat konsisten dan unik.
Karakteristik ini diharapkan akan menjadi salah satu petunjuk dalam pengenalan
jenis pohon belian.

TINJAUAN PUSTAKA
Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.)
Keterangan botanis
Eusideroxylon berasal dari bahasa yunani yaitu eu = good, sideros = iron,
xylon = wood (Kostermans, 1957).
Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) merupakan tumbuhan berkayu
yang termasuk ke dalam famili Lauraceae. Menurut Samingan (1979) berbagai
nama daerah diberikan pada jenis kayu belian, seperti : bulian, bulin, ulin, ungalin,
onglen, tebelian, balian, kayo tahan, lampahung, tabalien, tabulien, tadien, yaliun,
taluliun, tawudien dan telien. Beberapa nama internasional untuk jenis pohon ini
adalah belian (Malaysia dan Inggris), tabul (Filipina), serta ulin atau borneo
ijzerhaut (Belanda).
Kayu belian memiliki sifat-sifat, antara lain, termasuk kelas kuat I dan
kelas awet I, permukaan kayu agak licin dan mengkilat, tekstur kasar dengan serat
lurus, termasuk kayu sangat keras karena daya kembang susutnya kecil dan
banyak mengandung zat ekstraktif. Jenis belian biasanya banyak dipakai sebagai
bahan untuk kontruksi berat seperti pembuatan jembatan, dek dan tiang-tiang
pelabuhan. Selain itu juga dipakai untuk bahan ukiran, sirap, dek kapal, tiang-iang
transmisi dan lain-lain (Pandit dan Mandang, 1997).
Menurut Priasukmana dan Syukur (1986) sifat-sifat kayu belian untuk
bahan sirap, balok dan papan berbeda satu sama lain. Sifat-sifat kayu belian untuk
sirap lebih tinggi persyaratannya. Secara umum perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Belian untuk sirap (belian lesai), mempunyai sifat-sifat : (1) Umumnya
mempunyai batang yang lurus dan mudah dibelah dengan mempergunakan
parang; (2) kesan raba kulit licin dan berwarna coklat kemerahan; (3)
bagian dalam (isi) kayu berwarna merah muda; (4) bentuk daun lebih
lebar; (5) bentuk buah panjang; (6) mempunyai cabang sedikit dan
pohonnya dapat mencapai tinggi antara 10 – 13 meter; dan (7) batang tidak
berbanir.

4

b. Belian untuk balok dan papan, mempunyai sifat-sifat : (1) batangnya
berbanir; (2) tinggi pohon lebih rendah dibanding dengan ulin sirap; (3)
bentuk serat tidak teratur dan sering terdapat serpihan kayu yang keluar
jika dibelah dengan parang atau kampak; (4) buahnya agak kecil dan
berbentuk agak bundar; (5) bentuk daun kecil dan dan lebih panjang; (6)
warna kulit agak kehitaman.
Ciri utama belian adalah kayunya sangat keras, kayu terasnya berwarna
kuning atau coklat kehitaman (Pandit dan Mandang, 1997). Sedangkan menurut
Martawijaya, Kartasujana, Mandang, Prawira dan Kadir (1989) kulit luar
berwarna coklat kemerah – merahan sampai coklat tua kelabu, tebal 2-9 cm.
Kadang-kadang beralur sangat dangkal, mengelupas banyak dan tipis.
Tinggi pohon bisa mencapai 35 m dengan tinggi batang bebas cabang 5 20 m, diameter sampai 100 cm. Tinggi banir mencapai 4 m, lebar 10 m dan tebal
15 - 40 cm. Batang utama lurus, kadang kala berlekuk di bagian pangkal. Berbanir
banyak, kecil, membulat sehingga pangkal batang berpenampilan seperti kaki
gajah. Tajuk membulat tebal, ranting-ranting licin. Takikan batang dalam
berwarna kuning hingga merah jambu dan tidak bergetah (Sutisna, Kalima, dan
Purnadjaja, 1998).
Daun merupakan daun tunggal yang letaknya berjejer. Bentuk helai daun
ellips memanjang, ujung meruncing, permukaan atas gundul, pangkal membulat
dan tidak mempunyai daun penumpu. Daun muda berwarna merah (Tantra dan
Prawira, 1973). Bunga tumbuh pada ketiak daun, berkelamin dua, panjang tangkai
7,5 – 16 cm, diameter bagian terlebar 5 - 9 cm dan biji dilindungi batok yang
keras (Tantra dan Prawira, 1973).
Buah berupa buah batu pada gagang yang tebal, jorong hingga bulat telur
atau bulat, 7 - 16 cm x 5 - 9 cm, hitam mengkilap bila berisi satu biji. Biji sangat
besar, kulit biji sangat keras, beralur, rapuh dan embrio sangat kecil. Warna buah
mula-mula hijau dan menjadi kecoklatan setelah masak (Sutisna, Kalima, dan
Purnadjaja, 1998).
Menurut Masano (1984) dalam Masano (1986) penanaman kayu belian
dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang berupa biji, sapihan, stump

5

maupun cabutan. Namun sebaiknya menggunakan bibit sapihan, dan bibit yang
berupa stum, biji maupun cabutan dapat dipergunakan untuk penyulaman.

Habitat
Pohon belian umumnya tumbuh pada daerah beriklim A dan B menurut
deskripsi Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan antara 2.500 – 4.000 mm /
tahun. Jenis ini termasuk jenis dari hutan dataran rendah, dengan ketinggian
tempat tumbuh mulai dari tepi pantai sampai ketinggian lebih kurang 400 m dpl
(Partomiharjo, 1987).
Pohon belian tumbuh dalam hutan primer pada tanah-tanah berpasir dan
liat daripada endapan-endapan batu pasir, pada lapangan-lapangan yang datar
maupun miring pada ketinggian 5 – 400 m dpl (Tantra dan Prawira, 1973).
Hutan

belian

merupakan

ciri

khusus

tipe

hutan

dalam

hutan

Dipterocarpaceae dataran rendah, tetapi komposisi formasi ini dapat bervariasi
dari satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu pulau ke pulau lain. Pohon
belian tersebar luas dan umum terdapat di hutan Dipterocarpaceae di Kalimantan
Timur (MacKinnon, Hatta, Halim, dan Mangalik, 2000).

Parameter Individu Pohon
Umur
Menurut Belyea (1950) umur adalah jarak waktu antar tahun tanam hingga
kini dan yang akan datang. Umur pohon ini dapat diperoleh dari register tahun
tanam, jumlah lingkar tahun, dan jumlah lingkar cabang. Untuk mengetahui
jumlah lingkar tahun pada pohon berdiri dapat menggunakan alat ukur berupa bor
riap.

Diameter pohon
Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti
penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan
pengelolaan. Dalam mengukur diameter, yang lazim dipilih adalah diameter
setinggi dada. Pada umumnya, diameter setinggi dada diukur pada ketinggian 4 ft
6 in, atau sama dengan 1,37 m (Anonim, 1992).

6

Menurut Bruce dan Scumacher (1950) diameter adalah suatu garis lurus
yang menghubungkan dua titik pada garis lingkaran luar pohon dan melalui titik
pusat penampang melintangnya.
Diameter pohon merupakan salah satu dimensi pohon yang penting karena
selain secara langsung menentukan volume pohon juga akan berperan sebagai
pengganti dimensi umur pada hutan alam. Meskipun tidak selamanya pohon yang
berdiameter kecil menunjukkan umur yang masih kecil (Richards, 1994).
Dalam mengukur diameter, yang lazim digunakan adalah diameter setinggi
dada karena pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat
dengan parameter pohon yang penting lainnya (Anonim, 1992).
Diameter pohon adalah panjang garis lurus yang menghubungkan dua
buah titik pada lingkaran luar pohon dan melalui titik pusat penampang
melintangnya. Besarnya diameter pohon bervariasi menurut ketinggian dari
permukaan tanah. Oleh karena itu dikenal istilah diameter setinggi dada atau
diameter breast height (dbh), yaitu diameter yang diukur pada ketinggian setinggi
dada dari permukaan tanah (Husch, Beers, dan Kershaw 2003).
Di negara-negara yang menggunakan sistem metrik, diameter setinggi
dada biasanya diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari atas permukaan tanah.
Untuk pohon-pohon berbanir lebih dari 1,3 meter dari atas permukaan tanah,
pengukuran diameter dilakukan pada 20 cm di atas banir (Belyea, 1950).

Tinggi pohon
Setelah diameter, tinggi pohon adalah parameter lain yang mempunyai arti
penting dalam penaksiran hasil hutan. Dalam inventarisasi hutan, biasanya dikenal
beberapa macam tinggi pohon, yaitu :
1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai
puncak pohon.
2. Tinggi batas bebas cabang atau permulaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari
pangkal batang di permukaan, sampai cabang pertama yang membentuk
tajuk.
3. Tinggi batang komersial, adalah tinggi batang yang pada saat itu laku
dijual dalam perdagangan (Anonim, 1992).

7

Husch et al. (2003) mengemukakan bahwa tinggi pohon merupakan jarak
antara titik atas pada batang pohon dengan titik proyeksinya pada bidang
mendatar yang melalui titik bawah (pangkal pohon).

Bentuk Batang
1. Angka Bentuk
Angka bentuk atau faktor bentuk (form factor) merupakan suatu
nilai/angka hasil perbandingan antara volume pohon dan volume silinder yang
besarnya kurang dari satu. Angka bentuk pohon dapat didefinisikan sebagai
berikut :


Merupakan

konstanta

untuk

mengkoreksi

volume

silinder

guna

mendapatkan volume sebenarnya pohon pada dimensi tinggi dan diameter
setinggi dada yang sama


Merupakan suatu angka pecahan (< 1) hasil dari pembagian antara volume
sebenarnya pohon oleh volume silinder yang memiliki dimensi diameter
setinggi dada dan tinggi yang sama.
Macam-macam angka bentuk pohon menurut dimensi pohon yang

digunakan untuk perhitungan yaitu : angka bentuk pohon absolut, setinggi dada,
dan normal (Husch 1963).

2. Kusen Bentuk
Pada umumnya setiap batang pohon tidak berbentuk silindris sehingga ada
faktor keruncingan. Untuk mengetahui besar keruncingan perlu ada perbandingan
antara diameter atas dan diameter bawah. Nilai dari perbandingan ini yang disebut
dengan kusen bentuk.
Macam kusen bentuk ada dua yaitu kusen bentuk normal yang merupakan
perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan
diameter setinggi dada dan kusen bentuk absolut yang merupakan perbandingan
antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan diameter pada
ketinggian 10% tinggi dari pangkal pohon (Belyea, 1950).

8

3. Taper
Menurut Husch (1963) bentuk batang dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
1. Excurrent, yaitu bentuk batang yang teratur dan lurus memanjang dan
biasanya terdapat pada jenis-jenis conifer atau daun jarum.
2. Deliquescent, yaitu pohon yang berbentuk tidak teratur, dimana pada
ketinggian tertentu bercabang-cabang besar dan banyak dijumpai pada
jenis-jenis kayu daun lebar.
Menurut Husch et al. (2003), bentuk-bentuk batang yang menyusun suatu
pohon ada 4 macam, yaitu silinder, paraboloid, kerucut, dan neiloid. Keempat
macam bentuk batang tersebut tidak selalu ada pada pohon, namun yang sering
dijumpai adalah bentuk neiloid, kerucut, dan paraboloid.
Menurut Husch et al. (2003), Taper diartikan sebagai suatu bentuk yang
meruncing sedangkan definisi taper pohon adalah pengurangan atau semakin
mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga
ujungnya. Taper pohon ini secara umum disebut pula bentuk batang atau
lengkung bentuk.
Laasasenaho (1993) menyatakan bahwa bentuk kurva taper hampir sama
pada pohon-pohon yang berbeda ukuran pada jenis pohon yang sama, sehingga
memungkinkan model taper dapat dibuat berdasarkan diameter relatif dan tinggi
relatif. Bentuk persamaan umumnya adalah sebagai berikut :
( d/D ) = f ( h/H ) atau ( d/D) = f{1 – ( h/H) }.
dimana :
d = diameter ujung batang relatif
D = diameter setinggi dada (dbh)
H = tinggi batang pohon dari atas permukaan tanah
h = tinggi batang bebas cabang

Tajuk
Diameter tajuk adalah ukuran dimensi penampang melintang lingkaran
tajuk sepanjang garis yang melalui titik pusat lingkaran dan titik ujungnya pada
garis lingkaran tajuk (Husch, 1963). Diameter tajuk dapat diukur menggunakan
meteran dengan cara mengukur proyeksi vertikal panjang garis yang melalui

9

pangkal pohon dan dua titik pada proyeksi garis lingkaran tajuknya. Pengukuran
menggunakan meteran dilaksanakan dua kali dengan posisi pengukuran yang
saling tegak lurus dan hasilnya dirata-ratakan (Husch et al. 2003).

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas Areal Penelitian
Kawasan Sumber Benih Plomas seluas luas 25 Ha, termasuk Wilayah
Kerja Resort Pemangku Hutan (RPH) Sanggau, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Sanggau, Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Kalimantan Barat. Berdasarkan
wilayah administrasi pemerintahan termasuk Kecamatan Kapuas, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Dati I Kalimantan Barat. Secara geografis lokasi tanaman
belian ini terletak antara 110° 30′ BT - 110°33′ BT dan 0° 11′ LU - 0° 13′ LU.
Batas dari lokasi penelitian sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mukok.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parindu.
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bonti.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Belitang Hilir.

Topografi
Kawasan Sumber Benih Plomas menurut Peta Bentuk Lapangan Provinsi
Dati I Kalimantan Barat Skala 1 : 500.000 dari Direktorat Jenderal Kehutanan
Tahun 1971 bertopografi datar sampai curam (8 - 45 %). Namun berdasarkan
pengamatan lapangan, lokasi tanaman terletak pada daerah datar sampai
bergelombang dengan kelerengan 15 - 25 % dan berada pada ketinggian 200 - 225
meter dari permukaan laut. Sungai yang mengalir di sekitar lokasi penelitian
adalah Sungai Sekayam dan Sungai Bunyu yang merupakan anak Sungai Kapuas.

Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Skala 1 : 2.000.000 dari Direktorat
Geologi Bandung tahun 1965, formasi kawasan sumber benih Plomas terdiri dari
batuan Paleogen. Berdasarkan Peta Geologi Kalimantan Barat skala 1 : 500.000
yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Departemen Pertambangan tahun 1977,
bahwa formasi kawasan sumber benih Plomas termasuk Plistosen – Pliosen.
Berdasarkan Peta Tanah Kalimantan Barat skala

1 : 500.000 yang

diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Departemen Pertambangan tahun

11

1972, bahwa jenis tanah di kawasan sumber benih Plomas adalah Podsolik Merah
Kuning (PMK) dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi intrusi. Namun
menurut Peta Tanah Indonesia skala 1 : 2.500.000 dari Lembaga Penelitian Tanah
Bogor tahun 1972, jenis tanah di kawasan sumber benih Plomas termasuk tanah
Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan fisiografi datar sampai bergelombang.

Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson iklim kawasan ini termasuk
tipe curah hujan A, sedangkan menurut Klasifikasi Koppen termasuk tipe iklim
AF. Musim hujan di wilayah ini umumnya terjadi pada bulan September sampai
Februari, sedangkan musim kemarau pada bulan Maret sampai Agustus. Hasil
pencatatan curah hujan di Kabupaten Sanggau, jumlah curah hujan selama 9
(sembilan) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.
Temperatur rata–rata adalah 26,9° C dengan temperatur maksimum 33,7°
C dan minimum 22,8° C. Kelembaban rata-rata adalah 83% dan maksimum 100%
serta minimum 46%. Angin pada bulan Nopember sampai Maret bertiup dari arah
Barat Laut sedangkan bulan April sampai Oktober bertiup dari arah Timur dan
Tenggara.

Tabel 1. Data Curah Hujan (mm) di Kabupaten Sanggau (1997-2005)
Tahun
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Rata-rata

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

Jumlah

120
228
258
406
209
144
64
125
73
112
158
431
194,00

396
153
421
568
311
469
239
344
351
285
175
438
345,83

177
49
187
96
241
253
240
229
316
376
214
297
222,92

309
262
126
249
38
212
138
492
245
256
297
175
233,25

202
192
83
285
113
262
248
66
215
285
359
145
204,58

442
193
357
163
194
141
36
47
109
113
540
199
211,17

346
348
362
528
160
290
134
112
220
368
301
385
296,17

355
160
207
302
144
44
30
9
299
70
286
303
184,08

464
387
398
259
307
278
161
203
94
290
298
334
289,42

2811
1972
2399
2856
1717
2093
1290
1627
1922
2155
2628
2707
2181,42

Sumber : Stasiun Klimatologi Jungkat (2006)

12

Keadaan Hutan
Hutan di wilayah ini termasuk tipe Hutan Tropika Basah yang ditumbuhi
berbagai jenis pohon. Selain jenis belian (Euxideroxylon zwageri), di sekitar
lokasi tanaman terdapat juga jenis komersial penting lainnya seperti meranti
(Shorea spp.), medang (Litsea spp.), dan kapur (Dryobalanops abnormis).
Keadaan tumbuhan bawah kurang rapat terdiri dari semak belukar, rotan dan
anakan pohon tingkat semai.

Aksesibilitas
Lokasi sumber benih Plomas Sanggau dapat didatang melalui jalan darat
dan dilanjutkan dengan menggunakan transportasi air. Dari Pontianak ke Sanggau
perjalan darat akan ditempuh selama ± 6 jam. Selanjutnya dari Sanggau melalui
Sungai Sekayam dengan menggunakan Speedboat selama ± 45 menit. Lokasi ini
juga bisa didatangi dengan menggunakan jalan darat sampai ke desa Mengkiang
selama ± 1 jam yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Speedboat
selama ± 15 menit. Akses ke lokasi sumber benih melalui jalan darat maupun
jalan air dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Akses dengan melewati jalan air

13

Gambar 2. Kondisi jalan menuju Desa Mengkiang

Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Sebagian besar penduduk disekitar kawasan sumber benih Plomas adalah
penduduk asli (suku melayu) dan sisanya merupakan pendatang. Penduduk
pendatang sebagian besar sudah menetap selama lebih dari 14 (empat belas)
tahun. Suku pendatang ini antara lain Batak, Sunda, Dayak, Bugis, Jawa dan Cina.
Bahasa yang dipergunakan sehari-hari oleh penduduk adalah bahasa melayu
daerah Sanggau. Bahasa resmi yang dipergunakan adalah Bahasa Indonesia.
Desa/dusun yang berdekatan dengan sumber benih Plomas ini adalah Desa
Mengkiang, Dusun Sungai Langir, dan Dusun Mengkiang yang termasuk dalam
Kecamatan Kapuas.

Mata Pencaharian dan Pendidikan
Mata pencaharian penduduk yang tinggal di sekitar Plomas, sebagian besar
adalah bertani/berladang. Sebagian lainnya adalah menoreh karet dan pekerja
harian lepas di areal persemaian PT. Finnantara Intiga Distrik I Mengkiang.
Di bidang pendidikan, ditinjau dari segi fasilitas pendidikan yang terdapat
di Kecamatan Kapuas dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan cukup memadai.
Mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak. Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Sekolah Menengah Umum juga tersedia.

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Sumber Benih Plomas, Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat yang memiliki luas ± 25 Ha, dengan waktu
pelaksanaan penelitian selama ± 2 (dua) minggu efektif di lapangan.

Alat dan Objek Penelitian
Ada dua macam alat yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama adalah
alat yang akan digunakan pada saat pengambilan data, terdiri dari :
1. Phi band / pita meter
2. Haga hypsometer
3. SRB (Spiegel Relaskop Bieterlich) tipe Matrix
4. Tali tambang
5. Tally sheet
6. Alat tulis
Sedangkan alat yang kedua yaitu yang akan digunakan untuk keperluan
pengolahan data, terdiri dari :
1. Kalkulator
2. Komputer dengan program software statistik dan excel
Sebagai objek dalam penelitian ini adalah setiap pohon belian yang akan
diukur dimensi pohonnya pada tingkat umur yang berbeda yaitu pada tahun tanam
1939 dan 1985 dengan diameter minimal 20 cm.

Metode Penelitian
Pemilihan pohon contoh
Metoda

pengambilan

contohnya

berdasarkan

pemilihan

dengan

pertimbangan tertentu (purposive sampling) dengan memperhatikan sebaran
diameter, tinggi dan kondisi pohon sehingga dapat memenuhi keterwakilan data
dan menghasilkan ragam yang sah. Dasar pemilihan kondisi pohon adalah pohon
tersebut harus sehat, bentuknya normal, mewakili ukuran dimensi penaksirnya
serta mempunyai pertumbuhan yang normal (tidak tertekan). Hal ini dimaksudkan

15

agar diperoleh besaran dimensi yang konstan. Selain itu, pemilihan pohon contoh
ini juga harus berdasarkan sebaran pohon menurut diameter setinggi dada (Dbh)
dan tinggi pohon (H). Ini dimaksudkan agar dimensi pohon-pohon yang diukur
tersebut representatif dengan dimensi pohon-pohon penyusun tegakan.
Sebagai syarat statistik, maka ulangan dalam pengambilan contoh untuk
setiap umur sebanyak minimal 30 pohon. Mengingat pohon ini termasuk kedalam
jenis pohon yang langka, maka pengukuran dimensi pohon untuk setiap umur
tidak dapat dilakukan sebanyak 30 pohon, yang terpenting harus ada keterwakilan
data untuk setiap kelas diameter dan tinggi.

Pengukuran dimensi pohon
Dua jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer yang diambil berupa data dimensi pohon yaitu :
diameter pangkal (Dp), diameter setinggi dada (Dbh), diameter seksi yang terdiri
dari ; diameter pangkal seksi dan diameter ujung seksi, tinggi pohon (H), tinggi
bebas cabang pohon (h), dan tinggi tajuk (ht). Sedangkan data sekunder yang
diambil berupa keadaan umum lokasi penelitian. Ilustrasi pengukuran dimensi
pohon dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pembagian batang
Kegiatan lain dalam menentukan karakteristik pohon belian yaitu
menghitung diameter perseksi dimana panjang seksi masing-masing 2 m. Ilustrasi
penggambaran diameter perseksi seperti terlihat pada Gambar 3. Untuk mengukur
diameter setiap ketinggian 2 m, diperlukan alat berupa SRB. Akan tetapi untuk
mendapatkan data diameter dengan ketelitian yang lebih tinggi, data ini diambil
dengan cara memanjat pada pohon yang diukur. Dalam penelitian ini, hanya
beberapa pohon saja yang data diameternya diambil dengan cara memanjat pohon
yang bersangkutan dengan alasan keamanan.

16

Keterangan Gambar 3
H

= tinggi total pohon

h

= tinggi bebas cabang

hn

= tinggi batang dari atas tanah hingga ketinggian pada diameter ujung seksi
ke-i

dn

= diameter ujung seksi ke-i

pn

= panjang batang dari pangkal tajuk hingga ketinggian pada diameter ujung
seksi ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n.

Gambar 3. Ilustrasi pembagian seksi batang pada pohon contoh yang diukur

Diameter perseksi diukur mulai dari atas tunggak atau jika pohon berbanir
maka pengukuran dimulai dari atas banir sampai dengan bebas cabang.
Pengukuran ini dilakukan untuk mencari hubungan antara diameter
setinggi dada dengan diameter ujung seksi dan panjang batang dari tinggi bebas
cabang dengan tinggi bebas cabang.

17

Perhitungan volume pohon contoh
Menghitung volume aktual pohon contoh dihitung dengan cara
menjumlahkan volume batang perseksi.
n

Va = ∑ Vsi
i =1

di mana : Va = Volume pohon sebenarnya
Vsi = Volume seksi batang ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n.
Sedangkan untuk menghitung volume batang perseksi semua pohon
contoh dalam kelompok validasi model dengan menggunakan rumus Smalian,
yaitu :
Vs =

(G + g ) ⋅ L
2

di mana : Vs = volume seksi batang
G = luas bidang dasar pangkal seksi batang
g = luas bidang dasar ujung seksi batang
L = panjang seksi batang

Penentuan angka bentuk batang pohon
Angka bentuk batang pohon (f) ditentukan dengan cara membandingkan
antara volume aktual yang diperoleh dari rumus smalian dengan volume
silindernya.
f =

Va
Vsl

di mana : Vsl = Volume silinder, menganggap bentuk batang pohon silinder
Ada dua macam angka bentuk yang akan dicari, yaitu :

ƒ

Angka bentuk setinggi dada (F-bh)

fbh =

ƒ

Va
0.25π (dbh) 2 Tbc

Angka bentuk absolut (F-abs)
fabs =

di mana :

Va
0.25π (dp) 2 Tbc

18

Vp

= volume pohon sebenarnya

dbh = diameter setinggi dada
Tbc = tinggi pohon bebas cabang
dp

= diameter pangkal pohon

fbh = angka bentuk setinggi dada
fabs = angka bentuk absolut

Analisis Data
Deskripsi statistik pohon contoh

Untuk menggambarkan karakteristik biometrik pohon belian perlu
diketahui deskripsi statistik dari pohon contoh yang diukur. Data statistik yang
diukur seperti banyaknya contoh (n), nilai minimum dan nilai maksimum data
yang diukur, rata-rata atau nilai tengah (mean), dan simpangan baku (s).

Rasio antar dimensi pohon

Untuk mengetahui pertumbuhan yang memiliki pola pertumbuhan yang
konstan perlu diketahui nilai rasio antar dimensi pohon. Nilai ini ditentukan
dengan membandingkan antar dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Rasio
dimensi-dimensi pohon belian yang diukur seperti (1) diameter pangkal(Dp) /
diameter setinggi dada(Dbh), (2) diameter bebas cabang(Dbc) / diameter setinggi
dada(Dbh), (3) diameter bebas cabang(Dbc) / diameter pangkal(Dp), (4) tinggi
tajuk(T tajuk )/ tinggi total(T total), (5) tinggi bebas cabang(Tbc) / tinggi total(T
total).
Pada umumnya setiap batang pohon tidak berbentuk silindris sehingga ada
faktor keruncingan. Untuk mengetahui besar keruncingan perlu ada perbandingan
antara diameter atas dan diameter bawah. Nilai rasio ini akan dicari setiap
ketinggian 2 meter. Perhitungan rasio antara diameter atas dengan diameter bawah
sebagai berikut :
Rn =

Di
Di +1

Keterangan :

Rn = Nilai rasio diameter ke-i
Di = Diameter ke-i ; i = 1,2,3,.... n

19

Hubungan antara dimensi pohon

Data dimensi pohon (diameter, diameter setinggi dada, diameter pangkal,
diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, dan
tinggi tajuk) yang didapat dari hasil pengukuran akan dilakukan perhitungan
secara matematis. Setelah itu akan dicari koefisien korelasinya untuk mengetahui
hubungan antar peubah, apakah antar kedua peubah saling bergantung atau tidak.
Koefisien ini akan membantu dalam menggambarkan karakteristik biometrik
pohon ulin.
Nilai koefisien korelasi dapat dihitung melalui rumus

r=

∑ x y (∑ x )(∑ y ) / n
i i −

i

i

2
2
n
⎛ n
⎛ n 2 ⎛ n
⎞ ⎞⎟ ⎞⎟
⎜ x 2 − ⎛⎜ x ⎞⎟

y
y



∑ i
∑ i ⎝∑
i
i
⎜∑
i =1
⎠ ⎟⎠ ⎟⎠
⎝ i =1 ⎠ n ⎜⎝ i =1
⎝ i =1

Keterangan :

xi

= Diameter pohon ke-i

yi

= Tinggi pohon ke-i

n

= Jumlah pohon

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) merupakan variabel yang dapat
menunjukkan keeratan hubungan antar dimensi pohon seperti antara diameter
dengan tinggi pohon. Nilai koefisien korelasi (r) merupakan penduga tak bias dari
koefisien korelasi (ρ). Besarnya nilai r berkisar antara -1 sampai +1. Jika nilai r =
-1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi negatif sempurna
dan sebaliknya jika nilai r = +1 maka hubungan diameter dengan tinggi
merupakan korelasi positif sempurna. Bila r mendekati -1 atau +1 maka hubungan
antara peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya
(Walpole,1993).

Penyusunan persamaan regresi

Untuk keperluan kemudahan dalam penggambaran karakteristik biometrik
pohon digunakan sebuah peubah bebas berupa diameter pohon dan peubah tidak

20

bebas yaitu tinggi pohon untuk melihat hubungan yang nyata antara kedua peubah
ini. Data hasil pengukuran dimensi yang lain seperti diameter setinggi dada,
diameter bebas cabang, diameter ujung seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi
bebas cabang serta tinggi bebas tajuk juga dianalisis secara statistik untuk
mendapatkan persamaan regresi hubungan antar variabel tersebut.
Analisis ini dilakukan setelah terbukti bahwa antara tinggi pohon dengan
diameter pohon terdapat hubungan yang nyata. Model-model persamaan yang
dibuat umumnya menggunakan hubungan peubah-peubah sebagai berikut :
H = f (D)
Dari persamaan tersebut dapat dibuat model persamaan regresi linearnya yaitu
Y = bo + b1xi + ei
Penyusunan persamaan taper

Persamaan taper disusun berdasarkan hubungan fungsional antara diameter
sepanjang batang (d) dengan panjang batang dari pangkal batang (h), yang secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut : d = f(h)
Menurut Laasasenaho (1982), kurva taper dari jenis pohon yang sama
tetapi berbeda ukuran dapat disusun dengan bantuan diameter relatif dan tinggi
realtif. Adapun persaman yang akan dianalisis sebagai berikut :

(d/D) = f { (h/H) }

(d/D)2 = f { (h/H), (h/H)2 }

(d/D)2 = f { (h/H) }

(d/D)

(d/D) = f { (h/H), (h/H)2 }

(d/D)2 = f { (h/H), (h/H)2, (h/H)3 }

= f { (h/H), (h/H)2, (h/H)3 }

Kriteria ketepatan model

Beberapa ukuran yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ketepatan
sebuah model yaitu koefisien determinasi (R2), koefisien determinasi yang
terkoreksi (R2adj), besarnya peluang untuk menolak H0 padahal H0 benar
berdasarkan kepada data yang ada pada pengujian koefisien regresi dan bentuk
tebaran sisa.
Adapun kriteria yang dipakai untuk menguji ketepatan sebuah model
adalah sebagai berikut.

21

a. Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas
Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas dimaksudkan untuk
mengetahui peranan masing-masing peubah bebas di dalam persamaan dalam
pembentukan model.
Hipotesis yang digunakan
Ho : βi = nol, untuk semua i
H1 : setidaknya ada satu βi ≠ 0
Kriteria yang digunakan
Jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka terima Ho
Jika nilai Fhitung > Ftabel maka tolak Ho
Uji nilai F hitung > F tabel pada tingkat nyata tertentu (α), maka kolerasi
regrasi antara peubah bebas dengan peubah tak bebasnya yaitu nyata (α = 0,05)
dan sangat nyata (α = 0,01).
b. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran dari besarnya keragaman peubah
tidak bebas yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya.
Perhitungan besarnya koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk melihat
tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus :

R2 =

JKregresi
× 100%
JKtotal

Jika nilai koefisien determinasi sebesar 50% mempunyai pengertian bahwa
50% variasi peubah x (diameter setinggi dada atau tinggi pohon) dapat
menerangkan secara memuaskan variasi peubah Y (volume pohon), sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
c. Koefisien determinasi terkoreksi (R2(adj))
Koefisien determinasi terkoreksi (R2(adj)) adalah koefisien determinasi
yang telah dikoreksi oleh derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya. Perhitungan
determinasi terkoreksi (R2(adj)) dengan rumus :

22

(JKS )
R 2 ( adj ) = 1 −

(n − p ) × 100%
(JKT )
(n − 1)

Keterangan : JKS = Jumlah kuadrat sisa
JKT = Jumlah kuadrat total
(n-p) = Derajat bebas sisaan
(n-1) = Derajat bebas total
d. Simpangan baku (s)
Model yang dianggap layak adalah model dengan nilai simpangan
bakunya kecil. Nilai s menunjukkan besarnya penyimpangan antara data aktual
dengan dugaan model, yang akan makin terandalkan dengan nilai s yang semakin
kecil. Nilai s ditentukan dengan rumus :

s = s2 =

∑ ei

2

(n − p )

dimana :
S2 = kuadrat tengah sisaan
ei = sisaan ke-i
e. Simpangan rata-rata dan simpangan agregat
Keakuratan suatu model ditunjukan oleh besarnya selisih antara hasil
pendugaan berdasarkan model dengan kenyataan (data). Semakin kecil selisih
antara hasil model dengan kenyataan, menggambarkan tingkat ketepatan yang
semakin tinggi. Keakuratan model ini diukur berdasarkan simpangan rata-rata
(SR) dan simpangan agregat (SA). Semakin kecil nilai SR dan SA,
menggambarkan tingkat ketepatan yang semakin tinggi. Perhitungan SR dan SA
dengan menggunakan rumus:
⎛ Vai − Vti
Vti
i =1 ⎝
SR =
n
n

∑ ⎜⎜


⎟⎟ * 100%


23

n

SA =

n

∑Vti − ∑Vai
i =1

n

n

∑Vti

* 100%

i =1

Keterangan : SR

= simpangan rata-rata

SA = simpangan agregat
Vai = volume pohon ke-i melalui rumus Smalian
Vti = volume dugaan pohon ke-i melalui angka bentuk
n

= jumlah pohon contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Statistik Pohon Contoh
Berdasarkan syarat statistik pohon contoh yang diambil adalah 30 pohon,
karena pohon belian termasuk pohon yang langka, maka informasi mengenai jenis
pohon ini sangat diperlukan, sehingga dalam menganalisis data ini digunakan
semua pohon contoh yang telah diukur. Pengukuran pohon contoh diambil
sebanyak 83 pohon contoh yaitu 42 pohon pada tahun tanam 1985 dan 41 pohon
pada tahun tanam 1939.

Data yang diukur meliputi diameter pangkal (Dp),

diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc), diameter tajuk (D
tajuk), diameter per seksi, panjang seksi, tinggi total (T total), tinggi bebas cabang
(Tbc), dan tinggi tajuk (T tajuk). Informasi mengenai deskripsi statistik yang
dianalisis pada masing-masing umur adalah n (jumlah pohon), min-maks
(minimum-maksimum), mean (rata-rata), dan s (standar deviasi/simpangan baku).
Deskripsi statistik pohon contoh dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Deskripsi statistik dimensi pohon belian tahun tanam 1985
Dimensi
Diameter pangkal (cm)
Diameter setinggi dada (cm)
Diameter bebas cabang (cm)
Diameter tajuk (m)
Tinggi total (m)
Tinggi bebas cabang (m)
Tinggi tajuk (m)

n
42
42
42
42
42
42
42

min - maks
8,8 – 27,5
8,3 – 24,6
6 – 18
5,5 – 10
12 – 24
3,8 – 10,7
8,1 – 15,2

mean
16,6
15,4
10,9
7,2
18,1
6,5
11,6

s
4,7
4,3
3,4
1,1
3,0
1,8
1,8

Tabel 3 . Deskripsi statistik dimensi pohon belian tahun tanam 1939
Dimensi
Diameter pangkal (cm)
Diameter setinggi dada (cm)
Diameter bebas cabang (cm)
Diameter tajuk (m)
Tinggi total (m)
Tinggi bebas cabang (m)
Tinggi tajuk (m)

n
41
41
41
41
41
41
41

min - maks
25,5 – 58
22,4 – 54,5
12 – 41,5
6,25 – 16,5
16 – 28
3,6 – 14,8
6,1 – 18,4

mean
37,3
34,6
26,2
10,6
22,4
8,9
13,5

s
6,5
6,4
7,0
2,0
2,8
2,7
2,8

25

Tabel 2 dan Tabel 3 merupakan rekapitulasi dari hasil pengukuran
langsung di lapangan pada tingkat umur yang berbeda. Data