Penelitian Eksperimental Kekuatan Lentur Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri).

(1)

PENELITIAN EKSPERIMENTAL KEKUATAN

LENTUR KAYU ULIN (EUSIDEROXYLON ZWAGERI)

Johnny Gunawan Palapessy NRP : 0821042

Pembimbing : Dr. Yosafat Aji Pranata, S.T., M.T.

ABSTRAK

Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang sering disebut kayu besi karena sifat kayunya yang kuat dan awet, termasuk dalam famili Lauraceaea. Tumbuh secara alami di hutan Kalimantan, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka & Belitung. Tinggi pohon dapat mencapai 35 m dengan panjang batang bebas cabang 5-20 m, diameter sampai 100 cm, dan kadang-kadang sampai 150 cm. Keistimewaan kayu Ulin, selain kuat dan awet (termasuk dalam kelas kuat I dan kelas awet I) adalah tahan terhadap serangan rayap dan serangga penggerek. Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut. Karenanya jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi jembatan, dermaga, bangunan yang terendam air, bantalan rel kereta api, perkapalan, dll.

Tujuan penelitian dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah melakukan pengujian eksperimental untuk mendapatkan data empiris kekuatan lentur kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri).

Dari hasil penelitian kekuatan lentur kayu Ulin didapat nilai titik leleh ijin, titik leleh rata-rata, beban maksimum, lendutan maksimum, lendutan ijin, lendutan rata-rata, standar deviasi, koefisien variasi dan tegangan lentur pada kayu Ulin dengan menggunakan lima metode penentuan titik leleh serta uji statistik. Kekuatan lentur kayu Ulin dari penelitian ini diperoleh sebesar 53,54 MPa. Modulus Elastisitas lentur (MoE) didapat sebesar 833,355 N/mm2 dan kekuatan ultimit (MoR) sebesar 85,916 N/mm2.


(2)

EXPERIMENTAL RESEARCH POWER BENDING

IRON WOOD ULIN (EUSIDEROXYLON ZWAGERI)

Johnny Gunawan Palapessy NRP : 0821042

Supervisor : Dr. Yosafat Aji Pranata, S.T., M.T.

ABSTRACT

Ulin (Eusideroxylon zwageri) are often called iron wood because of the nature of the wood is strong and durable, included in the family Lauraceaea. Grow naturally in the forests of Kalimantan, Jambi, South Sumatra and Bangka Belitung &. Tree height can reach 35 m long boles of 5-20 m, diameter up to 100 cm, and sometimes up to 150 cm. Privileged Ulin wood, in addition to strong and durable (including the strong class I and class durable I) is resistant to termites and insects. Ulin wood is also resistant to changes in temperature, humidity, and the influence of sea water. Therefore this type are widely used for the construction of bridges, docks, flooded buildings, railway sleepers, shipbuilding, etc..

The goal of research in the preparation of this Final Project is an experimental test to obtain empirical date Ulin wood bending strength (Eusideroxylon zwageri).

From the research Ulin wood flexural strength values obtained permission melting point, the melting point of the average, maximum load, maximum deflection, deflection permits, deflections mean, standard deviation, coefficient of variation and bending stress at Ulin wood by using a five-point determination method melting and statistical tests. Flexural strength of Ulin timber obtained

from this research is 53,54 MPa.Flexural modulus of elasticity (MoE) obtained at

833,355 N/mm2 and ultimate strength (MoR) at 85.916 N/mm2.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN iii

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR iv

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR v

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR NOTASI xiv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR TABEL xix

DAFTAR LAMPIRAN xx

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 3

1.3 Ruang Lingkup Penelitian 3

1.4 Sistematika Penelitian 4

1.5 Metodologi Penelitian 4

BAB II TINJAUAN LITERATUR 6

2.1 Kayu 6

2.1.1 Sifat Utama Kayu 6

2.1.2 Sifat Fisik Kayu 6

2.1.2.1 Berat Jenis Kayu 6

2.1.2.2 Keawetan Kayu Alami 7

2.1.2.3 Warna Kayu 7

2.1.2.4 Higrokopis 8

2.1.2.4 Kekerasan 8

2.1.2.5 Tekstur dan Serat 8

2.1.3 Sifat Mekanik Kayu 9

2.1.3.1 Kekuatan Tarik 9

2.1.3.2 Kekuatan Tekan 9

2.1.3.3 Kekuatan Geser 10

2.1.3.4 Kekuatan Lentur 11

2.1.3.5 Kekuatan Puntir 11

2.1.3.6 Kekuatan Belah 12

2.1.4 Sifat Kimia Kayu 12

2.1.5 Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan Kayu 13 2.1.5 Klasifikasi Berdasarkan Keawetan Kayu 14

2.2 Kadar Air 14


(4)

2.3.3 Sifat Fisis Kayu Ulin 17

2.3.4 Sifat Mekanis Kayu Ulin 18

2.3.5 Sifat Kimia Kayu Ulin 19

2.3.6 Pengeringan Kayu Ulin 19

2.4 Pengeringan Kayu 20

2.4.1 Hal yang Menentukan Percepatan Pengeringan 21

2.4.2 Cara Pengeringan Kayu 21

2.4.2.1 Pengeringan Alami 22

2.5 Metode Yang Digunakan Pada Pengujian Kayu Ulin 23 2.5.1 Karacabeyli and Ceccotti (K&C) 23 2.5.2 Kcommonwealth Scientific and Industrial Research

Organisation (CSIRO) 24

2.5.3 Equivalent Energy Elastic-Plastic Curve (EEEP) 24

2.5.4 Yasumura and Kawai (Y&K) 25

2.5.5 5% of diameter (5% diameter) 26 2.6 Peraturan Kayu Menurut RSNI 03-xxxx-2013 27

2.6.1 Komponen Struktur Lentur 27

2.6.1.1 Bentang Komponen Struktur Lentur 27 2.6.1.2 Distribusi Lateral Beban Terpusat 27 2.6.2 Komponen Struktur Lentur-Lentur 27

2.6.2.1 Kekuatan Lentur 27

2.6.2.2 Pesamaan Desain Lentur 28 2.6.2.3 Faktor Stabilitas Balok, CL 28

2.7 Kekuatan Lentur Balok 31

2.7.1 Standar Pengujian 34

2.7.2 Tegangan Balok 34

2.7.3 Rumus Tegangan Lentur 37

2.7.4 Rumus Lendutan 38

2.8 Uji Statistik 39

2.8.1 Rata-Rata 39

2.8.2 Standar Deviasi 39

2.8.3 Koefisien Variasi 41

BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 42

3.1 Data Benda Uji 42

3.2 Cara Pengujian 42

3.2 Benda Uji U-01 45

3.3 Benda Uji U-02 51

3.4 Benda Uji U-03 56

3.5 Hasil Pengujian Dalam Bentuk Tabel 61

3.6 Kekuatan Lentur Kayu Ulin 69

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 70

4.1 Kesimpulan 70

4.2 Saran 71


(5)

DAFTAR NOTASI

A = luas penampang, mm2

Am = luas penampang bruto komponen struktur kayu utama, mm2 As = jumlah luas penampang bruto komponen struktur sisi, mm2 CF = faktor ukuran untuk kayu gergajian

CL = faktor stabilitas balok CM = faktor layan basah CP = faktor stabilitas kolom Cfu = faktor penggunaan rebah

Cg = faktor aksi kelompok untuk sambungan Ci = faktor tusuk untuk kayu dimensi

D = diameter, mm

E, E’ = modulus elastisitas acuan dan terkoreksi, MPa

Emin, Emin’ = modulus elastisitas acuan dan terkoreksi untuk perhitungan stabilitas balok dan kolom, MPa

Fb, Fb’ = nilai desain acuan dan terkoreksi, MPa

Fb* = nilai desain lentur acuan dikalikan dengan semua faktor koreksi yang berlaku kecuali CL, MPa

FbE = nilai desain tekuk kritis untuk komponen struktur lentur, MPa Fc, Fc’ = nilai desain tekan sejajar serat acuan dan terkoreksi, MPa Fc* = nilai desain tekan acuan sejajar serat dikalikan dengan semua

faktor koreksi kecuali CP, MPa Fe = kuat tumpu pasak, MPa

Fem = kuat tumpu pasak komponen struktur utama, MPa Fes = kuat tumpu pasak komponen struktur sisi, MPa

Ft, Ft’ = nilai desain tarik sejajar serat acuan dan terkoreksi, MPa Fyb = kuat leleh lentur pengencang, MPa

I = momen inersia, mm4

K = kekakuan awal


(6)

pasak dengan D < 6,35 mm

L = panjang bentang untuk komponen struktur lentur, m Lc = panjang dari ujung tiang ke penampang kritis, m M = momen lentur maksimum, Nmm

MoE = modulus elastisitas lentur, Kg/mm2 MoR = kekuatan ultimit Kg/mm2

P = beban terpusat total atau beban aksial total, N Pmax = beban maksimal, N

Py = titik leleh, N

Q = momen statis suatu area terhadap sumbu netral, mm3 RB = rasio kelangsingan komponen struktur lentur

Rd = suku reduksi untuk sambungan pengencang tipe pasak S = modulus penampang, mm3

T = temperatur, oC

V = gaya geser, N

Vr, Vr’ = geser desain acuan dan terkoreksi, N

Z, Z’ = nilai desain lateral acuan dan terkoreksi untuk sebuah pengencang pada sambungan, N

b = lebar komponen struktur lentur persegi panjang, mm d = tinggi komponen struktur lentur, mm

e = eksentrisitas, mm

fb = tegangan lentur aktual, MPa

fc = tegangan tekan aktual sejajar serat, MPa fc’ = kekuatan tekan beton, MPa

ft = tegangan tarik aktual sejajar serat, MPa fv = tegangan geser aktual sejajar serat, MPa

ℓ = panjang bentang komponen struktur lentur, mm

ℓ = jarak antara titik-titik tumpuan lateral komponen struktur tekan, mm

ℓe = panjang efektif komponen struktur tekan, mm

ℓe/d = rasio kelangsingan komponen struktur tekan


(7)

n = banyaknya pengencang di satu baris s = standar deviasi

t = tebal, mm

x = jarak antara muka tumpuan ke beban, mm

x = rata-rata

y = jarak dari serat yang ditinjau terhadap garis netral, mm wfailure = energi hilang

γ = modulus beban/gelincir untuk suatu sambungan, N/mm

λ = faktor efek waktu

∆y = lendutan leleh, mm

∆max = lendutan maksimal, mm

∆failure = deformasi pada kegagalan, m

θ = sudut antara arah beban dan arah serat (sumbu longitudinal komponen struktur) untuk desain konektor pelat geser atau cincin belah, derajat


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rumah adat Banjar 1

Gambar 1.2 Jembatan menggunakan kayu Ulin 2

Gambar 1.3 Kolom dan balok pada rumah adat Banjar 2

Gambar 1.4 Bagan alir penelitian tugas akhir 5

Gambar 2.1 Kekuatan tarik kayu 9

Gambar 2.2 Macam-macam gaya tekan kayu 10

Gambar 2.3 Kekuatan geser kayu 11

Gambar 2.4 Kekuatan lentur kayu 11

Gambar 2.5 Kekuatan puntir kayu 12

Gambar 2.6 Kekuatan belah kayu 12

Gambar 2.7 Alat ukur kadar air 15

Gambar 2.8 Kayu Ulin 20

Gambar 2.9 Penumpukan kayu vertikal 22

Gambar 2.10 Penumpukan kayu secara horizontal 23 Gambar 2.11 Metode Karacabeyli and Ceccotti (K&C) 23

Gambar 2.12 Metode CSIRO 24

Gambar 2.13 Metode EEEP 25

Gambar 2.14 Metode Y&K 26

Gambar 2.15 Metode 5% diameter 27

Gambar 2.16 Klasifikasi kegagalan lentur balok (ASTM 2008) 32

Gambar 2.17 Benda uji kayu Ulin 33

Gambar 2.18 Uji kuat lentur balok kayu 33

Gambar 2.19 Benda Uji 34

Gambar 2.20 Sifat balok dalam lentur 35

Gambar 2.21 Regangan pada penampang balok 36

Gambar 2.22 Distribusi tegangan akibat lentur 36

Gambar 2.23 Tegangan pada lentur murni 37


(9)

Gambar 3.1 Uji Lentur 42

Gambar 3.2 Kayu setelah uji lentur 43

Gambar 3.3 Grafik benda uji U-01 43

Gambar 3.4 Grafik benda uji U-02 44

Gambar 3.5 Grafik benda uji U-03 44

Gambar 3.6 Alur kerusakan kayu 45

Gambar 3.7a Nilai titk leleh dengan metode K&C 46 Gambar 3.7b Nilai titk leleh dengan metode CSIRO 47 Gambar 3.7c Nilai titk leleh dengan metode EEEP 48 Gambar 3.7d Nilai titk leleh dengan metode Y&K 49 Gambar 3.7e Nilai titk leleh dengan metode 5% diameter 50 Gambar 3.8a Nilai titk leleh dengan metode K&C 51 Gambar 3.8b Nilai titk leleh dengan metode CSIRO 52 Gambar 3.8c Nilai titk leleh dengan metode EEEP 53 Gambar 3.8d Nilai titk leleh dengan metode Y&K 54 Gambar 3.8e Nilai titk leleh dengan metode 5% diameter 55 Gambar 3.9a Nilai titk leleh dengan metode K&C 56 Gambar 3.9b Nilai titk leleh dengan metode CSIRO 57 Gambar 3.9c Nilai titk leleh dengan metode EEEP 58 Gambar 3.9d Nilai titk leleh dengan metode Y&K 59 Gambar 3.9e Nilai titk leleh dengan metode 5% diameter 60

Gambar L1.1a Pabrikasi benda uji 74

Gambar L1.1b Kayu Ulin saat dilakukan pengujian kuat lentur 74 Gambar L1.1c Kayu Ulin setelah pengujian kuat lentur 75

Gambar L1.1d Alur kegagalan balok Ulin 75

Gambar L1.1e Sampel kayu Ulin setelah pengujian labolatorium 76

Gambar L1.1f Grafik benda uji U-01 76

Gambar L1.1g Grafik benda uji U-02 77


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi berdasarkan kekuatan kayu 13 Tabel 2.2 Klasifikasi berdasarkan keawetan kayu 14

Tabel 2.3 Sifat mekanis kayu Ulin 18

Tabel 2.4 Sifat mekanis kayu 19

Tabel 2.5 Sifat kimia kayu Ulin 19

Tabel 2.6 Panjang efektif, ℓe, untuk komponen struktur lentur, mm 29 Tabel 3.1 Metode penentuan titik leleh K&C 66 Tabel 3.2 Metode penentuan titik leleh CSIRO 67

Tabel 3.3 Metode penentuan titik leleh EEEP 67

Tabel 3.4 Metode penentuan titik leleh Y&K 67 Tabel 3.5 Metode penentuan titik leleh 5% diameter 68


(11)

DAFTAR LAMPIRAN.

Lampiran L1 Gambar Pengujian Kuat Lentur Kayu Ulin 74

Lampiran L2 Data Uji Kayu Ulin 78


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang sering disebut kayu besi karena sifat kayunya yang kuat dan awet, termasuk dalam famili Lauraceaea. Tumbuh secara alami di hutan Kalimantan, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka & Belitung. Tinggi pohon dapat mencapai 35 m dengan panjang batang bebas cabang 5-20 m, diameter sampai 100 cm, dan kadang-kadang sampai 150 cm. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran. Ulin sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.

Gambar 1.1. Rumah Adat Banjar

Keistimewaan kayu Ulin, selain kuat dan awet (termasuk dalam kelas kuat I dan kelas awet I) adalah tahan terhadap serangan rayap dan serangga penggerek. Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut. Karenanya jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi jembatan, dermaga, bangunan yang terendam air, bantalan rel kereta api, perkapalan, dll. Ulin juga digunakan sebagai bahan sirap (atap) karena mudah dibelah. Namun, sebagai bahan baku furniture jarang dijumpai karena sifat kayunya yang sangat berat dan keras. Kayu Ulin dapat digergaji dan diserut dengan hasil baik, tetapi sangat cepat


(13)

menumpulkan alat-alat karena kayunya sangat keras. Kayu Ulin dapat dibor dan dibubut dengan baik, tetapi sukar direkat dengan perekat sintetik dan harus dibor dahulu sebelum disekrup atau dipaku, karena cenderung untuk pecah dalam arah radial.

Gambar 1.2. Jembatan Menggunakan Kayu Ulin

Gambar 1.3. Kolom dan Balok pada Rumah Adat Banjar

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan karena kolom tugas utamanya sebagai penyangga beban aksial tekan vertikal. Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban


(14)

elemen penting dalam suatu bangunan sehingga dalam penelitian ini properti yang digunakan adalah kayu Ulin. Kayu Ulin masih sangat sulit dijumpai pada suatu bangunan dan database tentang kayu Ulin masih jarang ditemukan sehingga perlu penelitian di labolatorium.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah melakukan pengujian eksperimental untuk mendapatkan data empiris kekuatan lentur kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Kayu Ulin diambil dari pohon Ulin di wilayah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

2. Kayu telah melalui proses pemilahan dan pengeringan.

3. Pengujian dalam tugas akhir ini adalah uji kadar air dan uji kuat lentur kayu Ulin.

4. Metode yang digunakan adalah Karacabeyli and Ceccotti (K&C), Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Equivalent Energy Elastic-Plastic Curve (EEEP), Yasumura and Kawai (Y&K), dan 5% of Diameter (5% diameter).

5. Penelitian ini difokuskan pada perbandingan lima metode analisis yang biasa digunakan dalam penentuan beban leleh dan lendutan dalam upaya untuk mengidentifikasi pendekatan yang paling universal memperkirakan daktilitas dan faktor modifikasi gaya kekuatan yang digunakan dalam desain struktur kayu.


(15)

1.4 Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I, berisi Pendahuluan, Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BABII, berisi tinjauan literatur terkait yang berhubungan dengan penelitian/penulisan Tugas Akhir.

BAB III, berisi studi kasus dan pembahasan penelitian/penulisan Tugas Akhir. BAB IV, berisi kesimpulan dan saran hasil dari penelitian/penulisan Tugas Akhir.

1.5 Metodologi Penelitian

Secara umum, tahapan penelitian Tugas Akhir ini dimulai dari studi literatur yang berkaitan dengan penelitian terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan survei bahan baku kayu Ulin yang bahannya didapat dari pedagang kayu di Jl. Pramuka Banjarmasin. Setelah bahan baku disediakan maka dilakukan tes kadar air awal di laboratorium. Dari data yang ada, kemudian dilakukan fabrikasi benda uji. Kemudian dilanjutkan pengujian di laboratorium, uji yang dilakukan yaitu uji kadar air dan kuat lentur kayu. Setelah itu baru dapat dibuat pembahasan dan terakhir disimpulkan. Gambar bagan alir studi ditampilkan pada Gambar 1.4.


(16)

(17)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari penelitian eksperimental kekuatan lentur kayu Ulin dengan menggunakan lima metode, data statistik dan tegangan lentur maka dapat disimpulkan :

1. Titik leleh terbesar untuk benda uji U-01 di dapat dari metode 5% diameter yaitu sebesar 1061 Kg dengan lendutan 10,1 mm, sedangkan titik leleh terkecil untuk benda uji U-01 sebesar 100,193 Kg dengan lendutan 0,48 mm dari metode EEEP.

2. Titik leleh terbesar untuk benda uji U-02 di dapat dari metode 5% diameter yaitu sebesar 1020 Kg dengan lendutan 8,8 mm, sedangkan titik leleh terkecil untuk benda uji U-02 sebesar 108,61 Kg dengan lendutan 0,47 mm dari metode EEEP.

3. Titik leleh terbesar untuk benda uji U-03 di dapat dari metode 5%diameter yaitu sebesar 920 Kg dengan lendutan 8,2 mm, sedangkan titik leleh terkecil untuk benda uji U-03 sebesar 111.411 Kg dengan lendutan 0,6 mm dari metode EEEP.

4. Titik leleh rata-rata terbesar dari lima metode penentuan titik leleh adalah 1000,33 Kg dengan lendutan rata-rata 9,03 mm dari metode 5% diameter. 5. Standar deviasi titik leleh terbesar dari lima metode penentuan titik leleh

adalah 72,53 Kg dengan lendutan 0,97 mm dari metode 5% diameter. 6. Koefisien variasi titik leleh terbesar dari lima metode penentuan titik leleh

adalah 13,71% dengan koevisien variasi lendutan 18,88% dari metode Y&K.

7. Tegangan lentur kayu Ulin dengan menggunakan nilai Pyrata-rata yang di

peroleh pada tabel 3.6 sebesar 53,54 MPa.

8. Modulus Elastisitas lentur (MoE) didapat sebesar 833,355 N/mm2 dan kekuatan ultimit (MoR) sebesar 85,916 N/mm2.


(18)

4.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian kuat tekan, kuat geser, dan kuat tumpu kayu Ulin di laboratorium.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standarisasi Nasional, 2013, SNI Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu.

2. http://www.forest.sabah.gov.my/frc/english/pdf/2%20Some%20wood%20 properties%20of%20Xylia%20xylocarpa%20planted%20in%20Sabah.pdf.

3. Bowles, J. 1993. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 2. Alih bahasa oleh Pantur Silaban. Erlangga. Jakarta.

4. Departemen Pekerjaan Umum, 1999, Tata Cara Pelaksanaan Pondasi

Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut, Yayasan badan

Penerbit Departemen P.U., Jakarta.

5. Gere, J.M., dan Timoshenko, S.P., (2000) Mekanika Bahan Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

6. Gere, J.M., dan Timoshenko, S.P., (2002) Mekanika Bahan Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

7. Taufik, S., 1999, Pengantar Struktur Kayu, Tim Pinus Plus, Banjarbaru.

8. Munoz, W., and M. Mohammad. 2010, Determination of Yield Point and Ductility of Timber Assemblies: In Search For A Harmonised Approach. Canada.

9. Karacabeyli, E., and A. Ceccotti. 1996. Quasi-static reversed cyclic testing of nailed joints. Proceedings of International Council for

Building and Research Studies and Documentation WorkingCommission

W18 – Timber Structures. Pap. 29-7-7. Karlsruhe, Germany.

10.Ceccotti, A. 1995. Timber connections under seismic actions. In: Timber

engineering–STEP 1. 1st Edition. STEP/EUROFORTECH. The

Netherlands, ISBN 90-5645-001-08. Pp. C17/1-C17/10.

11.Yasumura, M., and N. Kawai. 1998. Estimating seismic performance of wood-framed structures. Proceedings of 1998 I.W.E.C. Switzerland. Vol.2. pp. 564-571.

12.Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO). 1996. Timber evaluation of mechanical joint systems. Part 3, Earthquake loading. CSIRO, Melbourne, Australia


(20)

DAFTAR PUSTAKA

13.Pranata dkk. 2011. Uji Eksperimental dan Analisis Metode Elemen Hingga Kuat Lentur Kayu Indonesia. Medan

14.Puslitbang Hasil Hutan, 2004, Atlas Kayu Indonesia, Puslitbang Hasil Hutan.

15.S. Soerjadedi., Ir. 1998. Bahan Bangunan. Universitas Parahyangan. Bandung.

16.http://ocw.nthu.edu.tw/ocw/upload/8/258/Chapter_9-98.pdf. Dilihat pada tanggal 26 April 2014.

17.http://www.astm.org/DATABASE.CART/HISTORICAL/D143-94.htm.

ASTM D143-94 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber. Dilihat pada 01 April 2014.


(1)

1.4 Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I, berisi Pendahuluan, Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BABII, berisi tinjauan literatur terkait yang berhubungan dengan penelitian/penulisan Tugas Akhir.

BAB III, berisi studi kasus dan pembahasan penelitian/penulisan Tugas Akhir. BAB IV, berisi kesimpulan dan saran hasil dari penelitian/penulisan Tugas Akhir.

1.5 Metodologi Penelitian

Secara umum, tahapan penelitian Tugas Akhir ini dimulai dari studi literatur yang berkaitan dengan penelitian terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan survei bahan baku kayu Ulin yang bahannya didapat dari pedagang kayu di Jl. Pramuka Banjarmasin. Setelah bahan baku disediakan maka dilakukan tes kadar air awal di laboratorium. Dari data yang ada, kemudian dilakukan fabrikasi benda uji. Kemudian dilanjutkan pengujian di laboratorium, uji yang dilakukan yaitu uji kadar air dan kuat lentur kayu. Setelah itu baru dapat dibuat pembahasan dan terakhir disimpulkan. Gambar bagan alir studi ditampilkan pada Gambar 1.4.


(2)

(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari penelitian eksperimental kekuatan lentur kayu Ulin dengan menggunakan lima metode, data statistik dan tegangan lentur maka dapat disimpulkan :

1. Titik leleh terbesar untuk benda uji U-01 di dapat dari metode 5% diameter yaitu sebesar 1061 Kg dengan lendutan 10,1 mm, sedangkan titik leleh terkecil untuk benda uji U-01 sebesar 100,193 Kg dengan lendutan 0,48 mm dari metode EEEP.

2. Titik leleh terbesar untuk benda uji U-02 di dapat dari metode 5% diameter yaitu sebesar 1020 Kg dengan lendutan 8,8 mm, sedangkan titik leleh terkecil untuk benda uji U-02 sebesar 108,61 Kg dengan lendutan 0,47 mm dari metode EEEP.

3. Titik leleh terbesar untuk benda uji U-03 di dapat dari metode 5%diameter yaitu sebesar 920 Kg dengan lendutan 8,2 mm, sedangkan titik leleh terkecil untuk benda uji U-03 sebesar 111.411 Kg dengan lendutan 0,6 mm dari metode EEEP.

4. Titik leleh rata-rata terbesar dari lima metode penentuan titik leleh adalah 1000,33 Kg dengan lendutan rata-rata 9,03 mm dari metode 5% diameter. 5. Standar deviasi titik leleh terbesar dari lima metode penentuan titik leleh

adalah 72,53 Kg dengan lendutan 0,97 mm dari metode 5% diameter. 6. Koefisien variasi titik leleh terbesar dari lima metode penentuan titik leleh

adalah 13,71% dengan koevisien variasi lendutan 18,88% dari metode Y&K.


(4)

4.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian kuat tekan, kuat geser, dan kuat tumpu kayu Ulin di laboratorium.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standarisasi Nasional, 2013, SNI Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu.

2. http://www.forest.sabah.gov.my/frc/english/pdf/2%20Some%20wood%20 properties%20of%20Xylia%20xylocarpa%20planted%20in%20Sabah.pdf. 3. Bowles, J. 1993. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 2. Alih

bahasa oleh Pantur Silaban. Erlangga. Jakarta.

4. Departemen Pekerjaan Umum, 1999, Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut, Yayasan badan Penerbit Departemen P.U., Jakarta.

5. Gere, J.M., dan Timoshenko, S.P., (2000) Mekanika Bahan Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

6. Gere, J.M., dan Timoshenko, S.P., (2002) Mekanika Bahan Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

7. Taufik, S., 1999, Pengantar Struktur Kayu, Tim Pinus Plus, Banjarbaru. 8. Munoz, W., and M. Mohammad. 2010, Determination of Yield Point and

Ductility of Timber Assemblies: In Search For A Harmonised Approach. Canada.

9. Karacabeyli, E., and A. Ceccotti. 1996. Quasi-static reversed cyclic testing of nailed joints. Proceedings of International Council for Building and Research Studies and Documentation WorkingCommission W18 – Timber Structures. Pap. 29-7-7. Karlsruhe, Germany.

10. Ceccotti, A. 1995. Timber connections under seismic actions. In: Timber engineering–STEP 1. 1st Edition. STEP/EUROFORTECH. The Netherlands, ISBN 90-5645-001-08. Pp. C17/1-C17/10.

11. Yasumura, M., and N. Kawai. 1998. Estimating seismic performance of wood-framed structures. Proceedings of 1998 I.W.E.C. Switzerland. Vol.2. pp. 564-571.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

13. Pranata dkk. 2011. Uji Eksperimental dan Analisis Metode Elemen Hingga Kuat Lentur Kayu Indonesia. Medan

14. Puslitbang Hasil Hutan, 2004, Atlas Kayu Indonesia, Puslitbang Hasil Hutan.

15. S. Soerjadedi., Ir. 1998. Bahan Bangunan. Universitas Parahyangan. Bandung.

16. http://ocw.nthu.edu.tw/ocw/upload/8/258/Chapter_9-98.pdf. Dilihat pada tanggal 26 April 2014.

17. http://www.astm.org/DATABASE.CART/HISTORICAL/D143-94.htm. ASTM D143-94 Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber. Dilihat pada 01 April 2014.