KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI BERTINGKAT
ABSTRAK
KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN
PKO DAN CPO DENGAN REAKSI BERTINGKAT
Oleh
CINGGI SHELA NENDELA
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh reaksi etanolisis secara
bertingkat terhadap nilai rendemen, aktivitas antibakteri dan stabilitas emulsi yang dihasilkan dari produk etanolisis campuran PKO dan CPO. Penelitian ini
menggunakan perlakuan tunggal yaitu tingkat reaksi etanolisis yang terdiri dari 3 taraf (tingkat 1, 2 dan 3) dengan 3 ulangan. Reaksi etanolisis dilakukan pada suhu 40oC selama 8 menit dan kecepatan putar 1000 rpm. Data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk gambar histogram atau tabel (termasuk St. Dev) dan dibahas secara desktiptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen produk etanolisis tingkat 1, 2 dan 3 yang dihasilkan relatif sama berkisar antara 32,73%-45,81% dan menghasilkan rendemen total hingga 72,91%. Produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO dengan reaksi bertingkat memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus hingga reaksi tingkat 3 dengan nilai diameter zona hambat masing-masing 21,69mm dan 22,10mm. Daya stabilitas emulsi produk etanolisis tingkat
(2)
1, 2 dan 3 yang dihasilkan berkisar antara 9,70%-14,40%, sedangkan daya
stabilitas emulsi tertinggi diperoleh dari reaksi etanolisis tingkat 1 sebesar14,40%.
(3)
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF YIELD VALUE, ACTIVITY OF ANTI BACTERIA AND EMULSION STABILITY OF ETHANOLYSIS PRODUCT FROM
PKO AND CPO WITH GRADUAL REACTION
By
CINGGI SHELA NENDELA
The objective of this research to find out the influence of ethanolysis reaction gradually to the yield value, antimicrobe activity and emulsion stability produced from ethanol product mixture of PKO and CPO. This research is conducted using descriptive method with single treatment; the ethanolysis reaction levels that consists of 3 levels (level 1, 2 and 3) in 3 repetitions. The ethanolysis reaction is conducted in 40 0C in 8 minutes with 1000 rpm spinning. Obtained data are displayed in histogram figures and tables (including StDev) and discussed descriptively.
The results shows that the yield value of the ethanolysis product in level 1, 2 and 3 produce the same results between 32,73% - 45,81% and produce total yield value up to 72.91%. The ethanolysis from PKO and CPO mixture with gradual reactions possesses anti bacteria activity to E. coli and S. aureus up to reaction 3, with value of inhibition diameter zone of 21,69 mm and 22,10 mm respectively. Produced emulsion stability of ethanolysis product level 1, 2 and 3 is between
(4)
9,70% - 14,40%, while the highest emulsion stability is obtained in ethanolysis reaction level 1 (14,40%).
(5)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Namun, sekarang telah berkembang ke berbagai daerah. Sektor minyak kelapa sawit Indonesia mengalami perkembangan yang berarti, hal ini terlihat dari total luas areal perkebunan kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data statistik Ditjen Perkebunan yang terus bertambah dari 7,3 juta hektar pada tahun 2009 menjadi 8,04 juta hektar pada tahun 2010. Produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari 19,4 juta ton pada tahun 2009 menjadi 19,76 juta ton CPO pada tahun 2010 (Anonime, 2011).
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan. Daging buah (mesocarp) menghasilkan minyak sawit kasar sebanyak 20-24%. Bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO) sebanyak 3-4% (Sunarko, 2006). Minyak sawit kasar (crude palm oil/CPO) berwarna merah jingga karena mengandung sekitar 500-700 ppm karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar (Ketaren, 2005). Minyak inti sawit berwarna kuning, dihasilkan dari
(6)
ekstraksi terhadap daging buah biji (inti) sawit. Komposisi asam lemak PKO berbeda dengan CPO, karena asam lemaknya didominasi oleh asam laurat (12:0) dan asam miristat (14:0), masing-masing mencapai 45 dan 18% (Gurr, 1992).
Salah satu produk fungsional yang dapat dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit dan minyak inti adalah produk monogliserida-digliserida atau disingkat MG-DG. Produk MG-DG dapat bermanfaat sebagai emulsifier dan berfungsi sebagai antibakteri (Lestari dan Murhadi, 2008). Metode produksi mono dan digliserida yang dinilai cukup potensial adalah dengan reaksi etanolisis. Menurut Murhadi dan Zuidar (2009), produk etanolisis dari PKO memiliki aktivitas antibakteri dan antikhamir serta memiliki sifat sebagai penstabil produk emulsi, walaupun belum optimal terutama terhadap produk emulsi minyak dalam air (oil in water; o/w).
Proses etanolisis menghasilkan dua lapisan yaitu lapisan atas yang disebut produk dan lapisan bawah (sisa), untuk selanjutnnya dilakukan pemisahan antara lapisan atas dan lapisan bawah. Hasil penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa produk sisa etanolisis (lapisan bawah) masih memiliki aktivitas antibakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian Rahman (2010) yang menunjukkan bahwa sisa reaksi etanolisis PKO (lapisan bawah) dengan perlakuan suhu
etanolisis 40oC masih memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, B. cereus dan E. coli dengan rata-rata diameter zona hambat masing-masing adalah : 7,03 ; 5,52 ; dan 5,05 mm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu dikaji nilai rendemen, daya antibakteri dan daya stabilitas emulsi produk etanolisis yang
(7)
diproduksi dari campuran PKO dan CPO dengan perlakuan reaksi etanolisis secara bertingkat.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh reaksi etanolisis secara bertingkat terhadap nilai rendemen, aktivitas antibakteri dan daya stabilitas emulsi yang dihasilkan dari produk etanolisis campuran minyak inti sawit (PKO) dan minyak sawit mentah (CPO).
1.3 Kerangka Pemikiran
Minyak sawit kasar (CPO) merupakan hasil pengolahan daging buah sawit yang agak kental berwarna kuning jingga kemerah-merahan, sedangkan minyak inti sawit (PKO) merupakan hasil ekstraksi inti/biji sawit yang berwarna kuning jernih (Anonima, 1992). Pada minyak sawit mentah, asam lemak yang dominan adalah asam palmitat (16:0) dan oleat (18:1), sedangkan asam lemak yang dominan dalam minyak inti sawit adalah asam laurat (12:0; Ketaren, 2005). Dengan kandungan asam laurat yang tinggi di dalam minyak inti sawit, diduga kuat dapat menghasilkan produk MG yang memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi. Hal ini telah dibuktikan bahwa produk mono-digliserida yang dihasilkan dari PKO memiliki aktivitas antibakteri terutama terhadap S. aureus dan E. coli dengan diameter zona hambat antara 7,16 dan 5,91 mm/10 mg ekstrak serta 8,33 dan 5,07 mm/10 mg ekstrak (Lestari, 2008). Sementara dalam CPO dengan komposisi utama berupa asam palmitat (16:0; 48%) dan asam oleat (18:1; 38%) dengan total mencapai sekitar 86% dari total asam lemak yang ada (Lawson, 1995),berpotensi
(8)
sebagai emulsifier alami bagi produk pangan emulsi sehingga pencampuran PKO dan CPO dapat menghasilkan produk antimikroba sekaligus emulsifier.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana ester ditransformasi menjadi bahan lain melalui interchange dari CH3OH. Jika reaksi terjadi antara
ester original dengan suatu alkohol maka proses transesterifikasi disebut sebagai alkoholisis (Manurung, 2006). Pada transesterifikasi minyak nabati, trigliserida bereaksi dengan alkohol dengan adanya asam kuat atau basa kuat sebagai katalis menghasilkan campuran fatty acid alkyl ester dan gliserol. Reaksi
transesterifikasi merupakan reaksi tiga tahap dan reversible dimana mono dan digliserida terbentuk sebagai intermediate (Freedman et al., 1986 dan Wright et al., 1994 dalam Manurung, 2006).
Reaksi transesterifikasi pada CPO dapat memecah rantai trigliserida menjadi lebih pendek dengan menggunakan katalis asam atau basa (Sidjabat, 1995; Ma, 1999; Aprianto, 2003 dalam Utami dkk., 2007). Katalis yang umum digunakan untuk reaksi transesterifikasi adalah asam dan basa. Katalis asam biasanya digunakan asam sulfonat dan asam sulfat sedangkan katalis basa yang biasa digunakan NaOH, KOH dan NaOCH3. Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa lebih
cepat 4000 kali dibandingkan katalis asam, dan katalis alkali tidak sekorosif katalis asam (Srivastava, 1999 dalam Utami dkk., 2007).
Berdasarkan penelitian (Murhadi dan Zuidar, 2009), produk etanolisis dari PKO yang dihasilkan dari reaksi etanolisis pada suhu 40o C selama 8 menit dengan kecepatan putar 1000 rpm memiliki aktivitas antibakteri dan antikhamir serta
(9)
memiliki sifat sebagai penstabil produk emulsi, walaupun belum optimal terutama terhadap produk emulsi minyak dalam air (oil in water; o/w).
Produk etanolisis kasar campuran PKO dan CPO menghasilkan 2 lapisan yang dihasilkan dari pemisahan dengan labu pemisah yang didiamkan selama sekitar 30 menit. Lapisan tersebut terdiri dari lapisan atas (produk) yang berwarna kuning sedangkan lapisan bawah (sisa) berwarna oranye. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa nisbah PKO terhadap CPO sebesar 1,50 pada suhu 40oC dan waktu 8 menit menghasilkan rendemen tertinggi yaitu sebesar 61,67% sedangkan berdasarkan uji stabilitas emulsi didapat bahwa % emulsi tertinggi didapat dari nisbah PKO terhadap CPO 1,25 (b/b) dengan nilai 13,39% (Fanny, 2011).
Hasil penelitian Martiasari (2010) menunjukkan bahwa sisa PKO hasil reaksi etanolisis kasar dengan perlakuan waktu reaksi 9 menit masih memiliki daya antibakteri terhadap S. Typhimurium dan Micrococcus luteus, dengan diameter zona hambat masing-masing adalah 3,73 sampai 10,16 mm dan 0,91 sampai 2,45 mm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diprediksi bahwa sisa hasil reaksi etanolisis PKO masih mengandung produk etanolisis yang belum terpisah dan masih tergabung dengan lapisan bawah sehingga masih memiliki aktivitas antibakteri yang memungkinkan untuk dilakukan reaksi etanolisis secara bertingkat.
(10)
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah reaksi etanolisis secara bertingkat dari campuran PKO dan CPO memberikan nilai rendemen, aktivitas antibakteri dan daya stabilitas emulsi produk etanolisis yang berbeda.
(11)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guenensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit tipis. Kadar minyak pada perikarp sekitar 34-40% (Ketaren, 2005). Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 g/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan sawit. Hasil utama yang diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel (Anonimd, 2011).
2.1.1 Minyak sawit mentah
Minyak sawit diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ektraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang. Dengan adanya air dan serat halus tersebut menyebabkan minyak sawit mentah tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan (Naibaho, 1988). Minyak sawit kasar
(12)
mengandung sekitar 500-700 ppm karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar, oleh karena itu CPO berwarna merah jingga.
Bentuk semi solid minyak sawit mentah disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi (Tabel 1). Komponen utama yaitu asam palmitat sekitar 50% dan 40% asam lemak tidak jenuh tunggal (asam oleat) juga sekitar 10% asam lemak tidak jenuh jamak (asam linoleat). Asam palmitat bentuk bebas dan bentuk terikat sebagai monopalmitin, dipalmitin dan tripalmitin memiliki titik leleh yang relatif tinggi ( di atas 60oC), sehingga pada suhu ruang senyawa tersebut berbentuk padat.
Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak sawit mentah
Komposisi asam lemak Persentase (%)
Laurat (C12:0) 0 – 0,4
Meristat (C14:0) 0,6 – 1,7
Palmitat (C16:0) 41,1 – 47,0
Stearat (C18:0) 3,7 – 5,6
Oleat (C18:1) 38,2 – 43,6
Linoleat (C18:2) 6,6 – 11,9
Linolenat (C18:3) 0,0 – 0,6
Sumber : May (1994)
Warna kuning sampai merah minyak sawit mentah disebabkan oleh kandungan pigmen karotenoid. Karotenoid ini terdiri atas 5% xantofil dan 95% karoten yang menurut Maclellan (1983) 62% merupakan beta karoten, 29% alfa karoten dan 4% gamma karoten. Alfa dan beta karoten dalam bahan pangan berperan sebagai pemberi warna dan prekursor vitamin A (provitaminA; Mappiratu,1990). Menurut May (1994), alfa dan beta karoten dilaporkan berperanan untuk
(13)
mencegah penyakit jantung koroner dan penyakit kanker serta berfungsi menghambat penuaan dini.
2.1.2 Minyak inti sawit
Minyak inti sawit dihasilkan dari inti buah kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak jenuh yang cukup tinggi yakni sekitar 80-82% dan kandungan asam lemak essensial yang rendah (Anonimb, 2007). Kandungan asam lemak minyak inti sawit didominasi oleh asam laurat (12:0) dan asam miristat (14:0) masing-masing sebanyak 48,2% dan 16,2%. Kandungan asam lemak pada minyak inti sawit dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan asam lemak dalam minyak inti sawit
Komposisi Persentase (%)
Saturated
- Lauric (12:0)
82 48,2 - Myristic (14:0) 16,2
- Palmitic (16:0) 8,4
- Capric (10:0) 4,3
- Caprylic (8:0) 3,3
- Stearic (18:0) 2,5
Monounsaturated
- Oleic (18:1) 15,3
Polyunsaturated
- Linoleic (18:2) 2,3
Sumber : Anonimb, 2007
Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25°C-30°C (Sitinjak, 1983). Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang
(14)
terikat dalam trigliserida-trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) sampai C18 asam jenuh (asam stearat) dan C18 tidak jenuh (asam oleat dan asam linolenat; Winarno, 1992).
2.2 Sifat Fisik dan Kimia CPO dan PKO
Menurut Ketaren (2005), sifat fisiko kimia minyak inti sawit meliputi warna, bau dan flavour, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik
kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.
Minyak memiliki rumus molekul C3H5(COOR)3 dengan Berat Molekul (BM)
829 g/mol (Rendon et al., 2001). CPO berupa minyak yang agak kental
berwarna kuning jingga kemerah-merahan. CPO mengandung asam lemak bebas 5%, mengandung banyak karoten atau pro vitamin E (800-900 ppm) dan titik leleh berkisar antara 33°C -34°C. Bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone (Ketaren, 2005). Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi CPO memberikan efek positif bagi kesehatan manusia. Hal ini disebabkan karena minyak ini memiliki kesetimbangan komposisi asam lemak yang baik serta mengandung asam linoleat yang merupakan asam lemak esensial dan kaya akan antioksidan alamiah (tokoferol dan tokotrienol) serta karotenoid (Haryadi, 2007).
Perbedaan jenis asam lemak penyusun dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk TAG dalam CPO dan PKO menyebabkan kedua jenis minyak
(15)
tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Pada suhu kamar, CPO bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama PKO berbentuk cair (Anonim, 1992). Beberapa sifat fisiko-kimia dari minyak kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai sifat fisiko-kimia minyak sawit dan minyak inti sawit
Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 - 0.913 Indeks bias D 40°C 1,4565 - 1,4585 1,495 - 1,415
Bilangan Iod 48 - 56 14 - 20
Bilangan penyabunan 196 - 205 244 -254
Sumber : (Krischenbauer, 1960 dalam Ketaren, 2005)
2.3 Etanolisis Trigliserida
Etanolisis merupakan salah satu metode reaksi yang digunakan untuk
menghasilkan produk monogliserida (MG) dan digliserida (DG) dari trigliserida minyak nabati. Reaksi etanolisis pada minyak nabati khususnya trigliserida (TG) melalui tiga tahapan reaksi, yaitu: (1) Trigliserida bereaksi dengan etanol dalam suasana basa menghasilkan digliserida dan etil ester pertama dari posisi asam lemak ke-1/ sn-1, (2) digliserida selanjutnya bereaksi dengan sisa etanol berlebih dalam suasana basa menghasilkan monogliserida dan etil ester kedua dari posisi asam lemak ke 3/ sn-3, dan (3) Jika reaksi berlanjut, monogliserida akan bereaksi dengan sisa etanol berlebih dalam suasana basa menghasilkan gliserol dan etil ester ketiga dari posisi asam lemak ke 2/sn-2 (Hasanuddin et al, 2003).
Hasil penelitian Hasanuddin et al (2003) menunjukkan bahwa reaksi etanolisis terhadap trigliserida jauh lebih mudah dan cepat untuk menghasilkan digliserida
(16)
dan etil ester pertama, dibandingkan dengan reaksi etanolisis terhadap digliserida untuk menghasilkan monogliserida dan etil ester kedua. Khususnya pada waktu reaksi antara 1 sampai 5 menit dengan ratio etanol/CPO 0,25 (v/b). Sebaliknya pada waktu reaksi 5 sampai 8 menit digliserida untuk menghasilkan
monogliserida dan etil ester ketiga, jauh lebih tinggi daripada etanolisis
trigliserida. Berikut ini adalah tahapan reaksi etanolisis trigliserida (TG) tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan reaksi etanolisis trigliserida menghasilkan digliserida, monogliserida dan etil ester asam lemak
(17)
2.4 Senyawa Antimikroba
Menurut Fardiaz (1992), senyawa antimikroba didefinisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba, sedangkan menurut Branen dan Davidson (1993), senyawa antimikroba adalah jenis bahan tambahan makanan yang digunakan dengan tujuan untuk mencegah kebusukan atau keracunan oleh mikroorganisme pada bahan pangan. Beberapa jenis senyawa yang mempunyai aktivitas antimikroba adalah sodium benzoate, senyawa fenol, asam-asam organik, asam lemak rantai medium dan esternya, sorbet, sulfur dioksida, sulfit, nitrit, surfaktan, dimetil karbonat dan metal askorbat.
Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), dan germisidal (menghambat germinasi spora bakteri; Fardiaz, 1992). Mekanisme senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah merusak dinding sel yang dapat mengakibatkan lisis, penghambatan sistem metabolisme dalam sel dengan cara menghambat kerja enzim intraseluler, dan merusak membran sel (Pelezar dan Reid 1979). Kerusakan membran sel oleh senyawa antimikroba mengakibatkan terjadinya kebocoran sel yang ditandai dengan keluarnya berbagai komponen penting dalam sel bakteri, seperti protein, asam nukleat, nukleutida dan lain-lain (Vincent, 1987).
Pada umumnya cara kerja senyawa antimikroba terdiri dari 3 kategori, yaitu : (1) bereaksi dengan organik sel, menyebabkan meningkatnya permeabilitas dan
(18)
hilangnya organik pokok dalam sel; (2) menginaktivasi enzim essensial; dan (3) penghancuran atau inaktivasi materi organik (Davidson and Branen, 1993). Kemampuan suatu zat pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya : (1) konsentrasi zat pengawet; (2) jenis, jumlah, umur, dan keadaan mikroba; (3) suhu; (4) waktu; dan (5) sifat-sifat kimia fisik makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah komponen di dalamnya (Frazier and Westhoff, 1988).
Kerja antibakteri juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya antara lain, konsentrasi, zat antibakteri, spesies bakteri, dan pH lingkungan (Branen, 1983). Pada umumnya cara kerja senyawa antimikroba terdiri dari 3 kategori, yaitu: (1) bereaksi dengan membran sel, menyebabkan meningkatnya permeabilitas dan hilangnya unsur pokok dalam sel, (2) menginaktivasi enzim esensial, (3) penghancuran atau inaktivasi materi genetik (Branen dan Davidson 1983).
Sehubungan dengan aktivitas antimikroba asam-asam lemak dari sumber minyak/lemak tanaman. Diketahui bahwa : (1) Lemak atau Trigliserida, tidak memiliki penghambatan terhadap mikroba, kecuali yang mengandung asam-asam lemak berantai karbon rendah-sedang terutama dalam bentuk monogliserida; (2) Secara umum, asam lemak jenuh yang paling aktif sebagai senyawa
antibakteri adalah asam laurat (12:0) dalam bentuk monolaurin, sedangkan untuk asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda/jamak, masing-masing adalah asam palmitoleat (16:1) dan asam linolenat (18:3) relatif tidak memiliki sifat antimikroba; (3) Letak dan jumlah ikatan rangkap pada asam lemak C12-C22 lebih mempengaruhi aktivitas mikroba asam lemak tersebut,
(19)
dibandingkan pada asam lemak dengan jumlah atom C kurang dari 12;(4)
Konfigurasi geometri struktur asam lemak yang aktif (antimikroba) adalah bentuk cis, sementara bentuk isomer trans tidak aktif; dan (5) Asam lemak dalam bentuk ester alkohol monohidrat mengakibatkan inaktivasi antibakteri, sementara dalam bentuk ester polizol atau gliserol dapat meningkatkan aktivitas antibakterinya (Kabara, 1984).
2.5 Emulsifier
Emulsifier didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan active agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface-tension) antara udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem makanan. Kemampuannya dalam menurunkan tegangan permukaan disebabkan emulsifier memiliki struktur kimia yang mampu menyatukan dua senyawa yang berbeda polaritasnya. Produk emulsifier ini dapat berfungsi untuk meningkatkan stabilitas emulsi, stabilitas sistem aerasi, dan mengontrol aglomerasi globula lemak, memodifikasi tekstur, umur simpan dan sifat reologi dengan membentuk komplek dengan protein dan lemak, serta memperbaiki tekstur makanan yang berbasis lemak dengan pengontrolan polimorfisme lemak (Krog, 1990). Menurut Winarno (1992), emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, dimana molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik.
Terdapat dua jenis utama emulsi yaitu emulsi minyak dalam air (oil in water, O/W) misalnya susu, es krim, dan emulsi air dalam minyak (water in oil, W/O)
(20)
misalnya margarin dan mentega (Hartomo dan Widiatmoko, 1993). Menurut Winarno (1992), bila bahan pengemulsi tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (O/W). Sebaliknya bila bahan pengemulsi lebih larut dalam minyak (non polar) terjadilah emulsi air dalam minyak (W/O).
Dilihat dari struktur molekulnya pengemulsi memiliki gugus hidrofilik dan lipofilik (Hartomo dan Widiatmoko, 1993). Winarno (1992) menambahkan bahwa gugus hidrofilik (polar) dapat larut dalam air, sedangkan gugus lipofilik (non polar) larut dalam minyak atau lemak. Pengemulsi diperlukan agar terbentuk emulsi yang mantap, dimana bahan ketiga mampu membentuk sebuah selaput (film) disekelilingi butiran yang terdispersi, sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Pengemulsi atau surfaktan merupakan bahan kimia yang secara aman dapat mengubah sifat permukaan bahan yang dikenainya. Zat pengemulsi ini mengarahkan diri pada daerah batas dua permukaan yang
berdekatan (antar permukaan), mengurangi tegangan permukaan dan mengatasi kesukaran bergabungnya kedua bahan (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Pengemulsi pangan mengandung mono- dan digliserida yang dihasilkan dari proses gliserolisis minyak atau lemak. Mono- dan digliserida dapat berfungsi sebagai pengemulsi terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Molekul-molekul pengemulsi mempunyai afinitas terhadap kedua cairan, minyak atau air, dengan daya afinitas yang parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan tersebut (Winarno, 1992). Monogliserida
(21)
bersifat aktif di bagian permukaan minyak atau lemak dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan dispersi lemak dalam adonan, sehingga menghasilkan bahan pangan dengan rupa dan konsistensi yang lebih baik (Ketaren, 2005).
Bentuk mono- dan digliserida dapat berupa cairan, plastik lunak, butiran atau bubuk. Penggunaannya dalam pembuatan roti, margarin, shortening, desert dingin dan beku, es krim dan produk lainnya yang berkaitan dengan sistem lemak. Berdasarkan sifat lipofiliknya, mono- dan digliserida cocok dipakai sebagai
pengemulsi dalam sistem emulsi water in oil (w/o) (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Emulsifier memiliki hubungan erat dengan produk yang digunakan. Salah satunya, pemilihan emulsifier yang diaplikasikan pada berbagai produk harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti muatan emulsifier, nilai pH, nilai Hidrofilik-Lipofilik Balance (HLB), titik leleh, sinergisme dan kompetisi emulsifier, jenis sistem emulsi oil in water (o/w) dan water in oil (w/o). Daya kerja emulsifier itu sendiri terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air (Winarno, 1992).
(22)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan September 2011 sampai dengan November 2011.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah CPO dan inti sawit (kernel) yang diperoleh dari Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan. Bahan lain yang digunakan yaitu santan kelapa untuk pengujian stabilitas emulsi. Bahan kimia penunjang terdiri dari etanol teknis 96%, HCl teknis 35%, NaOH, heksana teknis dan aquades. Kultur mikroba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif
(Escherichia coli). Media yang digunakan adalah NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth).
Alat-alat yang digunakan terdiri dari hotplate-magnetic stirrer, labu pemisah (separating funnel) 500 ml, kertas saring kasar, oven, tabung reaksi, tabung
(23)
sentifuse, lemari pendingin, penangas air, autoklaf, cawan petri, mikropipet, lampu bunsen, jarum ose, vorteks, jangka sorong, sentrifuse 4000 rpm, timbangan analitik, termometer dan alat-alat gelas penunjang.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan perlakuan tunggal yaitu tingkat reaksi etanolisis yang terdiri dari 3 taraf (tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3) sebanyak 3 kali ulangan. Reaksi etanolisis dilakukan pada suhu 40oC (Murhadi dan Zuidar, 2009) selama 8 menit pada kecepatan putar 1000 rpm. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk gambar histogram atau tabel (termasuk St. Dev) dan dibahas secara desktiptif.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang meliputi : (1) Persiapan bahan, (2) Persiapan Pelarut Etanol- NaOH, (3) Produksi produk etanolisis dari PKO dan CPO secara bertingkat yaitu : tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3, (4) Pengamatan yang terdiri dari perhitungan nilai rendemen, pengujian aktivitas antimikroba dan daya stabilitas emulsi produk etanolisis campuran PKO dan CPO.
3.4.1 Persiapan bahan CPO dan PKO
Bahan utama CPO dan inti sawit (kernel) segar diperoleh dari Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan. Selanjutnya CPO disaring menggunakan
(24)
kertas saring kasar sehingga dihasilkan CPO yang jernih dan bebas kotoran, lalu dikemas di dalam botol berwarna dan bertutup, disimpan pada suhu ruang.
PKO diperoleh dengan cara mengekstrak minyak yang terdapat pada inti sawit menggunakan pelarut heksana. Inti sawit yang diperoleh dari pabrik dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven pada suhu 60°C selama 3-4 jam untuk mengurangi kandungan air inti sawit. Kemudian inti sawit dilakukan pengecilan ukuran dengan cara menumbuk. Selanjutnya dilakukan ektraksi dengan teknik maserasi (perendaman menggunakan pelarut) selama 1 x 24 jam. Perbandingan antara inti sawit dan pelarut heksana yang digunakan yaitu 1:1 (b/v). Selanjutnya dilakukan penyaringan sehingga dihasilkan filtrat, dihilangkan sisa-sisa pelarutnya dengan cara dioven hingga diperoleh berat konstan. PKO yang diperoleh dikemas di dalam botol berwarna dan bertutup, disimpan pada suhu ruang sebagai stok PKO untuk pelaksanaan penelitian (Murhadi dan Zuidar 2009) dengan modifikasi tanpa proses ekstraksi menggunakan soxhlet.
3.4.2 Persiapan pelarut Etanol – NaOH 1%
Pelarut etanol-NaOH 1% adalah bahan yang digunakan untuk proses etanolisis dengan reaksi bertingkat. Nisbah etanol yang telah mengandung NaOH 1% terhadap campuran PKO dan CPO yang digunakan adalah 1,6 (v/b) berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Murhadi dan Zuidar, 2009). NaOH ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu 2,00 gram untuk reaksi etanolisis tingkat 1 tiap ulangan. Reaksi etanolisis pada penelitian ini menggunakan etanol 96%, sedangkan etanol yang tersedia adalah etanol 100% sehingga dilakukan pengenceran menggunakan aquades.
(25)
Pembuatan pelarut etanol- NaOH 1% diawali dengan mencampurkan aquades dengan NaOH yang telah ditimbang. Keduanya dilarutkan dalam gelas beker secara perlahan lahan karena akan menimbulkan panas. Setelah selesai semua yaitu NaOH telah larut dalam aquades maka larutan tersebut dimasukkan dalam etanol kemudian dikocok hingga semuanya tercampur. Pelarut tersebut disimpan di dalam botol kaca dan digunakan sebagai bahan untuk proses etanolisis.
3.4.3 Produksi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO
Produksi produk etanolisis dilakukan mengikuti metode Hasanuddin et al (2003); Murhadi dan Zuidar (2009) dengan modifikasi. Sejumlah campuran 200 gram PKO (g) dan CPO (g) dengan nisbah PKO/CPO (b/b) 1,25 yaitu PKO sebanyak 111,12 gram dan CPO sebanyak 88,88 gram ditambahkan ke dalam pelarut etanol (mL) yang telah mengandung NaOH 1% (b/b campuran minyak) di dalam
erlenmeyer 250 mL dengan nisbah etanol-NaOH terhadap campuran minyak adalah 1,6 (v/b), lalu diaduk di atas hotplate-magnetic stirrer (1000 rpm) selama 8 menit pada suhu (401oC). Reaksi dihentikan menggunakan larutan HCl 35% sebanyak 56 tetes. Campuran produk reaksi dimasukkan ke dalam labu pemisah dan dibiarkan selama 30 menit, sehingga telah terlihat jelas pemisahan antar lapisan. Lapisan atas (produk etanolisis kasar) dipisahkan dari lapisan bawah (sisa PKO dll). Lapisan atas dibebaskan pelarutnya dengan penguapan etanol sisa di dalam oven hingga berat konstan. Lapisan bawah dicuci mengunakan aquades sebanyak tiga kali hingga air pencucian berwarna bening. Kemudian lapisan bawah di oven untuk menguapkan sisa air pencucian hingga diperoleh lapisan bawah dengan berat konstan. Selanjutnya lapisan bawah digunakan sebagai
(26)
media etanolisis tingkat ke dua dan seterusnya hingga tingkat tiga sesuai dengan prosedur di atas. Berat produk etanolisis kasar dapat ditentukan secara tidak langsung dengan cara menghitung berat campuran PKO dan CPO awal (sebelum reaksi) dikurangi berat sisa campuran PKO dan CPO, selengkapnya disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir proses produksi etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO dengan reaksi bertingkat
Sumber: Murhadi dan Zuidar (2009) dengan modifikasi reaksi bertingkat Campuran
PKO dan CPO Nisbah 1,25 (b/b)
(200 g)
Etanol yang mengandung NaOH
1% (320 mL)
Masukkan dalam Erlenmeyer 250 mL (nisbah Et-NaOH terhadap campuran minyak 1,6; v/b)
Pemisahan produk etanolisis dalam labu pemisah (30 menit)
Letakkan di atas hotplate magnetic stirrer 1000 rpm selama 8 menit pada suhu 40oC
Penambahan HCl teknis 35% (56 tetes)
Produk etanolisis kasar (lapisan atas)
Pengamatan
(rendemen, aktivitas antibakteri, daya stabilitas emulsi) Residu (lapisan bawah)
Pencucian dengan aquades hingga jernih
Penguapan pelarut (di oven hingga berat
konstan 60 oC) Etanolisis tingkat
(27)
3.4.4 Persiapan kultur bakteri
Kultur bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli) dari biakan agar miring atau stok kultur diambil satu ose untuk membuat biakan agar miring baru (NA), diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam lalu diambil satu mata ose kemudian diinokulasi ke dalam tabung yang berisi medium cair steril (NB), diinkubasi selama 24 jam pada 37 oC dan digunakan sebagai stok bakteri.
3.5 Pengamatan
3.5.1 Rendemen produk etanolisis campuran PKO dan CPO
Rendemen produk etanolisis kasar yang dihasilkan dari campuran PKO dan CPO, dihitung dengan cara membagi berat (g) produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO dengan berat (g) awal campuran PKO dan CPO yang direaksikan, lalu dikali 100%. Berat masing-masing produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO (lapisan atas) dihitung dengan cara total berat campuran PKO dan CPO yang direaksikan dikurangi berat sisa campuran PKO dan CPO hasil reaksi etanolisis (lapisan bawah). Selanjutnya rendemen produk etanolisis dapat dihitung melalui persamaan berikut.
Rendemen produk etanolisis = Berat Produk etanolisis (g);(lapisan atas) x 100% Berat awal (campuran PKO dan CPO yang direaksikan);(g)
(28)
3.5.2 Pengujian aktivitas antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri produk etanolisis campuran PKO dan CPO menggunakan metode difusi agar/ sumur (Murhadi dan Zuidar, 2009) dengan masing-masing 1 bakteri Gram positif dan 1 bakteri Gram negatif (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli). Pengamatan didasarkan pada kemampuan senyawa antibakteri produk etanolisis campuran PKO dan CPO untuk menghasilkan zona penghambatan terhadap bakteri berupa diameter zona hambat (d, mm).
Kultur bakteri murni dipindahkan ke dalam tabung agar miring NA steril dan diinkubasi pada 37oC selama 24 jam, selanjutnya sebanyak 1 ose kultur tersebut diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL medium NB steril, diinkubasi selama 24 jam pada 37oC, dihomogenkan (vorteks), lalu diinokulasikan sebanyak 10-20 L ke dalam cawan petri (100 x 15 mm) yang berisi sekitar 20 mL medium agar cair (NA, 44-45oC) steril, dikocok merata dan dibiarkan sampai membeku. Selanjutnya dibuat 2-4 lubang (sumur) secara aseptis dengan diameter sumur 6.0 mm. Ke dalam tiap lubang, diinokulasi dengan 60 L produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO.
Zona penghambatan yang diukur adalah radius (r, mm) penghambatan berupa areal bening di sekeliling sumur uji, setelah diinkubasi selama 24 jam pada 37oC. Pengukuran jari-jari (r, mm) zona hambat di sekeliling sumur uji dilakukan dengan cara mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas lingkaran zona hambat menggunakan jangka sorong (ketelitian 0.01 mm) pada beberapa sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan. Selanjutnya dengan asumsi tinggi atau tebal media agar di dalam cawan perti uji adalah sama (9,0 cm) dan volume media agar cair yang
(29)
ditambahkan sama (20 mL), maka perhitungan diameter zona hambat riil dapat menggunakan konsep dimensi luas lingkaran (dua dimensi). Perhitungannya sebagai berikut (Murhadi, 2010) :
1. Dihitung luas kotor (L1, mm2) lingkaran areal bening akibat daya hambat
bakteri uji disekeliling sumur uji dengan persamaan luas : L1= π.r12 , dimana r1 = rp + rs
rp = jarak dari lingkaran luar sumur ke lingkaran terluar
areal bening di sekeliling sumur uji (mm), rs = jari-jari sumur uji (mm),
π= 3,14
2. Dihitung luas kontrol (L2, mm2) areal bening akibat daya hambat pelarut
organic yang digunakan sebagai pengencer dengan persamaan luas, yaitu : L2 = π. r22, dimana r2 = rk + rs
rk = jarak dari lingkaran luar sumur ke lingkaran terluar
areal bening di sekeliling sumur uji (mm) akibat daya hambat/pengencer organik,
rs = jari-jari sumur uji (mm)
π= 3,14
3. Dihitung luas bersih (L3, mm2) dengan persamaan : L3 = L1 - L2
4. Dihitung jari-jari zona hambat riil (rr, mm) dengan persamaan:
(30)
5. Dihitung nilai diameter zona hambat rill (dr, mm) dengan persamaan :
dr = 2. rr
6. Akhirnya dapat dihitung nilai diameter zona hambat hasil konversi (dc, mm) dengan persamaan: dc = 2. rc
3.5.3 Pengujian daya stabilitas emulsi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO
Pengujian daya stabilitas pengemulsi produk santan kelapa segar (kental) yang ditambah dengan produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO, dilakukan dengan mengukur stabilitas emulsinya secara pemusingan dengan sentrifuge (Murhadi dan Suharyono, 2008). Pembuatan santan kelapa kental, dilakukan sebagai berikut. Santan kelapa kental dibuat dengan cara meremas-remas parutan kelapa tua (1 kg) di dalam 500 mL air hangat (sebelumnya didihkan), lalu
disaring.
Pengujian daya pengemulsi dilakukan dengan cara memasukkan 10 mL campuran santan kelapa kental yang ditambah dengan produk etanolisis kasar dari
campuran PKO dan CPO sebanyak 5% (v/v) ke dalam tabung pemusing (sentrifuge). Selanjutnya semua tabung sampel dihomogenkan dengan alat vorteks. Semua tabung (perlakuan) dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu konstan 70oC selama 30 menit, lalu dipusing selama 45 detik pada kecepatan 1000 rpm (Murhadi dan Suharyono, 2008).
(31)
Fraksi minyak yang terpisah (sebagai santan/krim dan skim/air) diukur volumenya untuk digunakan dalam penentuan stabilitas emulsi relatif menggunakan
persamaan berikut:
10 mL - volume skim yang terpisah (mL)
Stabilitas emulsi (%) = x 100%
(32)
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Rendemen produk etanolisis tingkat 1, 2 dan 3 yang dihasilkan relatif sama antara 32,73%-45,81% dan menghasilkan rendemen total hingga 72,91%. 2. Aktivitas antibakteri produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO dengan
reaksi bertingkat terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus relatif hampir sama (St. Dev) dan cenderung mengalami peningkatan hingga reaksi etanolisis tingkat 3 dengan nilai masing-masing 21,69mm dan 22,10mm. 3. Secara keseluruhan reaksi etanolisis secara bertingkat memiliki daya stabilitas
emulsi yang relatif sama berdasarkan standar deviasinya, sedangkan daya stabilitas emulsi tertinggi diperoleh dari reaksi etanolisis tingkat 1 sebesar 14,40%.
5.2 Saran
Perlu dikembangkan lebih lanjut mengenai reaksi etanolisis secara bertingkat diatas 3 tingkat menggunakan bahan baku dari PKO (Palm Kernel Oil) atau CPO (Crude Palm Oil) untuk mengoptimalkan nilai rendemen, karena hingga reaksi etanolisis tingkat 3 nilai aktivitas antibakteri mengalami peningkatan. Selain itu, perlu ditelusuri komponen asam-asam lemak pada tiap produk etanolisis untuk setiap tingkat reaksi etanolisis.
(33)
KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI
CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
Oleh
CINGGI SHELA NENDELA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(34)
(35)
KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI
CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
(
Skripsi)
Oleh
CINGGI SHELA NENDELA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(36)
(37)
KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI
CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
(
Skripsi)
Oleh
CINGGI SHELA NENDELA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(38)
KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI
CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
Oleh
CINGGI SHELA NENDELA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(39)
iii
Judul Skripsi : KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
Nama Mahasiswa :
Cinggi Shela Nendela
Nomor Pokok Mahasiswa : 0714051002Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. NIP. 19640326 198902 1 001 NIP. 19710930 199512 2 001
2. Ketua Jurusan
Dr. Eng. Ir. H. Udin Hasanuddin, M.T. NIP. 19640106 198803 1 002
(40)
iv
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Murhadi, M.Si.
Sekretaris : Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P.
Penguji
Bukan pembimbing : Ir. Ahmad Sapta Zuidar, M.P.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001
(41)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bengkulu pada tanggal 16 April 1989, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Adi Purnomo dan Ibu Endang Suharti. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Theobroma Jember-Jawa Timur dan diselesaikan pada tahun 1995, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sumbersari V Jember-Jawa Timur diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pino Raya-Bengkulu Selatan diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan Judul Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian sebagai anggota bidang 4 Dana dan Usaha pada periode 2008-2009 dan 2010-2011.
(42)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tahapan reaksi etanolisis trigliserida menghasilkan digliserida,
monogliserida dan etil ester asam lemak ... 12 2. Diagram alir proses produksi etanolisis kasar dari campuran PKO
dan CPO dengan reaksi bertingkat ... 22 3. Histogram rendemen produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO
dengan reaksi bertingkat ... 28 4. Zona bening yang terbentuk akibat pengaruh antibakteri produk
etanolisis dari campuran PKO dan CPO tingkat 2 terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli... 31 5. Histogram hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap bakteri Escherichia coli ... 32 6. Zona bening yang terbentuk akibat pengaruh antibakteri produk
etanolisis dari campuran PKO dan CPO tingkat 2 terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus ... 35 7. Histogram hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus ... 36 8. Struktur dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif... 37 9. Stabilitas emulsi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO
dengan reaksi bertingkat terhadap santan kelapa segar... 39 10. Ekstraksi inti sawit menggunakan pelarut menghasilkan PKO (A)
dan CPO hasil penyaringan (B) ... 54 11. Proses etanolisis dari campuran PKO dan CPO tingkat 1 (A) dan
Proses etanolisis dari campuran PKO dan CPO tingkat 3 (B) ... 54 12. Pemisahan produk etanolisis tingkat 1 dari campuran PKO
(43)
13. Pemisahan produk etanolisis tingkat 2 (A) dan tingkat 3 (B) dari
campuran PKO dan CPO ... 55 14. Proses pencucian lapisan bawah produk etanolisis menggunakan aquades ... 56 15. Lapisan bawah (sisa) hasil dari reaksi etanolisis tingkat 1 ... 56 16. Lapisan bawah (sisa) hasil dari reaksi etanolisis tingkat 2 ... 57 17. Areal bening zona hambat dari kontrol pelarut Et-NaOH terhadap Staphylococcus aureus ... 57 18. Daya stabilitas emulsi produk etanolisis dari campuran PKO dan
(44)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kerangka Pemikiran ... 3
1.4 Hipotesis ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Kelapa Sawit ... 7
2.1.1 Minyak sawit mentah... 7
2.1.2 Minyak inti sawit ... 9
2.2 Sifat Fisik dan Kimia PKO dan CPO... 10
2.3 Etanolisis Trigliserida ... 11
2.4 Senyawa Antimikroba ... 13
2.5 Emulsifier... ... 15
III. BAHAN DAN METODE ... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Bahan dan Alat ... 18
3.3 Metode Penelitian ... 19
(45)
3.4.1 Persiapan bahan CPO dan PKO ... 19
3.4.2 Persiapan pelarut Etanol-NaOH 1%... 20
3.4.3 Produksi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO.... 21
3.4.4 Persiapan kultur bakteri ... 23
3.5 Pengamatan ... 23
3.5.1 Rendemen produk etanolisis campuran PKO dan CPO ... 23
3.5.2 Pengujian aktivitas antibakteri ... 24
3.5.3 Pengujian daya stabilitas emulsi produk etanolisis dari campuran PKO dan CPO ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Rendemen Produk Etanolisis dari Campuran PKO dan CPO ... 28
4.2 Aktvitas Antibakteri ... 31
4.2.1 Aktivitas anti-Eschericia coli ... 31
4.2.2 Aktivitas anti-Staphylococcus aureus ... 35
4.3 Stabilitas Emulsi Produk Etanolisis dari Campuran PKO dan CPO dengan reaksi bertingkat ... 38
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1 Simpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN ... 47
Tabel 4-7 ... 48
Gambar 10-18... 54
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 1992. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta. 218 hlm.
Anonimb. 2007. Palm Oil.
http://www.google.com/wikipedia/chemicalcompotition. Diakses pada tanggal 5 Januari 2012.
Anonimc. 2010. http://www.scribd.com/doc/52251494/BAB-I-buah-merah-edit. Diakses pada tanggal 24 Januari 2012.
Anonimd. 2011. Kelapa Sawit. http:/id.wikipedia.org/wiki/kelapa_sawit. Diakses pada tanggal 16 Januari 2011.
Anonime. 2011. Ekspor:Kelapa Sawit Capai 19,76 Juta ton.
http://wartapedia.com/bisnis/finansial/1584-ekspor-kelapa-sawit-capai-1976-juta-ton.html. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2011.
Branen, L.A. and P.M. Davidson. 1993. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker., Inc. New York. 675 pp.
El-Masry, A.H., H.H. Fahmy, and S.H.A. Abdelwahed. 2000. Synthesis and antimicrobial activity of some new benzimidazole derivatives. J. of Molecules. 5:1429-1438.
Fanny, R. L.. 2011. Kajian Aktivitas Antimikroba dan Daya Stabilitas Emulsi dari Produk Etanolisis Kasar Campuran PKO dan CPO. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 106 hlm.
Frazier, W.C., and C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. 4 th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
Gurr, M.I. 1992. Role of Fats in Food and Nutrition. Elsevier Appl. Sci. New York.
Hartomo, A.J. dan M.C. Widiatmoko. 1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber-lesitin. Andi offset. Yogyakarta. 74 hlm.
(47)
Haryadi, P. 2007. Produksi Minyak Sawit yang Berkelanjutan Sebagai Bahan Dasar Untuk Bahan Bakar Bio (Biofuel). IPB. Bogor. 3 hlm.
Hasanuddin, A., Mappiratu, dan G.S. Hutomo, 2003. Pola Perubahan mono dan diasilgliserol dalam Reaksi Etanolisis Minyak Sawit Mentah. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. XIV(3): hlm 241-246.
Kabara, J.J. 1984. Antimicrobial agents derived from fatty acids. J. Am. Oil. Chem. Soc. 61: 397-403.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. 316 hlm.
Krog N. J. 1990. Food Emulsifaier and Their Chemical and Physical Properties. In Food Emulsions, (ED) K. Larsson are S.E. Friberg. P. Marcel Dekker, New York. 127-180.
Lawson, H. 1995. Food Oils and Fats: Technology, Utilization and Nutrition. Chapman & Hall. New York. 339 p.
Lestari , M dan Murhadi. 2008. Pengaruh Nisbah Etanol-PKO dan Waktu Reaksi terhadap Rendemen dan Aktivitas Produk Etanolisis Minyak Inti Sawit (PKO). Jurnal Tek. dan Industri Hasil Pertanian. 13(2): 95-107. Lestari, M. 2008. Kajian Aktivitas Antibakteri Produk Etanolisis Minyak Inti
Sawit (Palm Kernel Oil). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Majid. 2009. Senyawa Antibakteri dan Mekanisme Kerjanya. 2009.
http://majidundip.blogspot.com/2009/08/senyawa-antibakteri-dan-mekanisme.html. Diakses pada tanggal 13 Desember 2011.
Manurung, R. 2006. Transesterifikasi Minyak Nabati. Jurnal Teknologi Proses. Universitas Sumatera Utara. Departemen Teknik Kimia. Medan. Jurnal Teknologi Proses 5 (1): 47-52.
Mappiratu. 1990. Penggunaan Katalis Dedak Padi dalam Biosintesis Anti-mikroba Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa. Disertasi S3. PPs IPB. Bogor.
Martiasari, D. P. 2010. Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Karakteristik produk Etanolisis Minyak Inti Sawit (PKO). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
May, C.Y. 1994. Palm Oil Carotenoids Food and Nutrition. Bulletin 15(2): 130-136.
(48)
Mettler, E dan W. Seibel. 1995. Optimizing of rye bread recipes containing mono-diglyceride, guar gum, and carboxymethylcellulosa using a maturograph and use ovenrise recorder. Cereal Chem 71(1): 109-115.
Murhadi, 2010. Antimikroba dari Tanaman; Golongan Senyawa, Sumber dan Aktivitasnya. Lembaga Penelitian. Universitas Lampung. 98 hlm. Murhadi dan Suharyono AS. 2008. Kajian Produksi Mono dan Digliserida dari
Minyak Inti Sawit – Minyak Biji Mengkudu sebagai Pengemulsi dan Pengawet Potensial Produk Pangan Emulsi. Laporan Akhir HB Tahun Kedua. Lembaga Penelitian Unila. Bandar Lampung. hlm 47-58.
Murhadi dan Zuidar, A. S. 2009. Penganekaragamana Bahan Tambahan Pangan (BTP) Berbasis Minyak Inti Sawit. Laporan Usul Penelitian HB Tahun Ke 11. Lembaga Penelitian Unila. Bandar Lampung.
Murhadi dan Zuidar, 2010. Studi Pola Sebaran Mono-digliserida dan Aplikasi Produk Etanolisis Campuran PKO dan CPO sebagai Pengemulsi dan Pengawet Pangan Emulsi (Tahun ke 1: Kajian rendemen, aktivitas antimikroba dan daya stabilitas emulsi produk etanolisis kasar dari campuran PKO dan CPO). Laporan Kemajuan Penelitian Hibah
Kompetensi Tahun ke 1 2010. DP2M Ditjen Dikti - Lembaga Penelitian Unila. Kemendiknas. Bandar Lampung
Naibaho,P.M. 1988. Pemisahan Karotena (Provitamin A) Minyak Sawit dengan Metode Adsorpsi . Disertasi S-3,FPS. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Putra, A. N. 2011. Antibakteri dan Mekanismenya.
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/10/anti-bakteri-dan-mekanismenya/. Diakses pada tanggal 13 Desember 2011.
Rahayu, W. P. 1999. KAjian Ativitas Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Rimpang Lengkuas (Alphinia galanga L. Swartz) terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi S-3, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahman, A. 2010. Daya Antibakteri dan Stabilitas Emulsi Produk Etanolisis Kasar dari Minyak Inti Sawit yang dihasilkan pada Suhu 20, 30, 40, 50 dan 60oC. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rendon, X.A., Lopez-Munguia, and E. Castillo. 2001. Solvent engineering aplied to lipase-catalyzed glycerolysis of triolein. J. Am. Oil Chem. Soc. 78(10): 1061-1066.
Sitinjak, K. 1983. Pengolahan Hasil Perkebunan 2 : Pengolahan Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
(49)
Soekopitojo, S. 2010. Fungsionalitas Santan.
http://kulinologi.biz/index1.php?view&id=940. Diakses pada tanggal 13 Desember 2011.
Sunarko, 2006. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 79 hlm.
Utami, T. S., R. Arbianti dan D. Nurhasman. 2007. Kinetika Reaksi
Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak. Proceeding Bahan Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia. Departemen Teknik Kimia.Universitas Indonesia. Depok. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
251 hlm.
Vincent, G. 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-3. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 434 hlm.
(50)
(51)
Judul Skripsi : KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
Nama Mahasiswa :
Cinggi Shela Nendela
Nomor Pokok Mahasiswa : 0714051002Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. NIP. 19640326 198902 1 001 NIP. 19710930 199512 2 001
2. Ketua Jurusan
Dr. Eng. Ir. H. Udin Hasanuddin, M.T. NIP. 19640106 198803 1 002
(52)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Murhadi, M.Si.
Sekretaris : Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P.
Penguji
Bukan pembimbing : Ir. Ahmad Sapta Zuidar, M.P.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001
(53)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bengkulu pada tanggal 16 April 1989, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Adi Purnomo dan Ibu Endang Suharti. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Theobroma Jember-Jawa Timur dan diselesaikan pada tahun 1995, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sumbersari V Jember-Jawa Timur diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pino Raya-Bengkulu Selatan diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan Judul Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian sebagai anggota bidang 4 Dana dan Usaha pada periode 2008-2009 dan 2010-2011.
(54)
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin..puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Nilai Rendemen, Aktivitas Antibakteri dan Stabilitas Emulsi Produk Etanolisis dari Campuran PKO dan CPO dengan Reaksi Bertingkat. Penulis telah banyak menerima bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Murhadi, M.Si., selaku pembimbing pertama atas segala
bimbingan serta saran yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. selaku pembimbing kedua atas nasihat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. A. Sapta Zuidar, M.P. selaku pembahas atas saran, kritik, dan
nasehat yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Eng. Ir. Udin Hassanudin, M.T selaku Ketua Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Lampung.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum, M.S. selaku pembimbing akademik atas motivasi, bimbingan serta nasihat yang amat berharga kepada penulis selama penulis menimba ilmu di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
(55)
dukungan dan limpahan kasih sayang yang tiada henti selama ini. Masku Afrida Sakti terimakasih atas do’a, motivasi, perhatian dan pengertiannya. 7. Keluargaku tercinta “Angkatan 2007” : Vivi, Atin, Lingga, Dewi, Mizu, Ai,
Aciek, Uty, Ndew, Widu, Tiara, Rini, Inuy, Ice, Iken, Erly, Nastri, Adit, Mora, Ahmad S.T.P, Artha S.T.P, Suhenk, Diaz, Iqbal, Aguy, Ndro, Ardy, Iyo’, Adven, Vena, Tika dan Setiawan . Terimakasih atas cerita, canda dan keberasamaan kalian selama ini. Kakak-kakak angkatan 2006 serta adik-adikku angkatan 2008, 2009, 2010 dan 2011.
8. Mas Joko, Mba Untari, Mba Desi, Mas Midi dan Mas Hanafi serta semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis berharap Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan mereka. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 14 Februari 2012
(56)
Alhamdulillahirabbil alamin….
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT,
kupersembahkan karya kecilku untuk :
Ayah dan Ibuku tercinta yang membesarkanku
dengan limpahan kasih sayang, adikku dan seseorang
yang senantiasa mendukungku. Keluarga besar,
(1)
Judul Skripsi : KAJIAN NILAI RENDEMEN, AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN STABILITAS EMULSI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN PKO DAN CPO DENGAN REAKSI
BERTINGKAT
Nama Mahasiswa :
Cinggi Shela Nendela
Nomor Pokok Mahasiswa : 0714051002Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Murhadi, M.Si. Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. NIP. 19640326 198902 1 001 NIP. 19710930 199512 2 001
2. Ketua Jurusan
Dr. Eng. Ir. H. Udin Hasanuddin, M.T. NIP. 19640106 198803 1 002
(2)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Murhadi, M.Si.
Sekretaris : Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. Penguji
Bukan pembimbing : Ir. Ahmad Sapta Zuidar, M.P.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001
(3)
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bengkulu pada tanggal 16 April 1989, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Adi Purnomo dan Ibu Endang Suharti. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Theobroma Jember-Jawa Timur dan diselesaikan pada tahun 1995, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sumbersari V Jember-Jawa Timur diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pino Raya-Bengkulu Selatan diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan Judul Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian sebagai anggota bidang 4 Dana dan Usaha pada periode 2008-2009 dan 2010-2011.
(4)
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin..puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan kasih sayang, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Nilai Rendemen, Aktivitas Antibakteri dan Stabilitas Emulsi Produk Etanolisis dari Campuran PKO dan CPO dengan Reaksi Bertingkat. Penulis telah banyak menerima bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Murhadi, M.Si., selaku pembimbing pertama atas segala
bimbingan serta saran yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P. selaku pembimbing kedua atas nasihat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. A. Sapta Zuidar, M.P. selaku pembahas atas saran, kritik, dan
nasehat yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Eng. Ir. Udin Hassanudin, M.T selaku Ketua Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Lampung.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum, M.S. selaku pembimbing akademik atas motivasi, bimbingan serta nasihat yang amat berharga kepada penulis selama penulis menimba ilmu di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
(5)
6. Ayah dan Ibuku tercinta, Adik dan Nenekku tersayang, terimakasih atas do’a, dukungan dan limpahan kasih sayang yang tiada henti selama ini. Masku
Afrida Sakti terimakasih atas do’a, motivasi, perhatian dan pengertiannya.
7. Keluargaku tercinta “Angkatan 2007” : Vivi, Atin, Lingga, Dewi, Mizu, Ai, Aciek, Uty, Ndew, Widu, Tiara, Rini, Inuy, Ice, Iken, Erly, Nastri, Adit, Mora,
Ahmad S.T.P, Artha S.T.P, Suhenk, Diaz, Iqbal, Aguy, Ndro, Ardy, Iyo’,
Adven, Vena, Tika dan Setiawan . Terimakasih atas cerita, canda dan keberasamaan kalian selama ini. Kakak-kakak angkatan 2006 serta adik-adikku angkatan 2008, 2009, 2010 dan 2011.
8. Mas Joko, Mba Untari, Mba Desi, Mas Midi dan Mas Hanafi serta semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis berharap Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan mereka. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 14 Februari 2012
Cinggi Shela Nendela
(6)