FERTILISASI DAN TINGKAT PENETASAN TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI FRUKTOSA

(1)

ABSTRACT

FERTILIZATION AND HATCHING RATE

OF COMMON CARP EGG (Cyprinus carpio, L.) IN SEVERAL CONCENTRATION OF FRUCTOSE

By:

SADISMAN HADI

Common carp is fish widely cultivated because has fast growth rate. Problem which often encountered by cultivator of the freshwater fish are the low degree of spermatozoa fertilization in the water and lack of availability liquid spermatozoa’s in the artificial insemination. One effort to increase spermatozoa motility is addition physiological solution as fructose. The purposes of this research are to find effect of the concentration of fructose on fertilization and hatching. The research method used Complete Randomized Design (CRD) with 4 treatments (0%, 1.75%, 2.1%, and 2.45%) and 3 replication. This research was conducted at BBPBAT Sukabumi in February 2012. The research showed that fructose didn’t give significantly difference of degree and hatching rate. The concentration of 1.75 % fructose gave highest hatching rate (27,90%).

Keywords: Common Carp (Cyprinus carpio, L.), egg, fructose, the degree of fertilization, the degree of hatching.


(2)

FERTILISASI DAN TINGKAT PENETASAN

TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI FRUKTOSA

Oleh

SADISMAN HADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

FERTILISASI DAN TINGKAT PENETASAN

TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) PADA BEBERAPA KONSENTRASI FRUKTOSA

(Skripsi)

Oleh

SADISMAN HADI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 5

2. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)... 7

3. Morfologi Sperma ... 10

5. Proses Fertilisasi (Pembuahan) ... 17

6. Reaksi fruktosa bila dilarutkan ke dalam air ... 20

7. Reaksi glukosa mentransfer fosfat dari ATP ke akseptor ... 21


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat... ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Mas ... 7

B. Reproduksi Ikan ... 8

1. Karakteristik Sperma dan Telur ... 9

a. Sperma ... 9

1.1. Morfologi Sperma ... 10

1.1. Motilitas dan Daya Tahan Sperma ... 12

b. Telur... 13

1.1. Morfologi Telur ... 14

1.2. Sifat Telur ... 15

1.3. Membran Telur ... 16

2. Fertilisasi (Pembuahan) ... 17

C. Fruktosa... 19

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat ... 23

B. Alat dan Bahan ... 23

1. Alat Penelitian ... 23

2. Bahan Penelitian... 23


(6)

D. Paramater yang Diamati ... 24

1. Fertilization Rate (FR) atau Derajat Pembuahan ... 24

2. Pelaksanaan Penelitian ... 25

a. Persiapan Alat... 25

b. Persiapan Induk Jantan dan Betina Ikan Mas ... 25

c. Pembuatan Larutan Fruktosa ... 26

d. Fertilisasi (Pembuahan) ... 26

f. Pengambilan data ... 26

e. Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 27

1. Fertilization Rate (FR) atau Derajat Pembuahan ... 27

2. Hatching Rate (HR) atau Derajat Penetasan ... 28

3. Kualitas Air ... 29

B. Pembahasan ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 37


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Tarsim, S. Pi., M. Si … … … …

Sekretaris : Berta Putri, S. Si., M. Si … … … …

Penguji

Bukan Pembimbing : Eko Efendi, S. T., M. Si … … … …

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP. 196108261987021001


(8)

Judul Skripsi : Fertilisasi Dan Tingkat Penetasan Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Pada Beberapa

Konsentrasi Fruktosa

Nama Mahasiswa : Sadisman Hadi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614111064

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Tarsim, S. Pi., M. Si Berta Putri, S. Si., M. Si

NIP. 197610122000121001 NIP. 198109142008122002

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M. Sc NIP. 196402151996032001


(9)

Saya tidak harus ahli dalam melakukan sesuatu untuk melakukan sesuatu tersebut, karena saya akan membangun keahlian tersebut

dari melakukan sesuatu tersebut

Kupersembahkan untuk yang tercinta

Dienku (Al Islam)

Ayah dan Ibuku tersayang yang telah memberikan lebih dari semua yang bisa

aku berikan pada mereka

Saudaraku tercinta (Okta Feri & (Alm) Riska Yunita Sari)

Orang Yang Selalu Dekat Denganku (Naily Siham Hutagalung)

Almamaterku


(10)

RIWAYAT HIDUP

Sadisman Hadi lahir di Banjit 28 Desember 1987, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Maryanto, S. Sos dan Ibu Surmah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di selesaikan di SDN 2 Banjit Way Kanan pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di MTs Guppi Banjit pada tahun 2002, dan Sekolah menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Baradatu pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 melanjutkan studi ke Politeknik Negeri Lampung, mengambil jenjang Diploma dengan jurusan budidaya perikanan. Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma pada tahun 2009.

Di tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke Universitas Lampung, penulis melanjutkan studi S-1 di Universitas Lampung jurusan Budidaya Perairan. Hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan S-1 di jurusan Budidaya Perairan pada tahun 2012 dengan judul skripsi ”Fertilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Pada Beberapa Konsentrasi Fruktosa.”


(11)

SANWACANA

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Fertilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Pada Beberapa Konsentrasi Fruktosa”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir kelak, amin.

Dalam kesempatan ini mengucakan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila,

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Unila, 3. Bapak Adi Sucipto, S.Pi., M.Si selaku pembimbing lapang selama penulis

melakukan penelitian di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.

4. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si selaku pembimbing utama yang telah membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si selaku pembimbing kedua, yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukannya dalam perbaikan penulisan dan isi skripsi ini.

6. Bapak Eko efendi, S. T., M. Si selaku pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini,


(12)

8. Orang tua tercinta, kakak dan adikku serta keluarga yang selalu memberi do’a dan dukungannya kepada penulis.

9. Teman-teman Jurusan Budidaya Perairan Unila, angkatan 2004-2011, khususnya angkatan 2008 dan teman-teman alih program atas kebersamaan, bantuan serta dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Sarjana di Jurusan Budidaya Perairan UNILA dengan baik.

10. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu terima kasih atas do’a dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan segala kritik serta saran yang sifatnya membangun agar skripsi ini dapat diterima di masyarakat umumnya dan masyarakat akuakultur khususnya serta dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, 15 Mei 2012


(13)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis penting. Ikan mas telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Dewasa ini di Indonesia ikan mas menduduki produksi terbesar untuk jenis ikan budidaya air tawar. Bahkan pada tahun 1987-1988 ikan mas telah diekspor, tetapi ekspor ikan mas tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut disebabkan mutu dan kontinyuitas produksi belum memenuhi permintaan negara pengimpor (Suseno, 1994).

Ketersedian benih yang bermutu baik dalam jumlah yang cukup dan kontinyu merupakan faktor yang penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara meningkatkan fertilisasi telur ikan mas. Fertilisasi adalah bersatunya oosit (sel) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses fertilisasi ini terjadi pencampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti tersebut masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid) (Effendi, 2009).

Permasalahan yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan air tawar adalah rendahnya derajat pembuahan dari spermatozoa di dalam air dan


(14)

2 kurangnya ketersediaan cairan spermatozoa pada waktu pembuahan buatan. Rendahnya pembuahan buatan tersebut juga disebabkan oleh aktivitas spermatozoa yang relatif singkat (Rurangwa, 2003). Singkatnya motilitas spermatozoa, menyebabkan kemampuan spermatozoa untuk menembus mikropil pada sel telur menjadi rendah dan tidak dapat membuahi telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahrizal dan Efrizal dalam Hidayahturrahmah (2007) bahwa dalam satu siklus reproduksi ikan dapat dihasilkan sel telur sampai jutaan per ekor, tetapi yang terbuahi hanya mencapai 5% dari total.

Menurut Masrizal dan Efrizal dalam Hidayahturrahmah (2007) volume cairan spermatozoa dapat juga ditingkatkan dengan pengenceran melalui penambahan larutan fisiologis. Menurut Djarijah dan Abbas (2001) penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit. Pembuahan dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik. Untuk mengetahui derajat pembuahan yang lebih tinggi, perlu dicari larutan fisiologis yang dapat menambah daya motilitas dan viabilitas spermatozoa. Salah satu larutan yang dapat menjadi sumber energi bagi spermatozoa adalah fruktosa.

Menurut Wiley dan Sons (1989), fruktosa atau gula buah adalah komponen sederhana monosakarida yang ditemukan dalam banyak tanaman. Fruktosa adalah substrat energi utama di dalam plasma semen yang telah diproduksi kelenjar vesikularis. Selain itu fruktosa merupakan turunan karbohidrat yang dapat dijadikan sumber energi untuk mendukung pergerakan (motilitas) dan ketahanan spermatozoa (Toelihere, 1981). Untuk mendapatkan fruktosa relative


(15)

3 tidak sulit karena fruktosa alami dapat di temukan pada buah-buahan, sayuran, tebu, dan madu.

Suquest dalam Billard dan Cosson (1999) menyatakan bahwa di alam durasi motilitas sperma ikan air tawar terjadi dalam periode yang sangat pendek. Kemampuan spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit (Effendi, 1997).

Hasil penelitian Hidayaturrahmah (2007) menyatakan bahwa pada konsentrasi 3% fruktosa dapat meningkatkan waktu motilitas dan viabilitas. Tetapi belum diketahui apakah motilitas tinggi dapat meningkatkan derajat pembuahan, sehingga perlu kajian lebih lanjut untuk melihat keterkaitan peningkatan motalitas dengan penambahan fruktosa dengan derajat pembuahan spermatozoa.

B. Tujuan

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan fruktosa terhadap derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.).

C. Manfaat

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat pembudidaya ikan mas dan mahasiswa mengenai pemanfaatan larutan fruktosa untuk meningkatkan produksi benih ikan mas.

D. Kerangka Pemikiran

Ikan mas merupakan ikan yang banyak dibudidayakan karena memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat. Namun masalah yang dihadapi adalah ikan mas


(16)

4 memiliki derajat pembuahan yang rendah. Effendi (1997) menyatakan bahwa kemampuan spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit. Menurut Suquest dalam Billard dan Cosson (1999) bahwa di alam durasi motilitas terjadi dalam periode yang sangat pendek pada ikan air tawar. Sperma yang baik setelah keluar dari testis akan bergerak aktif berenang seperti spiral.

Menurut Wongso (2008), pembuahan dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik, sperma yang berkualitas baik dapat dicirikan dengan memiliki kepala, midpiece, dan ekor. Kepalanya agak bulat telur dan berisi inti dan centriolar kompleks, yang terakhir terdiri dari dua sentriol. Midpiece ini sekitar silinder dan berisi mitokondria. Sedangkan sperma yang berkualitas kurang baik dicirikan dengan bengkak atau pecah kepala, midpiece dan daerah ekor.

Pembuahan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pembuahan di dalam dan di luar. Pembuahan yang umumnya terjadi pada ikan merupakan jenis pembuahan di luar, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk. Untuk mengetahui tingkat pembuahan yang lebih tinggi, perlu dicari larutan fisiologis yang dapat menambah daya motilitas, sehingga dapat meningkatkan fertilisasi. Menurut Djarijah dan Abbas (2001) penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa antara 20-25 menit.

Kemampuan spermatozoa untuk menembus lubang mikrofil pada sel telur rendah dan tidak dapat membuahi telur disebabkan oleh singkatnya motilitas dari spermatozoa. Pada penelitian yang dilakukan dipilih larutan fruktosa sebagai bahan pengencer untuk spermatozoa karena plasma semen secara biokimia


(17)

5 mengandung berbagai persenyawaan organik spesifik yang salah satunya adalah fruktosa. Fruktosa juga dapat dijadikan sumber energi untuk mendukung pergerakan dan ketahanan spermatozoa, fruktosa juga mudah didapat di alam dan sangat larut di dalam air dan mengandung glukosa dan sukrosa. Secara umum kerangka pikir dalam penilitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian BUDIDAYA TINGGI

Benih Sedikit Motilitas Rendah

Derajat Pembuahan Tinggi Larutan

Fruktosa Derajat Penetasan

Rendah

Derajat Penetasan Tinggi

Budidaya Tinggi Spermatozoa

Derajat Pembuahan Rendah

Benih Banyak Motilitas Tinggi


(18)

6 E. Hipotesia

Hipotesis yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut : a. Hipotesis untuk pengamatan derajat pembuahan

H0 : σi = 0 : Pada selang kepercayaan 95%, pengaruh perlakuan variasi konsentrasi larutan fruktosa tidak berbeda nyata terhadap derajat pembuahan pada telur Ikan Mas.

H1 : σi ≠ 0 : Pada selang kepercayaan 95%, minimal ada satu pengaruh perlakuan variasi konsentrasi larutan fruktosa berbeda nyata terhadap derajat pembuahan pada telur Ikan Mas.

b. Hipotesis untuk pengamatan derajat penetasan

H0 : σi = 0 : Pada selang kepercayaan 95%, pengaruh perlakuan variasi konsentrasi larutan fruktosa tidak berbeda nyata terhadap derajat penetasan pada telur Ikan Mas.

H1 : σi ≠ 0 : Pada selang kepercayaan 95%, minimal ada satu pengaruh perlakuan variasi konsentrasi larutan fruktosa berbeda nyata terhadap derajat penetasan pada telur Ikan Mas.


(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Mas

Menurut Suseno (1994) klasifikasi ikan mas sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio L

Gambar ikan mas dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) Sumber : (Data Primer Penelitian )


(20)

8 Ikan mas merupakan ikan air tawar yang paling populer dibudidayakan. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang kumis (barbels), ukuran dan warna badan sangat beragam (Murtidjo, 2001).

Ikan mas menyukai perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30 °C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30 g/l ppt (Suseno, 1994).

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memakan berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun organisme renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan. Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air (Sito, 2009).

B. Reproduksi Ikan

Menurut Sito (2009), reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Ikan melakukan reproduksi secara eksternal, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya jantan akan segera mengeluarkan


(21)

9 spermanya, lalu sperma dan telur tersebut bercampur di dalam air. Cara reproduksi tersebut dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.

1. Karakteristik Sperma Dan Telur

a. Sperma

Menurut Lahnsteiner (2003), testis ikan berbentuk memanjang dalam rongga badan di bawah gelembung renang di atas usus. Jaringan pengikat yang disebut menesterium menempelkan testis pada rongga badan dibagian depan gelembung renang. Struktur testis terdiri dari rongga-rongga yang tidak teratur dan banyak jumlahnya disekitar dinding rongga (lumia) terdapat spermatogonia.

Spermatozoa atau sperma adalah gamet jantan yang dihasilkan oleh testis. Sperma dari beberapa spesies ikan famili Cyprinidae berwarna kekuning-kuningan menyerupai susu. Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada dalam cairan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis. Campuran antara seminal plasma dengan spermatozoa disebut semen (Sito, 2009).

Menurut Lahnsteiner (2003), sperma merupakan suatu sel kecil, kompak, sangat khas yang tidak bertubuh dan membelah diri. Pada dasarnya, sperma terdiri kepala yang membawa materi keturunan paternal dan ekor yang berperan sebagai alat penggerak. Sperma tidak memegang peranan apapun dalam fisiologi hewan yang menghasilkannya dan hanya melibatkan diri dalam pembuahan untuk membentuk individu baru.


(22)

10 1.1 Morfologi Sperma

Menurut Lahnsteiner dan Patzner dalam Billard (2008), bentuk

spermatozoa ikan yang sudah matang terdiri dari kepala, leher dan ekor flagella. Inti spermatozoa terdapat pada bagian kepala. Ada juga sperma yang mempunyai middle piece sebagai penghubung atau penyambung antara leher dan ekor. Middle piece mengandung mitokondria yang berfungsi dalam metabolisme sperma. Secara umum bentuk morfologi sperma dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Morfologi sperma Sumber: (Wongso, 2008)

Kepala spermatozoa secara umum berbentuk bulat atau oval, spermatozoa berbentuk sabit ditemukan pada sidat. Bagian tengah mengikuti pola ultrastruktur umum, terdiri dari selubung flagel tengah dan selubung mitokondrial. Pada kebanyakan spermatozoa teleostei, mitokondria ada sedikit tidak termodifikasi dan terletak di dalam sebuah low collar (lengkung bawah) agak jauh di belakang nukleus bulat. Morfologi sperma ikan yang terlihat pada mikroskop 1000 kali, sebagian besar hanya bagian kepala yang berisi inti (nukleus), ekor dan leher yang

nampak agak menebal antara kepala dan leher (Toelihere dalam


(23)

11 Menurut Gusrina (2008), spermatozoa pada ikan teleostei mempunyai struktur yang sederhana dan ukuran yang hampir sama. Umumnya ukuran panjang kepala sperma antara 2-3 µm dan panjang total dari spermatozoanya antara 40-60 µm. Lebar kepala sperma ikan mas lebih besar dibanding ikan nilem dan tawes, sehingga jika sperma ikan mas digunakan untuk membuahi telur ikan nilem dan tawes maka diperoleh jumlah larva yang relatif rendah karena kepala spermanya tidak mampu membuahi telur. Sebaliknya sperma ikan nilem dan tawes dapat membuahi telur ikan mas yang berukuran diameter mikrofil telurnya lebih besar.

Menurut Toelihere dalam Gusrina (2008), walaupun ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis ikan/hewan, namun struktur morfologinya adalah sama. Permukaan sperma dibungkus oleh suatu membran lipoprotein. Apabila sel tersebut mati, permeabilitas membrannya meninggi, terutama di daerah pangkal kepala dan hal tersebut merupakan dasar perwarnaan semen yang membedakan sperma hidup dari yang mati.

Menurut Isnaeni (2006), kepala sperma terisi materi inti, kromosom terdiri atas DNA yang bersenyawa dengan protein. Informasi genetika yang dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan dan disimpan di dalam molekul DNA pada mamalia sifat-sifat bawaan di dalam inti sperma termasuk ke dalam embrio. Sebagai hasil pembelahan reduksi selama spermatogenesis, sperma hanya mengandung setengah jumlah DNA pada sel-sel somatik dari spesies yang sama dan terbentuk dua macam spermatozoa, sperma yang membran kromosom-x akan menghasilkan embrio betina sedangkan sperma yang mengandung kromosom-y akan menghasilkan embrio jantan.


(24)

12 Ekor sperma dapat dibagi atas tiga bagian, bagian tengah, bagian utama dan bagian ujung, dan berasal dari sentriol spermatid selama spermiogenesis. Ekor sperma berfungsi memberi gerak maju kepada spermatozoa dengan gelombang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor kepala dan berjalan ke arah distal sepanjang ekor seperti pukulan cambuk (Isnaeni, 2006).

1.2Motilitas dan Daya Tahan Sperma

Menurut Hora (1991), sperma ikan tidak langsung aktif bergerak setelah keluar dari testis, sperma akan aktif bergerak apabila terkena air. Pola pergerakan sperma biasanya bergerak maju terus ke depan berbentuk spiral. Menurut Cosson dalam Billard (2008), kemampuan sperma bertahan setelah keluar dari testis hanya mampu bertahan selama 0,5-2 menit. Ketika ada rangsangan dari luar, sperma akan keluar (ejakulasi) dengan volume dan jumlah tertentu.

Munkittrick dan Moccia dalam Gusrina (2008) menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara volume semen dengan motilitas spermatozoa, yaitu semakin encer semen ikan maka motilitas sperma semakin tinggi karena spermatozoa memperoleh zat makanan yang cukup dari plasma semen. Selanjutnya dijelaskan semakin encer semen ikan, maka kadar sodium yang terdapat dalam semen semakin tinggi sehingga motilitas dan derajat pembuahan spermatozoa akan semakin tinggi.

Menurut Hora (1991), konsentrasi spermatozoa yang tinggi dapat menghambat aktifitas spermatozoa, karena berkurangnya daya gerak, sehingga spermatozoa sukar menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang mengakibatkan rendahnya derajat pembuahan spermatozoa. Konsentrasi spermatoza yang lebih tinggi kurang memberikan peluang kepada spermatozoa


(25)

13 untuk membuahi sel telur, karena spermatozoa secara bersama-sama bersaing memasuki mikrofil sel telur. Kemudian Nurman (1998) menyatakan bahwa semen yang encer dengan konsentrasi rendah mempunyai motilitas lebih tinggi dan selalu diikuti oleh derajat pembuahan yang lebih tinggi.

Daya tahan hidup spermatozoa dipengaruhi oleh pH, tekanan osmotik, elektrolit, non elektrolit, suhu dan cahaya. Pada umumnya, sperma sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH sekitar 7,0. Motilitas partial dapat dipertahankan pada pH antara 5-10 (Hora, 1991). Penyimpanan spermatozoa di dalam in- vitro paling baik kelangsungan hidup apabila disimpan di dalam medium isotonik dengan pH netral yang mengandung fruktosa atau glukosa sebagai sumber energinya. Pada kondisi anaerobik, fruktolisis menghasilkan banyak asam laktat, sehingga perlu adanya pengenceran yang mengandung buffer, tetapi dalam kondisi anaerobik dengan adanya O2 asam laktat dapat dioksidasi. Kandungan

fosfat pengencer memiliki pengaruh nyata pada jumlah asam laktat yang dapat dioksidasi (Bagnara dan Turner, 1971)

Kualitas sperma sangat berperan penting untuk menentukan keberhasilan pembuahan telur. Kualitas sperma adalah ukuran dari kemampuan sperma dapat berhasil membuahi telur. Kualitas sperma dapat dioptimalkan melalui pemeliharaan dan seleksi induk yang baik, sehingga dapat menghasilkan kualitas sperma yang baik dan dapat membuahi telur (Taborsky dalam Rurangwa dkk, 2003).

b. Telur

Telur dihasilkan pada stadia induk yang sudah memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Dalam stadia tersebut gonad ikan betina sudah dapat


(26)

14 memproduksi telur. Ikan dengan stadia demikian sudah dapat melakukan aktivitas reproduksi atau pemijahan (Effendi, 2009).

1.1 Morfologi Telur

Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program perkembangan untuk menjadi individu baru, setelah program perkembangan tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Larva adalah stadium tertentu dari perkembangan individu yang memiliki pola perkembangan tidak langsung. Perkembangan tidak langsung adalah pola perkembangan hewan yang dalam tahapan atau stadium hidupnya memiliki tahapan bentuk larva yang memiliki perkembangan postnatal yang melibatkan satu atau lebih tahapan bentuk larva. Larva berasal dari sel telur yang dibuahi atau biasanya disebut zigot. Sel tunggal zigot selanjutnya akan berkembang melalui cara cleavage, yaitu pembelahan mitosis biasa dari sel dalam stadium awal perkembangan (Effendi, 2009).

Sifat khusus telur ikan antara lain adalah ukuranya besar, memiliki bungkus telur, memiliki mikrofil, dan memiliki cadangan makanan. Sifat telur ikan secara umum adalah bersifat totipotensi yaitu memiliki kemampuan berkembang menjadi suatu individu. Sifat lainnya adalah sel telur yang tengelam dan melayang. Serta memiliki polaritas yaitu ada dua kutub berlawanan yang berbeda (Effendi, 2009).

Ovulasi adalah proses keluarnya telur dari tubuh induk. Telur yang dikeluarkan pada proses ovulasi tersebut telah mencapai kematangan fisiologis dan siap dibuahi oleh sperma (Effendi, 2009). Pada telur yang belum dibuahi, bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau khorion. Selaput yang mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Bagian telur


(27)

15 yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul di sebelah telur bagian atas dinamakan kutub anima. Bagian bawahnya yaitu pada kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur. Kuning telur pada ikan hampir mengisi seluruh volume sel. Kuning telur yang ada di bagian tengah keadaannya lebih padat daripada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma. Selain dari itu sitoplasma banyak terdapat pada sekeliling inti telur (Nagahama dalam Gusrina, 2008).

Chorion telur yang masih baru lunak dan memiliki sebuah mikrofil yaitu suatu lubang kecil tempat masuknya sperma ke dalam telur pada waktu terjadi pembuahan. Ketika telur dilepaskan ke dalam air dan dibuahi, alveoli kortek yang ada di bawah chorion pecah dan melepaskan material koloid mucoprotein ke dalam ruang perivitelin, yang terletak antara membran telur dan chorion. Air tersedot akibat pembengkakan mucoprotein. chorion mula-mula menjadi kaku dan licin, kemudian mengeras dan mikrofil tertutup. Sitoplasma menebal pada kutup telur yang ada intinya, ini merupakan titik dimana embrio berkembang. Pengerasan chorion akan mencegah terjadinya pembuahan oleh sperma. Dengan adanya ruang perivitelin di bawah chorion yang mengeras, maka telur dapat

bergerak selama dalam perkembangannya (Nagahama dalam Gusrina, 2008).

1.2 Sifat Telur

Stadia telur (yang dibuahi) adalah output dari aktivitas pemijahan ikan ketika menetas berubah manjadi stadia larva. Telur ikan setelah keluar dari tubuh induk bersipat melekat (adesif) dan tidak melekat (non adesif). Telur yang melekat memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkang dan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air. Sifat pelekat telur dibagi menjadi dua macam, yaitu


(28)

16 pada obyek (substrat) dan antar telur sehingga membentuk rumpun atau masa telur. Telur melekat kuat pada substat sehingga menjadi rusak koyak ketika dicoba untuk dicabut atau diangkat dan kekuatan pelekat tersebut menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan telur (embryogenesis) hingga menetas (Effendi, 2009).

1.3 Membran Telur

Selama oogenesis pada teleostei, salah satu yang paling mencolok adalah pembentukan sebuah zona tebal yang sangat berdiferensiasi (membran telur, membran vitelin, zona radiata dan zona pelusida) yang terletak diantara lapisan-lapisan granulosa dan oosit. Bergantung pada spesies maupun tahap pertumbuhan oosit, membran telur bervariasi dalam hal ketebalan, tebalnya 7-8 mikron pada oosit telur ikan mas koki dan sekitar 30 mikron pada rainbow trout. Perubahan morfologis yang dialami membran mungkin mencerminkan adaptasi terhadap berbagai kondisi ekologis (Nagahama dalam Gusrina, 2008).

Dalam mikrograf cahaya, membran tersebut dicirikan oleh polanya yang bergaris-garis berkaitan dengan penembusan mikrovilli tonjolan-tonjolan dari oosit maupun dari sel folikel. Pada spesies Cynolebias ladigest dan Cynolebias melanotaenia, lapisan terluar membran telur dibentuk oleh sel folikel sehingga diklasifikasikan sebagai selubung sekunder; komponen tubular yang disintesis dan disekresi oleh sel folikel bertanggung jawab atas pembentukan lapisan ini (Nagahama dalam Gusrina, 2008).


(29)

17 2. Fertilisasi (Pembuahan)

Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, dimana sel telur (ovum) dimasuki sel jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi sel telur. Pada pembuahan ini terjadi pencampuran inti sel telur dengan inti sel jantan. Kedua macam inti sel ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid). Sel telur dan sel jantan yang berada dalam cairan fisiologis masing-masing dalam tubuh induk betina dan jantan masih bersifat non aktif. Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan dengan baik. Pada saat sel telur dan spermatozoa dikeluarkan ke dalam air mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang tadinya non aktif bergerak (motil) dengan menggunakan ekornya yang berupa cambuk. Berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur, tetapi hanya satu yang dapat melewati mikropili satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa masuk melalui mikropil dan bersatu dengan inti sel telur sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah sel-sel jantan yang lain ikut masuk (Effendi, 2009). Secara umum proses fertilisasi dapat dilihat pada gambar 4.

Kepala sperma lubang mikrofil kepala sperma

Ekor sperma telur Ekor sperma proses pembuahan

Gambar 4. Proses fertilisasi atau pembuahan (digambar ulang oleh penulis berdasarkan Nurman dalam Gusrina, 2008).


(30)

18 Masuknya spermatozoa lewat mikropil harus berlangsung dengan cepat sekali supaya persatuan kedua inti sel kelamin tersebut dapat terjadi, karena inti sel telur akan bergerak dan daya gerak sperma itu sendiri sangat terbatas 1-2 menit saja (Effendi, 2009). Spermatozoa lainnya yang bertumpuk pada saluran mikropil, ada yang mengatakan akan dilebur dijadikan makanan sel telur yang telah dibuahi atau zigot. Tetapi ada pula yang mengatakan dibuang, didorong keluar oleh reaksi korteks. Demikian juga halnya dengan spermatozoa yang menempel pada permukaan chorion harus dibuang karena akan mengganggu proses pernapasan (metabolisme) zigot yang sedang berkembang. Cara pembuangan atau pelepasan spermatozoa dengan reaksi korteks (Horvath, 2003).

Pencampuran inti sel telur dan spermatozoa terjadi dalam sitoplasma telur. Persatuan kedua inti (pronuklei) dari sel betina dan sel jantan bersatu dalam proses yang disebut amfimiksis (Effendi, 2009).

Ada dua fungsi utama fertilisasi yaitu fungsi reproduksi dan fungsi perkembangan. Pada fungsi reproduksi, fertilisasi memungkinkan perpindahan unsur-unsur genetik dari para tetuanya. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi unsur genetik dari 2n (diploid) menjadi n (haploid), maka pada fertilisasi memungkinkan pemulihan kembali unsur genetiknya, n dari tetua jantan dan n dari tetua betina sehingga diperoleh individu normal 2n. Tanpa fertilisasi (kecuali pada kasus-kasus tertentu), kesinambungan keturunan suatu spesies tidak akan terjadi. Pada fungsi perkembangan, fertilisasi menyebabkan stimulus atau rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya dan membentuk pronukleus betina yang akan melebur dengan pronukleus jantan membentuk zigot. Jika tidak terjadi fertilisasi atau


(31)

19 pembuahan, maka sel telur tetap bertahan pada tahap metafase II yang selanjutnya akan berdegerasi (atresia) tanpa mengalami proses perkembangan selanjutnya (Nurman, 1998).

C. Fruktosa

Menurut Fessenden dan Fessenden (1997), fruktosa atau gula buah adalah komponen sederhana monosakarida yang ditemukan dalam banyak tanaman. Fruktosa ditemukan oleh kimiawan Prancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847. Fruktosa kering adalah kristal padat yang sangat manis, putih, tidak berbau, dan yang paling larut air dari semua gula. Fruktosa biasanya berasal dari tebu dan jagung.

Fruktosa, selain terdapat dari sari buah-buahan dan madu juga terdapat pada sayur-sayuran. Fruktosa adalah satu dari unit monosakarida dalam disakarida sukrosa (gula pasir). Fruktosa rasanya paling manis dari semua gula. Batas relatif dari rasa manis, sukrosa diberi ukuran 100, fruktosa 173, glukosa 74, galaktosa 73, dan laktosa (gula susu) 16. Karena laktosa kurang manis, sukrosa sering ditambahkan dalam produk susu sebagai pemanis (Prentis dalam Sardjoko, 1991).

Penggolongan monosakarida berdasarkan urutan cincin. D-Fruktosa juga ada dalam bentuk siklik dalam larutan. Karena fruktosa suatu keton, cincinnya merupakan hemiketal siklik dan hemiasetal seperti yang terjadi pada aldosa. Bila fruktosa dilarutkan dalam air, suatu keseimbangan akan terjadi di antara bentuk rantai terbuka, cincin lima anggota, dan cincin enam anggota. Alfa dan beta anomer dari tiap ukuran cincin terbentuk. Reaksi fruktosa bila dilarutkan ke dalam air dapat dilihat pada gambar 5.


(32)

20 1CH2OH

2C=O

6

6 O OH HO 3 H HOCH

2 O OH 5 HO 2 H

2O H 4 OH H2O 5 HO 2

4

3 CH2OH H 5 OH 4 3 CH2OH OH 1 6 CH

2OH OH

ß-D-Fruktosa Fruktosa rantai terbuka ß-D-Fruktosa cincin 6-anggota (80%) cincin 5-anggota (20%)

Gambar 5. Reaksi fruktosa bila dilarutkan ke dalam air Sumber. Fessenden dan Fessenden (1997)

Untuk membedakan ukuran ke dua cincin yang berbeda, kita tambahkan istilah piran dan furan pada nama gula. Piran nama cincin enam anggota atau atom oksigen dan dua ikatan rangkap. Furan adalah nama yang berhubungan dengan cincin lima anggota (Fessenden dan Fessenden, 1997)

Menurut Hidayatuhrahmah (2007), fruktosa dapat anaerobik difermentasi oleh ragi atau bakteri. Enzim ragi mengkonversi gula (glukosa atau fruktosa) untuk etanol dan karbon dioksida. Fruktosa mengalami reaksi maillard, yaitu pencoklatan non-enzimatik, dengan asam amino. Fruktosa memiliki kelarutan yang lebih tinggi dari gula lainnya serta alkohol gula lainnya dan memiliki ion-ion Ca2+, Na2+, Mg2+, Zn+ berfungsi dalam membantu menjaga sperma tetap hidup.

Ion Na+ berfungsi mempertahankan daya hidup sperma dan pengganti elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu fruktosa sulit untuk mengkristal dari larutan berair. Fruktosa lebih cepat untuk menyerap kelembaban dan lambat untuk melepaskannya ke lingkungan dibandingkan sukrosa, dekstrosa, atau pemanis nutrisi lainnya.

Fruktosa dan galaktosa merupakan sumber energi utamabagi spermatozoa


(33)

21 pada spermatozoa yang encer banyak mengandung glukosa, sehingga memberikan motilitas yang lebih baik terhadap spermatozoa. Penelitian Scott dan Baynes dalam Gusrina (2008) tentang komposisi kimia semen ikan menyatakan bahwa

semen yang kental dengan konsentrasi tinggi mengandung kadarpotassium lebih

tinggi akan menghambat pergerakan spermatozoa, sehingga motilitasnya rendah. Kandungan yang terdapat pada gula (fruktosa) pembentukan ester.

Ester organik yang paling penting dari gula adalah ester fosfat, yang merupakan hasil antara kunci dari metabolisme karbohidrat. Pembentukan derifat fosfat yang khusus adalah langkah pertama dalam oksidasi biologis. Pada reaksi ini, glukosa di fosforilasi dengan ATP (adenosine trifosfat). Reaksi ini dikatalisa

oleh enzim glukokinase, (Akhiran kinase menunjukan bahwa enzim mentransfer

fosfat dari ATP ke akseptor, dalam hal ini glukosa). Reaksi glukosa mentransfer fosfat dari ATP ke akseptor dapat dilihat pada gambar 6.

O CH2OPO

CH2OH O O O O

O O OH + R OP OP OPO glukokinase OH

HO OH Mg2+ HO OH

OH O O O OH α-D-Glukosa

Gambar 6. Reaksi glukosa mentransfer fosfat dari ATP ke akseptor Sumber. Fessenden dan Fessenden (1997)

Menurut Prentis dalam Sardjoko (1991), hampir setiap aktivitas sel memerlukan energi, untuk bergerak, untuk sintesis berbagai senyawa yang diperlukan, energi untuk tumbuh dan lain sebagainya. Beberapa kegiatan dalam metabolisme sel terutama yang bertujuan untuk membangun senyawa-senyawa


(34)

22 yang diperlukan sel, dan sebagian untuk pembuatan makanan dan diuraikan kembali untuk mendapatkan energinya. Meskipun zat hara yang mencapai sel mengandung banyak energi, tetapi energi itu tidak secara langsung dapat digunakan oleh sel, melainkan lebih dulu harus dibebaskan dari zat hara yang disimpan sebagai senyawa yang kaya akan energi, di antaranya adalah ATP. ATP dapat dianggap sebagai energi sel. Energi masuk ke dalam sel dalam berbagai bentuk (zat hara) dan energi sel dalam metabolisme kebanyakan diubah menjadi ATP, kemudian disimpan atau digunakan diseluruh tempat dalam sel (Prentis dalam Sarjoko, 1991).


(35)

23 III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada bulan Februari 2012.

B. Alat dan Bahan 1. Alat Penelitian

Dalam kegiatan penelitian alat yang digunakan adalah mikroskop, cawan petri, akuarium berukuran 60×40×40 cm sebanyak 12 akuarium, lap, bulu ayam, termometer, stopwatch, alat tulis, spuit dan kamera digital.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang dipergunakan pada penelitian adalah ikan uji yang digunakan adalah ikan mas jantan dan betina berumur 1,5-2 tahun dengan bobot tubuh 1-2,5 kg, ovaprim (Syndel), aquabides, sperma ikan mas (Cyprinus carpio L), telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan fruktosa dengan konsentrasi 70%.

C. Rancangan Penelitian

Eksperimen dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan variasi konsentrasi larutan fruktosa 0%, 1,75%, 2,1%, dan 2,45%, dengan tiga kali ulangan.


(36)

24 Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan : Yij = Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh pemberian fruktosa ke-i

εij = Galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j

i = 1, 2, 3,

j = 1, 2, 3

D. Perameter yang Diamati

1. Fertilization Rate (FR) atau Derajat Pembuahan

Pengamatan pembuahan spermatozoa terhadap telur dilakukan setelah 1 jam pencampuran sperma dengan telur, sampel telur yang diamati sebanyak 20 butir telur dalam setiap perlakuan, telur yang terbuahi akan mengalami pembelahan sel dan berwarna bening (Murtidjo, 2001). Kemudian menghitung tingkat pembuahan ditentukan dengan menggunakan derajat pembuahan (Fertilization Rate) menurut(Murtidjo,2001) dengan perhitungan sebagai berikut :

dan menghitung jumlah telur yang menetas dan tidak menetas, menurut (Murtidjo, 2001) dengan penghitungan sebagai berikut :

Derajat Pembuahan = Jumlah telur yang terbuahi x 100% Jumlah sampel telur


(37)

25 Tabel 1. Ciri-ciri Pembuahan

Telur Dibuahi Telur Tidak Dibuahi

Setelah 1 menit pencampuran telur dengan sperma,

 Sel telur mulai membelah dari satu sel menjadi dua sel

 Telur berwarna kuning dan

cerah, kemudian sel telur akan membelah

 Dua sel menjadi empat sel dan

seterusnya sampai menetas

 Telur berwarna bening

Setelah 1 menit pencampuran telur dengan sperma,

 Telur tetap menjadi satu sel

 Telur akan berwarna putih

pekat dan mati

Sumber. Murtidjo (2001)

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Alat

Alat-alat yang akan digunakan dibersihkan sebelum digunakan mangkok, cawan petri dan akuarium berukuran 60×40×40 cm dibersihkan dan dikeringkan. b. Persiapan Induk Jantan dan Betina Ikan Mas

Induk ikan yang digunakan adalah induk yang matang gonad. Ikan mas jantan dan betina matang gonad berumur 1,5-2 tahun, induk jantan mempunyai ciri-ciri apabila di stripping atau dialin pada bagian anus mengeluarkan cairan putih susu berupa semen spermatozoa dan induk betina mempunyai ciri-ciri apabila di stripping pada bagian anus mengeluarkan telur berwarna kuning tua atau TKG 4 (Tingkat Kematangan Gonad). Induk ikan yang sudah dipilih disuntik dengan hormon ovaprim (Syndel) 0,5 ml/kg ikan mas.

Derajat Penetasan =฀฀฀ Jumlah larva x 100% Jumlah telur yang terbuahi


(38)

26

c. Pembuatan Larutan Fruktosa

Pembuatan Larutan fruktosa dilakukan dengan cara melarutkan fruktosa, dengan variasi konsentrasi fruktosa yaitu 0%, 1,75 % (2,5 ml), 2,1% (3 ml), dan 2,45% (3,5 ml) fruktosa yang masing-masing dilarutkan ke dalam 100 ml aquabides.

d. Fertilisasi (Pembuahan)

Sebelum dilakukan pembuahan terlebih dahulu melakukan tindakan Stripping atau pengalinan terhadap ikan yang telah matang gonad, dilakukan dengan mengurut bagian perut mengarah ke bagian ekor sampai keluar cairan putih atau telur. Cairan putih (semen) atau telur diletakkan ke dalam cawan petri dan dicampur dengan telur dan selanjutnya dimasukan ke dalam masing-masing variasi konsentrasi larutan fruktosa dan kontrol dan selanjutnya dilakukan pengamatan.

e. Pengambilan Data

1. Pengambilan data derajat pembuahan dengan cara menghitung telur yang terbuahi dan tidak terbuahi,

2. Pengambilan data derajat penetasan dengan cara menghitung larva yang dihasilkan dan menghitung telur yang tidak menetas.

f. Analisis Data

Analisis data yang digunakan menggunakan analisis ragam pada selang kepercayaan 95%.


(39)

33

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian fruktosa tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tingkat pembuahan dan tingkat penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.).

B. Saran

1. Perlu dilakukan percobaan pada spesies ikan lainnya untuk mengetahui pengaruh fruktosa terhadap ketahanan sperma hingga dapat membuahi telur dan menetas,

2. Perlu dilakukan pengujian pada konsentrasi yang lebih tinggi,

3. Tidak melakukan pencampuran sperma dengan telur setelah 3 menit sperma keluar dari testis.


(1)

22 yang diperlukan sel, dan sebagian untuk pembuatan makanan dan diuraikan kembali untuk mendapatkan energinya. Meskipun zat hara yang mencapai sel mengandung banyak energi, tetapi energi itu tidak secara langsung dapat digunakan oleh sel, melainkan lebih dulu harus dibebaskan dari zat hara yang disimpan sebagai senyawa yang kaya akan energi, di antaranya adalah ATP. ATP dapat dianggap sebagai energi sel. Energi masuk ke dalam sel dalam berbagai bentuk (zat hara) dan energi sel dalam metabolisme kebanyakan diubah menjadi ATP, kemudian disimpan atau digunakan diseluruh tempat dalam sel (Prentis dalam Sarjoko, 1991).


(2)

23 III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada bulan Februari 2012.

B. Alat dan Bahan 1. Alat Penelitian

Dalam kegiatan penelitian alat yang digunakan adalah mikroskop, cawan petri, akuarium berukuran 60×40×40 cm sebanyak 12 akuarium, lap, bulu ayam, termometer, stopwatch, alat tulis, spuit dan kamera digital.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang dipergunakan pada penelitian adalah ikan uji yang digunakan adalah ikan mas jantan dan betina berumur 1,5-2 tahun dengan bobot tubuh 1-2,5 kg, ovaprim (Syndel), aquabides, sperma ikan mas (Cyprinus carpio L), telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) dan fruktosa dengan konsentrasi 70%.

C. Rancangan Penelitian

Eksperimen dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan variasi konsentrasi larutan fruktosa 0%, 1,75%, 2,1%, dan 2,45%, dengan tiga kali ulangan.


(3)

24 Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan : Yij = Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh pemberian fruktosa ke-i

εij = Galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j i = 1, 2, 3,

j = 1, 2, 3

D. Perameter yang Diamati

1. Fertilization Rate (FR) atau Derajat Pembuahan

Pengamatan pembuahan spermatozoa terhadap telur dilakukan setelah 1 jam pencampuran sperma dengan telur, sampel telur yang diamati sebanyak 20 butir telur dalam setiap perlakuan, telur yang terbuahi akan mengalami pembelahan sel dan berwarna bening (Murtidjo, 2001). Kemudian menghitung tingkat pembuahan ditentukan dengan menggunakan derajat pembuahan (Fertilization Rate) menurut (Murtidjo,2001) dengan perhitungan sebagai berikut :

dan menghitung jumlah telur yang menetas dan tidak menetas, menurut (Murtidjo, 2001) dengan penghitungan sebagai berikut :

Derajat Pembuahan = Jumlah telur yang terbuahi x 100% Jumlah sampel telur


(4)

25 Tabel 1. Ciri-ciri Pembuahan

Telur Dibuahi Telur Tidak Dibuahi Setelah 1 menit pencampuran telur

dengan sperma,

 Sel telur mulai membelah dari satu sel menjadi dua sel

 Telur berwarna kuning dan cerah, kemudian sel telur akan membelah

 Dua sel menjadi empat sel dan seterusnya sampai menetas  Telur berwarna bening

Setelah 1 menit pencampuran telur dengan sperma,

 Telur tetap menjadi satu sel  Telur akan berwarna putih

pekat dan mati

Sumber. Murtidjo (2001)

2. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Alat

Alat-alat yang akan digunakan dibersihkan sebelum digunakan mangkok, cawan petri dan akuarium berukuran 60×40×40 cm dibersihkan dan dikeringkan.

b. Persiapan Induk Jantan dan Betina Ikan Mas

Induk ikan yang digunakan adalah induk yang matang gonad. Ikan mas jantan dan betina matang gonad berumur 1,5-2 tahun, induk jantan mempunyai ciri-ciri apabila di stripping atau dialin pada bagian anus mengeluarkan cairan putih susu berupa semen spermatozoa dan induk betina mempunyai ciri-ciri apabila di stripping pada bagian anus mengeluarkan telur berwarna kuning tua atau TKG 4 (Tingkat Kematangan Gonad). Induk ikan yang sudah dipilih disuntik dengan hormon ovaprim (Syndel) 0,5 ml/kg ikan mas.

Derajat Penetasan =฀฀฀ Jumlah larva x 100% Jumlah telur yang terbuahi


(5)

26 c. Pembuatan Larutan Fruktosa

Pembuatan Larutan fruktosa dilakukan dengan cara melarutkan fruktosa, dengan variasi konsentrasi fruktosa yaitu 0%, 1,75 % (2,5 ml), 2,1% (3 ml), dan 2,45% (3,5 ml) fruktosa yang masing-masing dilarutkan ke dalam 100 ml aquabides.

d. Fertilisasi (Pembuahan)

Sebelum dilakukan pembuahan terlebih dahulu melakukan tindakan Stripping atau pengalinan terhadap ikan yang telah matang gonad, dilakukan dengan mengurut bagian perut mengarah ke bagian ekor sampai keluar cairan putih atau telur. Cairan putih (semen) atau telur diletakkan ke dalam cawan petri dan dicampur dengan telur dan selanjutnya dimasukan ke dalam masing-masing variasi konsentrasi larutan fruktosa dan kontrol dan selanjutnya dilakukan pengamatan.

e. Pengambilan Data

1. Pengambilan data derajat pembuahan dengan cara menghitung telur yang terbuahi dan tidak terbuahi,

2. Pengambilan data derajat penetasan dengan cara menghitung larva yang dihasilkan dan menghitung telur yang tidak menetas.

f. Analisis Data

Analisis data yang digunakan menggunakan analisis ragam pada selang kepercayaan 95%.


(6)

33 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian fruktosa tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tingkat pembuahan dan tingkat penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.).

B. Saran

1. Perlu dilakukan percobaan pada spesies ikan lainnya untuk mengetahui pengaruh fruktosa terhadap ketahanan sperma hingga dapat membuahi telur dan menetas,

2. Perlu dilakukan pengujian pada konsentrasi yang lebih tinggi,

3. Tidak melakukan pencampuran sperma dengan telur setelah 3 menit sperma keluar dari testis.