Pendiri dan Sumber Ajarannya

122 | Kelas X SMASMK 1 Pada bab I berisi keseluruhan kelompok padārtha atau kategori-kategori yang dapat dinyatakan. 2 Pada bab II berisi penetapan tentang benda-benda 3 Pada bab III berisi uraian tentang Jīva dan indra dalam 4 Pada bab IV berisi uraian tentang badan dan bahan penyusunnya 5 Pada bab V berisi tentang Karma atau kegiatan 6 Pada bab VI berisi uaraian tentang Dharma atau kebajikan menurut kitab suci. 7 Pada bab VII berisi uraian tentang sifat-sifat dan Samavāya keterpaduan atau saling berhubungan 8 Pada bab VIII berisi tentang wujud pengetahuan, sumbernya dan sebagainya 9 Pada bab IX berisi tentang pemahaman tertentu atau yang konkrit, dan 10 Pada bab X berisi uraian tentang perbedaan sifat dari Jīva. Sistem ilsafat ini terutama dimaksudkan untuk menetapkan tentang Padārtha, tetapi Rsi Kanada membuka pokok permasalahan dengan sebuah pengamatan tentang intisari dari Dharma, yang merupakan sumber dari pengetahuan inti dari Padārtha. Sūtra pertama berbunyi: ”Ytao bhyudayanihsreyasa siddhị sa dharmạ” artinya, Dharma adalah yang memuliakan dan memberikan kebaikan tertinggi atau Moksa penghentian dari penderitaan.

b. Pokok-Pokok Ajaran

Padārtha secara hariah artinya adalah arti dari sebuah kata, tetapi di sini Padārtha adalah satu permasalahan benda dalam ilsafat. Sebuah Padārtha merupakan suatu objek yang dapat dipikirkan artha dan diberi nama pada. Semua yang ada, yang dapat diamati dan dinamai, yaitu semua objek pengalaman adalah Padārtha. Benda- benda majemuk saling bergantung dan sifatnya sementara, sedangkan benda-benda sederhana sifatnya abadi dan bebas. Padārtha dan Vaiśeṣika Darśana, seperti yang disebutkan oleh Rsi Kanada sebenarnya hanya 6 buah kategori, namun satu katagori ditambahkan oleh penulis- penulis berikutnya, sehingga akhirnya berjumlah 7 katagori Padārtha, yaitu: 1 Substansi dravya. Substansi adalah zat yang ada dengan sendirinya dan bebas dari pengaruh unsur- unsur lain. Namun unsur lain tidak dapat ada tanpa substansi. Substansi dravya dapat menjadi sebab yang melekat pada apa yang dijadikannya. Atau dravya dapat menjadi tidak ada pada apa yang dihasilkannya. Contoh: tanah sebagai substansi telah terdapat pada periuk yang terbuat dari tanah. Jadi tanah itu selalu dan telah ada pada apa yang dihasilkannya, sedangkan periuk itu tidak dapat terjadi tanpa substansi tanah. Demikian pula halnya kategori lain tidak dapat ada tanpa substansi zat seperti beraneka ragam minuman tidak dapat terjadi tanpa air zat cair, tapi air dapat ada walaupun tidak adanya bermacam-macam minuman. Ada sembilan substansi yang dinyatakan oleh Vaiśeṣika, yaitu 1 Tanah pṛthivī; 2 Air āpah, jala; 3 Api tejah; 4 Udara vāyu; 5 Ether ākāśa; 6 Waktu kāla; 7 ruang dis; 8 diriroh Jīva; dan 9 pikiran manas. Semua substansi 123 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | tersebut di atas riil, tetap, dan kekal. Namun hanya udara, waktu, akasa bersifat tak terbatas. Kombinasi dari sembilan itulah membentuk alam semesta beserta isinya menjadikan hukum-hukumnya yang berlaku terhadap semua yang ada di alam ini baik bersifat isik maupun yang bersifat rohaniah. Adapun yang termasuk substansi badani isik adalah bumi, air, api, udara, ruang, waktu, dan akasa. Sedang yang tergolong substansi rohaniah terdiri atas akal manas pikiran, diri atmanjiwa. Kedua substansi rohaniah ini bersifat kekal dan pada setiap makhluk manusia hanya terdapat satu jiwa dan satu manas. Demikianlah pribadi diriatma itu bersifat individu dan menjadi sumber kesadaran setiap makhluk yang senantiasa berhubungan dengan kegiatan badani atau isik. Setiap pribadi atma memiliki manas tersendiri yang dipakai sebagai alat untuk mengenal dan mengalami segala sesuatu melalui alat isik termasuk juga dipakai sebagai alat untuk mencapai kebebasan. Namun dilain pihak manas juga diakui dapat menyebabkan kelahiran kembali. Oleh karena setiap makhluk manusia dijiwai oleh pribadi jiwaatma. Maka pandangan Vaiśeṣika terhadap jiwa adalah riil dan pluralis, yaitu jiwa itu benar-benar ada dan tak terbatas jumlahnya. 2 Kualitas guṇa Guṇa ialah keadaan atau sifat dari suatu substansi. Guṇa sesungguhnya nyata dan terpisah dari benda substansi namun tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari substansi yang diberi sifat. Guṇa atau sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi yang jumlahnya ada 24, yaitu 1 warna Rūpa; 2 rasa rasa; 3 bau gandha; 4 sentuhanraba sparśa; 5 jumlah Sāṁkhya; 6 ukuran parimāṇa; 7 keanekaragaman pṛthaktva; 8 persekutuan saṁyoga; 9 keterpisahan vibhāga; 10 keterpencilan paratva; 11 kedekatan aparatva; 12 bobot gurutva; 13 kecairankeenceran dravatva; 14 kekentalan sneha; 15 suara śabda; 16 pemahamanpengetahuan buddhijñāna; 17 kesenangan sukha; 18 penderitaan duḳa; 19 kehendak īccha; 20 kebenciankeengganan dvesa; 21 usaha prayatna; 22 kebajikanmanfaat dharma; 23 kekurangancacat adharma; dan 24 sifat pembiakan sendiri saṁskāra. Sejumlah 8 sifat, yaitu buddhijñāna, īccha, dvesa, sukha, duḳa, dharma, adharma dan prayatna merupakan milik dari roh, sedangkan 16 lainnya merupakan milik dari substansi material. 3 Aktivitas karma Karma mewakili berbagai jenis gerak movement yang berhubungan dengan unsur dan kualitas, namun juga memiliki realitas mandiri. Tidak semua substansi zat dapat bergerak. Hanya substansi yang bersifat terbatas saja dapat bergerak atau mengubah tempatnya. Sedangkan substansi yang tak terbatas atma, hawa nafsu dan akasa tidak dapat bergerak karena telah memenuhi segala yang ada. Gerakan dari benda-benda di alam ini bukan bersumber dari dirinya, melainkan ada sesuatu yang berkesadaran yang menjadi sumber gerakan itu. Benda-benda hanya dapat menerima gerakan dari sesuatu yang berkesadaran. Bila terlihat kenyataan yang terjadi di alam ini seperti adanya hembusan angin, peredaran bumi dan planet-planet, maka tentu ada sumber penggerak yang adikodrati. Sumber yang adikodrati itulah Tuhan.