Latar Belakang Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, berguna bagi makanan bayi. Dimana cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui Khamzah, 2012. WHO menyatakan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama bayi adalah yang terbaik. Dengan demikan ketentuan ASI eksklusif 4 bulan tidak berlaku lagi. Alasan pemerintah mendorong para ibu memberikan ASI eksklusif adalah pemberian makanan padat atau tambahan terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Kodrat, 2010. Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia WHO. Di Indonesia rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan pemberian susu formula 3 kali lipat. Saat ini, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah, yakni kurang dari 2 dari jumlah total ibu melahirkan. Susu formula merupakan produk makanan sintetis yang susunan kimiawi susu sapinya tidak begitu banyak karena mayoritas mengandung probiotik dan DHA, dengan demikian susu formula tersebut sama sekali tidak dapat menggantikan khasiat ASI Yuliarti, 2010. Para ahli memperkirakan terjadi peningkatan kasus alergi dalam 10 tahun terakhir. Salah satu penelitian di tahun 2007 menyebutkan bahwa alergi susu sapi merupakan Universitas Sumatera Utara bentuk alergi makanan yang paling sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, diperkirakan 2–7,5 anak dalam kelompok umur ini mengalami alergi protein susu sapi. Alergi susu sapi sering ditemukan terutama dibawah usia 12 bulan. Hal ini dihubungkan dengan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang paling sering muncul adalah gangguan saluran cerna sebesar 50-80 mulai muntah, diare berlanjut yang kadang-kadang disertai darah, konstipasisembelit Yuliarti, 2010. Pemberian susu formula pada bayi ditahun pertama biasanya dilakukan karena keadaan – keadaan yang terjadi pada ibu yaitu puting rataterbenam, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, infeksi payudara, abses payudara dan pekerjaan Candra, 2012. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2007 cakupan ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan hanya 32. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 pada 2002 menjadi 27,9 pada 2007 Handy, 2010. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan tahun 2010 di Indonesia, persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan yaitu 15,3 dan yang memberikan susu formula pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0. Dimana yang memberikan susu formula tertinggi terdapat di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 95,2 dan terendah terdapat di Sulawesi Barat yaitu 16,7 Riskesdas, 2010. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan pada tahun 2010 provinsi Sumatera Utara, yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 73,5 dan yang memberikan makanan prelaktal atau MP-ASI pada bayinya, yaitu sebanyak 53,7 Riskesdas, 2010. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan, dengan mengambil sampel 9 orang ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan didapati 9 orang ibu tersebut memberikan susu formula pada bayinya. Sehubungan dengan hal ini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”.

B. Rumusan Masalah