FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA USIA 0-6 BULAN DI KECAMATAN PEUREULAK BARAT KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2015

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA

PADA USIA 0-6 BULAN DI KECAMATAN PEUREULAK BARAT KABUPATEN ACEH

TIMUR TAHUN 2015

  1 Hafriani

1 Dosen Program Studi Kebidanan

  STIKes Bina Nusantara

  

ABSTRAK

Berdasarkan survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) 2007, angka cakupan keberhasilan

menyusui (ASI Ekslusif) di indonesia hanya 32,3% sementara itu jumlah bayi yang di berikan susu

formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007.kondisi serupa juga

terjadi di Aceh. Dari 100.000 kelahiran bayi per tahun di Aceh, hanya 13,2% ibu yang memberikan

ASI artinya, 80% lebih ibu langsung memberi susu formula. (Serambi Indonesia, 2011). Laporan data

awal dari Puskesmas Peureulak Aceh Timur, di ketahui bahwa dari 872 bayi yang ada ternyata,386

(37,38%) di berikan ASI ekslusif dan 546 (62,62%) masih diberikan makanan pendamping ASI

termasuk susu formula. Dan diantara tiga mukim yang ada, Cakupan ASI paling rendah terdapat di

Kecamatan Peureulak Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat

Kabupaten Aceh Timur.Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional

yang dilaksanakan pada tanggal 4-16 Juni 2012. Populasi dalam penelitian yaitu ibu yang mempunyai

bayi usia 0-6 bulan. Jumlah sampel sebanyak 72 orang, Teknik pengambilan sampel dengan tehnik

Total Sampling .Tehnik pengumpulan data berupa data primer dengan pengedarkan kusioner dan

sekunder. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan program SPSS for window versi

  

17.Tidak ada hubungan faktor pendidikan dengan pemberian susu formula dimana nilai p=0.50

(p>0.05), Ada hubungan faktor pengetahuan dengan pemberian susu formula dimana nilai p=0.016

(p<0.05), Tidak ada hubungan faktor pekerjaan dengan pemberian susu formula dimana nilai p= 1,000

(p>0.05).Tidak ada hubungan faktor penghasilan dengan pemberian susu formula dimana nilai p=

0,84 (p>0,05). Tidak ada hubungan faktor informasi dengan pemberian susu formula dimana nilai p=

1,000 (p>0,05).Faktor pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan informasi tidak ada hubungan dengan

pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Sedangkan faktor pengetahuan ada hubungan

dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten

Aceh Timur tahun 2015.

Di harapkan kepada ibu-ibu untuk tetap memberikan ASI agar dapat membantu pertumbuhan dan

perkembangan otak bayi, jangan memberikan susu formula jika tanpa ada indikasi tertentu karena

dapat memberikan efek yang tidak baik bagi bayi. Dan ASI lebih memiliki nilai plus dari pada susu

formula.

  Kata Kunci : Susu formula, Pendidikan, pengetahuan, Pekerjaan, Penghasilan,Informasi Daftar Pustaka: 16 buku + 10 internet (2005-2011)

  15 PENDAHULUAN

  Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate (IMR). Dari hasil penelitian yang ada angka kematian ibu tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan faktor-faktor lain terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung maupun langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang di fokuskan pada perbaikan gizi bayi dan anak balita merupakan proses awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

  Oleh karna itu, perbaikan gizi bayi sangat perlu mendapatkan perhatian yang serius. Gizi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah ASI (Air susu ibu). Manfaat air susu ibu kini sudah tidak dapat di ragukan dan pemerintah juga telah menggalakkan pemberian ASI secara ekslusif (Notoadmodjo, 2007 ).

  Memberikan ASI Ekslusif pada bayi di awal kehidupannya merupakan hal yang sangat penting. Komposisi ASI yang sarat dengan nutrisi lengkap termasuk dengan AA dan DHA harus di ketahui oleh ibu hamil dan menyusui, sehingga mendapatkan nutrisi terbaik sejak awal kehidupannya. Selain itu perlu diketahui bahwa 80% kecerdasan anak berumur 0-6 bulan dengan pemberian ASI guna untuk pertumbuhan sel-sel saraf otak (Prasetyono, 2009).

  Rendahnya tingkat pengetahuan tentang ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi di karenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu menyusui mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu kebiasaan ibu yang bekerja terutama yang tinggal di perkotaan juga ikut mempengaruhi rendahnya tingkat ibu menyusui. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI Ekslusif juga di pengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan susu formula. Promosi ini sangat mempengaruhi pemikiran para ibu yang kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang ASI. Sehingga bisa mengarahkan ibu- ibu untuk berfikir bahwa ASI yang di berikan pada bayi belum cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan kurang mempercayai kehebatan ASI sehingga akhirnya memilih susu formula (Prasetyono, 2009).

  Selain itu, ada juga fenomena yang menimpa para ibu dalam keluarga sederhana yang hidupnya serba kekurangan. Karena keterbatasan uang untuk membeli suatu produk susu yang bermutu baik, mereka terpaksa membeli produk yang lebih murah, meskipun mutunya jauh lebih rendah. Tindakan ini di sebabkan oleh adanya sikap mental yang beranggapan bahwa susu formula lebih baik daripada ASI. Dan, lantaran alasan yang bersifat ekonomis, pemakaian susu formula pun di irit sedemikian rupa, sehingga anak kekurangan makanan (Prasetyono, 2009).

  Begitu juga dengan Margareth cameron dan Hafander mengatakan alasan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui lebih awal

ISSN:2460-4356

  16

  adalah kerena iklan yang menggambarkan bayi atau anak yang tersenyum, gemuk dan sehat karena meminum susu merek tertentu. Selain itu pula ibu percaya bahwa bayi yang berusia 0-4 bulan membutuhkan makanan untuk membuat mereka diam, tidur dan membantu pertumbuhan mereka (Notoadmodjo, 2007).

  Meskipun SK menteri Kesehatan Republik Indonesia No 273/Menkes/SK/IV/1997 telah mengatur tentang pemasaran PASI yaitu bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur empat bulan dan di teruskan sampai umur dengan pemberian makanan pendamping ASI harus di lakukan dengan baik dan benar dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia. Namun kenyataanya masih banyak kaum ibu yang memberikan PASI bayinya masih berumur kurang dari empat bulan (Notoadmodjo, 2007).

  Ketidak berhasilan meyusui di negara-negara yang telah maju telah banyak di kemukakan antara lain Amerika, pada permulaan abad ke-20 kira-kira 71% ibu yang menyusui bayi kurang lebih 6 bulan. sedangkan tahun 1971 angka ini menurun menjadi 25% pada ibu dengan sosial ekonomi yang sedang dan 5% pada ibu dengan sosial ekonomi baik. Dan berdasarkan hasil survey di Amerika pada tahun 2008 menunjukan presentasi ibu menyusui sampai bayi berusia 6 bulan sekitar 14% dan ibu menyusui sampai usia 12 bulan sekitar 18%.

  Berdasarkan survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) 2007, angka cakupan keberhasilan menyusui (ASI Ekslusif) di indonesia hanya 32,3% sementara itu jumlah bayi yang di berikan susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007.

  Hal demikian juga terlihat dari hasil survey Sosial ekonomi nasional (2007-2008), yaitu cakupan keberhasilan menyusui pada bayi usia 0-6 bulan di indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008. Dan UNICEF menyimpulkan cakupan ASI Ekslusif di indonesia masih jauh dari rata-rata yaitu 38% (http://kuliahbidan.wordpress.2009).

  Dan menurut ketua badan kerja peningkatan penggunaan air susu ibu (BKKP-ASI) dr.Dien Santoyo Besar, Sp.A, Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia pada tahun 1997 dan 2003, diketahui bahwa angka kematian bayi yang tidak diberikan ASI Ekslusif turun dari 49% menjadi 39% sedangkan penggunaan susu formula meningkat 3 kali lipat. Sedangkan sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia.UNICEF juga mengatakan ASI Ekslusif dapat menekan angka kematian bayi di indonesia dan 10 kematian anak balita

ISSN:2460-4356

  17

  di dunia setiap tahun dapat di cegah dengan pemberian ASI Ekslusif (Prasetyono, 2009).

  Pemberian susu formula bagi bayi baru lahir berdampak tidak baik terhadap perkembangan otaknya hal ini disebabkan dlam susu formula masih banyak mengandung bakteri yang dapat mengganggu pencernaan dan pertumbuhan otak bayi. Oleh karena itu ibu-ibu di sarankan untuk memberikan ASI sejak bayi lahir hinggga usia enam bulan. Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) yang dilakukan di Jakarta hanya 15,4% ibu di iIndonesia yang memberikan ASI Ekslusif pada bayi usia 0-12 bulan. Alasan yang mencuat selama ini, bahwa para ibu yang baru melahirkan itu mengaku belum punya susu ekslusif. Sehingga menggantikan dengan susu formula. kondisi serupa juga terjadi di Aceh. Dari 100.000 kelahiran bayi per tahun di Aceh, hanya 13,2% ibu yang memberikan ASI artinya, 80% lebih ibu langsung memberi susu formula susu pemberian susu formula (Serambi Indonesia, 2011).

  Berdasarkan laporan data awal dari Puskesmas Indrapuri Aceh besar, di ketahui bahwa dari 872 bayi yang ada ternyata,386 (37,38%) di berikan ASI ekslusif dan 546 (62,62%) masih diberikan makanan pendamping ASI. Dan dari 546 bayi yang di berikan makanan pendamping ASI di antaranya terdapat 172 (31,6%) bayi yang di berikan makanan lunak seperti pisang, roti yang di haluskan, dan berbagai jenis makanan lunak lainya. Dan sekitar 374

  (68,4%) bayi di berikan susu formula oleh ibunya.

  Dari data yang tercatat di Puskesmas Peureulak jelas terlihat bahwa di seluruh Kecamatan yang ada di Peureulak Barat, Peureulak Barat tercatat sebagai Kecamatan yang cakupan ASI masih rendah dan mayoritas ibu-ibu masih memberikan susu formula pada bayi nya (Puskesmas Peureulak Kab. Aceh Timur, 2013 ).

  Di sebabkan permasalahan diatas yang mengemukakan bahwa cakupan pemberian ASI lebih rendah dibandingkan dengan pemberian susu formula, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian nya berkenaan dengan. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi umur 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur”.

PERUMUSAN MASALAH

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015?

TUJUAN PENELITIAN

  1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015.

  2. Tujuan Khusus

ISSN:2460-4356

  1. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu agar dapat memahami tentang pendidikan dengan pemberian Susu ASI dan susu formula di masa formula pada bayi usia 0-6 bulan di yang akan datang. Kecamatan Peureulak Barat

  3. Bagi Peneliti Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015.

  Hasil penelitian ini dapat

  2. Untuk mengetahui hubungan faktor menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan pemberian susu pengetahuan dan pengalaman formula pada bayi usia 0-6 bulan di penulis dalam melakukan penelitian Kecamatan Peureulak Barat dan penyusun laporan karya tulis Kabupaten Aceh Timur tahun 2015. ilmiah, selain itu juga karya tulis

  3. Untuk mengetahui hubungan faktor ilmiah ini salah satu syarat pekerjaan dengan pemberian susu kelulusan Akademi Kebidanan formula pada bayi usia 0-6 bulan di Nadhirah Banda Aceh. Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015.

METODELOGI PENELITIAN

  4. Untuk mengetahui hubungan faktor

  1. Desain Penelitian

  penghasilan dengan pemberian susu Jenis penelitian ini adalah formula pada bayi usia 0-6 bulan di bersifat survey analitik yang di

  Kecamatan Peureulak Barat lakukan dengan pendekatan cross Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  sectional yaitu suatu penelitian

  5. Untuk mengetahui hubungan faktor dimana penelitian atau informasi dengan pemberian susu pengumpulan data di lakukan formula pada bayi usia 0-6 bulan di secara bersamaan. Penelitian ini Kecamatan Peureulak Barat bertujuan ingin mengetahui faktor- Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015 faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi

MANFAAT PENELITIAN

  usia 0-6 bulan di Kecamatan

  1. Institusi Pendidikan Peureulak Barat Kabupaten Aceh

  Hasil penelitian ini diharapkan Timur Kabupaten Ach Besar Tahun dapat dijadikan bahan masukan untuk 2015. pengembangan penelitian yang

  2. Populasi dan Sampel

  berkaitan dengan ASI Ekslusif dan susu

  1. Populasi formula, juga sebagai referensi bagi Menurut Notoadmojoe mahasiswa kebidanan guna mengetahui

  (2010), Populasi adalah keseluruhan faktor-faktor yang berhubungan dengan objek penelitian atau kumpulan pemberian susu formula pada bayi usia objek penelitian atau kumpulan 0-6 bulan. objek yang akan diteliti.

  2. Bagi Masyarakat dan Ibu menyusui Populasi dalam penelitian ini

  Hasil penelitian ini diharapkan adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi dapat dijadikan masukan bagi ibu-

ISSN:2460-4356

  18 usia 0-6 bulan di Kecamatan mewakili. Tehnik pengambilan Peureulak Barat Kabupaten Aceh sampel dalam penelitian ini yaitu Timur yaitu berjumlah 72 orang. menggunakan tehnik Total Sampling,

2. Sampel yaitu keseluruhan populasi langsung

  Sampel adalah di jadikan sampel penelitian sebagian populasi yang di anggap (Arikunto,2006). Adapun kriteria ibu yang Data di kumpulkan melalui dapat di jadikan sebagai sampel lembaran kuisioner dan wawancara. penelitian adalah sebagai berikut : Data dari hasil penelitian ini akan di

  Tinggal di Wilayah Kecamatan sajikan dalam bentuk distribusi Peureulak Barat frekuensi sebagai berikut :

  1. Ibu yang mempunyai bayi

  1. Analisa Univariat

  usia 0-6 bulan

  2. Ibu bersedia menjadi sampel

  a. Ibu yang memberikan Susu Sesuai dengan kriteria di atas maka formula jumlah sampel adalah sebanyak 72

  Tabel .1 orang. Distribusi Frekuensi Pemberian Susu

3. Lokasi dan waktu Penelitian Formula Oleh Ibu Yang Mempunyai

  1. Lokasi penelitian

  Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan

  Penelitian ini dilaksanakan di

  Peureulak Barat Kabupaten Aceh

  Kecamatan Peureulak Barat

  Timur Tahun 2015 Kabupaten Aceh Timur.

  2. Waktu penelitian No. Pemberian Frekuensi Persentase

  Penelitian ini telah di susu formula (%) laksanakan pada tanggal 4

  1. Di berikan 50 69,4 sampai 16 Juni 2015 di

  2. Tidak 22 30,6 Kecamatan Peureulak Barat diberikan Kabupaten Aceh Timur.

  Total 72 100 Sumber : Data primer, diolah

HASIL PENELITIAN

  Tahun 2015 Penelitian ini dilakukan di

  Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Berdasarkan tabel di atas dapat

  Aceh Timur pada tanggal 4 sampai 16 dilihat bahwa dari 72 responden Oktober tahun 2015. Data yang di mayoritas ibu yang memberikan susu kumpulkan adalah 72 orang sampel dari formula (69.4 %),dibandingkan Keseluruhan populasi ibu-ibu yang dengan ibu yang tidak memberikan memiliki bayi usia 0-6 bulan di susu formula (30.6%). Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten

  b. Tingkat Pendidikan Aceh Timur Tahun 2015.

ISSN:2460-4356

  19

  Tabel .2 Distribusi Frekuensi Tingkat PendidikanIbu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh TimurTahun 2015

  9

  Pengetahuan Frekuensi Persentase

  (%)

  1 Baik

  23

  31.9

  2 Cukup

  40

  55.6

  3 Kurang

  12.5 Total 72 100 No Penghasilan Frekuensi Persentase

  23

  (%)

  1 Tinggi

  8

  11.1

  2 Menengah

  28

  38.9

  3 Rendah

  36

  31.9 Total 72 100 No Tingkat

  3 Dasar

  Sumber : Data primer,diolah Tahun 2015

  2 Tidak Bekerja 16 22,2 Total 72 100

  Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas responden yang berpendidikan menengah (48,6%), dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi (19,4%), Dan (31.9%) ibu yang berpendidikan dasar.

  c. Tingkat Pengetahuan

  Tabel .3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  Sumber : Data primer diolah Tahun 2015

  Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa dari 72 responden mayoritas ibu yang berpengetahuan cukup (55,6%), dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik (31,9%) dan ibu yang berpengetahuan kurang (12,5%).

  d. Pekerjaan

  Tabel .4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan IbYang Mempunyai Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

  1 Bekerja 56 77,8

  Sumber : Data primer, diolah Tahun 2015

  48.6

  Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 72 responden mayoritas ibu bekerja (77,8%), dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (22,2%).

  e. Tingkat Penghasilan

  Tabel .5 Distribusi Frekuensi Penghasilan Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  No Tingkat Pendidikan

  Frekuensi Persentase (%)

  1 Tinggi

  14

  19.4

  2 Menengah

  35

  50 Total 72 100 Sumber : Data primer, Berdasarkan tabel di atas dapat diolah Tahun 2015 dilihat bahwa, dari 72 responden mayoritas ibu yang tidak pernah

  Berdasarkan tabel di atas dapat mendapatkan informasi (65,3%), dilihat bahwa, dari 72 responden dibandingakan dengan ibu yang pernah mayoritas yang berpenghasilan rendah mendapatkan informasi (34,7%). (50%), di bandingkan dengan yang berpenghasilan menengah (38,9%) dan

  2. Analisa Bivariat berpenghasilan tinggi (11,1%).

  a. Hubungan Pendidikan dengan pemberian susu formula f. Informasi Adapun hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan ibu dengan

  Tabel .6 pemberian susu formula pada bayi Distribusi Frekuensi Informasi Ibu usia 0-6 bulan di Kecamatan

Yang Mempunyai Bayi Usia Peureulak Barat Kabupaten Aceh

0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Timur Tahun 2015, dapat dilihat

  Barat Kabupaten Aceh Timur pada tabel di bawah ini.

  Tahun 2015

  No Informasi Frekuensi Persentase (%)

  1 Pernah

  25

  34.7

  2 Tidak Pernah

  47

  65.3 Total 72 100 Sumber : Data primer,diolah Tahun 2015

  Tabel .7 Hubungan Pendidikan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  Pemberian Susu Formula Uji statistik Tingkat Jumlah

  No Diberikan Tidak

  Pendidikan (%) p-value (%) diberikan (%)

  1. Tinggi 8 (57,1) 6 (42,9) 14 (100)

  2. Menengah 26 (74,3) 9 (25,7) 35 (100) 0,50

  3. Dasar 16 (69,6) 7 (30,4) 23 (100) Total 50 (69,4) 22 (30,6) 72 (100)

  Tidak signifikan (p= >0,05)

  Berdasarkan tabel .7 di jumpai pada ibu yang atas dapat dilihat bahwa berpendidikan menengah persentase ibu yang memberikan (74,3%), dibandingkan dengan susu formula lebih banyak di ibu yang berpendidikan dasar

  (59.6%) dan ibu yang berpendidikan tinggi ( 57,1%). Perbedaan persentase tersebut secara statistic tidak bermakna (p>0.05)

  Tidak diberikan (%) p-value

  Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p= 0,016 (p< 0,05) sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan faktor pengetahuan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015 terbukti di terima.

  Berdasarkan tabel .8 diatas maka dapat diliahat bahwa, persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang berpengetahuan cukup (82.5%), dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik (47.8%) dan berpengetahuan kurang (66.7%). Perbedaan persentase tersebut (p<0.05).

  Signifikan (p=<0,05)

  3. Kurang 7 (66,7) 3 (33,3) 9 (100) Total 50 69,4) 22 (30,6) 72 (100)

  2. Cukup 33 (82,5) 7 (17,5) 40 (100) 0, 016

  1. Baik 11 (47,8) 12 (52,2) 23 (100)

  Uji statistic Diberikan (%)

  Setelah dilakukan uji statistik dengan uji chi-square di peroleh nilai p=0,50 (p>0,05) sehingga hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan faktor pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh

  Jumlah (%)

  Pengetahuan Pemberian Susu Formula

  No Tingkat

  Tabel .8

Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6

Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  b. Hubungan pengetahuan dengan pemberian susu formula Adapun hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  Timur tahun 2015 tidak di terima.

  c. Hubungan Pekerjaan dengan pemberian susu formula Adapun hasil tabulasi dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun

  2015, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  Tabel .9 Hubungan Pekerjaan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  Uji Pemberian susu formula

  Jumlah statistic No Pekerjaan

  Diberikan (%) Tidak diberikan (%) p-value

  (%)

  1. Bekerja 39 (69,6) 17 (30,4) 56 (100)

  2. Tidak Bekerja 11 (68,8) 5 (31,3) 16 (100) 1,000 22 (30,6) Total 50 (69,4) 72 (100)

  Tidak signifikan (p=0,05)

  Berdasarkan tabel .9 diatas pemberian susu formula pada bayi dapat dilihat bahwa persentase ibu usia 0-6 bulan di Kecamatan yang memberikan susu formula Peureulak Barat Kabupaten Aceh lebih banyak di jumpai pada ibu Timur Tahun 2015 tidak diterima. yang bekerja (69.6%), di bandingkan dengan ibu yang tidak d. Hubungan Penghasilan dengan bekerja (68,8%).perbedaan pemberian susu formula persentase tersebut secara statistic Adapun hasil tabulasi tidak bermakna (p>0,05). silang antara penghasilan dengan

  Setelah dilakukan uji pemberian susu formula pada statistik dengan menggunakan uji bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan chi-square diperolah nilai p= Peureulak Barat Kabupaten Aceh 1,000 (p> 0,05), sehingga Timur Tahun 2015, dapat dilihat hipotesa yang menyatakan ada pada tabel di bawah ini : hubungan faktor pekerjaan dengan

  Tabel .10 Hubungan Penghasilan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  Uji Pemberian susu formula

  Jumlah statistik No. Penghasilan

  Diberikan Tidak diberikan (%) p-value (%) (%)

  1. Tinggi 5 (62,5) 3 (37,5) 8 (100)

  3. Rendah 26 (72,2) 10 (27,8) 36 (100) Total 50 (69,4) 22 (30,6) 72 (100)

  Tidak signifikan (p=>0,05)

  Berdasarkan tabel.10 diatas dapat dilihat bahwa,persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang berpenghasilan rendah (72,2%), dibandingkan dengan ibu yang berpenghasilan menengah (67,9%) dan tinggi (62,5%). Perbedaan persentase tersebut secara statistik tidak bermakna (p>0,05).

  Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p= 0,84 (p>0,05) sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan faktor penghasilan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Mukim Reukkih kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 tidak di terima.

  e. Hubungan informasi dengan pemberian susu formula Adapun hasil tabulasi silang antara informasi yang di peroleh ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  

Tabel .11

Hubungan Informasi Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6

Bulan Di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  Tidak signifikan (p=>0,05)

  Berdasarkan tabel .11 di atas dapat dilihat bahwa, persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi (70,2%), dibandingkan ibu yang pernah mendapatkan informasi (68%). Perbedaan persentase tersebut secara statistic tidak bermakna (p>0.05).

  Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperolah nilai p= 1,000 (p> 0,05), sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan faktor informasi dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015 tidak diterima.. No. informasi

  Pemberian susu formula Jumlah

  (%) Uji statistik

  Diberikan (%)

  Tidak diberikan (%) p-value

  1. Pernah 17 (68,0) 8 (32,0) 25 (100)

  2. Tidak Pernah 33 (70,2) 14 (29,8) 47 (100) 1,000 Total 50 (69,4) 22 (30,6) 72 (100)

  PEMBAHASAN

1. Hubungan pendidikan dengan pemberian susu formula.

  Berdasarkan hasil penelitian di peroleh hasil bahwa persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang berpendidikan menengah (74,3%), dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan dasar (59.6%) dan ibu yang berpendidikan tinggi ( 57,1%).

  Setelah di lakukan uji statistic dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p=0,50 (p>0,05), maka dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan menolak Ha, yang artinya faktor pendidikan tidak berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015.

  Hal ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh khanifah (2003) bahwa prilaku pemberian asupan makanan kepada bayi di Aceh sangat di pengaruhi oleh faktor sosial budaya masyarakat. Sebagian besar masyarakat di Aceh telah terbiasa memberikan makanan padat berupa pisang yang di haluskan kepada bayinya walaupun usia bayi masih terlalu dini.

  Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinngi pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas di banding dengan orang ang berpendidikan rendah (Admin, 2009).

  Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar peluang untuk memberikan ASI. Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI dan kolostrum, dimana semakin tinggi akses ibu terhadap media semakin tinggi pula peluang terhadap ibu untuk tidak memberikan ASI dan memilih susu formula atau makanan pendanping lainnya (Abdullah dkk, 2004).

  Tingkat pendidikan formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai progresif pada diri seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru termasuk pentingnya pemberian ASI pada bayi yang baru lahir. Namun karena sebagian besar ibu dengan pendidikan tinggi bekerja di luar rumah, bayi akan di tinggalkan di bawah asuhan nenek, mertua atau orang lain yang kemungkinan masih mewarisi nilai- nilai lama dalam pemberian makanan pada bayi. Dengan demikian tingkat pendidikan yang cukup tinggi pada wanita di pedesaan tidaklah menjadi jaminan bahwa mereka akan meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang salah dalam memberikan makan pada bayi, selama lingkungan sosial dan tempat tinggal tidak mendukung kearah tersebut (Suyanto, 2006).

  Berdasarkan beberapa literature dan hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan pemberian susu formula karena sebagian ibu memberikan susu formula kepada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur lebih banyak di pengaruhi oleh faktor sosial budaya masyarakat dalam pemberian makanan kepada bayinya.Kebiasaan memberikan makanan padat tersebut masih melekat kuat hingga saat ini di kalangan ibu-ibu di Pedesaan maupun di perkotaan walaupun pendidikan ibu-ibu sudah relatif meningkat.

2.Hubungan pengetahuan dengan pemberian susu formula.

  Berdasarkan hasil penelitian di peroleh persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang berpengetahuan cukup (82.5%), dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik (47.8%) dan berpengetahuan kurang (66.7%)

  Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,016 (p <0,05), maka dapat di simpulkan bahwa hipotesis Ha diterima dan menolak Ho, yang artinya faktor pengetahuan berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.

  Hal ini sangat tidak sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Juliantoro (2006) yang bahwa rendahnya pemberian ASI salah satunya di pengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayi. Kebiasaan ini sudah membudaya di berbagai daerah di Indonesia dengan memberikan makanan pendamping ASI sejak dini bahkan setelah bayi lahir.

  Menurut Aritonang (2007), penyebab terjadinya mal nutrisi pada bayi adalah dikerenakan rendahnya rendahnya pengetahuan ibu tentang maanfaat pemberian ASI Ekslusif dan praktik pemberian MP-ASI, kurangnya waktu ibu mengasuh anak-anak secara baik, rendahnya akses pelayanan dan sanitasi. Praktek pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan untuk saat ini masih sangat sulit untuk di laksanakan.

  Kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan luas tentang ASI para ibu terhadap pemberian makanan terhadap anak, kondisi ini mempengaruhi pemikiran ibu-ibu yang akhirnya mempercayai propaganda iklan,bahwa susu formula lebih bernilai gizi tinggi di bandingkan dengan ASI (Pasetyono, 2009).

  Berdasarkan beberapa literature di atas maka peneliti berasumsi bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pemberian susu formula, karena tingkat pengetahuan ibu yang rendah merupakan salah satu faktor yang menghambat ibu dalam memberikan ASI pada anaknya. Kekurangtahuan ibu tentang nilai plus ASI membuat pola pikir ibu beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI, sehingga ibu-ibu lebih memilih memberikan susu formula pada bayinya.

  3. Hubungan pekerjaan dengan pemberian susu formula.

  Berdasarkan hasil penelitian di peroleh bahwa, persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang bekerja (69.6%), di bandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (68,8%).

  Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p= 1,000 (p > 0.05), maka dapat di simpulkan bahwa hipotesa Ho di terima dan menolak hipotesa Ha yang artinya faktor pekerjaan tidak berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2015.

  Penelitian ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ida Wahyuni (2011) yang judul penelitiannya faktok-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-12 bulan di Desa Lamjamee Kecamatan Jaya Baru dengan hasil penelitian p value = 0,615 (>0,05) maka dapat di simpulakan bahwa hipotesa Ha di tolak dan menerima Ho yang artinya status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-12 bulan di Desa Lamjame Kecamatan Jaya Baru tahun 2011.

  Namun Penelitian ini sangat tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Soetjiningsih (2006), menyebutkan bahwa meningkatnya faktor tingginya keterlibatan ibu dalam peningkatan kerja sehingga ibu tidak dapat lagi menjalankan tugas domestiknya di rumah, termasuk tugas menyusui anaknya, hal ini kemudian menyebabkan ibu beralih menggunakan alternatif lain dengan memberikan makanan yaitu susu formula.

  Di kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja di kantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula lantaran di anggap lebih menguntungkan dan membantu mereka.dengan adanya susu formula mereka tidak perlu memberika ASI pada anaknya, dan menghabiskan waktu di rumah bersama anak (Prasetyono, 2009).

  Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan ibu menyusui. Budaya yang modern dan prilaku masyarakat yang meniru budaya barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih susu buatan sebagai jalan keluarnya (Siregar, 2006)

  Berdasarkan dari beberapa literature di atas maka peneliti berasumsi teradap penelitian ini bahwa pekerjaan sangat berkaitan dengan pemberian susu formula. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja Dan lebih memilih memberikan susu formula agar lebih mudah dan tidak menyita banyak waktu . Sedangkan ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayinya dengan meberikan ASI.

  4. Hubungan penghasilan dengan pemberian susu formula

  Berdasarkan hasil penelitian dapat di peroleh hasil bahwa, persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang berpenghasilan rendah (72,2%), dibandingkan dengan ibu yang berpenghasilan menengah (67,9%) dan tinggi (62,5%).

  Setelah di lakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p=0,84 (p>0,05), maka di simpulkan bahwa hipotesa Ho diterima dan hipotesa menolak Ha yang artinya faktor penghasilan tidak berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

  Hal ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh khanifah (2003) bahwa prilaku pemberian asupan makanan kepada bayi di Aceh sangat di pengaruhi oleh factor sosial budaya masyarakat. Sebahagian besar masyarakat di Aceh telah terbiasa memberikan makanan padat berupa pisang yang di haluskan kepada bayinya walaupun usia bayi masih terlalu dini.

  Fenomena yang menimpa para ibu dalam keluarga sederhana yang hidupnya serba kekurangan. Karena keterbatasan uang untuk membeli suatu produk susu yang bermutu baik, mereka terpaksa membeli produk yang lebih murah, meskipun mutunya lebih rendah. Tindakan ini terjadi karena di pengaruhi oleh sikap mental yang beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI. Dan lantaran alasan yang bersifat ekonomis, pemakaian susu formula pun diirit sedemikian rupa, sehingga anak kekurangan makanan ( Prasetyono, 2009).

  Memberikan ASI jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan memberikan susu formula. Ibu tidak perlu membeli susu kaleng dan peralatan susu botol. Ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu kaleng dan memasak air untuk susu dan peralatan membuat susu. Ibu dari kelompok ekonomi lemah yang tidak mampu membeli susu formula untuk bayinya seringkali mengencerkan takaran susu formula sehinnga bayi mereka sering menderita kurang gizi (Priyono, 2010).

  Lina (2009) menyatakan bahwa tingginya pemberian MP-ASI dini juga di pengaruhi oleh kurangnya dukungan keluarga terhadap keberhasilan menyusui.seseorang ibu sangat membutuhkan dukungan keluarga dalam memberikan ASI nya sampai bayi berusia 6 bulan, tetapi banyak keluarga yaitu orang tua dan suami yang justru memberikan MP-ASI seperti memberikan makanan atau minuman.

  Berdasarkan dari beberapa literature dan hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa penghasilan tidak berhubungan dengan pemberian susu formula, karena faktanya dengan memberikan susu formula akan meningkatkan pengeluaran keluarga tiap bulannya untuk membeli produk susu formula dan jika Ditinjau dari sudut biaya maka dapat di simpulkan bahwa menyusui secara ekslusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang di perlukan untuk membeli susu formula beserta peralatannya. Keluarga yang memiliki tingkat penghasilan rendah kemungkinan tidak menginginkan pengeluaran yang besar untuk membeli susu formula.

  Sebagian ibu menyusui di Mukim Reukih mengatakan mereka memberikan susu formula kepada bayi nya bukan karena mereka memiliki penghasilan yang tinggi, melainkan karena produksi ASI yang kurang. Dan petugas kesehatan merekomendasi agar memberikan susu untuk upaya pemenuhan gizi bayi mereka.

  5. Hubungan informasi dengan pemberian susu formula

  Berdasarkan hasil penelitian di peroleh bahwa persentase ibu yang memberikan susu formula lebih banyak di jumpai pada ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi (70,2%), dibandingkan ibu yang pernah mendapatkan informasi (68%).

  Setelah dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p= 1,000 (p> 0,05), maka dapat di simpulkan bahwa Ho diterima dan menolak Ha yang artinya tidak ada hubungan factor informasi dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015.

  Hasil penelitian ini sangat tidak sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Hafander dan Margareth Cameron yang hasilnya menyebutkan bahwa alasan para ibu untuk tidak menyusui dan menghentikan menyusui lebih awal di karenakan ibu mendapatkan informasi dari media elektronik khususnya televisi yang menayangkan promosi iklan susu formula berulang kali dan dengan menggambarkan bayi atau anak yang tersenyum, gemuk, dan sehat karena meminum susu merek tertentu. Selain itu pula ibu percaya bahwa bayi 0-6 bulan membutuhkan makanan untuk membuat mereka diam,tidur dan membantu pertumbuhan mereka.

  Sumber media informasi kesehatan yang utama adalah dari pihak petugas kesehatan : Bidan, Bidan desa, Dokter, atau petugas lainnya. Dengan adanya informasi yang terus menerus dan melalui berbagai media informasi dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan pada keluarga dalam kesehatan (Wiharta, 2009).

  Akibat kurang nya informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu-ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI nya kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Danuatmadja, 2003).

  Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseoarng meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat.2007)

  Berdasarkan beberapa literatur di atas dan hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa informasi berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi dikarenakan gencarnya informasi berupa promosi susu formula dan kurangnya informasi tentang manfaat ASI serta bahaya pemberian susu formula yang di peroleh ibu mengarahkan ibu untuk lebih memilih susu formula dan beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan data dan hasil penelitian pada bab sebelumnya penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

  1. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2015, dengan nilai p= 0,50 (p> 0,05 )

  2. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2015, dengan p=0,016 (p< 0.05).

  3. Tidak ada hubungan pekerjaan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015, dengan nilai p= 1,000 (p> 0.05).

  4. Tidak ada hubungan pengahsilan keluarga terhadap pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2015, dengan nilai p= 0.84 (p>0.05).

  5. Tidak ada hubungan informasi terhadap pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2015, nilai p= 1,000 (p> 0.05).

  8. Kepada masyarakat yang berdomisili di Mukim Reukih terutama ibu-ibu hamil dan menyusui agar tidak lagi beranggapan bahwa susu formula dan jenis MP-ASI lainna lebih baik daripada ASI serta hilangkan stigma bahwa bayi terdahulu tetap sehat walau tanpa ASI.

  pasca persalinan ,Jakarta:Puspa Swara

  Danuatmadja,meiliasari , 2003.40 hari

  (www.kbbi.net.id) diakses 27 april

  Kamus Besar Bahasa Indonesia

  Data sekunder,Puskesmas kecamatan Indrapuri, Jumlah prevalensi pemberian ASI Dan Susu Formula. 2011 ).

  Admin, 2009.susu.dalam.http://id.wikipedia.org/ wiki/kolostrum.

  7. Kepada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan perbendaharan buku yang berkaitan dengan ASI dan susu formula untuk mempermudah mahasiswa dalam mendapatkan informasi tentang ASI dan susu formula.

  SARAN

  6. Bagi petugas kesehatan lapangan agar dapat melakukan penyuluhan tentang pemberian ASI 0-6 bulan secara internal terlebih dahulu untuk meningkatkan persentase pemberian ASI dan mencegah terjadinya masalah gizi di masa yang akan datang dan menurunkan angka pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan.

  5. Diharapkan pada ibu-ibu untuk lebih giat dalam mencari tahu informasi tentang manfaat ASI dan dampak dari susu formula dari berbagai sumber media yang tersedia dengan manfaatkan kecanggihan media yang sudah tersedia sekarang.

  4. Hendaknya bagi ibu yang memiliki penghasilan yang tinggi, untuk tetap memberikan ASI guna untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif. Begitu juga dengan ibu yang berpenghasilan menengah dan rendah.

  3. Di harapkan bagi ibu yang bekerja untuk tetap konsisten dalam memberikan ASI. Jangan menjadikan pekerjaan sebagai alasan untuk menggunakan susu formula.

  2. Bagi ibu-ibu khususnya ibu hamil dan menyusui agar dapat menambah pengetahuan tentang ASI dan susu formula.