Pengkajian Luka Kanker EPIDEMIOLOGI

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007 84 yang berhubungan dengan malodor yaitu: Bacteroides spp , Prevotella spp , Fusobacterium nucleatum, Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci Moody, 1998; Thomas et al, 1998, dalam Draper, 2005. Bowler et al 1999, dalam Cooper dan Gray, 2005 menyebutkan proporsi bakteri anaerob relatif meningkat pada luka malodor. Bakteri anaerob yang tidak berspora melakukan kolonisasi pada luka dan melepaskan volatille fatty acid sebagai sisa metabolik yang bertanggung jawab menghasilkan malodor pada luka Moody 1998, dalam Kalinski, et al 2005.

b. Eksudat

Luka kanker juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan dan tidak terkontrol. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah oleh tumor dan sekresi faktor permeabilitas vaskular oleh sel tumor merupakan penyebab pengeluaran eksudat yang berlebihan seperti dijelaskan oleh Haisfeld-Wolfe dan Rund 1997, dalam Naylor b, 2002. Produksi eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi dan rusaknya jaringan karena protease bakteri Naylor b, 2002. Pada luka kronik juga terjadi fase inflamasi yang memanjang Moore, 1999, dalam Vowden Vowden, 2003, yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan produksi cairan luka dan eksudat meningkat Vowden Vowden, 2003. Histamin dan serotonin dilepaskan dari sel yang rusak, bertanggung jawab terhadap peningkatan permeabilitas kapiler, menimbulkan pelepasan plasma menuju jaringan.

c. Nyeri

Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan nyeri pada luka kanker yaitu penekanan tumor pada saraf dan pembuluh darah dan kerusakan saraf yang biasanya menimbulkan nyeri neuropati Naylor, 2002b. Jika luka kanker mengenai dermis pasien akan merasakan superficial stinging. Nyeri juga dapat terjadi pada saat melakukan prosedur pencucian luka atau pengangkatan balutan yang lengket pada dasar luka Jones, 1998, dalam Naylor, 2002b.

d. Perdarahan

Luka kanker biasanya rapuh sehingga mudah berdarah terutama bila terjadi trauma saat penggantian balutan Hallet, 1995; Jones et al, 1998, dalam Naylor, 2002b. Perdarahan spontan juga bisa terjadi jika tumor merusak pembuluh darah besar. Selain itu, perdarahan dapat terjadi karena penurunan fungsi platelet akibat tumor. ASUHAN KEPERAWATAN LUKA KANKER Luka kanker merupakan luka pada kanker stadium lanjut yang membutuhkan perawatan paliatif. Perawatan paliatif akan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan luka kanker Grocott, 2005. Pengkajian luka meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan pengalaman pasien, yaitu: reaksi pasien terhadap luka dan efeknya terhadap aktivitas sehari-hari, mekanisme koping, dan efek luka terhadap hubungan sosial pasien.

a. Pengkajian Luka Kanker

Pada luka kronik perlu melakukan pendekatan holistik dalam melakukan pengkajian. Pengkajian tidak hanya berpusat pada luka, melainkan reaksi psikologis maupun efek luka terhadap kehidupan sosial individu juga perlu dikaji. Penting diingat bahwa pada beberapa kasus, tindakan paliatif merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan luka kanker. Manajemen luka yang dapat diterima perlu Universitas Sumatera Utara Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007 85 didiskusikan dengan pasien Price, 1996, dalam Naylor, 2002b. Identifikasi gejala dan masalah psikososial yang menyebabkan distres bagi pasien juga perlu dikaji Naylor, 2002b. Pengkajian yang akurat pada area luka merupakan dasar yang penting untuk merencanakan tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu dinilai pada luka kanker meliputi lokasi, ukurankedalamanbentuk, jumlah eksudat, jenis jaringan yang ditemukan nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi, tanda-tanda infeksi, nyeri termasuk nyeri saat pencucian luka dan penggantian balutan, kondisi kulit sekitar luka, dan perdarahan Naylor, 2002b. Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman, 1998. Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan menggunakan pengukur transparan yang membagi area menjadi 4 bagian 25 second dressing . Kategori pengukuran digambarkan sebagai berikut: Tidak ada = jaringan luka tampak kering Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada balutan Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≤25 Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan 25 s.d. ≤75. Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≥ 75

b. Diagnosa Keperawatan pada Luka Kanker