Diagnosa Keperawatan pada Luka Kanker Rencana Keperawatan pada Luka Kanker Implementasi Keperawatan pada Luka Kanker

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007 85 didiskusikan dengan pasien Price, 1996, dalam Naylor, 2002b. Identifikasi gejala dan masalah psikososial yang menyebabkan distres bagi pasien juga perlu dikaji Naylor, 2002b. Pengkajian yang akurat pada area luka merupakan dasar yang penting untuk merencanakan tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu dinilai pada luka kanker meliputi lokasi, ukurankedalamanbentuk, jumlah eksudat, jenis jaringan yang ditemukan nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi, tanda-tanda infeksi, nyeri termasuk nyeri saat pencucian luka dan penggantian balutan, kondisi kulit sekitar luka, dan perdarahan Naylor, 2002b. Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari Bates-Jensen wound assessment tool Bates-Jensen Sussman, 1998. Hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan menggunakan pengukur transparan yang membagi area menjadi 4 bagian 25 second dressing . Kategori pengukuran digambarkan sebagai berikut: Tidak ada = jaringan luka tampak kering Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada balutan Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≤25 Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan 25 s.d. ≤75. Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase pada balutan ≥ 75

b. Diagnosa Keperawatan pada Luka Kanker

Diagnosa keperawatan berdasarkan North American Nursing Diagnosis NANDA yang dapat ditemukan pada pasien dengan luka kanker yaitu risiko terjadinya gangguan integritas kulit, gangguan integritas kulit, dan gangguan integritas jaringan. Kozier et al 2000 menjelaskan perbedaan gangguan integritas kulit dan gangguan integritas jaringan berdasarkan kedalaman luka atau anatomi kulit yang rusak. Gangguan integritas kulit biasanya jika ditemukan kerusakan pada lapisan epidermis atau dermis kulit. Gangguan integritas jaringan ditegakkan jika kerusakan mengenai jaringan sub kutis, otot, dan tulang. Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat menyertai kerusakan integritas kulit atau kerusakan integritas jaringan, termasuk risiko terjadinya infeksi, nyeri, gangguan gambaran diri, dan kecemasan Kozier et al, 2000.

c. Rencana Keperawatan pada Luka Kanker

Tujuan perawatan luka kanker bukan untuk menyembuhkan luka, tapi untuk mempertahankan kenyamanan, menghindari isolasi sosial, dan meningkatkan kualitas hidup Haisfield- Wolfe Rund 1997; Hallet, 1995; Ingham Portenoy, 1998; Laverty et al, 2000; dalam Naylor, 2002. Perawatan berfokus pada menghilangkan atau mengontrol gejala pada luka kanker dan memenuhi kebutuhan psikososial pasien.

d. Implementasi Keperawatan pada Luka Kanker

1 Obat Anti Kanker Wollina pada 12th congress of the European Academy of Dermatology and Venerology in Germany menyebutkan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan luka kanker tidak hanya untuk mendorong kesembuhan, tapi juga untuk mencegah dan mengatasi infeksi, Universitas Sumatera Utara Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007 86 mengontrol dan mencegah perdarahan, menampung drainase dari luka, mengontrol dan mencegah malodor, dan mendorong kenyamanan pasien Rutledge, 2003. Luka kanker sulit untuk disembuhkan tanpa terapi yang agresif, seperti pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi. Pemberian obat anti kanker harus mempertimbangkan potensi keuntungan bagi pasien, misalnya untuk mengontrol gejala pada luka kanker dan efek samping yang timbul yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tindakan yang biasanya dilakukan adalah radioterapi. Tindakan ini akan merusak sel kanker dan menurunkan ukuran luka, juga meminimalkan eksudat, perdarahan maupun nyeri Naylor, 2002b. Penggunaan kemoterapi single-agent atau low-dose juga efektif menurunkan gejala yang terdapat pada luka kanker, tapi memiliki respon minimal pada kanker lanjut. 2 Pencucian Luka Luka kanker direkomendasikan untuk dicuci menggunakan irigasi lembut dengan NaCl 0,9 atau air yang hangat. Irigasi dingin dengan tekanan tinggi dihindari karena dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan bagi pasien. Penggunaan antiseptik topikal, misalnya: chlorhexidine, povidone-iodine, hydrogen peroxide dan sodium hypochlorite juga dihindari karena dapat merusak jaringan dan menimbulkan nyeri Gould, 1998, dalam Naylor, 2002b. 3 Manajemen Gejala Luka Kanker a Malodor Penggunaan balutan pengontrol bau yang mengandung charcoal dapat membantu menurunkan malodor, seperti Actisorb silver 220, CarboFlex, Lyofoam C Thomas et al, 1998, dalam White et al, 2001. Terapi antibiotik juga efektif untuk membunuh bakteri yang menghasilkan malodor Naylor, 2003. Metronidazole telah digunakan secara luas sebagai agen topikal untuk mengatasi malodor Bale et al, 2004. Metronidazole topikal bekerja dengan berikatan dengan DNA bakteri dan mengganggu replikasi bakteri kemudian luka bebas dari malodor selama 7 hari Bower et al, 1992, dalam Bale et al, 2004 Metronidazole dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 200 mg, 3 kali sehari, akan tetapi pemberian melalui cara ini dapat menimbulkan efek samping mual. Thomas et al 1998, dalam Naylor, 2002b menyebutkan pemberian antibiotik secara sistemik tidak efektif pada jaringan nekrotik dengan sirkulasi darah yang buruk. Metronidazole gel secara topikal mudah digunakan dan merupakan tindakan yang efektif Ashford et al 1984; Bower et al, 1992; Finlay et al 1996; dalam Naylor, 2002b. Metronidazole diberikan langsung pada dasar luka selama 5-7 hari. Madu juga telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu dan semakin populer penggunaannya saat ini, karena mampu melawan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu yang memberikan lingkungan hiperosmotik pada luka mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan membantu debridemen luka Cooper dan Molan, 1999; Edward, 2000; Morgan, 2000, dalam Naylor, 2002b. Madu juga dapat melepaskan hidrogen peroksida secara perlahan pada luka sebagai agen antibakteri Dunford, 2000. b Eksudat Luka kanker biasanya sangat sulit ditangani Pudner, 1998, dalam Naylor, 2002. Memilih balutan yang dapat mengabsorbsi eksudat sangat dianjurkan namun kelembaban area luka tetap dipertahankan Naylor, 2002b. Jika eksudat sedikit maka balutan daya serap rendah dapat digunakan, misalnya hydrocolloid, semipermeable film dan Melolin Jones, 1998, dalam Naylor, 2002b. Universitas Sumatera Utara Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007 87 Jika eksudat berlebihan maka balutan daya serap sedang-tinggi yang digunakan, seperti alginate, foam dressing, Tielle plus dan Versiva Naylor, 2002b. Metronidazole dan madu merupakan agen topikal yang dapat mengatasi infeksi pada luka kanker sehingga dapat menurunkan produksi eksudat. c Nyeri WHO guideline untuk mengontrol nyeri kanker harus diikuti WHO, 1996 dalam Naylor, 2002b. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengontrol nyeri. Sangat penting untuk mencegah nyeri melalui penggunaan balutan yang tidak lengket dan mempertahankan lingkungan yang lembab. Pemberian analgesik diperlukan sebelum penggantian balutan Naylor, 2002b. Pemberian analgesik opioid topikal, misalnya diamorphine dan morphin merupakan alternatif tindakan yang diberikan jika analgesik konvensional tidak berespon. Diamorphine dan morphin diberikan dengan hydrogel dan diberikan langsung pada permukaan luka. Konsentrasi yang diberikan biasanya 0,1 ww 1mg morphin dalam 1g hydrogel, dan berbagai gel dapat diberikan. Metronidazole gel biasanya diberikan dengan opioid untuk mengontrol nyeri dan malodor Flock et al, 2000; Grocott, 2000, dalam Naylor, 2002b. Kombinasi ini dapat menurunkan nyeri sampai dengan 24 jam Naylor, 2002b. d Perdarahan Risiko perdarahan pada luka kanker dapat diturunkan dengan menggunakan balutan yang tidak lengket dan dapat mempertahankan kelembaban pada luka. Pemberian inhibitor fibrinolitik tranexamic juga bermanfaat menghentikan perdarahan. Tranexamic acid biasanya diberikan dengan dosis 1 - 1,5 g, 2-4 kali sehari sampai dengan 10 hari Dean, 1997, dalam Nalylor, 2002b. Perdarahan yang perlahan melalui kapiler dapat dihentikan dengan pemberian sucralfat atau alginate Emflorgo, 1998; Thomas et al, 1998, dalam Naylor, 2002b. Adrenalin topikal juga dapat diberikan pada perdarahan berat melalui vasokontriksi lokal dan menghentikan perdarahan. Tindakan ini harus dilakukan dengan supervisi medik karena penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan nekrosis iskemik Grocott, 2000, dalam Naylor, 2002b. 4 Psychosocial care Naylor 2002b menyebutkan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan menimbulkan efek negatif terhadap aspek psikososial pasien. Perhatian pasien berfokus pada balutan yang dapat mempertimbangkan aspek kosmetik, mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, dan mempertahankan keharmonisan keluarga Carville, 1995; Grocott, 1993; Saunders, 1997, dalam Naylor, 2002b. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan koping pasien adalah konseling, dukungan sosial, spritual care, komunikasi terapeutik, touching, dan terapi komplementer Naylor, 2002b.

e. Evaluasi Keperawatan pada Luka Kanker