Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Mohyi 2012 motif atau dorongan adalah suatu pendorong yang dapat mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan dorongan tenaga atau suatu pendorong tersebut merupakan gerak hati jiwa maupun jasmani untuk bertindak atau berbuat atau sesuatu yang melatar-belakangi manusia berbuat sesuatu untuk mencapai keinginannya tujuan. Percaya diri pada remaja sangat diidentikkan dengan penampilannya secara umum. Remaja saat ini sering tidak percaya diri dengan bentuk tubuh dan keadaan fisik yang tidak ideal. Mereka beranggapan bahwa, dengan bentuk tubuh dan keadaan fisik yang tidak ideal membuat mereka tidak akan menjadi pusat perhatian lawan jenisnya ataupun teman-temannya. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan dari mereka melakukan diet untuk menurunkan berat badan agar mendapatkan tubuh yang ideal kurus. Fenomena inilah yang menyebabkan banyak remaja saat ini merasa terkucilkan karena penampilannya tidak menarik. Remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami perkembangan untuk mencapai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Banyak persoalan yang di hadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi. Masalah-masalah gizi dan kesehatan yang di hadapi remaja tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain dan diperlukan penanganan yang terpadu dan menyeluruh. Sarwono, 2004 Remaja putri lebih berisiko melakukan diet penurunan berat badan dan lebih banyak mempraktikkan berbagai strategi untuk menurunkan berat badannya dibandingkan remaja pria Wharton, 2008. Berbagai penelitian sudah banyak dilakukan untuk mengetahui prevalensi diet penurunan berat badan yang dilakukan oleh remaja putri dan hasil penelitian tersebut seluruhnya menunjukan tingginya prevalensi diet pada remaja putri. Prevalensi diet penurunan berat badan menunjukan peningkatan yaitu sebanyak 50 – 60 remaja putri menganggap diri mereka gemuk dan berusaha diet. Menurut penelitian praktik diet penurunan berat badan yang dilakukan remaja putri bermacam – macam, sebesar 63 remaja putri yang berdiet hanya sebesar 21.5 yang melakukan praktik diet yang sehat dan 15.2 mengkombinasikan praktek diet yang sehat dan tidak sehat, sisanya melakukan diet ekstrim memuntahkan dengan sengaja, penggunaan pil diet, obat pencahar, enema dan diuretis Brown, 2005. Permasalahan tentang perilaku diet pada remaja putri merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatiann karena merupakan suatu realita yang dapat dijumpai hampir di semua remaja putri pada saat ini. Pada masa remaja masalah kecemasan tehadap berat badan yang timbul prevalensinya lebih banyak terjadi dibandingkan masa kehidupan lainnya. Perubahan fisik yang terjadi khususnya berat badan dan bentuk tubuh meningkatkan risiko seseorang mencemaskan berat badannya Neumark-Sztainer, 2000. Khususnya pada remaja putri mulai berpikir dan lebih sensitif terhadap perubahan ukuran, bentuk tubuh dan penampilan. Hal ini wajar terjadi di dalam perkembangan remaja, tetapi menjadi masalah pada remaja putri disaat persepsi mereka sudah berubah dan timbul suatu tekanan untuk menjadi kurus. Ketidakpuasaan terhadap bentuk tubuh tidak dapat dihindarkan lagi, sehingga meningkatkan risiko remaja putri berprilaku diet dan melakukan praktik diet penurunan berat badan Brown, 2005. Berbagai macam faktor telah diidentifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan resiko pada remaja putri untuk menerapkan perilaku diet untuk menurunkan berat badan. Penelitian oleh Neumark-Sztainer dan Hannan 2000 menunjukkan bahwa remaja putri yang memilki status gizi lebih cenderung melakukan perilaku diet untuk menurukan berat badan dibandingkan remaja putri dengan status gizi normal, selain faktor gizi, perilaku diet untuk menurunkan berat badan juga di pengaruhi oleh faktor psikososial yaitu rendahnya rasa percaya diri, stress, depresi dan keinginan bunuh diri, sosiodemografi ras dan status social ekonomi dan faktor perilaku kesehatan penggunaan obat, alkohol, rokok, dan aktivitas fisik. Studi tentang perilaku diet untuk menurunkan berat badan di Asia sendiri belum banyak dilakukan, namun studi yang dilakukan di Jepang menunjukan prevalensi yang sangat tinggi yaitu sebesar 87.2 dari 2.572 responden remaja putri ingin menjadi lebih kurus dan mereka menerapkan perilaku diet yang tidak sehat dan menyebabkan perilaku makan menyimpang eating disorder untuk menurunkan berat badan Suka, et.al., 2002. Sebuah penelitian yang dilakukan dijakarta pada siswi di SMA 70 menunjukan sebanyak 51.3 responden memiliki riwayat diet dalam satu tahun terakhir. Sebuah studi serupa juga dilakukan terhadap remaja putri di SMPN 1 Surabaya menunjukan bahwa sebesar 45 responden melakukan diet dengan tujuan menurunkan berat badan Arini, 2006. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa, sudah banyak dilakukan untuk mengetahui prevalensi diet penurunan berat badan yang dilakukan oleh remaja putri dan hasil penelitian tersebut seluruhnya menunjukan tingginya prevalensi diet pada remaja putri. Pengetahuan remaja putri melakukan diet sehat yaitu total 72 responden dengan nilai presentasi 68,1 dan yang melakukan diet yang tidak sehat ada 31,9 . Hal ini dipengaruhi oleh motivasi individu seseorang yang sangat tinggi untuk melakukan program diet yang dijalankan, meskipun langkah itu baik atau buruk untuk kesehatan tanpa mereka ketahui efek dari program diet tersebut Vivi, 2012. Hasil penelitian oleh Simon E.D dan Abraham P.B 2002, mengatakan kebanyakan wanita muda takut kelebihan berat badan sehingga mereka termotivasi untuk menurunkan berat badan. Menurut Tambunan 2000, remaja beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh apabila memiliki tubuh yang sempurna sempurna disini adalah kurus. Dalam hal ini banyak remaja yang merasa terkucilkan karena merasa penampilannya tidak bagus atau tidak menatik. Hal inilah yang menyebabkan remaja putri merasa tidak puas pada dirinya sendiri dan termotivasi untuk menurunkan berat badannya Khomsan, 2003. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Darut Taqwa Purwosari yang memiliki siswa sebanyak 704 siswa dan siswi, yang terdiri dari 465 siswa dan 239 siswi, peneliti mengambil 40 sampel sebagian dari remaja putri, terdapat 10 siswi melakukan program diet dengan cara sehat dan 20 orang siswi yang lain melakukan program diet dengan cara tidak sehat, dan sisanya 10 siswi tidak melakukan progam diet. Beberapa faktor penyebabnya adalah siswi yang malas melakukan beberapa aktivitas seperti ekstrakulikuler yang diadakan sekolah, dan kurangya pengetahuan siswi tentang progam diet, serta siswi merasa kurang percaya diri untuk melakukan diet. Sehingga dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa siswi untuk melakukan program diet secara subjektif siswi sangat ingin menurunkan berat badan. Berdasarkan identifkasi permasalahan diatas diketahui bahwa motivasi diri untuk melakukan program diet di SMK Darut Taqwa Purwosari, sebanyak 60 Diet yang mereka lakukan bukanlah diet yang sesuai anjuran ahli gizi. Beberapa caranya yaitu salah satunya melewatkan makan malam dengan tujuan agar mereka bisa percaya diri lagi dengan penampilannya. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti tentang hubungan motivasi diet dengan perilaku diet pada remaja putri yang dilakukan di SMK Darut Taqwa Purwosari.

1.2 Rumusan Masalah