Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli

ANALISIS PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MASYARAKAT HILIR TERHADAP UPAYA PERBAIKAN
KONDISI HUTAN DI HULU DAS DELI
SKRIPSI Oleh :
MERIAM ZANARIA 061201024
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MASYARAKAT HILIR TERHADAP UPAYA PERBAIKAN
KONDISI HUTAN DI HULU DAS DELI
SKRIPSI Oleh :
MERIAM ZANARIA 061201024/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama Mahasiswa NIM Departemen Program Studi

: Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli

: Meriam Zanaria : 061201024 : Kehutanan : Manajemen Hutan

Disetujui oleh

Yunus Afiffudin S.Hut, M.Si Komisi Pembimbing

Mengetahui
Dr. Ir Edi Batara Mulya Siregar SP, MP Ketua Departemen Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
MERIAM ZANARIA : Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli. Dibimbing oleh YUNUS AFIFFUDIN.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli merupakan daerah penyumbang sumber air terbesar. Saat ini DAS Deli sudah dalam kondisi yang kritis. Akibat adanya kerusakan hutan di hulu DAS Deli. Kerusakan tersebut akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Tidak hanya kerugian ekonomi tetapi juga hilangnya fungsi jasa lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di kecamatan-kecamatan yang termasuk di daerah hilir DAS Deli. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan Willingness to Pay (WTP) melalui wawancara dengan Contingent Valuation Method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kesediaan membayar (WTP) masyarakat hilir adalah Rp 14.415/bln/KK, total dana yang berpotensi untuk perbaikan kondisi hutan di hulu DAS Deli adalah Rp 277.056.300/bln/KK, dalam satu tahun adalah sebesar Rp 3.324.675.600/thn/KK.
Kata kunci : Willingness to Pay, Jasa lingkungan, DAS Deli.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAC
MERIAM ZANARIA : Analysis Lower Payments for Environmental Services Community Improvement Efforts Against Forest Condition in the Upper Basin Deli. Supervised by YUNUS AFIFFUDIN.
Watershed (DAS) Deli is a contributor to the region's largest water source. Currently, DAS Deli has been in critical condition. As a result of deforestation in the upstream watershed Deli. The damage will cause harm to the community. Not only economic loss but also loss of function of environmental services. This research was conducted in July - August 2010 in the districts included in the downstream watershed Deli. The analysis used is multiple linear regression and Willingness to Pay (WTP) through interviews with the Contingent Valuation Method. The results showed that the average value of willingness to pay (WTP) is downstream communities Rp 14.415/mounth/people, total funds have the potential to improve forest conditions in the upstream watershed is Rp 7.373.849.100/mounth/population Deli, within one year amounted to Rp 88.486.189.200/year/population. Key words: Willingness to Pay, Environmental Services, Watershed Deli.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Februari 1989 dari ayah Ir. Aidil Yanto dan ibu Dra. Deliana. Penulis merupakan puteri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Al-Azhar Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa silva, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Geodesi dan Kartografi, Klimatologi, Inventarisasi Hutan dan Praktikum Ekologi Hutan. Selain itu juga aktif dalam organisasi Baitul asyjar /Badan Kenadziran Musholla (BKM).
Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Tangkahan dan Pulau Sembilan Kabupaten Langkat serta kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Bandung Selatan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten pada 2 Januari - 2 Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Yunus Afiffudin S.Hut, M.Si dan Bapak Nurdin Sulistiyono S.Hut, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, 2010
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal. ABSTRAK ...................................................................................................... ii


ABSTRACT ...................................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................................ Manfaat Penelitian ..........................................................................................

1 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Daerah Aliran Sungai .................................................................... 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli .................................................................... 4 Jasa Lingkungan .............................................................................................. 6 Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan....................................................................... 7 Contingent Valuation Method .......................................................................... 9
Kelebihan Contingent Valuation Method .............................................. 10 Kekurangan Contingent Valuation Method ........................................... 10 Willingness To Pay .......................................................................................... 11 Penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan Di Berbagai Negara.......................... 12 Penerapan Di Brazil.............................................................................. 12 Penerapan Di Kosta Rika...................................................................... 12 Penerapan Di Kota New York Dan Masyarakat Distrik Catskill............ 13 Penerapan Di Indonesia ........................................................................ 13 Analisis Regresi ............................................................................................... 14


METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ........................................................................................... 17 Bahan dan Alat ............................................................................................... 17 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 17 Pengumpulan Data .......................................................................................... 18 Populasi Dan Sampel ...................................................................................... 18 Analisis Data .................................................................................................. 19

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ................................................................................. 22
Umur ................................................................................................... 22 Pekerjaan ............................................................................................. 24 Pendidikan .......................................................................................... 25 Pendapatan .......................................................................................... 27 Jumlah Tanggungan Keluarga .............................................................. 28 Pengeluaran.......................................................................................... 30 Nilai Willingness To Pay Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan .............. 31 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan ....................................................... 36 Hubungan Karakteristik Responden Terhadap WTP ........................................ 38 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli ................... 39 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................................... 42 Saran ............................................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43 LAMPIRAN ................................................................................................... 46
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Skoring Data Kondisi Hutan Dengan Skala Likert ....................................... 20 2. Skoring Data Kerawanan Hutan Dengan Skala Likert ................................. 20 3. Skoring Data Keberadaan Hutan Dengan Skala Likert ................................ 20 4. Skoring Data Perbaikan Kondisi Hutan Dengan Skala Likert ...................... 21 5. Skoring Data Keaktifan Organisasi Sosial Dengan Skala Likert .................. 21 6. Karakteristik Penduduk DAS Deli .............................................................. 22 7. Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ................................ 24 8. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan................................... 25 9. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 27 10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ............................ 28 11. Komposisi Responden Berdasarkan Pengeluaran........................................ 30 12. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ............ 31
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Komposisi Reseponden Berdasarkan Kelompok Umur................................. 23 2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan..................................... 24 3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............................. 26 4. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan.............................. 27 5. Komposisi Responden Berdasarkan Pengeluaran.......................................... 29 6. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga .............. 30 7. Persentase WTP ........................................................................................... 32
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN
No. Hal. 1. Kuisioner Penelitian .................................................................................... 46 2. Data Primer Penelitian ................................................................................ 48 3. Data WTP & Perhitungan WTP ................................................................... 58 4. Output SPSS Metode Enter ......................................................................... 62 5. Gambar Keadaan Di DAS Deli .................................................................... 64
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
MERIAM ZANARIA : Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli. Dibimbing oleh YUNUS AFIFFUDIN.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli merupakan daerah penyumbang sumber air terbesar. Saat ini DAS Deli sudah dalam kondisi yang kritis. Akibat adanya kerusakan hutan di hulu DAS Deli. Kerusakan tersebut akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Tidak hanya kerugian ekonomi tetapi juga hilangnya fungsi jasa lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di kecamatan-kecamatan yang termasuk di daerah hilir DAS Deli. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan Willingness to Pay (WTP) melalui wawancara dengan Contingent Valuation Method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kesediaan membayar (WTP) masyarakat hilir adalah Rp 14.415/bln/KK, total dana yang berpotensi untuk perbaikan kondisi hutan di hulu DAS Deli adalah Rp 277.056.300/bln/KK, dalam satu tahun adalah sebesar Rp 3.324.675.600/thn/KK.
Kata kunci : Willingness to Pay, Jasa lingkungan, DAS Deli.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAC
MERIAM ZANARIA : Analysis Lower Payments for Environmental Services Community Improvement Efforts Against Forest Condition in the Upper Basin Deli. Supervised by YUNUS AFIFFUDIN.
Watershed (DAS) Deli is a contributor to the region's largest water source. Currently, DAS Deli has been in critical condition. As a result of deforestation in the upstream watershed Deli. The damage will cause harm to the community. Not only economic loss but also loss of function of environmental services. This research was conducted in July - August 2010 in the districts included in the downstream watershed Deli. The analysis used is multiple linear regression and Willingness to Pay (WTP) through interviews with the Contingent Valuation Method. The results showed that the average value of willingness to pay (WTP) is downstream communities Rp 14.415/mounth/people, total funds have the potential to improve forest conditions in the upstream watershed is Rp 7.373.849.100/mounth/population Deli, within one year amounted to Rp 88.486.189.200/year/population. Key words: Willingness to Pay, Environmental Services, Watershed Deli.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang DAS Deli (Daerah Aliran Sungai) merupakan daerah penyumbang sumber
air terbesar bagi penduduk kota medan. Daerah aliran sungai ini terlatak di di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil penelitian oleh BPDAS Wampu-Sei Ular (2003), luasan DAS Deli adalah sebesar 48.162 Ha. Dari luasan tersebut diperoleh hasil bahwa besarnya tutupan vegetasi (termasuk kebun masyarakat dan kawasan Mangrove) hanya 15%. Besarnya tutupan lahan yang hanya 15% belum cukup memadai untuk sebuah kondisi DAS yang ideal, sebab luasan penutupan lahan yang ideal adalah 40 %.
Daerah Aliran Sungai merupakan kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi (pinggir pegunungan) dimana kawasan tersebut menampung, menyimpan dan mengalirkan air malalui sistem sungai dan mengeluarkannya melalui titik tunggal. Daerah Aliran Sungai memiliki fungsi hidrologis yaitu mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan, melepas air secara bertahap, memelihara kualitas air dan mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor).
Dewasa ini keadaan Daerah aliran sungai sudah dalam kondisi kritis, hal ini dikarenakan adanya kerusakan hutan yang terjadi di daerah hulu. Penggunaan lahan di daerah hulu, seperti untuk kawasan hutan, pertanian, dan agroforestri, merupakan bagian penting dari fungsi jasa lingkungan. Masyarakat memperoleh pendapatan (subsisten atau manfaat langsung) dari apa yang mereka panen, tanam,
Universitas Sumatera Utara

dan ambil dari lanskap daerah hulu. Tetapi, mereka tidak memperoleh hasil apapun dari usaha memelihara agar lanskap selalu dapat menghasilkan fungsi jasa lingkungan di luar kawasan dan di daerah hilir. Dengan demikian, keprihatinan atas hilangnya hutan tropis pada hakikatnya merupakan kekhawatiran atas hilangnya nilai intrinsik hutan dan fungsi jasa lingkungan.
Salah satu dampak yang sering terjadi akibat dari rusaknya kondisi hutan di hulu DAS Deli adalah akan meningkatkan laju debit air di daerah hilir, pada tahun 2008 debit sungai Deli mengalami defisit 2,5 m3/dtk. Dari tahun ke tahun ketersediaan air sungai terus menurun dikarenakan hilangnya daerah resapan air yang dapat menampung dan menahan air. Banyaknya kerusakan hutan yang terjadi di hulu akan menyebabkan perubahan debit air pada saat musim kemarau dan musim hujan sehingga akan dapat menimbulkan terjadinya banjir. Banjir yang terjadi akan menimbulkan kerugian khususnya kerugian materi. Keadaan tersebut akan berdampak besar bagi masyarakat di daerah hilir, sebab masyarakat di daerah hilir yang akan menerima konsekuensi yang telah dilakukan oleh masyarakat hulu. Tetapi bukan hanya masyarakat hilir saja yang akan terkena dampak melainkan stakeholder yang ikut memanfaatkan air yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli juga akan mengalami kerugian. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akan berkaitan dengan nilai kelestarian lingkungan. Nilai kelestarian lingkungan akan dapat dilihat melalui Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL).

Namun, Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) di DAS Deli belum dapat tersedia. Hal inilah yang menjadi alasan penulis melakukan penelitian untuk dapat mengetahui nilai kelestarian lingkungan dengan menggunakan metode valuasi
Universitas Sumatera Utara

kontingen. Metode kontingensi digunakan untuk menanyakan kepada responden tentang ketersediaan membayar jika ditempatkan pada situasi yang sesungguhnya, dan kesediaan membayar tersebut akan ditransformasikan ke dalam bentuk nilai uang. Maka atas dasar pemikiran tersebut dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli”. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat kesediaan membayar yang dilakukan oleh masyarakat hilir terhadap upaya perbaikan kondisi hutan di Hulu DAS Deli. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya di bidang Jasa Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang
terbentuk secara alamiah dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Dalam penyebutannya daerah aliran sungai ada yang menyebutnya dengan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA), sedangkan dalam istilah bahasa Inggrisnya adalah Catchment Area, Watershed, River Basin, dll.
Daerah aliran sungai adalah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi (pinggir pegunungan) dimana kawasan tersebut menampung, menyimpan dan mengalirkan air malalui sistem sungai dan mengeluarkannya melalui titik tunggal (single outlet). Respon DAS terhadap hujan terdiri dari respon DAS pada limpasan langsung (direct runoff) dan respon DAS pada aliran dasar (baseflow). (Maryono, 2005).
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Luas DAS Deli mencapai 48.162 Ha, DAS Deli merupakan penyumbang
sumber air terbesar bagi penduduk kota medan yang mencapai 320.000 satuan sambungan. Jika kawasan DAS Deli rusak dikhawatirkan dimasa mendatang kota Medan akan kekurangan air atau harus memerlukan biaya yang besar untuk bisa mendapatkan air bersih. Daerah Aliran Sungai dapat menggambarkan sistem pergerakan air sehingga akan terlihat hubungan sebab-akibat hulu-hilir. Daerah
Universitas Sumatera Utara

hulu dari segi letak daerah dalam suatu DAS dan yang dipersepsikan oleh masyarakat luas merupakan daerah paling atas sedangkan daerah hilir adalah daerah paling bawah dari suatu DAS. Daerah hulu umumnya dicirikan oleh topografi bergunung, curah hujan tinggi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokalnya kurang maju. Semakin ke arah hilir cenderung makin landai, hujan makin kurang dan kondisi sosial ekonomi lebih baik (Slamet, 2010).
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).
Letak Sub DAS tersebut dalam DAS antara lain : Sub DAS Petani terletak di hulu, yakni ujung selatan berbatasan langsung dengan DAS yang alirannya mengalir ke selatan. Sub DAS Simai-mai berada di bagian hulu sebelah timur Sub DAS Petani, berbatasan langsung dengan DAS Percut. Sub DAS Deli terletak di tengah berbatasan langsung dengan Sub DAS Simai-mai, DAS Percut dan Sub DAS Babura. Sub DAS Babura dijumpai di tengah berbatasan dengan Sub DAS Petani, Sub DAS Bekala, Sub DAS Deli dan Sub DAS Sei Kambing (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).
Panjang dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu kelas I (datar), kelas II (landai), kelas III (agak curam), kelasIV (curam), kelas V (sangat curam). Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia

Universitas Sumatera Utara

seperti permukiman dan sebagainya. DAS Deli memiliki bentuk penggunaan lahan yang dapat dikelolmpokkan menjadi 12 kategori penutupan lahan. Lahan berupa hutan dijumpai pada bagian hulu DAS (Sibolangit ke selatan) dan di bagian pantai (Hamparan Perak). Hutan dibagian hulu biasanya didominasi oleh jenis-jenis campuran, sedang hutan pantai ditempati dengan jenis-jenis bakau. Berdasarkan peta tanah DAS Deli terdapat jenis tanah yang tersebar menurut fisiografinya, yaitu yang berada di wilayah daratan dan yang terdapat di wilayah perbukitan hingga pegunungan. Peta tanah daerah DAS Deli didominasi oleh jenis hidromorfik kelagu glei seluas 22.688 Ha (47,11 %) dan podsolik coklat kekuningan seluas 11.307 Ha (23,48 %) (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).
Jasa Lingkungan Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Merryna, 2009).
Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Merryna, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Menurut Wunder (2007) dalam Triani (2009), Jasa lingkungan terdiri atas 4 macam yaitu : 1. Penyerap dan penyimpan karbon dan (carbon sequestration and storage) 2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection) 3. Perlindungan Daerah Aliran Sungai (watershed protection) 4. Pelestarian keindahan bentang alam (protection of landscape beauty).
Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan Penentuan nilai ekonomi lingkungan merupakan hal yang sangat penting
sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka (Duer, 1993). Valuasi ekonomi bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik, dan menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumberdaya alam sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam. Maka valuasi ekonomi dengan menggunakan nilai uang akan dapat menunjukkan nilai indikasi penerimaan dan kehilangan manfaat atau kesejahteraan akibat kerusakan lingkungan (Tampubolon, 2008).
Sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasajasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan
Universitas Sumatera Utara

dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya. Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut. Pada dasarnya, pasar itu eksis (market based) sehingga transaksi barang dan jasa dapat dilakukan meskipun itu belum ada nilainya (Fauzi, 2006).
Penilaian ekonomi lingkungan merupakan peralatan teknis yang dapat dipercaya dan logis untuk digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Nilai atau perhitungan moneter dapat menunjukkan keperdulian yang kuat terhadap aset sumberdaya alam dan lingkungan, dapat menjadi pendukung untuk pemihakan terhadap kualitas lingkungan, sebagai dasar pembanding secara kuantitatif dalam bentuk moneter terhadap beberapa alternatif pilihan dalam pemutusan suatu kebijakan atau pemanfaatan dana (Tampubolon, 2008).
Aktivitas ekonomi menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang mantap untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pertumbuhan ekonomi tidak bisa berlangsung secara terus-menerus karena adanya kendala lingkungan. Jika pertumbuhan ekonomi ingin ditingkatkan maka eksploitasi sumberdaya harus ditingkatkan dan produk sisa atau limbah kembali ke lingkungan. Eksploitasi sumberdaya yang meningkat dari waktu ke waktu akan menguras sumberdaya alam yang tersedia dan akhirnya sistem ekonomi akan memburuk (Yakin, 1997).
Menurut Randal (1987), Pada dasarnya nilai lingkungan dibedakan menjadi : a. Nilai atas dasar penggunaan (instrumental value / use value) adalah nilai yang
menunjukkan kemampuan lingkungan apabila digunakan untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara


kebutuhan. Sedangkan nilai yang terkandung dalam lingkungan adalah nilai yang melekat pada lingkungan tersebut. Atas dasar penggunaanya dibedakan menjadi : 1. Nilai penggunaan langsung (direct use value) 2. Nilai penggunaan tidak langsung (inderect use value) 3. Nilai atas dasar pilihan penggunaan (option use value) 4. Nilai yang diwariskan (bequest value). b. Nilai yang terkandung di dalamnya atau nilai yang melekat tanpa penggunaan (intrinsic value / non use value) dibedakan menjadi : 1. Nilai atas dasar warisan (bequest value) 2. Nilai karena keberadaannya (existence value) Jadi dalam menentukan nilai lingkungan secara keseluruhan (total economic value/TEV), merupakan penjumlahan dari nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaannya.
Contingent Valuation Method Metode Valuasi Kontingen (Contingent Valuation Method) adalah metode
teknik survei untuk menyatakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa orang yang mempunyai preferensi yang besar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakana ketika suatu hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang (Yakin, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Menurut Fauzi (2006), Metode CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan. Kelebihan Contingent Valuation Method 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu
seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3. CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan. Kelemahan Contingent Valuation Method
Menurut Hanley dan Spash (1993), teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam pengumpulan data.
Universitas Sumatera Utara

Willingness To Pay Menurut Pearce, et al (1994), Willingness to pay (WTP) atau kesediaan
untuk membayar merupakan kesediaan individu untuk membayar suatu kondisi lingkungan (penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami) dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan sesuai dengan standar yang diinginkannya. Kesediaan membayar ini didasarkan atas pertimbangan biaya dan manfaat yang akan diperoleh konsumen tersebut. Dalam hal ini WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan.
Menurut Hanley dan Spash (1993), penghitungan WTP dapat dilakukan secara langsung (direct method) dengan melakukan survey, dan secara tidak langsung (indirect method), yaitu penghitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi. Terdapat empat metode bertanya (Elicitaion Method) yang digunakan untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden yaitu: 1. Metode tawar menawar (bidding game) Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika “ya”, maka besarnya nilai uang dinaikan sampai ke tingkat yang disepakati. 2. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question) Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atas perubahan kualitas lingkungan.
Universitas Sumatera Utara

3. Metode kartu pembayaran (payment card) Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar dimana responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau minimal yang sesuai dengan preferensinya. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik. 4. Metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomous choice) Metode ini menawarkan responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan tertentu.
Penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan Di Berbagai Negara Penerapan di Brazil
Ada dua hal yang dilakukan di Brazil terkait dengan pengembangan imbal jasa lingkungan, yaitu: pertama perluasan hak petani (pemberian hak kepada petani untuk menyadap karet di lahan konservasi, adanya jaminan hukum atas hak penyadapan, kompensasi sejumlah tertentu yang diberikan kepada aosiasi petani karet untuk setiap kilogram karet yang disadap) dan kedua: mendorong disenfranchisement dengan berfokus pada konservasi tradisional (ICMS ecological tax dan pemberian akses bagi masyarakat petani untuk mengelola taman/kawasan lindung yang sudah terdegradasi). Penerapan di Kosta Rika
Pertama, contoh penerapan skema imbal jasa lingkungan: pajak bahan bakar dan adanya institusi khusus yang menentukan wilayah target yakni SINAC (System of Conservation Areas) dan yang menangani proses pembayaran dan kontraknya adalah (FONAFIFO). Kedua, pemegang wewenang kawasan

Universitas Sumatera Utara

konservasi dan pemilik hutan sangat berpengaruh besar dalam menentukan skema dan fungsinya. Ketiga, pembayaran terkonsentrasi untuk konservasi hutan yakni 70 % pada tahun 1997-2002 dan yang mengambil manfaat utamanya adalah pemilik tanah yang ukuran besar dan sedang. Keempat, keterlibatan penduduk asli dan petani sangat kecil. Penerapan di Kota New York dan Masyarakat Distrik Catskill
Pada tahun 1989, EPA (US Environmental Protection Agency) mengharuskan dibangunnya pusat filtrasi air supaya tidak perlu membangun fasilitas filtrasi yang biayanya sangat besar (sekitar sebesar $6 juta), maka pemerintah Kota New York menerapkan regulasi yang mengatur pengelolaan DAS Catskill/Delaware secara ketat. Konflik Kota New York dengan petani dan masyarakat sekitar DAS diputuskan melalui perundingan multistakeholder. Kota New York menyetujui untuk mendukung suatu perubahan dalam praktek pertanian melalui suatu paket kompensasi yang tidak terfokus pada pembayaran langsung (Fauzi, dkk, 2005). Penerapan di Indonesia
Di Indonesia Pelaksanaan model pembayaran jasa lingkungan sudah diterapkan di daerah DAS Cidanau Banten. Dalam pelaksanaannya, dibentuk suatu Forum Komunikasi DAS Cidanau atau disingkat FKDC yang beranggotakan unsur masyarakat, pemerintah, LSM, dan swasta. Peran forum komunikasi DAS Cidanau dalam implementasi jasa lingkungan antara lain: mengelola dana hasil pembayaran jasa lingkungan dari pemanfaat (buyer) jasa lingkungan DAS Cidanau untuk rehabilitasi dan konservasi lahan di DAS Cidanau melalui lembaga pengelola jasa lingkungan DAS Cidanau, mendorong pembangunan hutan di
Universitas Sumatera Utara

lahan milik oleh masyarakat dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan, menggalang dana dari potensial pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau, mendorong pemerintah untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau. Jasa lingkungan dipahami sebagai positif externalities atau public goods yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari tersedianya jasa lingkungan tidak dapat dikompensasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah dibutuhkannya kombinasi yang tepat antara pendekatan pasar dan penyiapan regulasi/kebijakan. Dalam hal ini peran pemerintah dalam aspek penciptaan regulasi dan kebijakan sangatlah penting (Temenggung, 2010).
Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) maka dinamakan analisis linier sederhana. Tetapi jika pengukuran pengaruh antar variabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,……Xn) maka dinamakan analisis linier berganda. Koefisien regresi (b) adalah kontribusi besarnya perubah nilai variabel bebas (X), semakin besar nilai koefisien regresi maka kontribusi perubahan juga semakin besar begitu juga sebaliknya. Kontribusi perubahan variabel X juga ditentukan oleh koefisien regresi positif atau negatif (Sunyoto, 2009).
Menurut Al-Gifari (2000), koefisien regresi bertujuan untuk memastikan variabel bebas yang terdapat dalam suatu persamaan secara individu berpengaruh atau tidak terhadap nilai variabel tidak bebas. Caranya adalah dengan melakukan pengujian terhadap koefisien regresi setiap variabel bebas. Model ini sebenarnya
Universitas Sumatera Utara

merupakan pengembangan model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak-bebas Y juga sama. Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi berganda.
Besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel tidak bebas dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R2) persamaan regresi. Besarnya koefisien deteminasi (R2) adalah 0 sampai 1. Semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin kecilnya pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya semakin mendekati 1 besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (Al-Gifari, 2000).
Pada regresi berganda, variabel terikat dapat diwakili oleh Y dan variabel bebas oleh X. Pada analisis regresi berganda X dengan notasi bawah digunakan untuk mewakili variabel-variabel bebas. Variabel terikatnya dinyatakan dengan Y, dan variabel bebasnya dinyatakan dengan X1, X2, ... , Xk. Hubungan antara X dan Y dapat disebut sebagai model regresi berganda. Pada model regresi berganda, respon mean dibuat menjadi fungsi linear dari variabel penjelas (explanatory). Regresi berganda yang menghubungkan variabel dependen Y dengan beberapa variabel independen X1, X2, ... , Xk memiliki formula secara umum (Ramanathan, 1997) :
Yt = β1Xt1 + β2Xt2 + ... + βkXtk + µt Pada regresi ini diasumsikan terdapat term gangguan berupa µt atau biasanya dikenal sebagai komponen galat. Komponen ini merupakan variabel acak yang tidak teramati, dihitung sebagai akibat dampak faktor lain pada respon
Universitas Sumatera Utara

dengan masing-masingnya berdistribusi normal. Koefisien regresi, β1, β2, ... , βk merupakan koefisien regresi dari masing-masing variabel independen akan mempengaruhi variabel dependennya secara positif maupun negatif.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di DAS Deli meliputi empat kecamatan yaitu
kecamatan Medan Marelan, Medan Barat, Medan Maimun dan Medan Deli. Pengambilan data dilapangan dilakukan sejak bulan Juli sampai Agustus 2010.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan data
penduduk tahun 2009. Sedangkan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat computer dengan program SPSS 11.5, printer untuk mencetak data, kamera digital dan alat tulis menulis.
Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan merupakan metode CVM.
Metode ini digunakan untuk menilai ekonomi barang publik dengan menanyakan langsung kepada pengguna jasa lingkungan, yaitu seberapa besar maksimum kesediaan membayar sebagai kompensasi akibat kerusakan lingkungan. Kesedian membayar merupakan gambaran dari tingkat preferensi dan pendapatan individu, hal ini sesuai dengan pernyataan Pearce et al (1994). Kuesioner yang digunakan dalam CVM meliput i : 1. Deskripsi detil tentang jasa lingkungan yang divaluasi, persepsi penilaian
responden terhadap kondisi hutan di hulu DAS Deli. 2. Pertanyaan tentang WTP yang diteliti dan kesanggupan membayar.
Universitas Sumatera Utara

3. Karakteristik sosial demografis responden seperti usia, pendidikan, pendapatan, dan lain-lain.
Pengumpulan Data Pengumpulan data Willingness to pay (WTP) di lapangan berdasarkan
penyebaran kuisioner dan wawancara kepada responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara dan penyebaran daftar pertanyaan/kuesioner kepada masyarakat di DAS Deli tentang kesediaan masyarakat terhadap upaya perbaikan kondisi hutan di hulu DAS Deli. Menurut Sarwono (2006) data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang dijadikan sebagai objek penelitian untuk mendapatkan data (informasi) yang dibutuhkan.
Populasi dan Sampel Unit sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga.
Populasinya adalah seluruh rumah tangga yang tersebar di sepanjang hilir DAS Deli. Penarikan unit sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan peneliti). Jumlah unit sampel yang diambil adalah 200 kepala keluarga. Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga yang berada di dalam DAS Deli mulai dari hulu, tengah dan hilir.
Universitas Sumatera Utara

Analisis Data


Data-data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner dikumpulkan

berdasarkan karakteristiknya, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi.

Kemudian dihitung jumlah uang yang bersedia dibayar (Willingness To Pay)

setiap bulan untuk upaya perbaikan kondisi hutan di hulu DAS Deli. Nilai WTP

dapat dihitung dengan menggunakan formula Contingent Valuation Method:

NE = WTPr x JP

WTPr =

∑n
WTPi i=1 ni

Keterangan :

NE = Nilai Ekonomi (Rp/tahun)

WTPr = Rata-rata kesediaan membayar (Rp/tahun/orang)

WTPi = Kesediaan membayar responden ke I (Rp/tahun)

ni = Jumlah responden

JP = Jumlah populasi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan,

tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tanggungan keluarga dan

tingkat pengeluaran terhadap tingkat kesediaan membayar masyarakat hilir

terhadap kondisi hutan di hulu DAS Deli. Variabel bebas yaitu jenis pekerjaan

(X1), tingkat umur (X2), tingkat pendidikan (X3), tingkat pendapatan (X4),

tanggungan keluarga (X5), tingkat pengeluaran (X6), kondisi hutan (X7),

kerawanan hutan (X8), keberadaan hutan (X9), perbaikan kondisi hutan (X10),

keaktifan organisasi sosial (X11) dan tingkat kesediaan membayar (WTP) sebagai

variabel tidak bebas. Jenis pekerjaan dalam hal ini dikelompokkan menjadi 4 yaitu

PNS/TNI/POLRI skor 1, swasta skor 2, wiraswasta skor 3, petani/nelayan skor 4

Universitas Sumatera Utara

dan yang lain-lain skor 5. Umur dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur 50 thn skor 3. Pendidikan dalam hal ini

dibatasi pada pendidikan formal seperti lulusan SD diberi skor 1, SMP skor 2,

SMU skor 3 dan sarjana skor 4. Tanggungan keluarga dikelompokkan menjadi 3

yaitu 1-2 org skor 1, 3-5 org skor 2 dan >5 org skor 3.

Kondisi hutan, kerawanan hutan, keberadaan hutan, perbaikan kondisi

hutan dan keaktifan organisasi sosial merupakan data ordinal. Menurut Sudita dan

Antara (2008) dengan menggunakan skala ordinal, obyek-obyek dapat

digolongkan dalam kategori tertentu. Angka atau huruf yang diberikan disini

mengandung tingkatan, sehingga dari kelompok yang terbentuk dapat dibuat

peringkat yang menyatakan hubungan lebih atau kurang dari menurut aturan

penataan tertentu misalnya pemberian skor untuk setiap persepsi dan perilaku

digunakan Skala Likert seperti dalam Tabel dibawah ini.

Tabel 1. Skoring data Kondisi Hutan dengan skala likert

No Kondisi Hutan 1 Buruk 2 Cukup Buruk 3 Baik

Skor 1 2 3

Tabel 2. Skoring data Kerawanan Hutan dengan skala likert
No Kerawanan Hutan 1 Tidak Rawan 2 Cukup Rawan 3 Rawan

Skor 1 2 3

Tabel 3. Skoring data Keberadaan Hutan dengan skala likert
No Keberadaan Hutan 1 Tidak perlu 2 Cukup Perlu 3 Perlu

Skor 1 2 3

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Skoring Perbaikan Kondisi Hutan dengan skala likert

No Perbaikan Kondisi Hutan 1 Tidak Perlu 2 Cukup Perlu 3 Perlu

Skor 1 2 3

Tabel 5. Skoring data Keaktifan Organisasi Sosial dengan skala likert

No Keaktifan Organisasi Sosial 1 Tidak Aktif 2 Cukup Aktif 3 Aktif

Skor 1 2 3

Sementara untuk variabel WTP, umur, pendapatan dan pengeluaran

merupakan data nominal. Kemudian semua data diolah dengan menggunakan

SPSS 11.5 sehingga diperoleh persamaan regresi seperti dibawah ini:

Y = a + b1X + b2X2 + b3X3 + ………+ bnXn

Keterangan:

Y a b1, b2, bn X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11

= Tingkat kesediaan membayar (Rp/thn) = Konstanta = Koefisien regresi dari X = Jenis pekerjaan = Tingkat umur (Tahun) = Tingkat pendidikan = Tingkat pendapatan (Rp/bln) = Tanggungan keluarga (Org) = Tingkat pengeluaran (Rp/bln) = Persepsi masyarakat terhadap kondisi hutan = Persepsi masyarakat terhadap kerawanan hutan = Persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan = Persepsi masyarakat terhadap perbaikan kondisi hutan = Keaktifan organisasi sosial

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan masyarakat yang bertempat

tinggal di sekitar hilir kawasan DAS Deli yang meliputi 4 kecamatan yaitu

kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Maimun dan Medan Barat.

Jumlah penduduk yang berada di Daerah Aliran Sungai Deli dalam beberapa

tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6 yaitu :

Tabel 6. Karakteristik Penduduk DAS Deli

Tahun 2005

Jlh

Keterangan

LK

PR R.Tangga

Kab. Karo 157107 159100 316207

Kab. Deli

Serdang

795610 786603 344848

Kota Medan 1012040 1024145 422922

Jumlah(jiwa) 1964757 1969848 1083977

Sumber : BPS (2009)

LK 170574

Tahun 2006 Jlh
PR R.Tangga 171981 342555

821352 812763 356794 1027607 1039681 435218 2019533 2024425 1134567

LK 177637

Tahun 2008 Jlh
PR R.Tangga 183243 95211

569401 580995 1039707 1062398 1786745 1826636

388195 472025 955431

Berdasarkan data olahan BPS tahun 2009, dapat diketahui bahwa masyarakat hilir

DAS Deli adalah 511.540 jiwa dan yang menjadi responden sebanyak 200 jiwa.

Sedangkan untuk jumlah KK (kepala keluarga) dihilir adalah 19.220 KK.

Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur, pekerjaan,

pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan pengeluaran.

Umur Dari hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa umur yang paling
banyak terdapat antara 30-50 tahun yaitu dengan persentase 75 %. Sedangkan untuk umur diatas 50 tahun sebesar 15 %. Untuk umur < 30 tahun dengan persentase 10 % (dapat dilihat pada Gambar 1). Pada dasarnya, umur produktif

Universitas Sumatera Utara

seseorang berkisar antara 15-64 tahun, hal ini sesuai dengan ketentuan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (2007) bahwa kelompok umur produktif berada pada umur 15-64 tahun, kelompok umur ini merupakan kelompok umur yang memiliki masa kerja yang masih aktif.
Sumber : Data Primer Olahan (2010) Gambar 1. Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan pembagian kecamatan dapat diketahui penyebaran masingmasing kelompok umur (dapat dilihat pada Tabel 7). Untuk kelompok umur 50 tahun paling banyak terdapat di kecamatan Medan Maimun sebanyak 45. Dari penjelasan tersebut akan dapat diketahui bahwa umur antara 30-50 tahun memiliki jumlah yang paling banyak. Pada umumnya kelompok umur tersebut mempunyai pengaruh terhadap kualitas pekerjaannya. Sebab pada umur antara 30-50 tahun keinginan dan semangat untuk bekerja masih sangat besar, juga didasari oleh rasa tanggungjawab terhadap kebutuhan hidupnya hal ini sesuai dengan ketentuan BAPPENAS (2007).
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hal tersebut maka akan dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden

berada pada usia yang produktif.

Tabel 7. Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No Kecamatan 50 tahun
38 14 30 6 43 4 40 45 151 69

Pekerjaan Karakteristik pekerjaan meliputi PNS (Pegawai Negeri Sipil), Swasta,
Wiraswasta, Petani/nelayan dan lainnya. Jenis pekerjaan PNS sebesar 13 %, swasta 17 % sedangkan petani merupakan pekerjaan yang sangat sulit ditemukan karena lahan yang akan digunakan untuk bertani sudah sedikit oleh karena itu pekerjaan petani hanya terdapat sebesar 1 %. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden merupakan masyarakat yang lebih banyak melakukan pekerjaan wiraswasta seperti toko, membuka warnet, warung, kedai kopi dan kedai nasi, dalam hal ini pekerjaan wiraswasta mencapai 43 %.

Sumber : Data Primer Olahan (2010) Gambar 2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Medan Marelan memiliki masyarakat yang bekerja sebagai

pegawai swasta dan yang lainnya seperti pedagang yaitu sebanyak 16 orang

bekerja sebagai pegawai swasta dan 21 orang bekerja sebagai pedagang. Di

kecamatan Medan Barat terdapat penduduk yang bekerja sebagai petani,

sedangkan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 8 orang. Untuk Medan Deli,

hampir semua masyarakat bekerja sebagai wiraswasta. Sebanyak 37 orang yang

bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan di kecamatan Medan Maimun sebanyak

16 orang masyarakatnya bekerja yang lainnya seperti penjahit, tukang pangkas

dan tukang becak. Oleh sebab itu, dapat diketahui bahwa masyarakat lebih banyak

bekerja sebagai wiraswasta dan lainnya seperti pedagang, penjahit, tukang

pangkas dan tukang becak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ahmadi (2003) yang

menyatakan bahwa masyarakat perkotaan memiliki pekerjaan yang beragam

sebab pembangunan wilayah perkotaan menunjukan kegiatan ekonomi yang

berkembang dengan pesat sesuai sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah

tersebut.

Tabel 8. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pe