BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kitosan adalah polisakarida hasil turunan dari kitin yang memiliki kelimpahan
paling tinggi kedua di alam setelah selulosa. Kitosan diperoleh dari pemanfaatan produk samping hasil pengolahan industri perikanan, khususnya dari cangkang udang
dan rajungan. Melalui pendekatan teknologi yang tepat, potensi limbah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi senyawa polisakarida kitosan yang sangat bermanfaat
sebagai adsorben. Kitosan merupakan bahan polimer yang tidak beracun, mudah mengalami
biodegradasi dan bersifat polielektrolitik. Kitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat – zat organik seperti protein dan lemak. Oleh karena itu, kitosan banyak
digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan industri kesehatan. Samuel, M. H, 2000
Kitosan juga merupakan biopolimer alami yang memiliki gugus aktif yaitu amina dan hidroksil Jae-Song et al, 1998, sehingga mampu dijadikan sebagai
adsorben melalui pembentukan ikatan hidrogen dengan molekul amoniak. Amoniak biasanya didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas disebut
bau amoniak. Amoniak juga merupakan senyawa kaustik yang dapat merusak kesehatan karena pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru –
paru dan bahkan kematian bagi manusia. Sementara di perairan kadar amoniak total biasanya kurang dari 0,1 mgL dan kadar amoniak bebas yang tidak terionisasi pada
perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mgL. Jika lebih dari 0,2 mgL perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan.Hefni Effendi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ferdiyana 2007, kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi dapat meningkatkan kemurnian dan kualitas kitosan dalam menurunkan kadar
amoniak pada limbah cair tekstil PT.CAGM dan diperoleh penurunan sebesar 1,0554 mgL. Selain derajat deasetilasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan
amoniak pada adsorben kitosan antara lain ukuran partikel, luas permukaan, pH sistem, suhu, waktu kontak antara kitosan dan amoniak, dan kelarutan adsorbat.
pH sistem sangat mempengaruhi penyerapan amoniak karena keasaman dapat menyebabkan perubahan muatan pada kitosan sebagai adsorben dan amoniak sebagai
adsorbat. Sedangkan berat kitosan sendiri berhubungan dengan ketersediaan gugus aktif kitosan dalam penyerapan amoniak.
Walaupun hukum termodinamika dapat menjelaskan keadaan setimbang, namun proses penurunan konsentrasi adsorbat yang terserap seringkali ditentukan laju
adsorpsinya. Laju adsorpsi sendiri erat kaitannya dengan waktu kontak. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti pengaruh penambahan kitosan
terhadap kadar amoniak pada larutan standar amonium klorida dengan memvariasikan berat kitosan, pH dan waktu kontak. Dan metoda yang digunakan penulis adalah
metode spektrofotometri pada λ = 410 nm.
1.2 Permasalahan