Analisis Efisiensi Penangkapan Ikan Dengan Kapal Motor Di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang

(1)

EFISIENSI EKONOMIS USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL

MOTOR DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

DAMEYANTI GINTING 050304054 SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL MOTOR

DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Depatemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Pertanian

OLEH:

DAMEYANTI GINTING 050304054 SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agrsibisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan untuk Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal :

Panitia Penguji Skripsi

Ketua :

Anggota 1). :

2). :

3). :

Mengesahkan Departemen Agribisnis Fakulatas Pertanian USU

Ketua

132005055 (Ir. Luhut Sihombing, MP)


(4)

NAMA : DAMEYANTI GINTING

NIM : 050304054

DEPARTEMEN : AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(DR. Ir. Rahmanta Ginting, Ms) (

196309281998031001 19580325198502102 DR. Ir. Satia Negara Lubis, MEc)

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

132005055


(5)

RINGKASAN

DAMEYANTI GINTING (050304054/ Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS

EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANRAI LABU,

KABUPATEN DELI SERDANG”, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, Mec sebagai anggota komisi pembimbing.

Potensi perikanan tangkap di kawasan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka) secara fleksibel telah mampu menampung jumlah pengangguran yang semakin tinggi. Agar pendapatan nelayan bisa meningkat, maka sebaiknya nelayan meningkatkan produksi tangkapan yang optimal, salah satu caranya adalah dengan alokasi input produksi yang efisien tanpa harus mengeksploitasi sumber daya perikanan secara berlebih.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas kapal motor/ trip, pengaruh variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan serta untuk mengetahui efisiensi alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Dimana jenis alat tangkap yang diteliti adalah pukat layang dan jaring kembung.

Penentuan daerah penelitian dilaklukan secara purposive, yakni Kecamatan

Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda dengan fungsu produksi Cobb Douglas, dan analisis NPM/Px.


(6)

variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan pengalaman nelayan berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk pukat layang hanya bahan bakar, tenaga kerja, dan ukuran mesin yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk jaring kembung hanya bahan bakar, dan tenaga kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tangkapan. Efisiensi input produski dengan pukat layang adalah: 1,62 untuk bahan bakar; 1,18 untuk tenaga kerja; dan 0,74 untuk perbekalan. Efisiensi input produski dengan jaring kembung adalah: 3,80 untuk bahan bakar; 1,31 untuk tenaga kerja; dan 0,40 untuk perbekalan. Alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan pada opersai penangkapan ikan untuk kedua jenis alat tangkap belum efisien.


(7)

RIWAYAT HIDUP

DAMEYANTI GINTING lahir di Kutambaru pada tanggal 20 April 1986, anak ke

enam dari enam bersaudara, putri dari bapak Pendi Ginting dan Ibu Roslina br Sembiring.

Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Umum dari SMU Negeri 1 Kabanjahe, dan pada tahun 2005 melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahsiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP FP USU).

Tahun 2009, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Lau Njuhar Kecamatan Taneh Pinem, Kabupaten Dairi, dan pada tahun yang sama, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun skripsi ini berjudul “ANALISIS EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGN KAPAL MOTOR DI

KECAMATAN PANRAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, Mec sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar, dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada orangtua penulis Ayahanda Pendi Ginting dan Ibunda Roslina br Sembiring, yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Dan kepada abang dan kakakku yang telah memberi dukungan, K’Lida, K’Sus, B’Dos, B’Dedi, K’Wita dan Ika. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis stambuk 2005 khususnya Ifenk, Sabeth, Uli, Junteck, Evha, Mery dan semua yang telah memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Pendahuluan ... 1

Identifikasi Masalah ... 8

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 9

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 10

Penelitian Terdahulu ... 15

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 19

Hipotesis Penelitian ... 23

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24


(10)

MetodePengumpulan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 25

Defenisi dan Batasan Operasional ... 29

Defenisi ... 29

Batasan Operasional ... 31

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Kecamatan ... 32

Letak dan Keadaan Kecamatan Pantai Labu ... 32

Keadaan Penduduk ... 33

Karakteristik Nelayan Sampel ... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Operasional Penangkapan Ikan ... 40

Persiapan Berangkat ke Laut ... 40

Kegiatan Penangkapan Ikan ... 41

Penjualan Hasil Tangkapan ... 44

Produktivitas Penangkapan Ikan ... 45

Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Produksi Tangkapan ... 46

Pengujian Statistik ... 47

Efisiensi Input Produksi ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 65


(11)

Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Hal

1.Produksi Penangkapan Ikan Laut di Sumatera Utara dan Deli

Serdang, Tahun 2003-2007 ... 3

2. Produksi Perikanan Tangkap menurut Wilayah Pengembangan


(12)

3.Jumlah Kapal yang Mendarat dan Hasil Produksi Ikan di TPI

Pantai Labu, Tahun 2007 ... 5

4.Jumlah Perahu atau Kapal Motor dan Alat Tangkap di Kecamatan

Pantai Labu, Tahun 2007 ... 6

5.Daerah Operasi Penangkapan menurut Kondisi armada Penangkapan ... 14

6.Jumlah Responden Nelayan dengan Alat Tangkap Pukat Layang

Dan Jaring Kembung ... 25

7.Jumlah Penduduk di Tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu,

Tahun 2007 ... 33

8.Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pantai

Labu, Tahun 2007 ... 34

9.Keadaan Penduduk menurut Jenis Kegiatan di Kecamatan Pantai

Labu, Tahun 2007 ... 34

10. Keadaan Penduduk menurut Agama di Kecamatan Pantai

Labu, Tahun 2007 ... 35

11. Keadaan Penduduk menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai

Labu, Tahun 2007 ... 35

12. Sarana dan Prasarana Pendidikan, Kesehatan, dan peribadatan di Kecamatan Pantai Labu ... 36


(13)

14. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 38

15. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Pengalaman Melaut ... 38

16. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

17. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 39

18. Produktivitas dan Penerimaan ... 45

19. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Produksi Tangkapan Dengan Pukat Layang ... 47

20. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Produksi Tangkapan Dengan Jaring Kembung ... 53

21. Tingkat Efisiensi Penggunaan Input Produksi pada Operasi Penangkapan Ikan dengan Pukat Layang ... 60

22. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Produksi Tangkapan Dengan Jaring Kembung ... 62


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 22

2. Kapal Motor Berukuran 16 HP ( 1 GT) ... 40

3. Alat Tangkap Pukat Layang ... 42

4. Alat Tangkap Jaring Kembung ... 43 5.


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1.Karakteristik Petani Sampel ... 68

2.Ukuran Mesin dan Frekuensi Melaut ... 69

3.Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan ... 70

4.Harga Jual Rata-rata Hasil Tangkapan ... 72

5.Penerimaan ... 73

6.Harga Kapal Motor dan Alat Tangkap ... 74

7.Biaya Penyusutan Kapal Motor dan Alat Tangkap ... 75

8.Biaya Pemeliharaan Kapal Motor dan Alat Tangkap ... 77

9.Biaya Tetap ... 79

10. Biaya Variabel ... 81

11. Pendapatan Bersih ... 85

12. Input Data Analisis Regresi Linier Berganda dengan Alat Tangkap Pukat Layang ... 87

13. Input Data Analisis Regresi Linier Berganda dengan Alat Tangkap Pukat Layang ... 89

14. Analisis Regresi Variabel yang Mempengaruhi Produksi Tangkapan dengan Pukat Layang ... 91

15. Analisis Regresi Variabel yang Mempengaruhi Produksi Tangkapan dengan Pukat Layang ... 93


(16)

RINGKASAN

DAMEYANTI GINTING (050304054/ Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS

EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANRAI LABU,

KABUPATEN DELI SERDANG”, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, Mec sebagai anggota komisi pembimbing.

Potensi perikanan tangkap di kawasan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka) secara fleksibel telah mampu menampung jumlah pengangguran yang semakin tinggi. Agar pendapatan nelayan bisa meningkat, maka sebaiknya nelayan meningkatkan produksi tangkapan yang optimal, salah satu caranya adalah dengan alokasi input produksi yang efisien tanpa harus mengeksploitasi sumber daya perikanan secara berlebih.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas kapal motor/ trip, pengaruh variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan serta untuk mengetahui efisiensi alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Dimana jenis alat tangkap yang diteliti adalah pukat layang dan jaring kembung.

Penentuan daerah penelitian dilaklukan secara purposive, yakni Kecamatan

Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda dengan fungsu produksi Cobb Douglas, dan analisis NPM/Px.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: produktivitas kapal motor adalah 14,83 kg/trip dengan pukat layang dan 48,50 kg/trip dengan jaring kembung. Secara serempak


(17)

variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan pengalaman nelayan berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk pukat layang hanya bahan bakar, tenaga kerja, dan ukuran mesin yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk jaring kembung hanya bahan bakar, dan tenaga kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tangkapan. Efisiensi input produski dengan pukat layang adalah: 1,62 untuk bahan bakar; 1,18 untuk tenaga kerja; dan 0,74 untuk perbekalan. Efisiensi input produski dengan jaring kembung adalah: 3,80 untuk bahan bakar; 1,31 untuk tenaga kerja; dan 0,40 untuk perbekalan. Alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan pada opersai penangkapan ikan untuk kedua jenis alat tangkap belum efisien.


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Permasalahan

Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beraneka ragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar. Pada tahun 2003 saja, produksi ikan Indonesia mencapai 5.948 juta ton yang menempati posisi keenam setelah Cina, Peru, India, Jepang, dan Amerika Serikat (Anonimus, 2007).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Asia selain sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen terbesar dari hasil perikanan dunia. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur (Widodo, 2006).

Salah satu penyebab meningkatnya devisa negara yaitu meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2006, komoditas non-migas ikan dan udang memberikan kontribusi tertinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang sangat tinggi di beberapa negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ekspor ikan dan udang pada periode Januari hingga Juni 2006 mencapai 825,5 juta dolar AS. Nilai tersebut mengalami peningkatan dari periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 759,2 juta dolar AS (Anonimus, 2007).

Sampai saat ini, hasil perikanan dari kegiatan penangkapan khususnya dari laut masih menjadi sumber produksi ikan utama di dunia. Perikanan pantai dengan skala dan


(19)

struktur usaha, alat tangkap, dan nelayan yang sangat beragam menyumbang lebih dari 70% produksi tersebut. Tentunya pengelolaan perikanan menjadi alat yang sangat penting untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya, pemanfaatan, dan berbagai aktivitas perikanan lainnya (Widodo, 2006).

Usaha penangkapan di laut disebut perikanan laut. Perikanan laut dilakukan diperairan-perairan pantai atau dilepas pantai. Usaha perikanan laut meliputi penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara, dan pengambilan rumput laut. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh penduduk yang bertempat tinggal didaerah pantai. Sebagian dilakukan sebagai mata pencaharian pokok, dan ada juga yang melakukan pada waktu-waktu tertentu saja. (Ratna Evy dkk, 1997).

Agar pemanfaatan sumberdaya ikan dengan alat tangkap memperoleh hasil yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya pengembangan perikanan tersebut.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap), sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik; skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan operasi penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif masih rendah (Waridin, 2007).

Sebagian besar masyarakat nelayan di Pantai Timur Sumatera mencari nafkah atau berpenghasilan dari usaha perikanan, namun demikian usaha tersebut masih


(20)

yang ditandai dengan penggunaan alat tangkap dan kapal perikanan yang menangkap ikan dilaut, pembuatan ikan asin, perebusan kepiting, tambak udang, dan lain-lain.

Tabel berikut menunjukkan jumlah produksi penangkapan ikan laut di Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang, dari tahun 2003 sampai tahun 2007.

Tabel 1 : Produksi Penangkapan Ikan Laut di Sumatera Utara dan Deli Serdang, Tahun 2003-2007

No Tahun

Produksi (Ton) % Deli Serdang atas Sumatera Utara Sumatera Utara Deli Serdang

1 2003 341.182,5 17.400,3 5,12

2 2004 323.793,9 15.981,6 4,94

3 2005 326.336,2 16.677,7 5,21

4 2006 333.280,8 17.097,31 5,13

5 2007 348.222,1 18.396,2 5,32

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang cuckup berpotensi dalam perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi tangkapan ikan laut yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Secara umum potensi pengembangan perikanan dan kelautan pada wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah sangat menjanjikan, karena selain memiliki potensi yang besar dengan topografi wilayah yang beragam, daerah ini juga memiliki peluang pemasaran hasil yang lebih baik dibandingkan daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara. Sesuai dengan letak geografis, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki wilayah laut dengan panjang garis pantai ± 65 km, merupakan peluang bagi usaha perikanan tangkap. Kabupaten Deli Serdang merupakan wilayah pengembangan yang cukup berpotensial


(21)

dalam perikanan tangkap dilaut, dimana produksi perikanan tangkap pada tahun 2007 sebesar 17.767,8 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, 2008).

Produksi perikanan tangkap menurut wilayah pengembangan dataran pantai di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Wilayah Pengembangan Pantai di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Wilayah Pengembangan (Kecamatan)

Produksi (Ton) % Produksi Dari Deli Serdang

Labuhan Deli 3.041,30 16,53

Hamparan Perak 4.161,65 22,62

Percut Sei Tuan 5.044,32 27,42

Pantai Labu 6.148,73 33,42

Total 18.396,20 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Deli Serdang Dalam Angka 2008

Kabupaten Deli Serdang mempunyai empat wilayah pengembangan dataran pantai. Wilayah pengembangan yang paling berpotensi adalah Pantai Labu dengan produksi 6.148,73 ton atau 33,42 % dari total produksi Deli Serdang pada tahun 2007, disusul oleh wilayah pengembangan Percut Sei Tuan dengan produksi sebesar 5.044,32 ton atau sekitar 27,42 %.

Arah pengembangan bagi sarana produksi perikanan di Kabupaten Deli Serdang tetap diarahkan melalui pendekatan motorisasi kapal penangkap ikan dan

penggunaan peralatan pemantauan gerombolan ikan untuk menentukan fishing gruond

sehingga penangkapan ikan dapat berlangsung lebih efektif serta tetap dengan memperhatikan penangkapan berimbang (sustainable yield)


(22)

Jumlah kapal yang mendarat serta produksi ikan di TPI Pantai Labu, pada tahun 2007 dapat kita lihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3 : Jumlah kapal yang mendarat dan hasil produksi ikan di TPI Pantai Labu tahun 2007

No Bulan Kapal yang mendarat Produksi (Ton)

1 Januari 670 34,40

2 Februari 635 32,80

3 Maret 715 36,80

4 April 709 36,50

5 Mei 693 35,70

6 Juni 725 37,30

7 Juli 729 37,50

8 Agustus 671 34,60

9 September 673 34,60

10 Oktober 658 33,90

11 November 669 34,50

12 Desember 672 36,60

Total 8218 425,40

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Tabel 3 memperlihatkan bahwa produksi kapal penangkap ikan yang mendarat di TPI Pantai Labu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktor-faktor produksi (input) seperti bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan yang ada pada tahun terakhir mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil tangkapan yang cenderung berfluktuasi, akan menyebabkan pendapatan nelayan juga menurun.


(23)

Jenis dan kapasitas perahu atau kapal motor serta jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan juga bermacam-macam. Berikut disajikan jenis dan jumlah perahu atau kapal motor serta jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Pantai Labu tahun 2007.

Tabel 4 : Jenis dan jumlah perahu/kapal motor serta alat tangkap di Kecamatan Pantai Labu tahun 2007

No Perahu/kapal motor dan alat tangkap Jumlah

1 Perahu tanpa motor 258

2 Kapal motor s/d 5 Gross Tonage 302

3 Kapal motor di atas 5 Gross Tonage 39

4 Pukat kantong (seine net) 120

5 Pukat cincin (pusei net) 11

6 Jaring insang (gill net) 171

7 Jaring klitik (shrimp net) 43

8 Pancing (hook and line) 194

9 Lainya 100


(24)

Dari Tabel 4 di atas diketahui bahwa jenis perahu atau kapal motor yang digunakan oleh nelayan di Pantai Labu bervariasi mulai dari perahu tanpa motor, kapal motor di bawah 5GT sampai kapal motor di atas 5 GT. Sementara itu kapal motor yang paling banyak digunakan adalah kapal motor yang berkekuatan sampai dengan 5 GT (Gross Tonage).

Alat tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan juga bermacam-macam baik jenis maupun jumlahnya. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah pancing, jaring insang, dan pukat kantong.

Produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi kegiatan penangkapan ikan dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya. Pada umumnya nelayan tradisionil belum menggunakan kombinasi input yang sesuai dengan perhitungan teknisnya sehingga penggunaan faktor produksi tidak efisien yang menyebabkan pendapatan nelayan kurang maksimal.

Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman tentang alokasi penggunaan input yang efisien. Adanya efisiensi kegiatan penangkapan ikan dapat meningkatkan produksi perikanan. Sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan nelayan. Namun operasi penangkapan ikan ini juga harus tetap memperhatikan keseimbangan sumber daya perairan yaitu jumlah tangkapan maksimum, MaximumSustainable Yield

(MSY).

Hal itulah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu mengenai produktivitas dan efisiensi kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan


(25)

kapal motor, dimana alat tangkap yang digunakan adalah dengan pukat layang serta jaring kembung. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, pukat layang dan jaring kembung merupakan alat tangkap yang cukup berpotensial untuk dikembangkan pada operasi penangkapan ikan karena tidak merusak ekosistem laut, dan dapat diusahakan oleh nelayan kecil karena armada penangkapannya tidak membutuhkan modal yang terlalu besar seperti pada alat tangkap lain.

Alat tangkap pukat layang digolongkan ke dalam jenis pukat kantong yang sudah dimodifikasi, dimana alat tangkap ini masih tergolong baru, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang sendiri sedang menggalakkan pemakaian alat tangkap ini, karena dinilai menguntungkan nelayan, sehingga penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang alat tangkap pukat layang (seine net ) ini.

Sedangkan jaring kembung merupakan alat penangkapan ikan yang sudah cukup lama dikenal oleh nelayan di Pantai Labu. Penulis memilih kedua jenis alat tangkap ini karena skala usaha dan besarnya armada untuk kedua jenis alat tangkap hampir sama, selain itu kedua alat tangkap ini bersifat legal dan tidak merusak lingkungan.

Dari uraian tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang melatarbelakangi penelitian ini adalah Pantai Labu sebagai salah satu sentra produksi perikanan tangkap di Sumatera Utara telah menyerap banyak tenaga kerja dan menunjang pendapatan bagi penduduk yang bekerja disektor tersebut. Sehingga diperlukan adanya pemahaman tentang adanya pengaruh beberapa variabel terhadap jumlah tangkapan nelayan serta alokasi faktor produksi atau input produksi secara efisien sehingga nelayan dapat memperoleh hasil tangkapan yang optimal.


(26)

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah produktivitas penangkapan ikan dengan kapal motor dalam satu trip di daerah penelitian?

2. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel; bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur nelayan, dan pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan baik secara serempak maupun secara parsial?

3. Apakah pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor tergolong sudah efisien?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui produktivitas kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor dalam satu trip di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel-variabel; bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan baik secara serempak maupun secara parsial. 3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga

kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi nelayan untuk mengetahui produktivitas dan efisiensi pemakaian faktor produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan


(27)

pada kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor khususnya dengan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung.


(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar matahari dapat tembus sampai ke dasar laut, sehingga organisme dilaut tumbuh dengan subur (Ratna Evy dkk, 1997).

Habitat perairan laut dapat dibagi ke dalam tiga kelompok wilayah perikanan, yaitu:

1. Daerah pantai (paparan)

2. Daerah upwelling yaitu perbatasan antara daerah pantai dan laut terbuka

dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas 3. Laut terbuka (lepas pantai).

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya ikan, kebanyakan perikanan diklasifikasikan menurut produk yang ditangkap, yakni spesies yang menjadi target bagi keperluan manusia. Oleh sebab itu dikenal perikanan tuna dan cakalang, perikanan udang, perikanan paus, dan lain-lain. Juga dikenal pengelompokan perikanan lain seperti perikanan pelagis kecil (layang, kembung, selar, dan lain-lain), perikanan demersal (kakap, bawal, layar, kerapu), perikanan karang, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan penangkapannya biasa dilakukan oleh berbagai jenis usaha perikanan, baik perikanan skala kecil yang biasanya terbatas dekat tempat pendaratan atau pelabuhan basis mereka, sampai perikanan skala besar seperti perikanan trawl (pukat harimau) yang

menangkap ikan laut (Widodo, 2006).

Agar persediaan ikan dalam laut tetap banyak, maka ikan-ikan kecil hendaknya jangan ditangkap. Begitu pula rumah-rumah atau tempat kediaman ikan seperti karang


(29)

hendaknya jangan dirusak. Pemakaian dinamit dan racun (tuba) harus dilarang sebab dapat memusnahkan seluruh ikan, baik yang besar maupun yang kecil, serta menghancurkan tempat kediamannya. Demikian juga penggunaan trawl (pukat harimau)

merugikan nelayan tradisional (Ratna Evy dkk, 1997).

Kegiatan penangkapan ikan dilaut dapat diklasifikasikan menurut besarnya usaha, yaitu:

a). Klasifikasi perahu tanpa motor

1. Jukung ; sampan atau perahu dengan bentuk yang sederhana 2. Perahu papan

• Kecil (panjangnya lebih kecil dari 7m)

• Sedang (panjangnya 7-10 m)

• Besar (panjangnya lebih besar dari 10 m) b). Perahu motor tempel

c). Klasifikasi kapal motor 1. < 5 GT 2. 5-10 GT 3. 10-20 GT 4. 20-30 GT 5. 20-50 GT 6. 50 100 GT 7. 100-200 GT 8. 200 GT ke atas (Badan Pusat Statistik Sumut, 2007).


(30)

Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan, dan kantong jaring, bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat kantong terdiri dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai.

2. Pukat Cincin (purse seine)

Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung gerombolan ikan.

3. Jaring insang (gill net)

Merupakan alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, dan rali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang, dan lain-lain.

4. Jaring angkat

Adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong.


(31)

Adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (longline), dan pancing. Alat pancing terdiri dari dua komponen utama,

yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri.

6. Perangkap

Adalah alat penangakapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu, atau besi yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable

(dapat dipindah tempatkan) selama jangka waktu tertentu. (Hartono, 2008).

Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009, disebutkan bahwa masalah yang dihadapi dalam revitalisasi pertanian, khususnya perikanan di antaranya adalah:

(1) Rendahnya kesejahteraan nelayan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan,

(2) Akses ke sumber daya produktif termasuk sumber daya permodalan yang terbatas, dan

(3) Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya perikanan yang ada. Permasalahan tersebut menjadi kendala serius yang perlu diupayakan penanggulangannya. Keberpihakan pemerintah, terutama lembaga keuangan relatif masih sedikit terhadap pengembangan bidang usaha perikanan.


(32)

Secara nasional, potensi lestari sumber daya perikanan laut Indonesia sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%. Selain untuk konsumsi dalam negeri, hasil perikanan juga dipasarkan kenegara lain (ekspor) yang jumlahnya terus meningkat (Mulyadi, 2005).

Sedangkan potensi lesatri sumber daya perikanan pantai Timur Sumatera sebesar 263.300 ton/tahun. Dengan potensi yang sebesar ini, maka perikanan laut merupakan salah satu sumber pendapatan bagi penduduk yang tinggal di sekitar pesisir Pantai Timur Sumatera (Harian Waspada, 2009).

Daerah operasi penangkapan (fishing ground) di laut berkembang dari perairan

dekat pantai hingga laut lepas. Terdapat zona penangkapan sesuai dengan kondisi armada penangkapan. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Tahun 1999, yakni jalur I hingga jalur III (Effendi dan Oktariza, 2006).

Tabel 5. Daerah Operasi Penangkapan Menurut Kondisi Armada Penangkapan Jalur Penangkapan Jarak dari Pantai Peruntukan

Jalur I 0 – 3 mil Kapal nelayan trsdisional dan kapal tanpa motor

3 – 6 mil Kapal motor tempel < 12 meter atau < 5 GT Jalur II 6 – 12 mil Kapal motor < 60 GT

Jalur III 12 – 200 mil Kapal motor < 200 GT Sumber: SK Menteri Pertanian No. 392, 1999

Dari Tabel 5 di atas, diketahui bahwa semakin besar ukuran GT (Gross Tonase)

dari sebuah armada penangkapan maka jarak ataupun daerah operasi penangkapannya akan semakin jauh dari pantai.


(33)

Adapun penelitian terdahulu dilakukan oleh Waridin (2007) yang telah menganalisis tentang analisis efisiensi alat tangkap cantrang serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tangkapan nelayan cantrang. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa secara serempak faktor bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, dan pengalaman berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan dengan alat tangkap cantrang. Sedangkan secara parsial, tenaga kerja, bahan bakar, perbekalan, dan ukuran mesin berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan, hanya pengalaman yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkapan. Pemakaian input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan dengan alat tangkap cantrang belum efisien.

Landasan Teori

Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masih rendahnya tingkat pendapatan nelayan, antara lain alat tangkap yang tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya, dan lain-lain. Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara tidak langsung dengan produktivitas yang rendah, maka keuntungan yang didapatkan nelayan pun berkurang (Waridin, 2007).

Untuk memperoleh keuntungan yang besar sebenarnya dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual. Namun yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara menekan biaya produksi.

Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan sampai ikan tersebut siap untuk dijual. Biaya produksi ini dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya


(34)

yang penggunaannya tidak habis dalam suatu masa produksi, antara lain biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan (seperti kapal, mesin, fiber, alat tangkap, jangkar, dan lain-lain), serta biaya pemeliharaan. Sementara biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali masa produksi antara lain biaya operasional (seperti BBM, es, konsumsi), serta upah tenaga kerja (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2008).

Ada beberapa permasalahan perikanan yang kompleks yang diakibatkan oleh penggunaan peralatan yang bermacam-macam (purseine, payang, gillnet, cantrang,

tramel net, arad, pancing, dan lain-lain). Hasil tangkapan rendah karena pada umumnya

mereka merupakan nelayan tradisional atau berskala kecil sehingga daerah tangkapannya (fishing ground) terbatas tidak jauh dari pantai. Pendapatan mereka juga

rendah karena biaya operasional yang tinggi dan harga jual ikan di TPI yang berfluktuasi. Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input produksi pada berbagai jenis perahu atau kapal motor dan alat tangkap perikanan.

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan antara lain adalah:

1. Tenaga kerja, 2. Bahan bakar,

3. Jenis alat tangkap yang digunakan, 4. Jenis kapal

5. Perbekalan, dan 6. Pengalaman. (Waridin, 2007).

Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau produktivitas tangkapan adalah pembagian antara produksi hasil tangkapan dengan upaya penangkapan yang


(35)

beroperasi dari suatu perairan. Hasil tangkapan berupa jumlah ikan hasil tangkapan dari salah satu kelompok sumber daya ikan (pelagis, demersal, dan lain sebagainya) dengan satuan berat (Ton atau Kg). Sedangkan upaya penangkapan berupa jumlah unit atau trip hari operasi penangkapan.

Fungsi produksi perikanan jangka pendek adalah hubungan antara tangkapan (catch) dan upaya (effort). Sementara itu dalam jangka panjang hal tersebut merupakan

hubungan antara penangkapan dan rata-rata penangkapan yang dapat diperoleh pada waktu tertentu tanpa mempengaruhi stok ikan (Anderson dalam Waridin, 2007).

Dalam fungsi produksi perikanan jangka panjang, tangkapan maksimum atau Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah tangkapan ikan sama dengan pertumbuhan

alami dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap.

Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap sehingga fungsi produksi perikanan jangka pendek dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = f (E)

Keterangan: Y = Hasil tangkapan

E = Upaya penangkapan ikan (effort)

Sehingga fungsi produksi perikanan juga dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f (E1, E2, ……., E6)

(Panayotou dalam Waridin, 2007)

Catch Per Unit Effort (CPUE) adalah laju tangkap perikanan per tahun yang

diperoleh dengan menggunakan data time series, minimal selama lima (5) tahun.

Semakin panjang series waktu yang digunakan semakin tajam prediksi yang diperoleh. Cara perhitungannya adalah dengan cara membagi total hasil tangkapan dengan total


(36)

Prinsip efisiensi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana pengalokasian faktor produksi tersebut agar digunakan secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi , maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:

a. Efisiensi teknis

b. Efisiensi alokatif (efisiensi harga) c. Efisiensi ekonomi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan (NPMx = Px) dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga efisiensi harga.

Model pengukuran efisiensi juga berbeda tergantung dari model yang dipakai. Umumnya ada dua model yang umum dipakai, yaitu:

a) Model fungsi produksi b) Model linear programming

Bila model fungsi produksi yang dipakai maka kondisi efisiensi harga (alokatif) yang dipakai sebagai patokan (Soekartawi, 1993).

Kerangka Pemikiran

Operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap. Upaya pemanfaatan alat tangkap ini diharapkan dapat memberikan hasil yang efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan pemenuhan konsumsi masyarakat lokal serta mendukung ekspor. Peningkatan


(37)

produktivitas dapat dipengaruhi oleh kemampuan armada, jenis alat tangkap yang digunakan, daerah penangkapan dan lain-lain.

Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh kemampuan armada penangkapan dan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Pengetahuan tentang faktor-faktor produksi atau variabel – variabel yang mempengaruhi dalam kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor dapat menghasilkan efisiensi pada komponen-komponen tertentu. Faktor-faktor produksi terpilih tersebut dapat mengoptimalkan hasil tangkapan (output). Peningkatan yang optimal ini memiliki asumsi bahwa ikan yang menjadi target penangkapan tidak mendapatkan tekanan eksploitasi yang berlebih sehingga kelestarian sumberdaya tetap terjaga. Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap. Jumlah tangkapan ikan diasumsikan sama dengan pertumbuhan alami dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap.

Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input produksi pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor. Faktor-faktor produksi (input) yang ada pada tahun terakhir mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil tangkapan yang cenderung tidak pasti, menyebabkan pendapatan para nelayan di Kabupaten Deli Serdang juga menurun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kegiatan penangkapan ikan antara lain adalah jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur nelayan, serta pengalaman nelayan. Sedangkan input produksi yang paling berperan adalah bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Pada umumya nelayan belum menggunakan kombinasi input yang sesuai sehingga operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap


(38)

Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi dengan tepat dapat meningkatkan produktivitas. Penggunaan faktor produksi yang produktif dan efisien diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perikanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Adanya efisiensi kegiatan penangkapan ikan dapat meningkatkan hasil tangkapan yang pada gilirannya pendapatan nelayan juga akan meningkat.

Selain itu juga diperlukan adanya analisis penerimaan dan pengeluaran yang ada pada usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal motor di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.


(39)

Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kegiatan

Variabel: - Bahan Bakar - Tenaga Kerja - Perbekalan

- Ukuran Mesin Output: jumlah ikan yang

Produktivitas Efisiensi alokasi input

produksi: bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan


(40)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : Menyatakan hubungan

Menyatakan pengaruh

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dengan landasan teori, maka adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)

a. Variabel bahan bakar memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian.

b. Variabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian.

c. Variabel perbekalan memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian.

d. Vaeiabel ukuran mesin kapal memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian.

e. Variabel umur nelayan memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian.


(41)

f. Variabel pengalaman nelayan berpengaruh positif terhadap produksi tangkapan nelayan.

2)

Pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor belum efisien.


(42)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja)

dengan pertimbangan bahwa Deli Serdang merupakan wilayah pengembangan pantai yang memiliki peluang pemasaran hasil yang sangat baik dan Pantai Labu merupakan wilayah pengembangan pantai yang paling potensial jika dibandingkan dengan wilayah pengembangan pantai lain di Kabupaten Deli Serdang. Selain itu belum banyak penelitian tentang alat tangkap perikanan khususnya di Pantai Labu

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua nelayan yang menggunakan alat penangkap ikan dengan kapal motor yang berada di Kecamatan Pantai Labu dimana jenis alat tangkapnya adalah pukat layang serta jaring kembun. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling yaitu pengambilan

sampel secara acak sederhana sehingga masing-masing anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

Tabel 6 berikut memperlihatkan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini:


(43)

Tabel 6. Jumlah Responden Nelayan Dengan Alat Tangkap Pukat Layang dan Jaring Kembung

No Alat Tangkap Populasi Sampel

1 Pukat Layang 55 30

2 Jaring Kembung 85 30

Total 140 60

Sumber: PPL Pantai Labu

Dari seluruh populasi nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung, diambil jumlah sampel untuk dijadikan responden sebanyak 30 jiwa untuk masing-masing jenis alat tangkap. Hal ini sesuai dengan Teori Bailey yang

menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran responden paling minimum adalah 30 (Hasan, 2002).

Metode pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan nelayan dengan menggunakan data kuisioner. Sedangkan data skunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Kelautan serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Untuk masalah (1) dianalisis dengan menjelaskan seberapa besar produkivitas

kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor per trip didaerah penelitian. Produktivitas dijelaskan dengan memakai perhitungan sebagai berikut:


(44)

an

aPenangkap

JumlahUpay

apan

HasilTangk

s

oduktivita

=

Pr

Keterangan : Produksi tangkapan dalam ton atau kg Upaya penangkapan dalam trip

Produktivitas per trip adalah perbandingan jumlah tangkapan dengan frekuensi melaut atau trip, sedangkan produktivitas mesin kapal motor adalah perbandingan antara jumlah tangkapan dengan besarnya ukuran mesin kapal motor.

Untuk masalah (2) atau hipotesis (1) dianalisis dengan model regresi nonlinier

berganda, yaitu fungsi produksi Cobb-Douglass dengan alat bantu SPSS dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2002):

Ŷ = aX 1 b1 X

2 b2 X

3 b3 X

4 b4 X

5 b5

eu

Fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk fungsi linier berganda dengan cara mentransformasikan persamaan ke dalam logaritma natural (ln). Bentuk persamaan fungsi produksi menjadi:

Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + u Keterangan:

Y = Produksi Tangkapan (Kg/ Trip) X1 = Bahan bakar (Liter/ Trip) X2 = Tenaga Kerja (Orang/ Trip) X3 = Perbekalan (Rupiah/ Trip) X4 = Ukuran Mesin Kapal (HP) X5 = Umur nelayan (Tahun) X6 = Pengalaman (Tahun) a = Koefisien Intercep


(45)

u = Error term

Untuk menguji apakah ada pengaruh variabel bebas yakni input Xi yang digunakan secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan nelayan (Y) digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu persatu.

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :

H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap produksi tangkapan nelayan (Y) H1 ≠ 0 : Ada pengaruh variabel Xi terhadap produksi tangkapan nelayan (Y) Jika : t-hitung > t-tabel maka terima H1, tolak H0

t-hitung < t-tabel maka terima H0, tolak H1

Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) digunakan uji-f.

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel-variabel jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan (Y).

H1 ≠ 0 : Ada pengaruh variabel-variabel jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan (Y).

Jika : F-hitung > Ftabel maka terima H1, tolak H0 F-hitung < Ftabel maka terima H0, tolak H1

Untuk masalah (3) atau hipotesis (2) merupakan analisis efisiensi atau optimasi

penggunaan input produksi, dimana input produksi yang diteliti adalah jumlah bahan bakar, jumlah tenaga kerja, dan jumlah perbekalan selama melaut. Efisiensi atau optimasi penggunaan input produksi yang diperoleh dari elastisitas produksi (bi).


(46)

Efisiensi input produksi ini memiliki asumsi bahwa ikan yang menjadi target penangkapan tidak mendapatkan tekanan eksploitasi yang berlebih, yaitu tidak menambah unit penangkapan dan frekuensi melaut sehingga kelestarian sumberdaya tetap terjaga. Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap. Jumlah tangkapan ikan diasumsikan sama dengan pertumbuhan alami dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap (Panayotou dalam Waridin, 2007).

Produk marjinal (PM) = bi . y/xi. adapun y dan x diambil berdasarkan jumlah rata-ratanya. Sedangkan nilai elastisitas produksi (bi) diperoleh dari nilai koefisien regresi. Selanjutnya, jumlah produk marjinal untuk masing-masing jenis input produksi diperoleh dengan menggunakan perhitungan di atas, dengan persamaan (Tarigan, 2007) :

NPM = bi . y/xi . Py, atau NPM = PM . Py

Dimana :

bi = Elastisitas Produksi Y = Produksi rata-rata Py = Harga Produksi

Xi = Input Produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan).

Tingkat efisiensi penggunaan input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) dihasilkan dari rasio nilai produk marjinal (NPM) dengan harga masing-masing input produksi. Tingkat optimasi masing-masing-masing-masing input produksi diperoleh dengan melihat harga input produksi tersebut (Soekartawi, 2002).

Tingkat efisiensi =

P

x

NPM

i


(47)

1

=

P

x

NPM

i

maka penggunaan input produksi tersebut sudah efisien

1

>

P

x

NPM

i

maka penggunaan input produksi belum efisien, perlu

ditambah

1

<

P

x

NPM

i

maka penggunaan input produksi tidak efisien (terlalu banyak),

perlu dikurangi

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah yang terdapat pada hasil penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, baik nelayan ABK, nelayan pemilik maupun nelayan tekong (nakhoda) yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung.

2. Kapal motor adalah alat yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung.

3. Penangkapan adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan ikan yang hidup dilaut /perairan umum secara bebas dan bukan milik perseorangan dengan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung.

4. Produksi tangkapan adalah produksi per trip alat tangkap dalam satuan Kg. 5. Bahan bakar adalah jumlah bahan bakar yang dipakai per trip dalam satuan liter


(48)

6. Tenaga kerja adalah adalah jumlah Anak Buah Kapal (ABK) dan tekong (nakhoda kapal) yang ikut dalam operasi penangkapan per trip dalam satuan orang.

7. Perbekalan adalah nilai perbekalan yang dibawa per trip dalam satuan Rupiah. 8. Ukuran mesin kapal adalah ukuran kekuatan mesin dalam HP (Horse Power)

9. Unit penangkapan merupakan kesatuan teknis dalam suatu operasi dalam penangkapan yang terdiri dari kapal motor dengan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung

10. Pukat Layang (long bag seine net) adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong

yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Cara pengoperasiannya dengan menarik pukat tersebut ke arah kapal dengan kekuatan mesin.

11. Jaring Kembung atau jaring insang (drift gill net) adalah alat penangkap ikan yang

berbentuk jaring empat persegi panjang, dilengkapi dengan pelampung dan pemberat yang dioperasikan deangan cara menjerat ikan.

12. Total berat produksi adalah berat basah pada waktu hasil penangkapan didaratkan. 13. Nilai produksi adalah nilai pada waktu hasil penangkapan didaratkan dimana harga

yang digunakan adalah harga produsen.

14. Produktivitas adalah pembagian antara produksi hasil tangkapan dengan upaya penangkapan yang beroperasi dari suatu perairan.

15. Efisiensi dalam produksi merupakan perbandingan antara output dengan input produksi, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2009.


(49)

3. Sampel adalah nelayan pemilik atau nelayan tekong yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung dalam usaha penangkapan ikan.

4. Responden adalah pemilik kapal motor atau nelayan tekong yang diwawancarai untuk memperoleh data yang dibutuhkan.


(50)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Kecamatan

a. Letak dan Keadaan Kecamatan Pantai Labu

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu merupakan daerah pesisir yang terletak di wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu memiliki luas wilayah 81,85 km2 atau 8.185 Ha. Secara administrasi Kecamatan Pantai Labu terdiri dari 19 desa dan 76 dusun dengan ibukota Desa Kelambir.

Secara geografis Kecamatan Pantai Labu terletak antara 2057’ – 3016’ Lintang Utara dan 98027’ Bujur Timur. Serta berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan laut, dimana Pantai Labu berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Pantai Labu beriklim tropis, dimana musim penghujan terjadi pada bulan Maret, April serta September sampai Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Januari, Februari, serta Mei sampai Agustus. Pantai Labu beriklim cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 340C dan minimum 230C.

Kecamatan Pantai Labu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Utara : Selat Malaka

Timur : Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai Selatan : Kecamatan Beringin

Barat : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Percut Sei Tuan

Berdasarkan keadaan letak dan geografisnya tersebut, posisi Pantai Labu memiliki nilai strategis sebagai salah satu akses dalam pemanfaatan potensi sumber daya perairan Pantai Timur Sumatera. Di samping potensi perikanan tangkap, Pantai Labu juga memiliki potensi wisata bahari yang cukup potensial untuk dikembangkan.


(51)

b. Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Pantai Labu berjumlah 43.981 jiwa yang terdiri dari 22.448 jiwa laki-laki dan 21.533 jiwa wanita. Jumlah penduduk di tiap desa di Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk di Tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007

No Desa Luas

(Km2)

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Total (jiwa)

Persentas e (%)

1 Bagan Serdang 1,63 719 692 1504 3,42

2 Binjai Bakung 3,11 845 785 1630 3,70

3 Denai Kuala 4,50 1136 1051 2187 4,97

4 Denai Lama 2,67 1280 1217 2497 5,67

5 Denai Sarang Burung 3,13 1448 1217 2665 6,05

6 Durian 11,58 2534 2543 5077 11,54

7 Kelambir 3,92 1122 1055 2177 4,94

8 Kubah Sentang 1,28 591 567 1158 2,63

9 Paluh Sibaji 2,06 1799 1046 3445 7,83

10 P. Labu Pekan 7,02 2179 2102 4281 9,73

11 P. Labu Baru 1,10 421 403 824 1,97

12 Pematang Biara 4,04 1813 1739 3552 8,07

13 Perkebunan Ramunia 8,43 1210 1152 2362 5,37

14 Ramunia I 3,05 419 423 642 1,91

15 Ramunia II 1,33 1219 1234 2453 5,57

16 Rantau Panjang 4,70 1285 1205 2490 5,66


(52)

18 Sei Tuan 14,10 573 581 1154 2,62

19 Tengah 1,20 516 474 990 2,25

Total 8,85 22.448 21.533 43.981 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Pantai Labu tersebar di berbagai desa, dimana desa dengan penduduk paling banyak adalah Desa Durian dengan jumlah penduduk yaitu 5.077 jiwa (911,57%), sedangkan Desa Pantai Labu memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu 824 jiwa (1,87%).

Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Pantai Labu dapat didlihat pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Tidak/belum tamat SD 18.361 41,74

2 Sekolah Dasar 14.142 32,15

3 SLTP 6.059 13,77

4 SLTA 4.918 11,18

5 Diploma I/II 155 0,35

6 Akademi /DIII 90 0,20

7 Perguruan Tinggi /DIV 256 0,58

Total 43.981 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pantai Labu masih tergolong rendah. Dimana penduduk yang tidak atau belum tamat SD


(53)

mancapai 18.361 jiwa (41,74 %), sedangkan penduduk yang tingkat pendidikannya sampai perguruan tinggi hanya mencapai 256 jiwa (0,48%).

Keadaan penduduk menurut jenis kegiatan di Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kegiatan di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007

No Jenis Kegiatan Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Angkatan Kerja 20.019 69,85

- Bekerja 18.909

- Mencari Pekerjaan 1.110

2 Bukan Angkatan Kerja 8.640 30,14

- Sekolah 2.426

- Lainnya 6.214

Total 28.659 100,00

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa keadaan penduduk menurut jenis kegiatan terbagi atas angkatan kerja yaitu 20.019 jiwa (69,85 %), sedangkan bukan angkatan kerja adalah 8.640 (30,14 %).

Adapun keadaan penduduk menurut agama di Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10 Keadaan Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 36.584 83,18


(54)

3 Katolik 919 2,08

4 Buddha 3.669 8,34

Total 43.981 100

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa penganut agama terbesar di Kecamatan Pantai Labu adalah agama Islam, yakni 36.584 jiwa (83,18 %). Kemudian diikuti Buddha 3.669 jiwa (8,34 %), Protestan jiwa 2.809 (6,38), Katolik 919 jiwa (2,08%).

Keadaan penduduk menurut suku bangsa di Kecamatan Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11 Keadaan Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007

No Suku Bangsa Jumlah (jiwa) Persentas(%)e

1 Melayu 16.874 38,36

2 Jawa 16.436 37,37

3 Tapanuli/Toba 3.728 8,47

4 Cina 3.669 8,34

5 Bnjar 1.158 2,63

6 Simalungun 586 1,33

7 Mandailing 563 1,28

8 Karo 328 0,74

9 Minang 169 0,38

10 Aceh 144 0,32

11 Lainnya 326 0,74

Total 43.981 100,00


(55)

Dari Tabel 11 tersebut terlihat bahwa penduduk yang paling dominan di Kecamatan Pantai Labu adalah etnis Melayu yaitu 16.874 jiwa (38,36%) disusul etnis Jawa 16.436 jiwa (37,37 %).

Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan di Kecamatan Pantai Labu disajikan dalam Tabel 12 berikut:

Tabel 12 Sarana dan Prasara Pendidikan dan Kesehatan di Kecamatan Pantai Labu

Jenis Jumlah

Sarana Pendidikan

- SD/MT Negeri 22

- SLTP/MT Negeri 2

- SLTA 3

Sarana Kesehatan

- Puskesmas 6

- Prakatek Dokter 2

- Praktek Bidan 11

- Poliklinik 10

Sarana Peribadatan

- Mesjid 27

- Musholah 35

- Gereja 18

- Vihara 5

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Dari Tabel 12 tersebut terlihat bahwa sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan di Kecamatan Pantai Labu cukup memadai dari segi jumlahnya.

Karakteristik Nelayan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah nelayan yang menggunakan kapal motor dengan jenis alat tangkap yaitu pukat layang dan jaring kembung. Nelayan di Pantai Labu


(56)

kebanyakan menggunakan kapal motor dengan ukuran tonasse < 5 GT (Gross Tonage).

Sedangkan ukuran mesin kapal motor nelayan sampel adalah 8 – 16 HP (Horse Power).

Karakteristik nelayan sampel yang dimaksud adalah ukuran mesin kapal motor, umur, pengalaman melaut, pendidikan dan jumlah tanggungan nelayan sampel.

a. Ukuran Mesin Kapal

Ukuran mesin kapal motor yang dimiliki oleh nelayan sampel sangat erat hubungannya dengan kemampuan kapal untuk menjangkau daerah tangkapan (fishing

ground) serta dalam mengangkut hasil tangkapan selama melaut. Ukuran mesin kapal

motor yang digunakan dalam penelitian ini adalah HP (Horse Power), dimana 1

HP setara dengan 1 PK atau sama dengan 745 Watt. Sedangkan GT (Gross Tonage)

adalah ukuran besar kapal berdasarkan kemampuan kapal dalam membawa muatan. Dimana 1 GT setara dengan 16 HP. Adapun ukuran mesin kapal motor yang dimiliki oleh nelayan sampel dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Ukuran Mesin Kapal Motor

No

Ukuran Mesin Kapal Motor

(PK)

Pukat Layang Jaring Kembung

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 5 – 10 1 3,33 1 3,33

2 11 – 15 17 56,67 19 63,33

3 > 15 12 40,00 10 33,33

Total 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diketahui rata-rata ukuran mesin kapal motor terbanyak yang dimiliki oleh nelayan sampel untuk kedua jenis alat tangkap


(57)

adalah pada kelompok 11 – 15 HP, yaitu 17 jiwa (56,67 %) untuk pukat layang, dan 19 jiwa (63,33 %) untuk jaring kembung.

b. Umur

Adapun keadaan umur nelayan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini:

Tabel 14 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No

Kelompok Umur (Tahun)

Pukat Layang Jaring Kembung

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 20 – 25 3 10,00 3 10,00

2 26 – 30 11 36,67 5 16,67

3 31 – 35 5 16,67 7 23,33

4 36 – 40 8 26,67 8 26,67

5 41 - 45 2 6,67 2 6,67

6 > 45 1 3,33 5 16,67

Total 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 1 dan 2

Berdasarkan Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa umur nelayan sampel sangat bervariasi. Jumlah nelayan sampel yang terbesar untuk alat tangkap pukat layang berada pada kelompok umur 26 – 30 tahun dengan jumlah 11 jiwa (36,67 %). Sedangkan untuk alat tangkap jaring kembung berada pada kelompok 36 – 40 tahun yaitu 8 jiwa (26,67 %).


(58)

Pengalaman melaut nelayan sampel di daerah penelitian disajikan pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Pengalaman Melaut

No

Pengalaman Melaut (Tahun)

Pukat Layang Jaring Kembung

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 10 16 53,33 8 26,67

2 11 - 20 12 40,00 13 43,33

3 21 - 30 2 6,67 9 30,00

Total 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 1 dan 2

Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nelayan sampel yang memiliki pengalaman melaut terbesar untuk alat tangkap pukat layang adalah pada kelompok 1 – 10 tahun berjumlah 16 jiwa (53,33 %), sedangkan yang terbanyak untuk alat tangkap jaring kembung berada pada kelompok 11 - 20 tahun yang berjumlah 13 jiwa (43,33 %).

d. Pendidikan

Pendidikan nelayan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini:

Tabel 16 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No

Tingkat Pendidikan

(Tahun)

Pukat Layang Jaring Kembung

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (jiwa) Persentase (%)


(59)

2 7 – 9 11 36,67 10 33,33

3 10 – 12 4 13,33 5 16,67

4 > 12 1 3,33 0 0,00

Total 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 1 dan 2

Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan nelayan sampel di daerah penelitian masih tergolong rendah. Dimana tingkat pendidikan terbanyak adalah pada kelompok 0 – 6 tahun, yaitu masing-masing 14 jiwa (46,67 %) untuk nelayan pukat layang dan 15 jiwa (50 %) untuk nelayan yang menggunakan jaring kembung.

e. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan nelayan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini:

Tabel 17 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No

Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Pukat Layang Jaring Kembung

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0 – 2 7 23,33 9 30

2 3 – 5 19 63,33 17 56,67

3 > 5 4 13,33 4 13,33

Total 30 100,00 30 100,00


(60)

Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa nelayan sampel yang memiliki jumlah tanggungan 3 – 5 berada pada kelompok yang paling besar untuk kedua jenis alat tangkap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Operasional Penangkapan Ikan

Usaha penangkapan ikan di laut meliputi kegiatan berangkat ke laut, penangkapan ikan di laut, dan penyortiran sampai pembongkaran ikan di tempat pendaratan kapal atau perahu, yaitu di TPI atau tangkahan milik swasta.

a. Persiapan Berangkat Ke Laut

Sebelum berangkat melaut, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan seperti pembersihan kapal atau perahu, pengurasan air, pemeriksaan mesin kapal dan alat tangkap sampai keadaan benar-benar siap pakai. Persiapan berangkat ke laut juga meliputi pengisian bahan bakar, es untuk menjaga kesegaran ikan dan perbekalan selama melaut.

Gambar 2. Kapal Motor 16 HP (1 GT)

Untuk kapal motor yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung, persiapan yang dilakukan cukup sederhana. Biasanya mereka membawa


(61)

perbekalan misalnya makan siang dan rokok. Umumnya nelayan berangkat pada pagi hari antara pukul 05.00 sampai 07.00 pagi dan kembali ke darat pada siang atau sore hari.

Untuk alat tangkap pukat layang, biasanya nelayan membutuhkan waktu untuk melaut yaitu sekitar 6 - 9 jam per trip. Sedangkan untuk alat tangkap jaring kembung dibutuhkan waktu sekitar 8 – 12 jam per trip.

Setelah sampai pada zona tangkap nelayan dengan alat tangkap pukat layang akan menurunkan pukatnya dan mulai melakukan operasi penangkapan ikan sampai beberapa kali. Setelah berada di dasar atau pertengahan perairan yang cocok, nelayan akan mulai menarik pukat dengan kekuatan mesin. Untuk nelayan dengan alat tangkap jaring kembung, waktu operasi per trip lebih lama karena setelah menurunkan jaring, nelayan akan menunggu sekitar 0,5 – 1 jam sampai jaring diangkat kembali. Selama jaring ditebar, nelayan akan menunggu di atas kapal motor sampai nelayan merasa jumlah ikan yang terjerat pada jaring sudah cukup banyak.

Nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat layang rata-rata melaut sebanyak 5 trip per minggu atau sekitar 20 trip per bulan. Sedangkan nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring kembung atau jaring udang rata-rata melaut sebanyak 4 trip per minggu atau sekitar 16 trip per bulan. Frekuensi melaut nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring kembung lebih sedikit daripada alat tangkap pukat layang. Hal ini karena hasil tangkapan utama jaring kembung adalah ikan yang bersifat musiman, yaitu ikan kembung.

b. Kegiatan Penangkapan Ikan

Setelah kapal atau perahu motor nelayan sampai pada zona tangkap, nelayan mulai mengoperasikan alat tangkapnya. Dalam sat trip, nelayan bisa mengoperasikan


(62)

alat tangkapnya beberapa kali sampai nelayan sendiri yang memutuskan untuk selesai menangkap ikan.

Cara penangkapan, jenis tangkapan, dan jumlah hasil tangkapan berbeda-beda untuk masing-masing jenis alat tangkap.

• Pukat Layang

Pukat layang merupakan alat tangkap yang berbentuk kantong, sebagai tempat berkumpulnya ikan, alat tangkap ini dioperasikan dengan cara ditarik kearah kapal motor dengan menggunakan tenaga mesin. Sehingga kekuatan mesin kapal motor untuk menarik pukat sangat menentukan jumlah tangkapan. Tangkapan utamanya adalah perikanan demersal seperti udang, kepiting, dan cumi-cumi, serta beberapa jenis perikanan pelagis seperti ikan gulama, ikan lidah, dan lain-lain.

Gambar 3. Pukat layang

• Jaring Kembung

Jaring kembung merupakan alat tangkap yang terdiri atas lembaran-lembaran jaring berbentuk persegi panjang, yang dioperasikan dengan cara menjerat ikan


(63)

pada mata jaring. Tangkapan utamanya adalah perikanan pelagis seperti ikan kembung, ikan tamban, dan beberapa jenis perikanan demersal seperti udang.

Gambar 4. Jaring kembung

Setelah mendapatkan hasil tangkapan, ikan segera dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan yang diberi es untuk mempertahankan kesegaran ikan.

Perikanan di Pantai Timur Sumatera juga dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim barat terjadi, yaitu bulan Desember sampai Maret dan musim peralihan I (bulan April sampai Juni), biasanya nelayan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak. Sebab pada musim ini, angin bertiup dari arah barat Kepulauan Indonesia yaitu dari Benua Asia dan melewati Samudera Hindia kemudian berhembus kearah timur Indonesia. Keadaan seperti ini menyebabkan terjadinya arus air laut dari Samudera Hindia menuju perairan Indonesia melewati Selat Malaka.

Pada musim ini, arus air laut mengandung banyak plankton-plankton dan zat-zat makanan bagi ikan dari Samudera Hindia. Sehingga hal ini banyak mengundang ikan untuk mencari makanan di Selat Malaka. Para nelayan menyebut musim ini sebagai musim banyak ikan sehingga jumlah hasil tangkapan oleh nelayan meluap dan menyebabkan harga ikan menjadi turun


(64)

Dalam satu trip melaut, nelayan bisa mengoperasikan alat tangkapnya beberapa kali. Setelah proses penangkapan selesai, nelayan akan kembali pulang ke darat dan melabuh di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Labu ataupun di tangkahan milik swasta.

Nelayan biasanya melakukan transaksi di TPI atau dijual kepada toke di tangkahan atau gudang. Biaya retribusi penjualan di TPI atau tangkahan sudah termasuk dalam harga ikan yang dijual oleh nelayan. Dari hasil penjualan ikan ini, selanjutnya nelayan memperoleh penerimaan yang akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari serta biaya untuk kegiatan penangkapan ikan berikutnya.

Jumlah upah yang diterima oleh tenaga kerja per trip, tergantung dari besarnya penerimaan dan biaya variabel atau biaya operasional. Penerimaan dari hasil penjualan ikan selanjutnya dikurangi dengan biaya operasional, yaitu bahan bakar dan perbekalan, sehingga diperoleh penerimaan yang telah dikurangi biaya operasional. Dari jumlah penerimaan ini selanjutnya dibagikan kepada Anak Buah Kapal (ABK), nelayan tekong, dan pemilik kapal motor, dimana masing-masing ABK dan nelayan tekong memperoleh satu (1) bagian sedangkan pemilik kapal motor memperoleh dua (2) bagian. Namun biaya kerusakan kapal, mesin, alat tangkap, serta biaya penyusutan menjadi tanggungan pemilik kapal.

Produktivitas Penangkapan Ikan

Perbedaan jenis alat tangkap serta perbedaan dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang tersedia mempengaruhi produksi (jumlah tangkapan ikan). Dari jumlah hasil tangkapan nelayan maka akan diketahui produktivitasnya. Produktivitas per trip adalah perbandingan jumlah tangkapan dengan frekuensi melaut, sedangkan


(65)

produktivitas mesin kapal motor adalah perbandingan antara jumlah tangkapan dengan besarnya ukuran mesin kapal motor.

Untuk mengetahui rata-rata produktivitas kedua jenis alat tangkap per trip dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Produktivitas dan Penerimaan Pukat Layang dan Jaring Kembung

Alat Tangkap Produktivitas Tangkapan (Kg/trip) Ukuran Mesin Kapal Motor (HP) Produktivitas Tangkapan (Kg/HP) Penerimaan (Rp/Trip) Pendapatan Bersih/ Bulan (Rp) Pukat

Layang 14,83 13,47 1,10 180.166,67 1.148.367,96

Jaring Kembung

48,50 13,33 3.64 310.900,00 1.095.632,84

Data diolah dari Lampiran 3

Dari Tabel 18 di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor dengan alat tangkap pukat layang, rata-rata jumlah tangkapan nelayan per trip adalah sebesar 14,83 Kg, dengan ukuran mesin kapal rata-rata sebesar 13,47 HP (Horse Power). Sehingga

diperoleh nilai produktivitasnya sebesar 1,10 Kg/HP.

Sedangkan untuk kapal motor dengan alat tangkap jaring kembung, rata-rata jumlah tangkapan nelayan per trip adalah sebesar 48,50 Kg, dengan ukuran mesin kapal rata-rata sebesar 13,33 HP (Horse Power). Sehingga diperoleh nilai produktivitasnya

sebesar 3,64 Kg/HP.

Walaupun produksi tangkapan jaring kembung lebih besar daripada produksi tangkapan pukat layang, namun rata-rata pendapatan bersih per bulan hampir sama, yakni masing-masing sebesar Rp. 1.148.367,96 untuk nelayan pukat layang dan Rp. 1.095.632,84 untuk nelayan jaring kembung. Hal ini disebabkan karena produk tangkapan pukat layang lebih tinggi harga jualnya daripada produk tangkapan jaring


(66)

kepiting, sedangkan produk utama tangkapan jaring kembung adalah ikan kembung, dan ikan tamban yang harganya lebih murah.

Variabel – Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Tangkapan Nelayan

Dalam penelitian ini, beberapa variabel diuji untuk melihat pengaruhnya terhadap produksi tangkapan nelayan, variabel yang diuji antara lain meliputi: bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman.

Untuk alat tangkap pukat layang, variable Y (produksi tangkapan) memiliki rata – rata 14,83 Kg/trip dan jumlah kasus ada 30. Variable X1 (bahan bakar) memiliki rata-rata 9,83 Liter dan jumlah kasus ada 30. Variabel X2 (tenaga kerja) memiliki rata-rata 1,17 jiwa/ trip dan jumlah kasus ada 30. Variabel X3 (perbekalan) memiliki rata-rata Rp 25.666.67 dan jumlah kasus ada 30. Variabel X4 (ukuran mesin) memiliki rata-rata 13,47 HP dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (umur nelayan) memiliki rata-rata 33,07 tahun dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (pengalaman nelayan) memiliki rata-rata 12,27 tahun dan jumlah kasus ada 30.

Untuk alat tangkap jaring kembung,variable Y (produksi tangkapan) memiliki rata – rata 48,50 Kg/trip dan jumlah kasus ada 30. Variable X1 (bahan bakar) memiliki rata 11,03 Liter dan jumlah kasus ada 30. Variabel X2 (tenaga kerja) memiliki rata-rata 2,03 jiwa/ trip dan jumlah kasus ada 30. Variabel X3 (perbekalan) memiliki rata-rata-rata-rata Rp 47.166,67 dan jumlah kasus ada 30. Variabel X4 (ukuran mesin) memiliki rata-rata 13,33 HP dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (umur nelayan) memiliki rata-rata 36,70 tahun dan jumlah kasus ada 30. Variabel X5 (pengalaman nelayan) memiliki rata-rata 17,17 tahun dan jumlah kasus ada 30.


(67)

a. Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Besarnya Produksi Tangkapan dengan Pukat Layang

Untuk melihat pengujian variabel – variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat Y (produksi tangkapan) dengan alat tangkap pukat layang dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19 Beberapa Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Besarnya Produksi Tangkapan dengan Pukat Layang

Variabel Koef. Regresi Std. Error t-hitung Signifikansi X1 (bahan bakar) 0,310 0,124 2,505 0,020 * X2 (tenaga kerja) 0,353 0,162 2,171 0,040 * X3 (perbekalan) 0,106 0,154 0,687 0,499 Tn X4 (ukuran mesin) 0,311 0,126 2,467 0,022 * X5 (umur nelayan) -0,062 0,124 -0,497 0,624 Tn X6 (pengalaman nelayan) 0,079 0,054 1,471 0,155 Tn

Constanta 1,082 1,385 0,063 0,951

R2 = 0,756

F-hitung = 11,885

F- tabel (0,05) = 2,464 t-tabel (0,05) = 1,717

Sumber : Diolah dari Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pada Lampiran 14 Keterangan:

Tn = Tidak nyata, jika ≥ α (0,05) * = Nyata, jika < α (0,05)

Berdasarkan Tabel 19 di atas diperoleh sebuah persamaan sebagai berikut: Y = 1,082X10,310X20,353X30,106X40,311X5-0,062X60,079


(68)

Y = Produksi tangkapan nelayan pukat layang (Kg/trip) X1 = Bahan bakar (Liter/trip)

X2 = Tenaga kerja (Orang/trip) X3 = Perbekalan (Rp/trip) X4 = Ukuran mesin kapal (HP) X5 = Umur nelayan (tahun) X6 = Pengalaman nelayan (tahun)

Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui:

1. Bahwa secara parsial, ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap produksi tangkapan nelayan dengan pukat layang per trip, penjelasannya adalah sebagai berikut:

a.Karena nilai t-hitung = 2,505 > t-tabel = 1,714 atau dengan membandingkan sig. dengan taraf signifikansi 0.020 < 0,05 maka disimpulakan variabel bahan bakar (X1) signifikan terhadap produksi tangkapan dengan pukat layang (Y). Koefisien regresi bahan bakar sebesar 0,310 yang artinya setiap ada penambahan bahan bakar sebesar 1% akan menambah produksi tangkapan sebesar 0,310%. Variabel bahan bakar berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan dikarenakan apabila bahan bakar bertambah maka produksi tangkapan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo (2006) serta hasil penelitian Waridin (2007) yang meyatakan bahwa bahan bakar merupakan faktor produksi yang sangat penting. Semakin banyak bahan bakar yang dibawa, semakin leluasa nelayan dalam menjangkau fishing ground yang dikehendaki yang banyak ikannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (2a) yang menyatakan bahwa variabel bahan bakar memiliki pengaruh positif yang signifikan


(1)

Lampiran 11. Biaya Variabel (Lanjutan)

No Sampel

Pukat Layang Jaring Kembung

Total Biaya Variabel/ Trip

(Rp)

Total Biaya Variabel/ Bulan (Rp)

Total Biaya Variabel/ Trip

(Rp)

Total Biaya Variabel/ Bulan (Rp)

1 164000 3936000 118400 1894400

2 104666,6667 2093333,333 130400 2608000

3 111733,3333 2234666,667 298040 4768640

4 149000 2980000 223800 3580800

5 102266,6667 2454400 311040 4976640

6 95600 2294400 125333,3333 2005333,333

7 92266,66667 2214400 355040 5680640

8 113400 2268000 112000 2240000

9 118400 2368000 115600 1849600

10 98666,66667 2368000 194000 3104000

11 159000 3180000 257040 4112640

12 97266,66667 1945333,333 263040 4208640

13 103533,3333 2484800 274800 4396800

14 95333,33333 2288000 289040 4624640

15 152750 3055000 108933,3333 1742933,333

16 94766,66667 2274400 189000 3024000

17 100333,3333 2408000 265040 4240640


(2)

19 115333,3333 2306666,667 229000 3664000

20 100600 2414400 208800 3340800

21 93933,33333 2254400 135066,6667 2161066,667

22 108666,6667 2173333,333 216300 2595600

23 95600 1912000 179000 2864000

24 120066,6667 2881600 199000 3184000

25 120066,6667 2881600 265120 4241920

26 107000 2140000 208800 3340800

27 106166,6667 2548000 250040 5000800

28 107833,3333 2588000 183800 2940800

29 171300 4111200 108666,6667 2173333,333

30 102266,6667 2045333,333 233600 2803200

Total 3408816,667 75243266,67 6182806,667 99529733,33 Rataan 113627,2222 2508108,889 206093,5556 3317657,778


(3)

No Sampel Alat Tangkap Penerimaan/ Trip (Rp) Biaya Tetap/ Trip (Rp) Biaya Variabel/ Trip (Rp) Pendapatan Bersih/ Trip (Rp) Pendapatan Bersih/ Bulan (Rp) 1 Pukat Layang

230000 17071,75926 164000 48928,24074 1174277,778

2 168000 19444,44444 104666,6667 43888,88889 877777,7778

3 180000 16944,44444 111733,3333 51322,22222 1026444,444

4 210000 14416,66667 149000 46583,33333 931666,6667

5 180000 12523,14815 102266,6667 65210,18519 1565044,444

6 170000 13541,66667 95600 60858,33333 1460600

7 160000 12083,33333 92266,66667 55650 1335600

8 175000 16777,77778 113400 44822,22222 896444,4444

9 200000 18750 118400 62850 1257000

10 160000 13819,44444 98666,66667 47513,88889 1140333,333

11 230000 15444,44444 159000 55555,55556 1111111,111

12 165000 18083,33333 97266,66667 49650 993000

13 165000 13981,48148 103533,3333 47485,18519 1139644,444

14 150000 12696,75926 95333,33333 41969,90741 1007277,778

15 217500 15736,11111 152750 49013,88889 980277,7778

16 157500 14010,41667 94766,66667 48722,91667 1169350

17 165000 12986,11111 100333,3333 51680,55556 1240333,333

18 185000 15833,33333 107000 62166,66667 1243333,333

19 200000 16527,77778 115333,3333 68138,88889 1362777,778

20 165000 14120,37037 100600 50279,62963 1206711,111

21 155000 14120,37037 93933,33333 46946,2963 1126711,111

22 190000 15444,44444 108666,6667 65888,88889 1317777,778

23 170000 17291,66667 95600 57108,33333 1142166,667

24 195000 14988,42593 120066,6667 59944,90741 1438677,778


(4)

26 175000 17236,11111 107000 50763,88889 1015277,778

27 182500 14120,37037 106166,6667 62212,96296 1493111,111

28 187500 14120,37037 107833,3333 65546,2963 1573111,111

29 245000 14120,37037 171300 59579,62963 1429911,111

30 190000 15944,44444 102266,6667 71788,88889 1435777,778

Total 5528000 456508,1019 3408816,667 1662675,231 36786038,89 Rataan 184266,6667 15216,93673 113627,2222 55422,50772 1226201,296

Lampiran 12. Pendapatan Bersih (Lanjutan)

No Sampel

Alat Tangkap

Penerimaan/ Trip (Rp)

Biaya Tetap/ Trip (Rp)

Biaya Variabel/ Trip

(Rp)

Pendapatan Bersih/ Trip

(Rp)

Pendapatan Bersih/ Bulan (Rp)


(5)

1

Jaring Kembung

190000 21545,13889 118400 50054,86111 800877,7778

2 216000 24277,77778 130400 61322,22222 1226444,444

3 405000 44444,44444 298040 62515,55556 1000248,889

4 340000 35069,44444 223800 81130,55556 1298088,889

5 440000 38194,44444 311040 90765,55556 1452248,889

6 220000 30607,63889 125333,3333 64059,02778 1024944,444

7 500000 42013,88889 355040 102946,1111 1647137,778

8 170000 18500 112000 39500 790000

9 210000 25000 115600 69400 1110400

10 290000 27829,86111 194000 68170,13889 1090722,222

11 350000 29079,86111 257040 63880,13889 1022082,222

12 360000 29218,75 263040 67741,25 1083860

13 370000 29079,86111 274800 66120,13889 1057922,222

14 390000 31481,48148 289040 69478,51852 1111656,296

15 190000 24166,66667 108933,3333 56900 910400

16 280000 24652,77778 189000 66347,22222 1061555,556

17 350000 29079,86111 265040 55880,13889 894082,2222

18 230000 30329,86111 135066,6667 64603,47222 1033655,556

19 350000 28454,86111 229000 92545,13889 1480722,222

20 310000 32204,86111 208800 68995,13889 1103922,222

21 230000 21232,63889 135066,6667 73700,69444 1179211,111

22 325000 42939,81481 216300 65760,18519 789122,2222

23 260000 31944,44444 179000 49055,55556 784888,8889

24 300000 28194,44444 199000 72805,55556 1164888,889

25 360000 31944,44444 265120 62935,55556 1006968,889

26 320000 30069,44444 208800 81130,55556 1298088,889

27 325000 23333,33333 250040 51626,66667 1032533,333

28 270000 27777,77778 183800 58422,22222 934755,5556


(6)

30 350000 38703,7037 233600 77696,2963 932355,5556

Total 9071000 893315,9722 6182806,667 1994877,361 32111562,96 Rataan 302366,6667 29777,19907 206093,5556 66495,91204 1070385,432