Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

- Pelayanan yang - Antrian yang kurang efektif panjang Komu nikasi yang tidak ramah 5. Harapan setelah - Mendapatkan anak - Melakukan menjalani pengobatan pengobatan yang lebih maksimal - Adopsi

3. Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikan pembahasan yang terkait dengan pengobatan pasangan infertilitas. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai 5 tema yang telah ditemukan yaitu pemeriksaan infertilitas yang pernah dijalani, pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas, respon psikis pasangan infertilitas selama menjalani pengobatan, hambatan dalam menjalani pengobatan dan harapan setelah menjalani pengobatan. Tema-tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut : 3.1 Pemeriksaan Infertilitas yang pernah dijalani Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa pengalaman pengobatan infertilitas menurut partisipan diantaranya adalah pemeriksaan ovulasi pemeriksaan sel telur dengan USG Transvagina, Universitas Sumatera Utara pemeriksaan papsmear, pemeriksaan uterus melihat gambar uterus dengan HSG, konsultasi dengan dokter pengobatan yang pernah dijalani, gaya hidup, frekuensi senggama, keluhan nyeri haid, ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri, penggunaan KB, riwayat keguguran, penyakit infeksi, faktor genetik, lama perkawinan, siklus haid, pengukuran TB dan BB kelebihan berat badan, analisis sperma oligosperma dan pergerakan sperma yang lambat. 1. Pemeriksaan Ovulasi Pemeriksaan infertilitas perlu dilakukan pada pasangan suami istri yang sudah berupaya untuk hamil dalam satu tahun atau lebih. Dari hasil penelitian, diperoleh pemeriksaan infertilitas menurut partisipan yaitu pemeriksaan ovulasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi pelepasan telur. Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita. Uji lendir serviks dan sitologi vagina papsmear dilakukan untuk mempelajari pengaruh hormon estrogen dan progesteron pada lendir serviks dan sel vagina. Perubahan lendir serviks dan sitologi vagina, secara langsung dapat diketahui apakah telah terjadi ovulasi atau pelepasan telur Manuaba, 2009. 2. Pemeriksaan Uterus Pemeriksaan infertilitas yang lain adalah pemeriksaan uterus. Menurut salah satu partisipan, dilakukan proses pemeriksaan HSG Histerosalpingografi yaitu dengan mengaliri cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim. Hal ini sesuai dengan penjelasan Yoder 1995 dimana hysterosalpingography adalah pemeriksaan radiologi bisa dengan fluoroskopi, yang menampakkan uterus dan Universitas Sumatera Utara tuba fallopi dengan memasukkan media kontras ke dalam uterus melalui ostium cervical sampai sisi dalam rongga uterus, memperlihatkan lumen tuba fallopi dan untuk menilai paten tidaknya tuba fallopi. Sering digunakan untuk mendiagnosa infertilitas. 3. Konsultasi dengan dokter Anamnesa yang baik dapat membantu diagnosis pada 25 kasus infertilitas, juga membantu membuat prognosis dalam pengambilan keputusan untuk pengobatan. Anwar 2000 menyebutkan beberapa anamnesa yang perlu dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan sebelumnya sangat penting diketahui untuk mengetahui masalah yang ada dan mengurangi kemungkinan pengulangan pemeriksaan yang tidak perlu, lama infertilitas juga perlu ditanyakan untuk memberikan gambaran tentang prognosis fertilitasnya, riwayat penyakit yang berpengaruh buruk terhadap fertilitas, penyakit infeksi serta fungsi seksual dan ejakulasi seperti frekuensi koitus yang jarang. Hal ini juga dijelaskan Hestiantoro 2013 bahwa rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap mitokondria, sperma menyebabkan tingginya kerusakan morfologi dan embrio menyebabkan keguguran. Meskipun efek langsung merokok pada infertilitas pria itu masih kurang diketahui, penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat mengurangi kualitas sperma dan hal ini dapat dijadikan alasan bahwa merokok dianggap sebagai salah satu faktor penyebab infertilitas Suresh, 2004. Anamnesis ditujukan juga untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kebiasaan hidup pasien. Anamnesis meliputi riwayat medis dan riwayat operasi sebelumnya, riwayat Universitas Sumatera Utara penggunaan obat-obatan, gaya hidup, riwayat menstruasi, riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan riwayat infeksi sebelumnya. Dari hasil penelitian, beberapa partisipan melakukan konsultasi dengan dokter terkait masalah pengobatan yang pernah dijalani, gaya hidup, frekuensi senggama, keluhan nyeri haid, ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri, penggunaan KB, riwayat keguguran, penyakit infeksi, faktor genetik, lama perkawinan dan siklus haid. 4. Pengukuran TB dan BB Perlu dilakukan pengukuran TB dan BB untuk mengetahui kondisi berat badan sebagai salah satu faktor infertilitas. Dari hasil penelitian, ditemukan salah satu partisipan yaitu dengan berat badan berlebihan sehingga cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan. Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh IMT lebih dari 29, cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan Hestiantoro, 2013. Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil Kasdu, 2001: 66 5. Analisis Sperma Pemerikaan analisa semen air mani merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan pasangan infertilitas. Berdasarkan literatur, 25 penyebab infertilitas adalah pada pihak laki-laki, yakni gangguan pada kualitas spermatozoa. Sampai saat ini, penilaian analisis semen meliputi volume, warna, Universitas Sumatera Utara viskositas, pH, konsentrasi, motilitas, morfologi. Hasil analisis tersebut sudah dapat untuk memprediksi kesuburan seorang pria Nakada et al., 2006. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO jumlah sperma rendah yaitu kurang dari 20 jutaml. Oligospermia merupakan masalah kesuburan yang dialami pada pria yang memiliki kuantitas sperma sedikit. Gangguan sperma lainnya yang dapat mengganggu kesuburan pria adalah gangguan pada gerakan sperma motilitas yang biasa disebut dengan Asthenozoospermia yaitu suatu keadaan dimana terdapat kelainan pada sperma yang mampu bergerak hanya kurang dari 40. Tominson et al., 1996 mendapatkan bahwa faktor sperma pada asthenozoospermia yang mampu mencapai kehamilan hanya 3 . Partisipan pada penelitian ini memiliki kelainan sperma seperti oligospermia dan asthenozoospermia yang menyebabkan kesulitan melakukan pembuahan pada istri. Masalah kualitas dan kuantitas sperma, dapat mengakibatkan laki-laki menjadi infertil. Sperma yang normal dan bisa membuahi sel telur adalah sperma dengan penilaian kuantitas dan kualitas yaitu lebih dari 2 ml cairan semen dalam satu ejakulasi Reswita, 2009. 3.2 Pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas Pasangan suami istri yang mempunyai masalah infertilitas adalah orang yang sangat sensitif, penuh pengharapan untuk memiliki anak kandung sendiri. Mereka menaruh kepercayaan yang begitu tinggi kepada para dokter untuk dapat mewujudkan keinginan. Pada umumnya, pengetahuan pasangan infertilitas tentang masalah fertilitas kurang, juga mengenai pemeriksaan dan pengobatan sehingga menyerahkan sepenuhnya kepada para dokter segala hal yang Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Bahkan, pasangan infertilitas bersedia mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menjalankan berbagai pemeriksaan dan pengobatan. Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa pengobatan yang dilakukan partisipan diantaranya adalah pengobatan medis pemberian obat kesuburan, pemberian obat untuk kualitas sperma, pemberian obat untuk penyakit infeksi, bayi tabung, akupuntur penusukan jarum diarea punggung, alternatif mencoba pengobatan tradisional, berkusuk, pengobatan dengan kepercayaan adat istiadat. 1. Pengobatan medis Penyebab infertilitas pria pada umumnya karena gangguan fungsi sperma, gangguan produksi sperma, faktor genetik ataupun penyakit infeksi penyerta lainnya. Pengobatan infertilitas umumnya dikaitkan dengan penyebab infertilitas dan melibatkan penggunaan obat kesuburan, perangkat medis atau pembedahan. Sebagian dokter mungkin memulai dengan resep khusus obat merangsang ovum. Menurut Manuaba 2009, ada beberapa obat terapi perangsang kesuburan wanita seperti clomid, repronex, pergonal, Gonal-F, follistim, GnRH, glucophage, parlodel sedangkan obat untuk memperbaiki kualitas sperma diantaranya adalah clomiphene, proxeed, testosteron, vitamin E, vitamin C, anti-oksidan, pil hoemeopathic, churans ayurvedic dan bahkan operasi varikokel. Penyakit infeksi juga dapat berpengaruh terhadap kesuburan. Beberapa obat-obatan untuk penyakit infeksi diantaranya adalah amoxylin dan metronidazole yang memiliki sifat antibakteri juga antiprotozoa seperti Universitas Sumatera Utara trikomonas. Obat ini efektif melawan infeksi bakteri di daerah vagina, infeksi menular seksual, infeksi di daerah usus besar maupun infeksi jaringan lunak dalam tubuh lainnya. Hal-hal tersebut sesuai dengan analisa data partisipan yang melakukan pemeriksaan medis ke dokter spesialis kandungan dan diberikan obat kesuburan seperti provula yaiu obat tablet untuk pembesar telur dan Gonal-F. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manuaba 2009 bahwa Gonal-F merupakan hormon untuk merangsang ovulasi dan diberikan dalam bentuk obat suntik yang bekerja mirip dengan hormon Human Menopausal Gonadotropin. Untuk pengobatan penyakit infeksi, salah satu partisipan rajin mengkonsumsi daun sirih sebagai antibiotik. Daun sirih mengandung fenol yang memiliki peran sebagai racun bagi mikroba dengan menghambat aktivitas enzimnya sehingga mempunyai kemampuan sebagai bahan anti mikroba Sulientari et al., 2008 Penanganan medis yang dilakukan juga dengan melakukan teknik rekayasa bantuan dengan teknik In Vitro Fertilization bayi tabung. Teknik In Vitro Fertilization atau yang lebih dikenal dengan istilah “bayi tabung”, merupakan teknik reproduksi dibantu atau teknik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur oosit matang dengan spermatozoa diluar tubuh manusia agar terjadi pembuahan atau fertilisasi. Salah satu partisipan juga melakukan proses bayi tabung mulai dari proses pengambilan sel telur, pengambilan sperma, penyatuan sperma dan sel telur serta penanaman embrio. Reswita 2009 menjelaskan bahwa program bayi tabung dilakukan melalui proses pertemuan sel telur dengan sel sperma diluar rahim wanita yang proses Universitas Sumatera Utara pembuahannya dilakukan di laboratorium khusus, ketika sel telur dan sel sperma bersatu dan berkembang menjadi embrio maka akan ditransfer kembali ke dalam rahim wanita. Prosedur inseminasi intra uterus adalah suatu prosedur pengobatan yang canggih dan masih memiliki tempat secara terbatas dalam penanganan infertilitas. Meskipun demikian, prosedur ini haruslah dilakukan dengan prosedur dan tahapan serta persyaratan yang baik dan benar. Harus dilakukan seleksi pasien secara ketat dengan melakukan anamnesa yang teliti, pemeriksaan fisik yang baik, pemeriksaan penunjang dengan metode yang tepat yang dapat dipercaya. Lama pengobatan dengan inseminasi mencapai satu tahun lebih dengan metode yang tepat. Angka keberhasilan kehamilan dengan teknik bayi tabung juga bervariasi antara 10-20 tergantung dari indikasi inseminasi, usia pasien, jenis stimulasi ovarium, faktor sperma, frekuensi inseminasi dan beberapa faktor lain Tomlinson, 1996. 2. Akupuntur Akupuntur juga merupakan salah satu pengobatan yang dilakukan oleh pasangan infertilitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana partisipan mendatangi pengobatan akupuntur sebagai tindakan pengobatan konvensional untuk membantu mengatasi permasalahan infertilitas yaitu dengan melakukan penusukan jarum di area punggung. Beberapa artikel tentang kesehatan juga menyebutkan bahwa tujuan untuk meningkatkan kesuburan dengan akupuntur adalah untuk meningkatkan vitalitas seksual pria dan wanita, meningkatkan produksi dari sel telur dan sperma agar Universitas Sumatera Utara kualitasnya baik, sekaligus untuk meningkatkan sirkulasi darah di daerah rahim dan sekitarnya. Manfaat dan khasiat tusuk jarum akupuntur lainnya adalah meningkatkan aliran darah ke uterus agar mulut rahim menjadi rileks serta menghambat hormon stres yang dapat mengganggu proses embrio menjadi calon janin. Dari hasil polling, diketahui bahwa akupuntur ini dapat membantu mencampurkan sperma dan sel telur menjadi embrio didalam rahim. 3. Alternatif Berbagai macam pemeriksaan dan pengobatan medis sebagai upaya untuk mengatasi masalah infertilitas dijalani oleh perempuan namun tidak semua akan segera memperoleh keturunan, sehinggakeadaan ini akan menimbulkan stres pada perempuan Reeder, Martin, Griffin, 1997. Kegagalan terapi medis ini manyebabkan wanita infertil untuk mencari pengobatan alternatif, misalnya pijat, refleksi, ke dukun lalu minum ramu-ramuan dan menikah lagi dengan pasangan yang dianggap subur Mariyani, 2003. Gangguan infertilitas ketidaksuburan dapat diatasi atau diobati dengan obat tradisional yaitu ramuan dari beberapa jenis tanaman berkhasiat yang memiliki fungsi untuk mengatasi gangguan kesuburan dan ternyata secara turun temurun dan khasiatnya terbukti mampu mengatasi masalah sulit hamil. Dalam pengobatan alternatif, segala metode dimungkinkan, dari penggunaan obat-obat tradisional seperti jamu-jamuan, rempah, yang sudah dikenal seperti jahe, kunyit dan sebagainya, sampai bahan yang dirahasiakan. Tujuan pemberian ramuan herbal adalah untuk membersihkan organ reproduksi, menyuburkan dan menguatkan sel telur serta menyiapkan dan menguatkan fungsi rahim. Tanaman Universitas Sumatera Utara obat selain aman dikonsumsi, biayanya relatif murah serta bisa dilakukan sendiri bagi siapa saja menginginkannya serta memiliki efek farmakologi seperti antiinflamasi dan antiinfeksi Soenanto, 2009. Soenanto 2009 juga menjelaskan bahwa selain memanfaatkan tanaman obat, terapi pendukung perlu dilakukan yaitu pijat refleksi. Kedua cara pengobatan itu akan bekerja secara sinergis dalam upaya untuk kehadiran anak. Pada penelitian ini, partisipan juga mendatangi pengobatan alternatif dengan mencoba ramuan-ramuan herbal serta berkusuk. Pijat sangat membantu mengatasi gangguan reproduksi wanita maupun pria dan bekerja pada titik-titik reflek tertentu sehingga mendorong menormalkan fungsi organ-organ reproduksi. Dari hasil analisa data dalam penelitian ini, partisipan juga melakukan pengobatan menurut kepercayaan adat istiadat yang mereka anut. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan. 3.3 Respon psikis pasangan infertilitas selama menjalani pengobatan Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi respon pasangan selama menjalani pengobatan diantaranya adalah sedih pengobatan sudah maksimal dan belum berhasil, pasrah menerima keadaan, tetap berusaha, putus asa, bosan waktu pemeriksaan yang lama, hasil tidak didapat dengan segera, perubahan fisik tidak ada, takut melakukan tindakan operasi, menyalahkan Tuhan pengobatan yang tidak membuahkan hasil. Universitas Sumatera Utara 1. Sedih Kesedihan yang dialami pasangan infertilitas dapat kita hubungkan dengan proses berduka menurut teori Kubler – Ross 1969 yang mengatakan bahwa terdapat 5 fase dalam proses kehilanganberduka yaitu menyangkal, marah, tawar menawar, depresi dan penerimaan. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan terhadap pasangan infertilitas. Namun demikian, kesedihan yang dirasakan pasangan infertilitas ini memiliki sedikit perbedaan dengan kehilangan karena kematian. Kebanyakan orang yang tidak subur atau mereka yang mempunyai masalah kesuburan menderita kesedihan yang serupa dengan kehilangan karena kematian akibat pengobatan yang tidak berhasil. Rasa kehilangan serta intensitasnya dapat sebesar rasa kehilangan seorang anak yang pernah hidup namun tetap ada bedanya. Perbedaan pertama adalah bahwa ketika seseorang meninggal, tidak akan ada harapan bagi mereka untuk kembali hidup. Lain halnya dengan ketidaksuburan. Seringkali paling tidak untuk jangka waktu yang panjang, orang masih menyimpan harapan ia akan mendapatkan seorang anak. Hal ini memperumit proses kesedihan. Kedua, pada ketidaksuburan kesedihan tersebut tidak mempunyai objek, tidak ada anak, tidak ada orang, tidak ada foto, tidak ada kenangan untuk dikenang dan ditangisi. Peter dan Diana Houghton, yang tidak mempunyai anak dan membentuk Asosisasi Nasional untuk Orang-orang Tanpa Anak di Inggris the National Association for the Childless in Britain, menyebut pengalaman kesedihan semacam itu pada pasangan tanpa anak dengan “kesedihan Universitas Sumatera Utara yang tidak terfokus” karena tidak dapat dipusatkan pada seseorang maupun peristiwa Jones, 1997. 2. Pasrah Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasrah yang dilakukan oleh pasangan infertilitas adalah dengan menerima keadaan, memasrahkan diri terhadap pengobatan yang dimasih diusahakan, serta kondisi yang putus asa sehingga memasrahkan diri terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kenyataan ini mengandung makna bahwa pasangan berusaha untuk mengatasi kondisi infertilitas, jika masalah infertilitas tersebut masih belum teratasi dan kenyataannya segala usaha tidak memberikan hasil, pasangan menyadari bahwa semua hal tersebut adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Afi Darti 2006 tentang ibu yang belum memiliki keturunan mengendalikan perasaan dalam dirinya dengan memasrahkan keadaan dirinya. Tindakan ini juga dilakukan oleh pasangan infertilitas. Hasil analisa data yang menyebutkan bahwa pasangan infertilitas memasrahkan diri terhadap pengobatan yang dimasih diusahakan, merupakan suatu bentuk mekanisme koping. Dalam hal ini pasangan memang memasrahkan diri terhadap pengobatan dan berorientasi terhadap penyelesaian masalah. Menurut Lazarus Folkman 1984 termasuk ke dalam problem-focused coping atau koping berfokus pada masalah yang mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi. Infertilitas dikenali juga sebagai stresor utama yang dapat mempengaruhi konsep Universitas Sumatera Utara diri, hubungan dengan pasangan, keluarga dan teman-teman. Penelitian terbaru mengungkap profil ketegangan infertilitas yang mencakup keputusasaan terhadap pengobatan, ketegangan, kekhawatiran, gejala depresi dan pengasingan diri Berg, Wilson 1990. 3. Bosan Dalam penelitian ini, respon psikis pasangan infertilitas selama menjalani pengobatan yaitu merasa bosan karena belum mendapatkan anak. Masalah infertilitas tidak berpengaruh besar terhadap aktivitas sehari-hari dan tidak mengancam jiwa, sehingga bagi beberapa pasangan infertilitas yang sudah melakukan pengobatan dan merasa pengobatan yang mereka nanti tidak menunjukkan hasil dan perubahan yang signifikan maka pengobatan dihentikan Reswita, 2009. 4. Takut Menurut Sjamsuhidayat 2003, tindakan operasi merupakan semua tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Menurut Brunner Suddarth 2002, pasian dapat mengalami berbagai ketakutan terhadap operasi mulai dari takut terhadap anastesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan, atau ketakutan akan prognosa yang buruk atau probabilitas kecacatan dimasa yang akan datang dan hal ini sesuai dengan hasil Universitas Sumatera Utara analisa yang didapatkan dari pasangan infertilitas yang mengaku takut untuk melakukan bedah operasi. 5. Menyalahkan Tuhan Proses berduka menurut teori Kubler – Ross 1969 mengatakan bahwa terdapat 5 fase dalam proses kehilanganberduka yaitu menyangkal, marah, tawar menawar, depresi dan penerimaan. Dalam tahap marah, biasanya seseorang sering menyalahkan Tuhan yang merupakan reaksi terhadap pengobatan yang tidak berhasil atau sesuatu hambatan yang menyebabkan gagalnya suatu usaha atau perbuatan Sundari,2005. 3.4 Hambatan dalam menjalani pengobatan Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data bahwa hambatan yang dirasakan pasangan dalam menjalani pengobatan infertilitas diantaranya adalah biaya pengobatan yang dijalani mahal, lokasi tempat pengobatan yang jauh, faktor diri usia yang berisiko, pekerjaan yang dijalani pasangan, pelayanan yang kurang efektif antrian yang panjang. 1. Biaya Salah satu hambatan partisipan dalam menjalani pengobatan infertilitas dalam penelitian ini adalah pertimbangan biaya. Reswita 2009 menyatakan bahwa pasangan infertilitas menghentikan pengobatan karena biaya yang relatif mahal dengan bantuan teknologi yang sudah semakin canggih. Tarif pengobatan Universitas Sumatera Utara yang dibayar mahal berbanding lurus dengan fasilitas dan peralatan yang canggih. Disisi lain sumber daya yang dapat digunakan terbatas sehingga harus dicari pelayanan kesehatan yang efisien sehingga memerlukan biaya yang besar. Anderson 2004 menyatakan bahwa biaya juga menjadi faktor yang menentukan pilihan pasien dalam mencari dan menggunakan pelayanan medis. Pasangan infertilitas bersedia mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menjalankan berbagai pemeriksaan dan pengobatan untuk dapat menjadi hamil. Selain biaya, dari segi waktu dan dampak psikologis juga menjadi hambatan bagi pasangan suami istri untuk terus melakukan pengobatan 2. Lokasi Lokasi merupakan salah satu hambatan yang dikeluhkan oleh pasangan infertilitas dalam penelitian ini. Notoatmodjo 2005 menjelaskan bahwa ketika seseorang memiliki penyakit dan merasakan sakit pada dirinya, maka akan timbul perilaku dan usaha mencari pelayanan medis. Atmet 2005 menyatakan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pasien dalam mencari pengobatan dalam mencari dan menggunakan pelayanan medis diantaranya yaitu jauh dan dekatnya lokasi sarana pengobatan dari tempat tinggal pasien, etnik, usia dan tingkat pendidikan. 3. Faktor diri Salah satu faktor diri yang menjadi hambatan dalam menjalani pengobatan infertilitas dalam penelitian ini adalah usia yang berisiko untuk hamil. Usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat Universitas Sumatera Utara perkembangan anatomis dan fisiologik sama Nuswantari, 1998. Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi Ruswana, 2006. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Manuaba 2007, menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko sering mengalami anemia, gangguan tumbuh kembang janin, keguguran, prematuritas, atau BBLR, gangguan persalinan, perdarahan antepartum.. Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal Murphy, 2000. Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom Samsulhadi, 2003 4. Pelayanan yang kurang efektif Daviddow dan Uttal 1989 menyebutkan bahwa pelayanan adalah kegiatan atau keuntungan yang ditawarkan oleh orang atau perorangan yang tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Norman 1991 berpendapat bahwa Universitas Sumatera Utara karakteristik pelayanan adalah tidak dapat diraba, sangat berlawanan dengan barang jadi. Pelayanan adalah tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang bersifat sosial dimana produksi dan konsumsi pelayanan tidak dipisah secara nyata, karena pada umumnya kejadiannya bersamaan dan terjadi di tempat dan waktu yang sama. Dari hasil penelitian, partisipan mengeluhkan pelayanan yang kurang efektif karena antrian yang panjang dan tidak ada komunikasi yang ramah. Pelayanan dapat diartikan sebagai layanan atau dukungan pada pelanggan secara bermakna sebagai suatu layanan yang memberi kepuasan bagi pelanggan, bahkan mungkin melebihi kebutuhannya Norman, 1991. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa prinsip-prinsip kerendahan hati, ketulusan dan keikhlasan menjadi dasar dalam memberikan pelayanan. Hal ini yang masih kurang disadari oleh banyak aparatur negara khususnya petugas di rumah sakit. 3.5 Harapan setelah menjalani pengobatan Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data bahwa harapan akan keberhasilan dari pengobatan yang telah dilakukan diantaranya adalah mendapatkan anak, adopsi dan tetap melakukan pengobatan yang lebih maksimal 1. Mendapatkan anak Universitas Sumatera Utara Penanganan masalah infertilitas melibatkan berbagai pemeriksaan, obat- obat hormonal, dan teknologi kedokteran. Tindakan RdB Reproduksi dibantu merupakan salah satu upaya untuk memungkinkan terjadinya kehamilan Anwar, 2000. Teknologi bayi tabung sudah makin berkembang sehingga memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang ingin memiliki anak karena menyediakan pelayanan dengan ahli-ahli yang terlatih. Hal ini sesuai dengan hasil analisa penelitian dimana salah satu partisipan berusaha mendapatkan anak dengan menjalani proses bayi tabung. Tidak semua keluarga memiliki kesempatan untuk memiliki anak kandung. Banyak hal yang menyebabkan hal ini. Bisa jadi karena alasan medis, karena usia, atau karena memang belum “dipercaya” untuk memiliki anak oleh Tuhan. Bagi keluarga yang belum dikaruniai anak, adopsi merupakan jalan yang tepat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana beberapa partisipan berencana melakukan adopsi sebagai jalan untuk memiliki anak ditengah keluarga. Menurut Notoatmodjo 2003, adopsi adalah perilaku baru seseorang sesuai dengan latar belakang pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap rangsanganstimulus akibat sesuatu hal yang tidak dapat terpenuhi Berusaha mencari dan mengikuti program pengobatan baik secara tradisional maupun medis merupakan usaha yang dilakukan oleh pasangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dalam penelitian ini bahwa akan melakukan pengobatan yang lebih maksimal ke pengobatan yang lebih benefit dan terpercaya. Bukan hanya pengalaman, faktor sosial budaya dan faktor ekonomi Universitas Sumatera Utara yang mendorong seseorang mencari pengobatan namun juga sistem pelayanan kesehatan modern berpengaruh terhadap perilaku mencari pengobatan Lumenta, 1989 Berdasarkan hasil penelitian, beragam metode pengobatan dilakukan oleh pasangan infertilitas mulai dari pemeriksaan ovulasi, uterus, konsultasi dengan dokter, pengukuran TB dan BB, analisis sperma, akupuntur maupun alternatif. Permasalahan infertilitas merupakan masalah yang relatif rumit dan komplek mulai dari umur, lama perkawinan, frekuensi berhubungan, obat-obatan yang dikonsumsi bahkan kelainan organ reproduksi Reswita, 2009. Pengobatan infertilitas merupakan proses jangka panjang dan perlu penjelasan sedetail mungkin kepada pasangan infertil sehingga mereka dapat mengikutinya dengan baik. Dampak pengobatan dapat bersifat psikologis mengingat pasangan infertilitas mempunyai perasaan penolakan, merasa bersalah, merasa dipersalahkan, mengasihani diri sendiri, sedih iri, terisolasi dan marah terhadap keadaannya Anwar, 2000. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan mengidentifikasi pengalaman pengobatan pasangan infertilitas dalam menyelesaikan permasalahannya sesuai dengan pengalaman mereka secara langsung yang diperoleh melalui wawancara. Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam wawancara. Universitas Sumatera Utara 85

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN