GldocConverterlS7oCo

(1)

SKRIPSI

oleh

Desy Deria Tanjung 111101105

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

SKRIPSI

oleh

Desy Deria Tanjung 111101105

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

(6)

kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengalaman Pengobatan Pasangan Infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan” untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing yang banyak meluangkan waktu, pikiran, memberikan pengarahan dan bimbingan, motivasi serta saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Beliau telah memberikan bimbingan, koreksi dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya kepada kedua orangtua tercinta ayahanda Henry Marfin Tanjung dan ibunda Nurmaida Nainggolan atas doa, semangat, pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis. Semoga Tuhan semakin melimpahkan berkatNya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang Frances Jesaya Tanjung dan adik Deny Tri Arta Tanjung serta teman-teman yang terkasih Tabita, Loravina, Friska, Zevelyn, Junjungan dan Wanda yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala perhatian, motivasi serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Semoga Tuhan semakin melimpahkan kasih dan anugerahNya.


(7)

dan profesi keperawatan serta kepada pasangan infertilitas yang berusaha tetap melakukan pengobatan untuk mendapatkan anak. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat untuk kita semua

Medan, Juli 2015 Penulis

Desy Deria Tanjung


(8)

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan... ii

Prakata... iii

Daftar isi... iv

Abstrak...v

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Rumusan Masalah... 6

3. Tujuan Penelitian... 6

4. Manfaat Penelitian... 6

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan... 6

4.2 Bagi Praktik Keperawatan... 6

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan... 6

BAB 2. TINJAUAN TEORITIS... 8

1. Konsep Infertilitas... 8

1.1 Pengertian Infertilitas... 8

1.2 Penyebab Infertilitas... 9

1.3 Dampak Infertilitas... 14

1.4 Pemeriksaan Dasar Infertilitas... 15

1.5 Penanganan dan Pengobatan Infertilitas... 20

2. Studi Fenomenologi... 23

3. Keabsahan Data... 24

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

1. Desain Penelitian... 27

2. Partisipan... …… 27

3. Waktu dan Lokasi Penelitian... 28

4. Pertimbangan Etik... ……29

5. Instrumen Penelitian... 30

6. Pengumpulan Data... 30


(9)

Daftar Pustaka... 89 Lampiran-lampiran... 93

1. Informed consent

2. Lembar persetujuan menjadi partisipan 3. Kuesioner data demografi

4. Panduan wawancara

5. Surat uji validitas pertanyaan wawancara 6. Surat komisi etik

7. Surat ijin penelitian 8. Jadwal penelitian 9. Anggaran dana

10.Lembar Bukti Bimbingan 11. Riwayat hidup


(10)

Nama Mahasiswa : Desy Deria Tanjung

NIM : 111101105

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2015

Penelitian kualitatif fenomenologis ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengalaman pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat pasang suami istri. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner data demografi dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu perekam suara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan lima tema terkait pengalaman pengobatan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan meliputi pemeriksaan infertilitas yang pernah dijalani, pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas, respon psikis pasangan selama menjalani pengobatan, hambatan dalam menjalani pengobatan dan harapan setelah menjalani pengobatan. Pemeriksaan infertilitas meliputi pemeriksaan ovulasi, pemeriksaan uterus, konsultasi dengan dokter, pengukuran tinggi badan dan berat badan serta analisis sperma sedangkan pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas meliputi pengobatan medis, akupuntur dan pengobatan alternatif. Selama menjalani pengobatan terdapat respon psikis yang dirasakan pasangan infertilitas seperti sedih, pasrah, bosan, takut serta menyalahkan Tuhan. Terdapat juga hambatan dalam menjalani pengobatan seperti masalah biaya, lokasi, faktor diri bahkan pelayanan yang kurang efektif. Penelitian ini juga menunjukkan harapan pasangan setelah menjalani pengobatan seperti mendapatkan anak dan akan melakukan pengobatan yang maksimal. Untuk itu dalam penanganan pasangan infertilitas, perawat dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan holistik, menangani selain faktor fisik tetapi diharapkan juga mampu mempertimbangkan sisi psikologis pasangan tersebut.


(11)

(12)

Nama Mahasiswa : Desy Deria Tanjung

NIM : 111101105

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2015

Penelitian kualitatif fenomenologis ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengalaman pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat pasang suami istri. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner data demografi dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu perekam suara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan lima tema terkait pengalaman pengobatan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan meliputi pemeriksaan infertilitas yang pernah dijalani, pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas, respon psikis pasangan selama menjalani pengobatan, hambatan dalam menjalani pengobatan dan harapan setelah menjalani pengobatan. Pemeriksaan infertilitas meliputi pemeriksaan ovulasi, pemeriksaan uterus, konsultasi dengan dokter, pengukuran tinggi badan dan berat badan serta analisis sperma sedangkan pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas meliputi pengobatan medis, akupuntur dan pengobatan alternatif. Selama menjalani pengobatan terdapat respon psikis yang dirasakan pasangan infertilitas seperti sedih, pasrah, bosan, takut serta menyalahkan Tuhan. Terdapat juga hambatan dalam menjalani pengobatan seperti masalah biaya, lokasi, faktor diri bahkan pelayanan yang kurang efektif. Penelitian ini juga menunjukkan harapan pasangan setelah menjalani pengobatan seperti mendapatkan anak dan akan melakukan pengobatan yang maksimal. Untuk itu dalam penanganan pasangan infertilitas, perawat dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan holistik, menangani selain faktor fisik tetapi diharapkan juga mampu mempertimbangkan sisi psikologis pasangan tersebut.


(13)

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Keberadaan anak dalam keluarga juga identik dengan konsep kebudayaan karena nilai anak dalam keluarga memiliki arti yang begitu penting sehingga pasangan suami istri cenderung bergegas untuk memiliki anak (Ali, 2010).

Keharmonisan dan kebahagiaan dalam kehidupan pasangan menikah, bagaimanapun juga tergantung pada kehadiran anak dalam suatu keluarga. Anak merupakan hadiah terindah sebagai buah pernikahan sepasang suami istri. Tujuan pasangan menikah salah satunya membentuk rumah tangga yang bahagia, kekal serta berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifudin, 2005).

Tetapi dalam realisasinya tidak semua pasangan mudah memperoleh keturunan seperti yang diharapkan. Kehamilan itu sendiri dapat terjadi apabila adanya proses yang meliputi pelepasan telur dari ovarium dan terjadi pertemuan sperma dengan sel telur serta proses implantasi. Namun jika ada masalah dengan salah satu proses tersebut, keadaan inilah yang disebut dengan infertilitas


(15)

(Eny, 2011). Syarat untuk menjadi hamil adalah uterus atau endometrium normal, siklus menstruasi normal, anatomi dan fungsi tuba normal, hasil analisis sperma normal serta kemampuan melakukan hubungan seksual normal (Manuaba, 2009).

Infertilitas didefinisikan sebagai suatu kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Wein et al., 2012) sedangkan menurut The International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology

(ICMART) dan World Health Organizatiom (WHO) tahun 2009 menyebutkan

definisi infertilitas secara klinis bahwa infertilitas merupakan suatu penyakit sistem reproduksi yang ditetapkan dengan adanya kegagalan mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Zegers et al., 2009).

Infertilitas dapat terjadi pada wanita dan pria dimana sepertiga faktor berasal dari wanita, sepertiga faktor dari pria dan sepertiga lainnya merupakan campuran faktor-faktor dari wanita dan pria. Infertilitas karena faktor istri mencakup 45%, infertilitas karena faktor suami sekitar 40%, dan faktor gabungan yang disebabkan oleh keduanya yaitu suami istri sekitar 20-30%, sementara akibat faktor yang tidak terjelaskan sekitar 10-15% (Anwar, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan 64% berada pada si ibu. Hal ini dialami 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2 tahun belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil (Ida, 2010,1).


(16)

WHO memperkirakan sekitar 8-10% atau sekitar 50-80 juta pasangan suami istri di seluruh dunia mengalami masalah infertilitas. Sekitar dua juta pasangan infertil baru akan muncul tiap tahunnya dan terus meningkat. Menurut sensus penduduk diperkirakan 12% dari jumlah penduduk Indonesia yang merupakan pasutri baik di desa maupun di kota, terdapat kira-kira 3 juta pasangan yang mengalami gangguan infertilitas (Wiknjosastro, 2005). Pada tahun 2000 dari sekitar 30 juta pasangan usia subur terdapat 3,45 juta atau sekitar 10-15% pasangan yang memiliki problem kesuburan. Dengan demikian angka infertilitas di Indonesia ternyata cukup tinggi (Hidayah, 2007).

Permasalahan infertilitas merupakan masalah yang relatif rumit dan komplek mulai dari umur, lama perkawinan, frekuensi berhubungan, obat-obatan yang dikonsumsi bahkan kelainan organ reproduksi (Reswita, 2009). Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan sejumlah pengobatan bagi pasangan infertilitas. Pengobatan infertilitas keberhasilannya sangat ditentukan oleh ketepatan metode pengobatan itu sendiri (Permadi, 2008). Beragam metode pengobatan dilakukan oleh pasangan infertilitas, salah satunya dengan mendatangi klinik infertilitas karena penanganan pasangan kurang subur merupakan masalah medis yang komplek sehingga memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang komplek pula kepada kedua pasangan (Eny, 2011). Diperlukan solusi yang terarah, sistematis, efektif, efisien, aman dan rasional untuk membantu meningkatkan keberhasilan angka kehamilan (Reswita, 2009).

Beberapa metode pengobatan untuk mengatasi infertilitas yang tengah berkembang dikenal dengan Assisted Reproduction Technology (ART) atau


(17)

dikenal juga dengan teknik reproduksi dibantu (RdB). ART atau RdB merupakan proses pengobatan infertilitas dengan melakukan manipulasi terhadap sperma, oosit dan embrio. Teknik ART atau RdB diantaranya adalah Inseminasi Intra Uterin (IIU) yaitu proses memasukkan sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita dengan tujuan untuk mencapai pembuahan, kemudian dengan adanya operasi TESE/MESA yang merupakan operasi pada permasalahan kelainan organ reproduksi pria, program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) dimana proses penyatuan sel sperma dengan sel ovum terjadi dalam medium kultur di luar tubuh manusia serta teknik yang paling mutakhir adalah ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) yaitu penyuntikan sel sperma ke dalam sel telur secara langsung sehingga terjadi pembuahan (Reswita, 2009).

Keseluruhan dari teknik pengobatan medis ini merupakan serangkaian proses penelitian dan angka keberhasilannya cukup memuaskan bagi pasangan yang memiliki masalah kesuburan sehingga mampu menghadirkan sang buah hati di tengah perkawinan untuk mewujudkan mimpi dan harapan mereka. Mengingat masalah infertilitas merupakan masalah komplek yang memerlukan perhatian khusus, diperlukan penanganan yang menyeluruh dan berkesinambungan serta memerlukan waktu yang cukup lama, pengalaman panjang, kesabaran, biaya yang besar dan rencana yang relatif tepat (Manuaba, 2009). Tak heran banyak pasangan infertilitas menjadi tidak sabar dan berpindah-pindah tempat pengobatan sehingga beberapa pasangan tersebut juga mendatangi pengobatan alternatif sebagai pengobatan yang mereka jalani. Sebagian pengobatan alternatif awalnya menjanjikan kesembuhan namun berujung pada memburuknya penyakit sehingga


(18)

pasangan infertilitas lebih memilih mendatangi klinik infertilitas yang menawarkan teknologi terbaru dan melibatkan pasien dalam berbagai pemeriksaan, obat-obat hormonal dan teknologi kedokteran yang dilengkapi alat bantu canggih khususnya menyediakan pelayanan tim konseling (Taufik, 2000). Akan tetapi, biaya dan lama pengobatan medis pasangan infertilitas tidak dapat diprediksi.

Pengobatan infertilitas merupakan proses jangka panjang dan perlu penjelasan sedetail mungkin kepada pasangan infertil sehingga mereka dapat mengikutinya dengan baik. Dampak pengobatan dapat bersifat psikologis mengingat pasangan infertilitas mempunyai perasaan penolakan, merasa bersalah, merasa dipersalahkan, mengasihani diri sendiri, sedih, iri, terisolasi dan marah terhadap keadaannya (Anwar, 2000). Oleh karena itulah biaya, lama penanganan, pendekatan bagi pasangan, penyebab utama serta jenis pengobatan yang tepat harus disinkronasikan sehingga keberhasilan pengobatan lebih tinggi (Manuaba, 2009).

Keadaan yang telah dipaparkan tersebut menarik perhatian peneliti dan menganggap penting untuk mengeksplor dan mengetahui bagaimana pengalaman pengobatan pasangan suami istri dalam menghadapi permasalahan infertilitas yang dirangkumkan kedalam penelitian yang berjudul “Pengalaman Pengobatan Pasangan Infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan”


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah pengalaman pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian:

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: 1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pendidikan keperawatan yaitu sebagai bahan pustaka tentang pengalaman pengobatan pasangan infertilitas sehingga memberi kontribusi pengetahuan bagi yang membacanya.

1.4.2 Praktik Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi khususnya dalam konteks pelayanan asuhan keperawatan bagi pendekatan pasangan infertilitas sehingga memberikan pelayanan yang efektif dan efisien dan dapat melakukan pendekatan kepada pasangan infertilitas secara holistik.

1.4.3 Penelitian Keperawatan


(20)

referensi dan dasar bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengobatan pasangan infertilitas.


(21)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Infertilitas 1.1 Pengertian Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah dua belas bulan atau enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif (Eny, 2011) sedangkan definisi lain menurut Anwar (2011), infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah menikah selama minimal satu tahun melakukan hubungan senggama teratur tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan. Bobak (2004), mengemukakan infertilitas sebagai ketidakmampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak. Definisi lain mengatakan bahwa infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh, 2005 : 5).

Menurut Anwar (2011), infertilitas terdiri dari dua klasifikasi yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer jika sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami kehamilan walaupun bersenggama tanpa kontrasepsi sedangkan infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperoleh kehamilan setelah satu tahun pasca persalinan atau pasca abortus tanpa menggunakan kontrasepsi apapun.


(22)

1.2 Penyebab Infertilitas

Menurut Manuaba (2009), penyebab infertilitas bukan hanya berasal dari pihak perempuan saja, namun dapat berasal dari pihak suami, istri bahkan keduanya. Mengingat pasangan infertilitas merupakan pasangan satu kesatuan biologis maka penyebab infertilitas haruslah merujuk kepada kedua belah pihak.

Penyebab infertilitas meliputi penyebab yang jelas dapat dicari seperti faktor waktu lamanya perkawinan, faktor istri (usia, gangguan proses ovulasi dan hormonal, faktor uterus dan endometrium, faktor tuba fallopi dan peritoneum serta faktor lendir serviks) dan faktor suami (usia, kelainan anatomi genitalia serta kelainan fungsi hubungan seks) sedangkan faktor yang tidak dapat diterangkan atau penyebabnya tidak jelas meliputi faktor imunitas dan psikologis (Manuaba, 2009).

Beberapa penyebab infertilitas umum lainnya pada pihak suami menurut Manuaba (2009):

Pertama yaitu penyebab prestikular atau pregerminal meliputi defisiensi gonadotropin sentral pada hipotalamus seperti defisiensi GnRH kongenital, tumor, infeksi dan trauma kepala, defisiensi pada hipofisis seperti defisiensi FSH, LH kongenital, tumor, infeksi dan trauma, penyebab lain seperti sarkoldosis dan hemakromatosis, sindrom kelebihan endokrin yaitu hormon estrogen seperti tumor adrenal fungsional dan sirosis, kelebihan hormon androgen seperti hiperplasia adrenal kongenital dan tumor penghasil androgen serta gangguan pada glukokortikoid seperti sindrom Cushing, terapi steroid, hipotiroidisme dan diabetes melitus.


(23)

Kedua yaitu penyebab testis meliputi kelainan kromosom seperti sindrom klinifelter, kriptokidisme unilateral atau bilateral, radiasi, kemoterapi, gondongan, orkitis virus, trauma, sindrom sel sertoli, henti maturasi idiopatik dan kelainan reseptor androgen.

Ketiga yaitu penyebab post-testikular meliputi obstruksi duktus kongenital vas deferens dan epididimis, sumbatan duktus yang didapat seperti infeksi, gonore, tuberkulosis dan ligasi vas deferens serta motilitas yang terganggu seperti sindrom kartagene dan defisiensi enzim.

Keempat meliputi faktor koitus pada pria.

Sedangkan penyebab infertilitas atau gangguan implantasi pada wanita ditinjau dari aspek anatomis genitalia menurut Manuaba (2009), meliputi serviks dan tuba fallopi. Pada serviks terdapat gangguan pada korpus dan endometrium, kerusakan serviks, retroversi, erosi serviks, servisitis, kelainan kongenital, endometriosis interna, endometriosis tuberkulosa, mioma uteri dan perlekatan uterus sedangkan kelainan pada tuba fallopi meliputi hipoplasia kongenital, perlekatan fimbriae, bendungan tuba akibat salpingitis, hidrosalping, bendungan tuba akibat peritonitis pelvis, sterilisasi tuba dan spasme tuba Selain penyebab yang telah disebutkan diatas, terdapat faktor genetik atau bawaan seperti tidak terjadinya menstruasi pada wanita yang menyebabkan infertilitas (Benson & Pernoll’s, 2001). Sebagian besar kasus infertilitas wanita disebabkan oleh ovulasi. Tanpa ovulasi, tidak ada telur yang bisa dibuahi. Beberapa tanda-tanda bahwa wanita tidak berovulasi biasanya tidak teratur atau tidak adanya menstruasi. Masalah ovulasi biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti


(24)

ketidakseimbangan hormon yang dapat mengganggu ovulasi normal yang biasanya disebut dengan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), ketidakcukupan ovarium primer (POI), adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul, endometriosis yang merupakan suatu keadaan patologi pada sistem reproduksi perempuan dimana jaringan selaput lendir rahim (endometrium) yang seharusnya berada dalam rahim malah tumbuh diluar rongga rahim, kemudian adanya operasi pengangkatan kehamilan ektopik, masalah fisik dari rahim serta uterine fibroid yaitu gumpalan jaringan non-kanker dan penebalan otot pada dinding rahim (Eny, 2011).

Penelitian yang dilakukan Wang 2013, berdasarkan pengamatan terhadap 518 pasangan suami istri yang berusia antara 20-34 tahun dijumpai 50% kehamilan terjadi di dalam dua siklus haid pertama dan 90% kehamilan terjadi di dalam enam siklus haid pertama.

Terdapat juga faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan pasangan suami istri, meliputi:

Pertama, dimana semakin bertambahnya umur dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan. Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mulai menurun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma (Kasdu, 2001 : 63).


(25)

Kedua, dimana faktor Infeksi Menular Seksual (IMS) mempengaruhi kemampuan pria dalam menghasilkan sperma yang sehat. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual seperti gonorrhea, chlamydia, sypilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan hepatitis B yang dapat menurunkan motilitas (kemampuan gerak) sperma dan juga mempengaruhi organ-organ reproduksi pria. IMS merupakan infeksi yang penularannya melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun asimptomatis (Daili, 2009).

Ketiga, dimana faktor zat-zat kimia berbahaya dan racun dapat menyebabkan ketidaksuburan atau infertilitas misalnya timbal dan pestisida, benzene, zat yang terkandung dalam repelan obat anti nyamuk serta zat berbahaya lain yang tidak hanya mengganggu produksi sperma, tetapi juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang cukup serius. Riwayat terpapar glycol ether pada lingkungan kerja juga dapat menurunkan kualitas semen. Dichloro-Diptenyl-Trichloro-ethane (DDT) yang merupakan salah satu tipe pestisida juga dapat menurunkan fertilitas dan mengubah jumlah sperma (Al-Haija, 2011).

Keempat, dimana penggunaan obat-obatan atau penggunaan alkohol memberikan pengaruh negatif terkait kesuburan khususnya pada pria. Penggunaan alkohol dapat mempengaruhi fungsi liver, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan estrogen sehingga jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi produksi sperma. Penggunaan alkohol juga dapat merusak aksi


(26)

HPG dan berpengaruh pada spermatogenesis sehingga menurunkan kualitas sperma (Carrell ed., 2013).

Kelima, dimana kebiasaan merokok tidak hanya mengganggu kesehatan namun juga dapat menghambat dan menimbulkan masalah pada kesuburan. Pada pria, penggunaan ganja, tembakau dan heroin menyebabkan jumlah sperma berkurang, meningkatkan risiko memiliki sperma yang abnormal dan perburukan kualitas sperma. Pada wanita, merokok dapat menyebabkan penurunan produksi sel telur sehingga dapat mengganggu kesuburan, perkembangan janin terhambat bagi wanita hamil, resiko keguguran kehamilan, kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah. Merokok bagi manusia sungguh mengancam kesuburan dan pengaruhnya tergantung pada jumlah rokok yang dihisap setiap harinya (Vedder, 2008).

Keenam, dimana gangguan kesuburan biasanya disebabkan karena masalah berat badan yang tidak seimbang, terlalu gemuk atau terlalu kurus. Status gizi selama masa pra-konsepsi yaitu sekitar 3-6 bulan sebelum berencana konsepsi dan berdampak terhadap bayi yang akan dilahirkan nantinya. Diketahui bahwa tubuh membutuhkan 17% lemak tubuh pada awal siklus haid dan 22% sepanjang siklus haid tersebut. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase, yaitu sejenis enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon estrogen (Eny, 2011). Ketujuh, dimana faktor pekerjaan juga dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu dibawah temperatur tubuh. Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan


(27)

jenis pekerjaan tertentu yaitu pada petugas pemadam kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh (Henderson C & Jones K, 2006 : 89).

Kedelapan, dimana terpaparnya pada telepon seluler dan laptop dapat mengakibatkan peningkatan suhu skrotum dan berdampak negatif pada parameter sperma dan penurunan jumlah sperma yang hidup. Spermatozoa laki-laki bila terpapar oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler selain dapat menurunkan jumlah sperma juga dapat menurunkan motilitas sperma dan meningkatkan stres oksidatif sperma (Vignera et al., 2012).

1.3 Dampak Infertilitas

Masalah ketidaksuburan menimbulkan berbagai efek emosional pada keharmonisan pasangan suami istri. Dampak psikologis dari masalah infertilitas salah satunya adalah depresi. Depresi merupakan penyakit suasana hati yang lebih dari sekedar kesedihan atau duka cita yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama (Harun, 2010).

Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor dan menarik diri dari hubungan sosial. Klien akan mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari, nafsu makan berkurang, begitu pula dengan gairah seksual (Nurmiati, 2005).

Perempuan cenderung disalahkan dalam hampir semua kasus infertilitas sehingga menderita tekanan mental dan sosial atas fungsi keperempuanannya. Perempuan yang menjalani perawatan kesuburan cenderung memiliki resiko yang tinggi untuk depresi. Laki-laki juga dapat mengalami ketidaksuburan yang


(28)

berhubungan dengan depresi (Harun, 2010). Infertilitas membawa implikasi psikologis terutama pada perempuan. Sumber tekanan sosio-psikologis pada perempuan berkaitan erat dengan kodrat deterministiknya untuk mengandung dan melahirkan anak. Sementara pada laki-laki terdapat perasaan sedih, kecewa, kecemasan dan kekhawatiran menghadapi masa tua serta membuat laki-laki merasa rendah ketika tidak mempunyai anak.

Dalam kehidupan budaya di Indonesia nilai anak memiliki arti yang begitu penting. Ketiadaan anak dalam perkawinan pada waktu lama akan menjadi masalah, karena ada keyakinan keadaan ini akan mengancam keutuhan rumah tangga. Keberadaan anak dianggap mampu menyatukan dan menjaga agar suatu keluarga atau pernikahan tetap utuh (Wirawan, 2004). Lebih lanjut dampak infertilitas merupakan pemicu terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian atau pengucilan dalam masyarakat (WHO, 1994 dalam Suharni, 1997). Ditemukan bahwa perempuan yang infertil lebih berkemungkinan untuk dicerai atau dimadu (polyginy), distigmatisasi, kesulitan menemukan fulfill role di dalam komunitasnya sehingga menghalangi meningkatkan mobilitas sosialnya, menghabiskan banyak waktu dan biaya dalam upaya menemukan perawatan bagi kondisi mereka serta menjadi sumber rasa malu pada perempuan yang telah kawin.

1.4 Pemeriksaan Dasar Infertilitas

Pemeriksaan dasar merupakan hal yang sangat penting dalam tata laksana infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan lengkap, maka terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat sehingga penderita infertilitas dapat


(29)

terhindar dari keterlambatan tata laksana yang dapat memperburuk prognosis dari pasangan suami istri tersebut. Menurut Anwar (2011), beberapa pemeriksaan dasar yang dilakukan yaitu:

a. Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk memperoleh data terhadap gaya hidup yang dilakukan pasutri seperti memiliki kebiasaan merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau salah satunya menjalani terapi khusus seperti antihipertensi, kartikosteroid dan sitostatika. Selain itu perlu juga dilakukan anamnesis terhadap siklus haid pada istri. Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat dikatakan siklus haid normal jika berada dalam kisaran antara 21 - 35 hari. Sebagian besar perempuan dengan siklus haid yang normal akan menunjukkan siklus haid yang berovulasi. Untuk mendapatkan rata-rata siklus haid perlu diperoleh informasi haid dalam kurun 3 – 4 bulan terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat keluhan nyeri haid setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas fisik saat haid akibat nyeri, ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri saat haid terjadi, penggunaan KB, riwayat keguguran serta infeksi genitalia interna.

Penting juga untuk melakukan anamnesis terkait dengan frekuensi senggama yang dilakukan kedua pasangan. Dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan senggama secara teratur dengan frekuensi 2 – 3 kali per minggu. Anamnesis yang lain dapat meliputi kemampuan ereksi pada suami, lamanya perkawinan, umur kedua pasangan, tingkat kepuasaan hubungan seksual serta teknik bersenggama.


(30)

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaaan fisik yang perlu dilakukan pada pasutri dengan masalah infertilitas adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan dan pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks masa tubuh perlu dilakukan dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2). Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25kg/m2 termasuk ke dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari 19kg/m2 seringkali dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis seperti infeksi tuberkulosis (TBC), kanker atau masalah kesehatan jiwa seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. Adanya pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak normal pada perempuan, seringkali terkait dengan kondisi hiperandrogenisme baik klinis maupun biokimiawi.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi atau menginformasi adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid. Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal madia dijumpai lebih besar dari 9,4 mg/ml (30 nmol/l). Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia menjadi tidak memiliki nilai diagnostik yang baik jika terdapat


(31)

siklus haid yang tidak normal seperti siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari) atau siklus haid yang terlalu sering (kurang dari 21 hari).

Pemeriksaan kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan prolaktin hanya dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak berovulasi, terdapat keluhan galaktore atau terdapat kelainan fisik atau gejala klinik yang sesuai dengan kelainan pada kelenjar tiroid.

Pemeriksaan kadar Luteinizing Hormone (LH) dan Follicles Stimulating Hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3 – 5) terutama jika dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah LH/FSH pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Jika dijumpai adanya tanda klinis hiperandrogenisme seperti hirsutisme atau acne yang banyak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar testosteron atau pemeriksaan Free Androgen Index (FAI), yaitu dengan melakukan kajian terhadap kadar testosteron yang terikat dengan Sex Hormone Binding (SHBG). Pada perempuan kadar FAI normal jika dijumpai lebih rendah dari 7.

Pemeriksaan uji pascasanggama atau Postcoital Test (PCT) merupakan metode pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir serviks. Metode ini sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena memberikan hasil yang sulit dipercaya.

d. Pemeriksaan Analisis Sperma

Pemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal kunjungan pasutri dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor lelaki turut memberikan kontribusi sebesar 40%


(32)

terhadap kejadian infertilitas. Beberapa syarat yang harus diperhatikan agar menjamin hasil analisis sperma yang baik adalah melakukan abstinensia (pantang sanggama) selama 2 – 3 hari, mengeluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari cara sanggama terputus, menghindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi, menghindari penggunaan kondom untuk menampung sperma, menggunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat penampungan sperma, penggunaan tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal dan waktu pengumpulan sperma, metode pengeluaran sperma yang dilakukan (masturbasi atau sanggama terputus), kemudian mengirimkan sampel secepat mungkin ke laboratorium sperma serta menghindari paparan temperatur yang terlampau tinggi (> 380C) atau terlalu rendah (<150C).

Selain itu untuk mengetahui status fertilitas, pemeriksaan lain yang dilakukan kepada kedua pasangan meliputi pemeriksaan pada pria dan wanita. Pemeriksaan pada pria difokuskan pada pemeriksaan air mani untuk menguji jumlah, bentuk, pergerakan sperma serta tes kadar hormon. Pemeriksaan pada wanita meliputi pengukuran suhu tubuh pagi hari dan pemeriksaan lendir rahim dalam beberapa bulan. Selain itu, pemeriksaan hysterosalpingography yaitu foto sinar X pada uterus dan saluran tuba fallopi dan laparaskopi (Eny, 2011).

Rekomendasi pemeriksaan infertilitas dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan, lama waktu pasangan mencoba untuk hamil, usia pasangan serta status kesehatan (Eny, 2011).


(33)

1.5 Penanganan dan Pengobatan Infertilitas

Pengobatan pasangan infertilitas memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya dan sering menimbulkan stres keluarga yang berkepanjangan (Manuaba, 2009). Beberapa obat-obat terapi yang diberikan kepada wanita seperti

Clomiphene Citrate (Clomid), Human Menopausal Gonadotropin or hMG

(Repronex, Pergonal), Follicle Stimulating Hormone atau FSH (Gonal-F, Follistim), Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Metformin (Glucophage) dan Bromocriptine atau Parlodel (Eny, 2011).

Selain pengobatan, penanganan medis yang dapat dilakukan pada pasangan infertilitas meliputi:

- Teknik In Vitro Fertilization (IVF)

Teknik In Vitro Fertilization atau yang lebih dikenal dengan istilah “bayi tabung”, merupakan teknik reproduksi dibantu atau teknik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur (oosit) matang dengan spermatozoa diluar tubuh manusia agar terjadi pembuahan atau fertilisasi. Fertilisasi in vitro diterapkan pada pasangan infertil (tidak subur) yang mengalami enam masalah yaitu pada tuba atau saluran telur, pada sperma, kegagalan inseminasi berulang, infertilitas imunologik, endometriosis yang sudah diterapi secara lengkap tetapi belum berhasil hamil dan penyebab yang belum diketahui (unexplained infertility). Pada kondisi yang belum diketahui (unexplained infertility) ini disebabkan oleh permasalahan imunologis atau kekebalan tubuh. Akibatnya, sperma suami ditolak oleh sel telur istri sehingga tidak pernah terjadi kehamilan. Sebaliknya, ada juga antibodi anti sperma yang dihasilkan oleh tubuh suami


(34)

sendiri sehingga sperma dihancurkan atau dilemahkan kemampuannya karena dianggap benda asing.

- Teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)

Teknik ini merupakan teknik dalam program IVF dengan cara menyuntikkan satu spermatozoa langsung kedalam sitoplasma oosit agar terjadi fertilisasi

- Teknik operasi TESE dan MESA

Pada kasus cairan air mani tanpa sperma (azoospermia), mungkin akibat penyumbatan atau gangguan saluran sperma dilakukan pengambilan sperma dengan teknik operasi langsung pada saluran air mani atau testis. Teknik ini ada dua, yaitu MESA (Microsurgical Sperm Aspiration) dan TESE (Testicular Sperm Extraction). Pada MESA, sperma diambil langsung dari tempat sperma dimatangkan disimpan (epididimis). Sedangkan pada TESE, sperma langsung diambil dari testis yang merupakan pabrik sperma. Selanjutnya, dilakukan langkah-langkah menurut prosedur ICSI.

Selain itu, beberapa penanganan yang dilakukan berdasarkan faktor-faktor penyebab pasangan infertilitas itu sendiri menurut Benson & Pernoll’s (2001) meliputi:

Pertama yaitu faktor koitus pria. Merokok, penggunaan alkohol dan narkoba seharusnya diberhentikan karena akan terjadi peningkatan suhu pada skrotum yang akan menimbulkan efek yang merugikan pada proses spermatogenesis seperti retensi semen. Hubungan seksual yang jarang dilakukan dapat menyebabkan infertilitas. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berhubungan


(35)

seksual setiap dua hari sekali selama masa periovulasi (hari ke 12 - 16 pada siklus menstruasi)

Kedua yaitu faktor azoospermia karena kromosom yang abnormal, kelainan kongenital serta kadar FSH yang tinggi. Oleh karena itu, inseminasi buatan dengan donor sperma atau adopsi adalah satu-satunya alternatif.

Ketiga yaitu faktor varikokel yang menyumbangkan kira-kira sepertiga persen pada pria infetilititas. Penanganan medis yang dilakukan adalah varicocelectomy untuk memperbaiki parameter sperma, kualitas sperma serta motilitas sperma.

Keempat yaitu volume semen yang sedikit merupakan masalah yang serius dan cukup sulit untuk dilakukan pengobatan. Ini biasanya dilakukan pengobatan dengan inseminasi buatan dengan semen pria (AIH). Ketika volume semen yang tinggi disertai dengan jumlah sperma yang sedikit, teknik ejakulasi yang baik harus diperhatikan.

Kelima yaitu faktor oligosperma (jumlah sperma yang sedikit) atau asthenospermia (motilitas sperma yang lemah). Pengobatan yang dilakukan pada kedua kasus ini adalah dengan terapi hormon yang spesifik seperti Human Menopausal Gonadotropin (hMG).

Keenam yaitu faktor serviks, tuba fallopi serta faktor ovulasi dapat di stimulasi dengan Human Menopausal Gonadotropin (hMG) yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki mukus serviks ketika dosis estrogen tidak efektif.

Inseminasi intrauterin dengan semen yang rusak (proses pengeluaran prostaglandin) telah dibuktikan sangat efektif pada setiap kasus sedangkan In


(36)

Vitro Fertilization (IVF) dan Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT) serta saran terapi lain kemungkinan besar berhasil pada penanganan untuk faktor infertilitas pria dengan faktor sperma yang abnormal.

2. Studi Fenomenologi

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena atau kejadian khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama dalam fenomenologi ini yang terjadi adalah pengalaman nyata yang terjadi dalam masyarakat. Di dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang dalam situasi tertentu. Bentuk pengalaman yang dikaji adalah bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka (Saryono & Anggreini, 2010).

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Lincoln & Guba, 1985, dalam Polit & Beck, 2012).

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Transferability digunakan untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki tipologi yang sama. Dengan kata lain, apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang berbeda. Dependability digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh selama penelitian. Confirmability merupakan kriteria untuk menilai hasil kualitas penelitian yang dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang


(37)

yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil lebih obyektif.

3. Keabsahan Data

Menurut Lincoln & Guba (1985 dalam Polit & Beck, 2012) terdapat empat kriteria untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness), yaitu:

1. Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Credibility termasuk validitas internal. Cara memperoleh tingkat kepercayaan yaitu:

a) Prolonged engagement, yaitu adanya hubungan relatif lama atau Membina hubungan dalam waktu tertentu yang memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan dan dapat menguji informasi dari responden serta membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti.

b) Persistent observation atau pengamatan yang berkesinambungan, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang diteliti. Selain itu, peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam

c) Triangulation (triangulasi), memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.


(38)

mengekspos hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Orang tersebut hendaknya tidak terlibat dalam penelitian, agar pandangannya lebih netral atau objektif, akan tetapi harus mempunyai pengetahuan tentang pokok penelitian atau metode penelitian.

e) Mengadakan pengecekan anggota (member checking) yaitu pengujian untuk mengecek analisis yang dibuat peneliti kepada partisipan dengan kata lain informasi yang kita peroleh dan gunakan kita sesuaikan dengan apa yang dimaksud oleh partisipan. Ini merupakan cara yang paling penting dengan tujuan agar partisipan bisa memperbaiki bila ada kekeliruan yang dibuat oleh peneliti selama wawancara atau menambahkan hal yang masih kurang.

f) Analisis kasus negatif (negative case analysis) yaitu berusaha menghindari kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu.

g) Pengecekan atau kecukupan refrensial (refrencial adequacy checks) sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan atas kebenaran data, dapat digunakan hasil rekaman tape atau video-tape atau bahan dokumentasi.

2. Transferability adalah digunakan untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki tipologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain.

3. Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan

data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah


(39)

proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah dependability audit yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti. Dependability menurut istilah konvensional disebut reliabilitas atau syarat bagi validitas.

4. Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability juga merupakan kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini akan menggunakan desain kualitatif fenomenologi yang bertujuan menggali dan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman pengobatan pasangan infertilitas dalam menyelesaikan permasalahannya sesuai dengan pengalaman mereka secara langsung. Riset fenomenologis didasarkan pada filsafat fenomenologi yang mencoba untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah situasi (Dempsey and Dempsey, 2002). Fokus utama dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya (Polit & Beck, 2004).

2. Partisipan

Pada penelitian kualitatif, jumlah partisipan tidak ditentukan dari awal tetapi dapat dengan menggunakan saturasi data. Apabila informasi baru yang didapatkan sama dengan informasi sebelumnya maka data dikatakan telah sampai pada titik jenuh dan pengambilan partisipan berikutnya dihentikan. Penelitian kualitatif menggunakan partisipan dalam jumlah yang sedikit dan tidak acak. Jumlah sampel (partisipan) dari penelitian kualitatif kurang lebih 10 orang (Polit & Beck, 2012).

Jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat pasangan suami istri. Pengambilan partisipan pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai


(41)

mencapai saturasi data (Polit & Beck, 2012). Pada penelitian ini sudah terjadi saturasi data saat pasangan partisipan ke empat. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah (1) pasangan suami istri yang mengalami infertilitas, (2) menyatakan melakukan pengobatan infertilitas sudah lebih dari 3 tahun, (3) bertempat tinggal di Medan, (4) komunikatif, (5) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari Februari 2015 sampai dengan Juni 2015, yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang menyediakan klinik khusus bagi pasangan infertilitas untuk datang melakukan konsultasi, pengobatan medis serta ketersediaan sampel.


(42)

4. Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian kemudian mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan kepada partisipan tentang maksud dan tujuan yang terlampir dengan lembar persetujuan (informed concent) menjadi partisipan. Partisipan bersedia untuk diteliti maka partisipan terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan sebelum dilakukan wawancara dan perekaman hasil wawancara. Jika partisipan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak berhak memaksakan, tetapi menghormati hak-hak partisipan karena partisipan tersebut sifatnya sukarela dan mempunyai hak untuk mengundurkan diri akan tetapi dalam penelitian ini tidak ada partisipan yang menolak untuk diteliti. Untuk menjaga kerahasiaan partisipan (confidentiality), maka peneliti tidak mencantumkan nama partisipan pada lembar pengumpulan data yang telah diisi oleh partisipan.

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. Partisipan sudah menyetujui untuk berpartisipasi dalam riset ini, maka semua partisipan diberitahu bahwa jika isi wawancara menyebabkan emosional atau stres, maka mereka dapat langsung menghentikan wawancara saat itu juga


(43)

dan bebas menolak untuk memberikan jawaban pada pertanyaan apapun. Setelah mencapai saturasi data maka pengumpulan data dihentikan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian. Pertama, yaitu instrumen berupa Kuesioner Data Demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan meliputi inisial, jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, lama usia perkawinan serta pendidikan terakhir (lihat Lampiran 3). Instrumen kedua merupakan daftar pertanyaan terbuka berupa panduan wawancara berisi pertanyaaan-pertanyaan yang diajukan seputar pengalaman pengobatan pasangan infertilitas yang datang berobat ke klinik infertilitas (lihat Lampiran 4). Instrumen panduan wawancara ini telah divalidasi oleh salah satu dosen pakar Keperawatan Maternitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil dari validasi pertanyaan tersebut didapatkan lima pertanyaan yang dibuat peneliti telah clear, credible dan relevant dengan judul penelitian yang akan dilakukan (lihat Lampiran 6).

6. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, kemudian peneliti mengirim surat izin ke RSUD Dr. Pirngadi Medan, Sumatera Utara untuk melakukan penelitian. Setelah memperoleh persetujuan dari


(44)

RSUD Dr. Pirngadi selanjutnya, peneliti mengambil data klien infertilitas yang menjalani pengobatan di Klinik Infertilitas RSUD dr Pirngadi untuk memperoleh data calon partisipan. Selanjutnya, peneliti melakukan pilot study. Pilot study adalah suatu cara untuk melakukan studi awal dalam skala kecil atau suatu tes yang digunakan sebagai persiapan untuk penelitian kualitatif. Pilot study juga digunakan sebagai tes awal pada instrumen penelitian (Polit & Beck, 2012). Pilot study dilakukan dengan cara mewawancarai seorang klien infertilitas di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang dapat dijadikan subjek penelitian (partisipan). Hal ini dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif.

Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan dengan melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan dengan pertemuan satu kali kepada partisipan agar memiliki keterkaitan, saling akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Langkah selanjutnya peneliti memperkenalkan diri serta maksud dari penelitian kepada partisipan. Setelah partisipan bersedia untuk diwawancarai maka partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-depth interview.

Wawancara dilakukan sekitar 60 menit. Pada penelitian ini partisipan dilakukan wawancara dengan 1-2 kali pertemuan. Peneliti menggunakan pertanyaan terbuka (open ended) dan partisipan diminta untuk mengisi data


(45)

demografi sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian. Peneliti mulai melakukan wawancara dan merekam hasil wawancara dengan alat perekam.

Selanjutnya peneliti membuat transkrip hasil wawancara dengan mendengarkan kembali hasil wawancara setiap setelah melakukan wawancara dan melakukan member checking, menganalisa data yang ditemukan dan mengelompokkan data lalu menguraikan data ke dalam bentuk narasi dari semua tema, kelompok tema dan kategori tema serta memastikan data yang dikumpulkan sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan kepada empat pasang partisipan suami istri. Jika terdapat data yang belum lengkap, peneliti akan melakukan wawancara ulang sampai saturasi data tercapai.

7. Analisa Data

Analisa data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Menurut Sugiyono (2010), analisa data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh orang lain dan diri sendiri.

Proses analisis data dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses wawancara. Setiap selesai wawancara, peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara dilengkapi dengan catatan lapangan, kemudian transkrip tersebut dibaca berulang kali atau dilakukan seleksi data satu persatu (kata perkata).


(46)

Peneliti akan menggunakan metode Collaizi (1978) dalam (Polit & Beck, 2012) yang meliputi: (1) membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka, (2) meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan, (3) menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan, (4) mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema, (5) mengintegrasikan hasil ke dalam bentuk deskripsi, (6) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin, (7) memvalidasi apa yang telah ditentukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir.

8. Tingkat Kepercayaan Data

Dalam penelitian kualitatif untuk pengujian kepercayaan data dapat divalidasi dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu credibility, dependability confirmability dan transferability (Polit & Beck, 2012).

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Credibility pada penelitian ini dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement yaitu mengadakan pertemuan dengan partisipan sebanyak 1-2 kali pertemuan sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki keterkaitan sehingga semakin akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga memberikan informasi yang diperoleh lebih lengkap.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh transkrip wawancara dan tabel analisis tema kepada ahli di kualitatif. Dalam hal


(47)

ini dilakukan oleh dosen pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks tema.

Dependability merupakan suatu kestabilan data atau proses untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh peneliti. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip wawancara, hasil analisa data, membuat koding-koding (pengkodean) dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability merupakan hal yang penting supaya temuan data dapat diterapkan pada situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama. Transferability pada penelitian ini dapat diterapkan jika kelompok lain dalam hal ini rumah sakit lain memiliki kesamaan dalam pengobatan pasangan infertilitas.


(48)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman pengobatan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema serta sub tema hasil analisa data penelitian.

1.1 Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 4 pasang. Kedelapan partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, lama perkawinan, jenis kelamin, suku bangsa dan pendidikan terakhir. Data yang dikumpulkan dalam penelitian tentang pengalaman pengobatan pasangan infertilitas ini berupa jawaban atau ucapan yang tampak sebagai fenomena yang ditemui di lapangan. Untuk partisipan suami diberikan kode (S) dan istri (Ist). Data demografi partisipan serta tema dan sub tema dapat juga dilihat dari tabel karakteristik partisipan dan tabel tema dan sub tema.

Partisipan 1: Pasangan 1

Partisipan 1 (Ist) : Wanita berumur 37 tahun, agama Katolik, suku Batak, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir Diploma.


(49)

Partisipan 1 (S) : Pria berumuer 39 tahun, agama Katolik, suku Batak, pekerjaan pegawai negeri sipil, pendidikan terakhir Sarjana (S1). Pasangan telah menikah selama 6 tahun.

Partisipan 2: Pasangan 2

Partisipan 2 (Ist) : Wanita berumur 42 tahun, agama Protestan, suku Batak, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir sekolah menengah atas

Partisipan 2 (S) : Pria berumur 45 tahun, agama Protestan, suku Batak, pekerjaan pedagang, pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Pasangan telah menikah selama 12 tahun.

Partisipan 3 : Pasangan 3

Partisipan 3 (Ist) : Wanita berumur 35 tahun, agama Protestan, suku Batak, pekerjaan pegawai negeri sipil, pendidikan terakhir SArjana (S1)

Partisipan 3 (S) : Pria berumur 43 tahun, agama Protestan, suku Batak, pekerjaan pegawai negerti sipil, pendidikan terakhir Sarjana (S2). Pasangan telah menikah selama enam setengah tahun.


(50)

Partisipan 4 : Pasangan 4

Partisipan 4 (Ist) : Wanita berumur 40 tahun, agama Katolik, suku Batak, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir diploma.

Partisipan 4 (S) : Pria berumur 43 tahun, agama Katolik, suku Batak, pekerjaan pegawai negerti sipil, pendidikan terakhir Sarjana (S1). Pasangan telah menikah selama 6 tahun.

Tabel 4.1

Karakteristik Partisipan

Karakteristik P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

Usia 35 32 40 32 43 35 42 32

Lama Perkawinan 6 6 9 9 7 7 5 5

Jenis Kelamin L P L P L P L P

Suku Bangsa Batak Batak Minang Minang Batak Batak Batak Batak


(51)

2. Hasil Wawancara

Hasil wawancara ini mendapatkan 5 tema terkait pengalaman pengobatan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan meliputi (1) pemeriksaan infertilitas yang pernah di jalani, (2) pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas, (3) respon psikis pasangan infertilitas selama menjalani pengobatan, (4) ahambatan dalam menjalani pengobatan, (5) harapan setelah menjalani pengobatan.

2.1 Pemeriksaan infertilitas yang pernah di jalani

Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas melakukan beberapa pemeriksaan untuk terhindar dari keterlambatan tata laksana yang dapat memperburuk prognosis dari pasangan tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi (1) pemeriksaan ovulasi, (2) penilaian kelainan uterus, (3) anamnesis, (4) pemeriksaan fisik, (5) analisis sperma.

1. Pemeriksaan ovulasi

Beberapa partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa pemeriksaan infertilitas yang mereka jalani adalah pemeriksaan ovulasi. Pemeriksaan ovulasi tersebut dimaknai seperti pemeriksaan sel telur, frekuensi dan keteraturan menstruasi serta siklus menstruasi yang tidak teratur.


(52)

Dua dari delapan partisipan menjalani pemeriksaan sel telur untuk memastikan bagaimana kualitas dari sel telur istri. Berikut pernyataan dari partisipan :

“Pas diperiksa itu katanya masalahnya disaya, katanya sel telur kurang bagus karena mungkin siklus haid ibu ada yang tidak teratur”

(Partisipan 2/Istri/L116)

“Di Penang kami diperiksa semuanya. Diperiksa sel telur ibu dan katanya banyak”

(Partisipan 3/Istri/L74)

“Langsung dipaksa itu mengambil sel telur untuk mencek bagus atau tidak telur itu, ada atau tidak virus, apakah ada mio, apakah ada kista”

(Partisipan 3/Istri/L169)

2. Pemeriksaan uterus

Pemeriksaan uterus dapat digunakan untuk memeriksa kondisi uterus atau rahim. Beberapa metode yang digunakan dalam penilaian uterus meliputi pemeriksaan dengan USG Transvagina dan pemeriksaan HSG. a. USG Transvagina

Dua partisipan melakukan pemeriksaan dengan USG Transvagina untuk melihat keadaan patologi dari dinding rahim dan kondisi disekelilingnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Kalau saya juga kemarin itu kan di USG ada namanya yang Transvagina. Jadi disitu juga ada monitor seperti gambar rahim”

(Partisipan 4/Istri/L55)


(53)

“Kemudian kira-kira jam 8 malam mereka itu periksa saya pake USG yang dimasukkan kedalam alat itu terus ada monitornya dan dicabutlah disitu sel telurku untuk melihat bagaimana mutu sel telur”

(Partisipan 3/Istri/L164)

b. HSG (Histerosalpingografi)

Salah satu partisipan pada penelitian ini dilakukan proses pemeriksaan HSG yaitu salah satu pemeriksaan dari pasangan infertilitas dengan mengaliri cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim. Berikut pernyataan partisipan :

“Jadi kita setuju pas saya diperiksa kata dokternya ada periksa rahim dulu,

itu pemeriksaannya saya lupa tapi pemeriksaan HSG itu dialiri cairan ke

rahim”

(Partisipan 2/Istri/L113)

3. Anamnesis

Beberapa partisipan mengemukakan bahwa dilakukan pemeriksaan anamnesis yang dilakukan oleh dokter untuk memperoleh data terhadap pengobatan yang pernah dijalani, gaya hidup yang dilakukan oleh pasangan suami istri, frekuensi senggama, keluhan nyeri haid, ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri, penggunaan KB, riwayat keguguran, penyakit infeksi, faktor genetik dan lama perkawinan.


(54)

Pengobatan yang pernah dijalani merupakan salah satu pertanyaan dari anamnesis yang dilakukan oleh dokter kepada pasangan untuk mengetahui riwayat pengobatan. Berikut pernyataan partisipan :

“Itu tahap pengobatan kami itu pertama konsultasi sama dokternya dulu tapi kami bawa hasil dari pengobatan yang sudah kami jalani itulah”

(Partisipan 3/Suami/L176)

b. Gaya Hidup

Beberapa partisipan juga mempunyai gaya hidup yang buruk seperti mengkonsumsi rokok, tuak dan mie instan. Dilakukan anamnesis terkait dengan gaya hidup yang dilakukan pasangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan :

“Kalau saya memang dilakukan pemeriksaan, ditanya dulu bagaimana kebiasaan merokok dan sudah berapa lama itu merokok...”

(Pasangan 4/Suami/L77)

“...disitu katanya masalah disuami saya, karena faktor sering merokok. Dia perokok berat..”

(Pasangan 4/Istri/L53)

“Kalau pemeriksaan dokternya nggak tau saya dibilang mungkin karena perokok”

(Pasangan 3/Suami/L78)

“Mau juga sih minum-minuman keras tapi terbilang minuman keras sih tidak juga. Tuak. Minuman daerah kitalah, batak..”

(Pasangan 3/Suami/L79)

“Dokternya bilang karena faktor itu faktor sering mengkonsumsi rokok dan tuak kemudian saya juga suka makan mie instan”


(55)

(Pasangan 3/Suami/L82)

c. Frekuensi senggama

Penting juga untuk melakukan anamnesis terkait dengan frekuensi senggama yang dilakukan kedua pasangan. Kedelapan partisipan menyatakan bahwa mereka melakukan senggama secara teratur. Pernyataan ini dinyatakan oleh partisipan sebagai berikut :

“Yah karena pengen punya anak jadi sering kita coba itu dek. Yah ada 4 kali

seminggu”

(Pasangan 1/Suami/L37)

“Yah kalau untuk berhubungan seksual kan rutinlah kita lakukan dek, kan memang sih bisa dibilanglah itu syarat utama supaya terjadi kehamilan kan, rutin kok itu dek kita lakukan”

(Pasangan 2/Istri/L39)

“”Jadi rutin kita lakukan, lagian sebelum berhubungan juga kan kita mementingkan nutrisi sama stamina”

(Pasangan 2/Suami/L51)

“Hubungan seksual kita jarang tidak melakukannya. Rutinlah, bagaimana kami melakukan itu”

(Pasangan 3/Suami/L38)

“Yah kalau untuk berhubungan suami istri yah sering kita lakukan karena kan kita sendiri pengenlah gitu punya anak kan”

(Pasangan 4/Istri/L44)

“Tapi berhubung karena baru menikah kan, kita coba itu secara rutin. Kehamilan juga pasti akan terjadi dengan hubungan seksual kan?

(Pasangan


(56)

“Mau gitu kan dalam dua hari sekali kita berhubungan”

(Pasangan 2/Istri/L41)

d. Keluhan nyeri haid

Keluhan nyeri dapat mengindikasi adanya massa seperti kista sehingga perlu dilakukan anamnesis. Beberapa partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada keluhan nyeri yang berlebihan ketika mengalami menstruasi. Berikut pernyataan partisipan :

“Gak adalah kalo nyeri kali gitu kan..”

(Partisipan 4/Istri/L85)

“Kalau berlebihan sih nggak adalah, tapi kan namanya haid kadang nyeri juga, pinggang sakit kan normalnya itu”

(Partisipan 1/Istri/L125)

“Wajar sih iyakan? Nyerinya yah sedikit sajanya, baru pinggang juga pegel-pegel, bawaannya malas ajalah kalau haid....”

(Partisipan 2/Istri/L71)

e. Ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri

Penting juga melakukan anamnesis terkait penggunaan obat-obatan penghilang nyeri ketika menstruasi untuk mengetahui gangguan menstruasi. Beberapa partisipan mengatakan tidak menggunakan obat-obatan penghilang nyeri saat menstruasi. Berikut pernyataannya :

“Kalau obat tidak adalah untuk haidnya cuma kalau saya pusing atau demam pas lagi haid kan saya minumlah obat buat demam atau pusingnya, tapi kalau untuk fokus obat untuk haid, tidak pernah saya konsumsi karena haid saya juga lancar-lancar saja kok tidak ada masalah.”


(57)

(Partisipan 2/Istri/L77)

“Yah kalau konsumsi obat-obatan sih saya gak pake itu, saya biarin aja gitu normal”

(Partisipan 1/Istri/L130)

f. Penggunaan KB

Anamnesis terkait penggunaan KB perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pasangan tidak menggunakan KB yang menjadi salah satu faktor penghalang kehamilan. Kedelapan partisipan mengemukakan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Tidak ada kita tunda-tunda kehamilan. Kita tidak menggunakan suntik KB untuk tunda-tunda kehamilan, tidak ada kita pakai itu dek, langsung maunya pengen ada anak”

(Partisipan 1/Suami/L33)

“Kalau pakai KB kan ada misalnya yang pil itu tidak pernah, KB suntik juga tidak pernah dicoba waktu awal pernikahan itu, untuk urusan kontrasepsi tidak saya pakai dek”

(Partisipan 2/Istri/L21)

“Oh tidak ada kita tunda pakai alat KB, tidak ada dek”

(Partisipan 2/Suami/L36)

“Kita tidak memakai alat kontrasepsi apapun itu dek waktu masih awal menikah dulu”

(Partisipan 4/Suami/L26)

“Kemarin sih setelah menikah, kita ingin langsung punya anak dan menunda momongan itu tidak ada direncanakan”

(Partisipan 3/Suami/L25)


(58)

“Yah istilahnya kita tidak ada menunda kehamilan dengan metode alat KB lah dek, jadi kita berniat itu kepingin langsung punya anak tanpa menunda-nuda”

(Partisipan 2/Istri/L24)

g. Riwayat keguguran

Riwayat keguguran juga merupakan salah satu anamnesis yang dilakukan oleh dokter. Satu partisipan memiliki riwayat keguguran. Berikut pernyataannya :

“Setelah meninggal itu kan selalunya aku punya rencana punya anak lagi tapi

antara meninggal anak saya itu sampai sekarang aku udah tiga kali keguguran”

(Partisipan 3/Istri/L84)

h. Penyakit infeksi

Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat penyakit infeksi melalui pemeriksaan anamnesis. Beberapa partisipan mengalami penyalit infeksi seperti keputihan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan :

“Dokternya bilang juga ini penyebabnya salah satu karena saya keputihan kayak ada infeksi di organ reproduksi”

(Partisipan 1/Istri/L250)

“Tidak ada, dia bilang ini karena sel telur istri yang kecil dan ada infeksi juga tapi istri saja yang diperiksa”

(Partisipan 1/Suami/L128)


(59)

i. Faktor Genetik

Faktor genetik juga menyumbang penyebab terjadinya infertilitas sehingga harus dilakukan anamnesis terkait dengan riwayat genetik. Beberapa partisipan juga memiliki riwayat genetik keluarga. Berikut pernyataan partisipan:

“Dari keluarga saya sih tidak ada, kalau dari keluarga suami ada itu..Mereka lima bersaudara. Ada abangnya nomor dua di Semarang sampai sekarang udah ada 15 tahun belum punya anak”

(Partisipan 1/Istri/L156)

“Abang saya ini sekarang tugasnya di Semarang, dia sampai sekarang sudah hampir ada 15 tahun kan belum ada juga anaknya dia”

(Partisipan 1/Suami/L73)

“Kalau penyakit keturunan, bisa dibilang ada ya, kakak saya dua orang yang sampai sekarang ini juga belum punya anak”

(Partisipan 3/Suami/L70)

“Oh mama saya pernah itu 3 tahun kosong tapi setelah itu langsung punya anaklah sampai 10 bersaudara kami, tapi meninggal 2”

(Partisipan 3/Istri/L181)

j. Lama perkawinan

Anamnesis yang lain dapat meliputi lama perkawinan pasangan. Lama perkawinan kedelapan partisipan sudah lebih dari 1 tahun dan sudah dapat dikategorikan sebagai pasangan infertilitas. Berikut pernyataannya :

“Kita menikah 2009 sudah enam tahun dek”

(Partisipan 1/Suami/L22)

“Tahun 2006 Desember berarti sudah jalan 9 tahun ini dek”

(Partisipan 2/Istri/L18)


(60)

“Kami berumah tangga sudah 7 tahun dek”

(Partisipan 3/Suami/L18)

“Usia perkawinan sudah 5 tahun dek”

(Partisipan 4/Istri/L5)

“Usia pernikahan kita sudah 9 tahun dek”

(Partisipan 2/Suami/L20)

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasangan infertilitas meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui indeks massa tubuh.

a. Pengukuran TB dan BB

Pengukuran TB dan BB dilakukan untuk melakukan penentuan indeks massa tubuh. Perlu dilakukan pengukuran TB dan BB untuk mengetahui kondisi berat badan sebagai salah satu faktor infertilitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Ke Adam Malik juga kami pernah berobat, disana dites darah, hormon, ditimbang berat badan, tinggi badan, konsultasi juga sama dokternya kan ditanyai kita sudah berobat kemana aja..”

(Partisipan 2/Suami/L129)

“Istri saya itu diperiksa hanya masalah berat badan, kelebihan berat badan dia soalnya istri agak gemuk kan yah dek?”

(Partisipan 3/Suami/L133)


(61)

5. Analisis Sperma

Pemeriksaan analisis sperma juga penting dilakukan pada awal kunjungan pasangan suami istri dengan masalah infertilitas. Analisis sperma dilkaukan melalui tahapan proses pengambilan sperma.

a. Proses pengambilan sperma

Pengambilan sperma dilakukan dengan cara berhubungan seksual dengan pasangan untuk mengeluarkan sperma yang akan dianalisis. Dua partisipan melakukan analisis sperma. Berikut pernyataannya :

“Pengambilan spermanya ini harus ditampung tapi tidak boleh ditampung dengan alat kontrasepsi contohnya kan kondom, jadi itu selama dua hari tidak boleh dulu berhubungan dengan istri”

(Partisipan 4/Suami/L80)

“Itu pemeriksaannya jadi kami harus melakukan hubungan seksual suami istrilah disatu ruangan sudah disediakan. Tujuannya untuk pengambilan sampel sperma lah kan?”

(Partisipan 3/Suami/L181)

2.2 Upaya Penanganan dan Pengobatan yang Dilakukan Pasangan Infertilitas Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas melakukan upaya-upaya penanganan dan pengobatan untuk menyelesaikan permasalahan infertilitas. Beberapa upaya pengobatan yang dilakukan meliputi (1) pengobatan medis, (2) akupuntur sebagai pengobatan konvensional, (3) melakukan pengobatan alternatif, (4) teknik In Vitro Fertilization (IVF).


(62)

1. Pengobatan Medis

Pengobatan medis yang dilakukan pasangan infertilitas adalah dengan melakukan pemeriksaan ke dokter dan pemberian obat-obatan bagi pasangan suami istri.

a. Melakukan pemeriksaan ke dokter

Kedelapan partisipan mempercayakan pengobatan ke dokter sehingga mereka datang memeriksakan diri ke dokter khususnya dokter spesialis kandungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan berikut ini :

“Karena tidak hamil, pertama itu yah ke klinik dokter, ada itu di Binjai” (Partisipan 1/Istri/L174)

“..kan ada juga dokter spesialis, mereka membilang sama kita apa penyebabnya, terus juga ada solusi dari mereka, apa yang harus dimakan apa yang tidak, kan jelas itu kalau dari rumah sakit”

(Partisipan 1/Suami/L212)

“Jadi kami kemarin itu berobatnya ke klinik dokter spesialis kandunganlah pertama sekali. Dokter Hartogi di Mandala”

(Partisipan 2/Istri/L105)

“Tapi itulah kami periksalah ke Bandung itu pernah kan di RS Advent, disitu katanya masalah disuami saya”

(Partisipan4/Istri/L52)

“Kemarin kita juga kan cara pembayaran umum di RS Pirngadi pernah kita berobat .. gak pake jamkesmas atau apalah itu kan gak ada kita pakai. Karena kita juga mau pengobatan yang terpercaya ..diperiksa sama dokter spesialis kandungan”

(Partisipan 4/Istri/L94)

“Ke Pirngadi pun gitu juga periksa sana sini apa segala macam..” (Partisipan 2/Suami/L133)


(63)

“Setelah berobat berobat berobat berobat pindahlah kami berobat ke Medan ke dokter marga Sitompul RS yang di Sisingamangaraja RS Estomihi”

(Partisipan 3/Istri/L50)

“Ada dokter Jassen di Setia Budi itu pernah mengatakan cuma ada dua jalan. Adopsi anak atau kalian pisah. Itu solusinya karena bapak ini masalahnya oligosperma”

(Partisipan 3/Istri/L73)

b. Pemberian obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan dokter juga merupakan bagian dari pengobatan medis. Beberapa partisipan diberikan obat kesuburan oleh dokter. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan :

“Setiap datang kami, yah dikasih obat, kami tanya ini obat apa yah obat kesuburan gitu katanya biar cepat ada anak”

(Partisipan 1/Istri/L205)

“Saya dikasih obat saja, perangsang untuk hamil, obat-obat kesuburan, itu saja katanya diminum rutin nanti, cek lagi kesini kasih tau gimana perkembangannya”

(Partisipan 1/Suami/L100)

“Nah disitu dokter sarankan untuk minum obat untuk perangsang sel telur tadi supaya bagus”

(Partisipan 2/Istri/L117)

“Ada obat-obatan kayak provula namanya untuk ovulasi itulah dikasih tapi itu juga tidak membuahkan hasil”

(Partisipan 2/Istri/L168)

“Nah untuk mensiasati supaya tabung itu berwarna biru semua ketika sperma nanti bercampur dengan spektrum, jadi saya harus konsumsi obat-obatan dari mereka”


(64)

(Partisipan 3/Suami/L190)

“Baru dokternya memberikan obat supaya memperbaiki kualitas sperma, suamilah yang bisa dibilangkan dek”

(Partisipan 4/Istri/L57)

“Iya rutin saya minum obatnya ketempat bekerja saya bawa obatnya habis makan gitu kan, saya minum obatnya rutin sesuai dosis yang diberi dokternya”

(Partisipan 2/Suami/L87)

“Terakhir diobatilah kan aku juga makan obat supaya virusnya hilang” (Partisipan 3/Istri/L40)

2. Akupuntur sebagai pengobatan konvensional

Melakukan pengobatan akupuntur sebagai tindakan pengobatan konvensional juga dilakukan oleh partisipan sebagai sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan infertilitas.

a. Pengobatan akupuntur

Pengobatan akupuntur juga merupakan salah satu upaya pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas. Sepasang partisipan mendatangi pengobatan akupuntur seperti terapi penusukan jarum dibagian punggung. Berikut pernyataan partisipan :

“Kita pernah terapi akupuntur, yang ditusuk jarum itu.

(Partisipan 2/Istri/L163)

“Iya akupuntur pernah, dia terapi tusuk jarum kan. Jadi ada musik yang rileks, tenang gitu kan dek kita diposisikan setengah tidur kemudian


(65)

ditusukkan jarum ke bagian punggung, awalnya agak sakit tertusuk gitu kan tidak biasa tapi lama kelamaan jadi rileksm tenang, stres reda.

(Partisipan 2/Suami/L120)

“Akhirnya kami ke Penang bulan 1 ke RS Lam Wah Ee itu kesitulah kami” (Partisipan 3/Istri/L70)

3. Melakukan pengobatan alternatif

Selain pengobatan medis, pengobatan alternatif juga menjadi solusi bagi pengobatan pasangan infertilitas.

a. Pengobatan alternatif

Pengobatan alternatif seperti pengobatan non medis juga dilakukan oleh pasangan infertilitas diantaranya dengan berobat ke orang pintar, mengkonsumsi minuman herbal serta berkusuk. Beberapa partisipan juga melakukan pengobatan alternatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan :

“Misalnya kan nak, orang tua batak itu ada kan pintar-pintarnya, pokoknya yang ada kemampuannya dari orang biasa, kita berobat juga kesana. Kita diberikan obat semacam daun-daun alami yang bisa membantu perbaikan rahim.”

(Partisipan 1/Istri/L224)

“Yah karena mereka disebut orang pintar gitu kan kita dikasih minum air jamu dari jahe, cengkeh yang bikin hangatlah badan kita”

(Partisipan 1/Suami/L140)

“Kita juga suka dikusuk sebulan itu mau ada empat kali. Ibu juga dikusuk kan bagian perutnya katanya untuk biar bagus perutnya didalam, biar bisa hamil”

(Partisipan 1/Suami/L142)

“Kita dikasih juga kadang kalau pas kusuk itu kayak rempah-rempah, wangilah ke tubuh. Nanti dibilang juga harus diusahakan berhubungan


(1)

(2)

(3)

Lampiran 9

TAKSAKSI DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal

Biaya internet dan pulsa modem Kertas A4 80 gr 2 rim

Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka Fotokopi memperbanyak proposal Sidang proposal

Rp. 50.000,00 Rp. 80.000,00 Rp. 40.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00

2 Pengumpulan data dan analisa data

Izin penelitian dan ethical clearence Fakultas Keperawatan USU

Transportasi

Fotokopi KDD dan informed consent Cinderamata

Rp. 150.000,00

Rp. 200.000,00 Rp. 10.000,00 Rp. 100.000,00

3 Pengumpulan laporan skripsi

Kertas A4 80 gr 2 rim Penjilidan

Fotokopi laporan penelitian Sidang skripsi

Rp. 80.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 150.000,00

4 Biaya tak terduga Rp. 100.000,00

5 Total Rp. 1.360.000,00


(4)

(5)

(6)

Lampiran 11

Riwayat Hidup

Nama : Desy Deria Tanjung

Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 30 Januari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Kuali no 81 Ayahanda, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Xaverius 9 Palembang Tahun 1997 - 1999

2. SD Xaverius Palembang Tahun 1999 - 2003

3. SD Santa Maria Sibolga Tahun 2003 – 2005

4. SMPS Santa Lusia Doloksanggul Tahun 2005 – 2008

5. SMAS Santo Thomas 1 Medan Tahun 2008 -2011