2. Hasil Wawancara
Hasil wawancara ini mendapatkan 5 tema terkait pengalaman pengobatan pasangan infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan meliputi 1
pemeriksaan infertilitas yang pernah di jalani, 2 pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas, 3 respon psikis pasangan infertilitas selama menjalani
pengobatan, 4 ahambatan dalam menjalani pengobatan, 5 harapan setelah menjalani pengobatan.
2.1 Pemeriksaan infertilitas yang pernah di jalani Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti
mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas melakukan beberapa pemeriksaan untuk terhindar dari keterlambatan tata laksana yang dapat memperburuk
prognosis dari pasangan tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi 1 pemeriksaan ovulasi, 2 penilaian kelainan uterus, 3 anamnesis, 4 pemeriksaan fisik, 5
analisis sperma. 1.
Pemeriksaan ovulasi Beberapa partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
pemeriksaan infertilitas yang mereka jalani adalah pemeriksaan ovulasi. Pemeriksaan ovulasi tersebut dimaknai seperti pemeriksaan sel telur,
frekuensi dan keteraturan menstruasi serta siklus menstruasi yang tidak teratur.
a. Pemeriksaan sel telur
Universitas Sumatera Utara
Dua dari delapan partisipan menjalani pemeriksaan sel telur untuk memastikan bagaimana kualitas dari sel telur istri. Berikut pernyataan dari
partisipan : “Pas diperiksa itu katanya masalahnya disaya, katanya sel telur
kurang bagus karena mungkin siklus haid ibu ada yang tidak teratur” Partisipan
2IstriL116 “Di Penang kami diperiksa semuanya. Diperiksa sel telur ibu dan
katanya banyak” Partisipan
3IstriL74 “Langsung dipaksa itu mengambil sel telur untuk mencek bagus atau
tidak telur itu, ada atau tidak virus, apakah ada mio, apakah ada kista”
Partisipan 3IstriL169
2. Pemeriksaan uterus
Pemeriksaan uterus dapat digunakan untuk memeriksa kondisi uterus atau rahim. Beberapa metode yang digunakan dalam penilaian uterus
meliputi pemeriksaan dengan USG Transvagina dan pemeriksaan HSG. a.
USG Transvagina Dua partisipan melakukan pemeriksaan dengan USG Transvagina
untuk melihat keadaan patologi dari dinding rahim dan kondisi disekelilingnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan sebagai
berikut : “Kalau saya juga kemarin itu kan di USG ada namanya yang
Transvagina. Jadi disitu juga ada monitor seperti gambar rahim” Partisipan
4IstriL55
Universitas Sumatera Utara
“Kemudian kira-kira jam 8 malam mereka itu periksa saya pake USG yang dimasukkan kedalam alat itu terus ada monitornya dan
dicabutlah disitu sel telurku untuk melihat bagaimana mutu sel telur”
Partisipan 3IstriL164
b. HSG Histerosalpingografi
Salah satu partisipan pada penelitian ini dilakukan proses pemeriksaan HSG yaitu salah satu pemeriksaan dari pasangan infertilitas dengan
mengaliri cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim. Berikut pernyataan partisipan :
“Jadi kita setuju pas saya diperiksa kata dokternya ada periksa rahim dulu,
itu pemeriksaannya saya lupa tapi pemeriksaan HSG itu dialiri cairan ke
rahim” Partisipan
2IstriL113 3.
Anamnesis Beberapa partisipan mengemukakan bahwa dilakukan pemeriksaan
anamnesis yang dilakukan oleh dokter untuk memperoleh data terhadap pengobatan yang pernah dijalani, gaya hidup yang dilakukan oleh
pasangan suami istri, frekuensi senggama, keluhan nyeri haid, ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri, penggunaan KB, riwayat
keguguran, penyakit infeksi, faktor genetik dan lama perkawinan. a.
Pengobatan yang pernah dijalani
Universitas Sumatera Utara
Pengobatan yang pernah dijalani merupakan salah satu pertanyaan dari anamnesis yang dilakukan oleh dokter kepada pasangan untuk mengetahui
riwayat pengobatan. Berikut pernyataan partisipan : “Itu tahap pengobatan kami itu pertama konsultasi sama dokternya
dulu tapi kami bawa hasil dari pengobatan yang sudah kami jalani itulah”
Partisipan 3SuamiL176
b. Gaya Hidup
Beberapa partisipan juga mempunyai gaya hidup yang buruk seperti mengkonsumsi rokok, tuak dan mie instan. Dilakukan anamnesis terkait
dengan gaya hidup yang dilakukan pasangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan :
“Kalau saya memang dilakukan pemeriksaan, ditanya dulu bagaimana kebiasaan merokok dan sudah berapa lama itu merokok...”
Pasangan 4SuamiL77
“...disitu katanya masalah disuami saya, karena faktor sering merokok. Dia perokok berat..”
Pasangan 4IstriL53
“Kalau pemeriksaan dokternya nggak tau saya dibilang mungkin karena perokok”
Pasangan 3SuamiL78
“Mau juga sih minum-minuman keras tapi terbilang minuman keras sih tidak juga. Tuak. Minuman daerah kitalah, batak..”
Pasangan 3SuamiL79
“Dokternya bilang karena faktor itu faktor sering mengkonsumsi rokok dan tuak kemudian saya juga suka makan mie instan”
Universitas Sumatera Utara
Pasangan 3SuamiL82
c. Frekuensi senggama
Penting juga untuk melakukan anamnesis terkait dengan frekuensi senggama yang dilakukan kedua pasangan. Kedelapan partisipan
menyatakan bahwa mereka melakukan senggama secara teratur. Pernyataan ini dinyatakan oleh partisipan sebagai berikut :
“Yah karena pengen punya anak jadi sering kita coba itu dek. Yah ada 4 kali
seminggu” Pasangan
1SuamiL37 “Yah kalau untuk berhubungan seksual kan rutinlah kita lakukan dek, kan
memang sih bisa dibilanglah itu syarat utama supaya terjadi kehamilan kan, rutin kok itu dek kita lakukan”
Pasangan 2IstriL39
“”Jadi rutin kita lakukan, lagian sebelum berhubungan juga kan kita mementingkan nutrisi sama stamina”
Pasangan 2SuamiL51
“Hubungan seksual kita jarang tidak melakukannya. Rutinlah, bagaimana kami melakukan itu”
Pasangan 3SuamiL38
“Yah kalau untuk berhubungan suami istri yah sering kita lakukan karena kan kita sendiri pengenlah gitu punya anak kan”
Pasangan 4IstriL44
“Tapi berhubung karena baru menikah kan, kita coba itu secara rutin. Kehamilan juga pasti akan terjadi dengan hubungan seksual kan?
Pasangan 4SuamiL36
Universitas Sumatera Utara
“Mau gitu kan dalam dua hari sekali kita berhubungan” Pasangan
2IstriL41 d.
Keluhan nyeri haid Keluhan nyeri dapat mengindikasi adanya massa seperti kista sehingga
perlu dilakukan anamnesis. Beberapa partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada keluhan nyeri yang berlebihan ketika mengalami menstruasi.
Berikut pernyataan partisipan : “Gak adalah kalo nyeri kali gitu kan..”
Partisipan 4IstriL85
“Kalau berlebihan sih nggak adalah, tapi kan namanya haid kadang nyeri juga, pinggang sakit kan normalnya itu”
Partisipan 1IstriL125
“Wajar sih iyakan? Nyerinya yah sedikit sajanya, baru pinggang juga pegel-pegel, bawaannya malas ajalah kalau haid....”
Partisipan 2IstriL71
e. Ada atau tidaknya penggunaan obat penghilang nyeri
Penting juga melakukan anamnesis terkait penggunaan obat-obatan penghilang nyeri ketika menstruasi untuk mengetahui gangguan menstruasi.
Beberapa partisipan mengatakan tidak menggunakan obat-obatan penghilang nyeri saat menstruasi. Berikut pernyataannya :
“Kalau obat tidak adalah untuk haidnya cuma kalau saya pusing atau demam pas lagi haid kan saya minumlah obat buat demam atau
pusingnya, tapi kalau untuk fokus obat untuk haid, tidak pernah saya konsumsi karena haid saya juga lancar-lancar saja kok tidak ada
masalah.”
Universitas Sumatera Utara
Partisipan 2IstriL77
“Yah kalau konsumsi obat-obatan sih saya gak pake itu, saya biarin aja gitu normal”
Partisipan 1IstriL130
f. Penggunaan KB
Anamnesis terkait penggunaan KB perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pasangan tidak menggunakan KB yang menjadi salah satu faktor
penghalang kehamilan. Kedelapan partisipan mengemukakan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :
“Tidak ada kita tunda-tunda kehamilan. Kita tidak menggunakan suntik KB untuk tunda-tunda kehamilan, tidak ada kita pakai itu dek, langsung
maunya pengen ada anak”
Partisipan 1SuamiL33
“Kalau pakai KB kan ada misalnya yang pil itu tidak pernah, KB suntik juga tidak pernah dicoba waktu awal pernikahan itu, untuk urusan
kontrasepsi tidak saya pakai dek”
Partisipan 2IstriL21
“Oh tidak ada kita tunda pakai alat KB, tidak ada dek”
Partisipan 2SuamiL36
“Kita tidak memakai alat kontrasepsi apapun itu dek waktu masih awal menikah dulu”
Partisipan 4SuamiL26
“Kemarin sih setelah menikah, kita ingin langsung punya anak dan menunda momongan itu tidak ada direncanakan”
Partisipan 3SuamiL25
Universitas Sumatera Utara
“Yah istilahnya kita tidak ada menunda kehamilan dengan metode alat KB lah dek, jadi kita berniat itu kepingin langsung punya anak tanpa
menunda-nuda”
Partisipan 2IstriL24
g. Riwayat keguguran
Riwayat keguguran juga merupakan salah satu anamnesis yang dilakukan oleh dokter. Satu partisipan memiliki riwayat keguguran. Berikut pernyataannya :
“Setelah meninggal itu kan selalunya aku punya rencana punya anak lagi tapi
antara meninggal anak saya itu sampai sekarang aku udah tiga kali keguguran”
Partisipan 3IstriL84
h. Penyakit infeksi
Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat penyakit infeksi melalui pemeriksaan anamnesis. Beberapa partisipan mengalami penyalit infeksi seperti
keputihan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan : “Dokternya bilang juga ini penyebabnya salah satu karena saya
keputihan kayak ada infeksi di organ reproduksi” Partisipan
1IstriL250 “Tidak ada, dia bilang ini karena sel telur istri yang kecil dan ada infeksi
juga tapi istri saja yang diperiksa”
Partisipan 1SuamiL128
Universitas Sumatera Utara
i. Faktor Genetik
Faktor genetik juga menyumbang penyebab terjadinya infertilitas sehingga harus dilakukan anamnesis terkait dengan riwayat genetik. Beberapa partisipan
juga memiliki riwayat genetik keluarga. Berikut pernyataan partisipan: “Dari keluarga saya sih tidak ada, kalau dari keluarga suami ada
itu..Mereka lima bersaudara. Ada abangnya nomor dua di Semarang sampai sekarang udah ada 15 tahun belum punya anak”
Partisipan 1IstriL156
“Abang saya ini sekarang tugasnya di Semarang, dia sampai sekarang sudah hampir ada 15 tahun kan belum ada juga anaknya dia”
Partisipan 1SuamiL73
“Kalau penyakit keturunan, bisa dibilang ada ya, kakak saya dua orang yang sampai sekarang ini juga belum punya anak”
Partisipan 3SuamiL70
“Oh mama saya pernah itu 3 tahun kosong tapi setelah itu langsung punya anaklah sampai 10 bersaudara kami, tapi meninggal 2”
Partisipan 3IstriL181
j. Lama perkawinan
Anamnesis yang lain dapat meliputi lama perkawinan pasangan. Lama perkawinan kedelapan partisipan sudah lebih dari 1 tahun dan sudah dapat
dikategorikan sebagai pasangan infertilitas. Berikut pernyataannya : “Kita menikah 2009 sudah enam tahun dek”
Partisipan 1SuamiL22
“Tahun 2006 Desember berarti sudah jalan 9 tahun ini dek” Partisipan
2IstriL18
Universitas Sumatera Utara
“Kami berumah tangga sudah 7 tahun dek” Partisipan
3SuamiL18 “Usia perkawinan sudah 5 tahun dek”
Partisipan 4IstriL5
“Usia pernikahan kita sudah 9 tahun dek” Partisipan
2SuamiL20 4.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasangan infertilitas meliputi
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui indeks massa tubuh. a.
Pengukuran TB dan BB Pengukuran TB dan BB dilakukan untuk melakukan penentuan indeks massa
tubuh. Perlu dilakukan pengukuran TB dan BB untuk mengetahui kondisi berat badan sebagai salah satu faktor infertilitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan
partisipan berikut ini: “Ke Adam Malik juga kami pernah berobat, disana dites darah, hormon,
ditimbang berat badan, tinggi badan, konsultasi juga sama dokternya kan ditanyai kita sudah berobat kemana aja..”
Partisipan 2SuamiL129
“Istri saya itu diperiksa hanya masalah berat badan, kelebihan berat badan dia soalnya istri agak gemuk kan yah dek?”
Partisipan 3SuamiL133
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis Sperma
Pemeriksaan analisis sperma juga penting dilakukan pada awal kunjungan pasangan suami istri dengan masalah infertilitas. Analisis sperma dilkaukan
melalui tahapan proses pengambilan sperma. a.
Proses pengambilan sperma Pengambilan sperma dilakukan dengan cara berhubungan seksual dengan
pasangan untuk mengeluarkan sperma yang akan dianalisis. Dua partisipan melakukan analisis sperma. Berikut pernyataannya :
“Pengambilan spermanya ini harus ditampung tapi tidak boleh ditampung dengan alat kontrasepsi contohnya kan kondom, jadi itu selama dua hari
tidak boleh dulu berhubungan dengan istri”
Partisipan 4SuamiL80
“Itu pemeriksaannya jadi kami harus melakukan hubungan seksual suami istrilah disatu ruangan sudah disediakan. Tujuannya untuk pengambilan
sampel sperma lah kan?”
Partisipan 3SuamiL181
2.2 Upaya Penanganan dan Pengobatan yang Dilakukan Pasangan Infertilitas Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti
mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas melakukan upaya-upaya penanganan dan pengobatan untuk menyelesaikan permasalahan infertilitas. Beberapa upaya
pengobatan yang dilakukan meliputi 1 pengobatan medis, 2 akupuntur sebagai pengobatan konvensional, 3 melakukan pengobatan alternatif, 4 teknik In
Vitro Fertilization IVF.
Universitas Sumatera Utara
1. Pengobatan Medis
Pengobatan medis yang dilakukan pasangan infertilitas adalah dengan melakukan pemeriksaan ke dokter dan pemberian obat-obatan bagi pasangan
suami istri. a.
Melakukan pemeriksaan ke dokter Kedelapan partisipan mempercayakan pengobatan ke dokter sehingga
mereka datang memeriksakan diri ke dokter khususnya dokter spesialis kandungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan berikut ini :
“Karena tidak hamil, pertama itu yah ke klinik dokter, ada itu di Binjai” Partisipan
1IstriL174 “..kan ada juga dokter spesialis, mereka membilang sama kita apa
penyebabnya, terus juga ada solusi dari mereka, apa yang harus dimakan apa yang tidak, kan jelas itu kalau dari rumah sakit”
Partisipan 1SuamiL212
“Jadi kami kemarin itu berobatnya ke klinik dokter spesialis kandunganlah pertama sekali. Dokter Hartogi di Mandala”
Partisipan 2IstriL105
“Tapi itulah kami periksalah ke Bandung itu pernah kan di RS Advent, disitu katanya masalah disuami saya”
Partisipan4IstriL52 “Kemarin kita juga kan cara pembayaran umum di RS Pirngadi pernah
kita berobat .. gak pake jamkesmas atau apalah itu kan gak ada kita pakai. Karena kita juga mau pengobatan yang terpercaya ..diperiksa sama
dokter spesialis kandungan”
Partisipan 4IstriL94
“Ke Pirngadi pun gitu juga periksa sana sini apa segala macam..”
Partisipan 2SuamiL133
Universitas Sumatera Utara
“Setelah berobat berobat berobat berobat pindahlah kami berobat ke Medan ke dokter marga Sitompul RS yang di Sisingamangaraja RS
Estomihi”
Partisipan 3IstriL50
“Ada dokter Jassen di Setia Budi itu pernah mengatakan cuma ada dua jalan. Adopsi anak atau kalian pisah. Itu solusinya karena bapak ini
masalahnya oligosperma”
Partisipan 3IstriL73
b. Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan dokter juga merupakan bagian dari pengobatan medis. Beberapa partisipan diberikan obat kesuburan oleh dokter. Hal
ini sesuai dengan pernyataan partisipan : “Setiap datang kami, yah dikasih obat, kami tanya ini obat apa yah obat
kesuburan gitu katanya biar cepat ada anak” Partisipan
1IstriL205 “Saya dikasih obat saja, perangsang untuk hamil, obat-obat kesuburan,
itu saja katanya diminum rutin nanti, cek lagi kesini kasih tau gimana perkembangannya”
Partisipan 1SuamiL100
“Nah disitu dokter sarankan untuk minum obat untuk perangsang sel telur tadi supaya bagus”
Partisipan 2IstriL117
“Ada obat-obatan kayak provula namanya untuk ovulasi itulah dikasih tapi itu juga tidak membuahkan hasil”
Partisipan 2IstriL168
“Nah untuk mensiasati supaya tabung itu berwarna biru semua ketika sperma nanti bercampur dengan spektrum, jadi saya harus konsumsi obat-
obatan dari mereka”
Universitas Sumatera Utara
Partisipan 3SuamiL190
“Baru dokternya memberikan obat supaya memperbaiki kualitas sperma, suamilah yang bisa dibilangkan dek”
Partisipan 4IstriL57
“Iya rutin saya minum obatnya ketempat bekerja saya bawa obatnya habis makan gitu kan, saya minum obatnya rutin sesuai dosis yang diberi
dokternya”
Partisipan 2SuamiL87
“Terakhir diobatilah kan aku juga makan obat supaya virusnya hilang”
Partisipan 3IstriL40
2. Akupuntur sebagai pengobatan konvensional
Melakukan pengobatan
akupuntur sebagai
tindakan pengobatan
konvensional juga dilakukan oleh partisipan sebagai sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan infertilitas.
a. Pengobatan akupuntur
Pengobatan akupuntur juga merupakan salah satu upaya pengobatan yang dilakukan pasangan infertilitas. Sepasang partisipan mendatangi pengobatan
akupuntur seperti terapi penusukan jarum dibagian punggung. Berikut pernyataan partisipan :
“Kita pernah terapi akupuntur, yang ditusuk jarum itu. Partisipan
2IstriL163 “Iya akupuntur pernah, dia terapi tusuk jarum kan. Jadi ada musik yang
rileks, tenang gitu kan dek kita diposisikan setengah tidur kemudian
Universitas Sumatera Utara
ditusukkan jarum ke bagian punggung, awalnya agak sakit tertusuk gitu kan tidak biasa tapi lama kelamaan jadi rileksm tenang, stres reda.
Partisipan 2SuamiL120
“Akhirnya kami ke Penang bulan 1 ke RS Lam Wah Ee itu kesitulah kami”
Partisipan 3IstriL70
3. Melakukan pengobatan alternatif
Selain pengobatan medis, pengobatan alternatif juga menjadi solusi bagi pengobatan pasangan infertilitas.
a. Pengobatan alternatif
Pengobatan alternatif seperti pengobatan non medis juga dilakukan oleh pasangan infertilitas diantaranya dengan berobat ke orang pintar, mengkonsumsi
minuman herbal serta berkusuk. Beberapa partisipan juga melakukan pengobatan alternatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan :
“Misalnya kan nak, orang tua batak itu ada kan pintar-pintarnya, pokoknya yang ada kemampuannya dari orang biasa, kita berobat juga
kesana. Kita diberikan obat semacam daun-daun alami yang bisa membantu perbaikan rahim.”
Partisipan 1IstriL224
“Yah karena mereka disebut orang pintar gitu kan kita dikasih minum air jamu dari jahe, cengkeh yang bikin hangatlah badan kita”
Partisipan 1SuamiL140
“Kita juga suka dikusuk sebulan itu mau ada empat kali. Ibu juga dikusuk kan bagian perutnya katanya untuk biar bagus perutnya didalam, biar
bisa hamil”
Partisipan 1SuamiL142
“Kita dikasih juga kadang kalau pas kusuk itu kayak rempah-rempah, wangilah ke tubuh. Nanti dibilang juga harus diusahakan berhubungan
Universitas Sumatera Utara
sama istri kalau sehabis kusuk itu, biar lebih efektiflah biar bisa istri hamil tapi ternyata gak ada juganya hamil-hamil istri”
Partisipan 1SuamiL147
“Tapi pas kemarin kita berobatnya ke orang pintar itu gak kita lanjutkan lagilah, namanya berobat kampung gitu kan dek, kami lihat juga cuma
omongan saja, dikasih juga bimbingan sama mereka kan yah gitulah aneh pokoknya, tidak ada solusi dari mereka”
Partisipan 2IstriL145
“Kita dikusuklah sama ibu-ibu yang sudah tua sekali kan pake minyak- minyak wangian. Menurut mereka juga minyak-minyak itulah yang bisa
membersihkan semua tubuh kita, fikiran juga harus ditenangkan katanya, hilangkan semua fikiran buruk, kita harus rileks”
Partisipan 2IstriL149
“Dikusuklah itu semua badan, khususnya saya kan dek dikusuknya lembut sekali dibagian perut berulang kali. Katanya banyak wanita tidak hamil
itu karena rahim yang miring jadi harus dikusuk perut. Sehabis dikusuk juga diberi minuman jamu hangat sama susu kedelai hangat”
Partisipan 2IstriL152
“Yah kita juga pernah ke orang pintarlah bisa dibilang ya, memang kan kadang ini tidak sesuailah sama medis, mereka kan percaya akan sesuatu
hal. Disana kami yah berbicara tentang masalah kami ini, orang pintar itu bilang yah karena ada orang yang tidak suka sama kami, kayaknya kami
dibikin-bikinlah seperti itu”
Partisipan 2IstriL138
“Kami dikasih kayak tumbuh-tumbuhan gitu, disuruh direbus, gak tau itu tumbuhan apa banyak akarnya katanya itu bagus buat rahim. Air rebusan
tumbuhan itulah diminum sama istri saya”
Partisipan 2SuamiL104
“Iya kusuk juga kita pernah, dikusuk semua badan pakai minyak rempah- rempah. Kusuk pembetulan rahim katanya, karena ibu-ibu yang
mengkusuk itu kan bilang posisi rahim itu bisa turun atau bisa juga terlalu naik ke atas jadi sulit hamil habis itu kami dikasih minum jamu”
Partisipan 2SuamiL114
Universitas Sumatera Utara
“Kami kalo alternatif itu di dokter Cina Jalan Abdul Lubis. Memang hampir sama saja itu pengobatannya sama yang lain cuma dari kaki pake
jarum-jarum ditusuk dan langsung diperiksa juga kami berdua”
Partisipan 3IstriL144
“Kita mencoba berobat ke pengobatan-pengobatan tradisional yang diiklankan dibeberapa media misalnya brosur gitu. Ada itu katanya
pengobatan itu ingin punya keturunan. Disana setelah kita berobat saya dikusuk mungkin saya agak lebih yakin yah karena langsung di praktekkan
tidak hanya obat saja dikasih tetapi ikut juga dikusuk seperti itu. Diberi obat juga sama disarankan minum jamu, jamu yah untuk pasangan
menikah gitu kan dek”
Partisipan 3SuamiL112
“Yah kita itu kemarin ada juga kita ke pengobatan Jawa bisa dibilang tradisional juga di Medan ini, diberi ramuan tradisional jawa penyubur
kandungan yah. Itu kayak dari kunyit tapi kita disuruh harus ambil kunyit yang sudah agak tua kemudian dicampur sama biji pala sama ketumbar
juga cengkeh kan dek. Nah jadi itulah yang direbus, mau sehari itu 3 kali katanya untuk memperlancar siklus peredaran darah sama perbaikan
rahim juga biar bagus”
Partisipan 4IstriL29
“Yah tidak ada dek cuma kita juga pernah kemarin itu disuruh tulang kan untuk memberi makanan gitu ke kuburan oppung saya. Kalau menurut
adat Batak yang dulu-dulu kita kayak memohon diberi petunjuk juga kan maunya itu lewat mimpi karena kita juga udah lelah dan bosan tidak tahu
mau kemana lagi berobat, biaya juga besar sekali kan”
Partisipan 4IstriL74
“Pernah juga kan kita dikasih makan ikan mas, di adakan acara juga supaya cepat dapat anak dijauhkan dari orang-orang jahat dan lain yang
menghambat kan dek supaya gak terjadilah sama kami”
Partisipan 4IstriL175
4. Teknik In Vitro Fertilization IVF
Universitas Sumatera Utara
Teknik In Vitro Fertilization atau dikenal dengan istilah bayi tabung merupakan upaya penanganan medis yang dilakukan pasangan infertilitas untuk
mendapatkan anak. a.
Melakukan proses bayi tabung Bayi tabung merupakan teknik reprodusi dibantu atau teknik rekayasa
reproduksi dengan mempertemukan sel telur dengan spermatozoa diluar tubuh manusia agar terjadi pembuahan atau fertilisasi. Sepasang partisipan melakukan
proses bayi tabung di RS Lam Wah Ee Penang. Berikut pernyataan partisipan : “Akhirnya kami ke Penang bulan 1 ke RS Lam Wah Ee itu kesitulah kami.
Di Penang kami diperiksa semuanya. Diperiksa sel telur ibu katanya banyak. Ibu cuma BT Bayi Tabung tapi BT tingkat satu. Inseminasilah
namanya karena sperma bapak bisa kita pancing dengan obat”
Partisipan 3IstriL70
“Berarti bulan satu saya dikasih suntikan Gonal F itu gunanya untuk membesarkan sel telur. Sel telur harus saya besarkan kemudian setelah
makan obat saya 12 hari dan suntik disini diarea perut dibawah pusar 8 kali”
Partisipan 3IstriL106
“Jadi setelah sel telur saya diambil dan digabungkan sama sperma diluar, sel telur kita diambil sebanyak mungkin dari perut kemudian kan gak
semua sel telur itu yang bagus, ada yang tidak bagus. Ada good dan ada yang very good kan istilahnya. Jadi diambil lah itu yang very goodnya dan
diambil jugalah sperma. Baru setelah 3 hari menjadi zygot, dia disuntikkanlah langsung kedalam rahim. Jadi, udah dimasukkan itu udah
berbentuk embrio”
Partisipan 3IstriL129
2.3 Respon selama Menjalani Pengobatan Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti
mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas memberi respon selama menjalani
Universitas Sumatera Utara
pengobatan seperti a merasa sedih karena pengobatan belum berhasil, b merasa sudah berusaha semaksimal mungkin, c merasa sudah karena
pengobatan yang belum berhasil, d pasrah dan tidak putus asa. a.
Merasa sedih karena pengobatan belum berhasil Melakukan pengobatan tentunya mengharapkan keberhasilan pengobatan
namun beberapa partisipan merasa sedih karena pengobatan yang belum berhasil. Berikut pernyataan partisipan :
“Sedihlah nak, berusahalah kami kemarin itu” Partisipan
1IstriL100 “Rasanya sedih sekali, sedihlah, negatif kan berarti belum berhasil.
Positif dia yang berhasil. Ini tidak berhasil juga, belum ada anak”
Partisipan 1SuamiL60
“Karena pengobatannya kemudian termakan fikiran juga saya kan jadi suka gampang sedih, sering bertanya-tanya sama Tuhan jadi seolah-olah
kita ini menyalahkan Tuhan kenapa bisa terjadi seperti ini dikeluarga saya”
Partisipan 2SuamiL148
b. Merasa sudah berusaha semaksimal mungkin
Beberapa partisipan merasa sudah berusaha semaksimal mungkin terhadap pengobatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan berikut ini :
“Kami kan pokoknya sudah berusaha ke berbagai macam pengobatan mulai dari pengobatan RS, medis, ke orang pintar, kusuk tradisional,
saran-saran teman juga kami dengarkan yah kembali lagi itu ke semua kan kata manusia tapi mungkin kata Tuhan berbeda”
Partisipan 2IstriL180
Universitas Sumatera Utara
c. Merasa sudah menerima keadaan karena pengobatan yang belum
berhasil Partisipan juga merasa sudah menerima keadaan karena pengobatan yang
belum berhasil. Berikut pernyataan partisipan : “Kalau melakukan pengobatan lagi sih, kita tunda dululah, kayaknya kita
juga sudah pasrah, sudah bisa menerima kenyataan” Partisipan
1SuamiL225 d.
Pasrah dan tidak putus asa Partisipan juga merasa pasrah namun tidak putus asa menjalani kehidupan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini : “Tapi saya tetap pasrah berserah diri, lagian saya juga tidak putus asa
dek ada keluarga dan teman-teman yang baik juga selalu mendukung pekerjaan dan apapun yang kami kerjakan”
Partisipan 2IstriL197
2.4 Kendala atau Hambatan dalam Menjalani Pengobatan Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti
mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas merasakan kendala atau hambatan dalam menjalani pengobatan meliputi a biaya pengobatan yang mahal, b
lokasi yang jauh, c merasa bosan dan lelah, d faktor usia, e tidak ada perubahan, f merasa putus asa, g pelayanan yang kurang efektif.
a. Biaya pengobatan yang mahal
Beberapa partisipan mengemukakan salah satu kendala dalam pengobatan yang dijalani adalah biaya pengobatan yang mahal. Berikut pernyataan partisipan
:
Universitas Sumatera Utara
“Kemarin itu sekali terapi dan dikasih obat itu mahal sekali harganya, hampir sejuta juga, belum lagi ini itu ya kan, bensin lagi kesana. Kalau
untuk 9 tahun yang lalu kan sudah mahal sekali berobat sampai sejuta kayak gitu”
Partisipan 2SuamiL90
“Karena kemarin kami itu baru pasangan menikah muda kan, kita jujur saja ya dek terbentur masalag biaya kan mahal itu setiap konsultasi dan
berobat kita bayar itu sampai 800 ribu. Sudah mau satu juta”
Partisipan 1SuamiL188
“Iya mahal juga kemarin itu kami bayar, bayarnya kan uang langsung kita, mungkin karena ada dokternya juga bisa konsultasi dengan baik dan
dikasih obat wajar sih mahal”
Partisipan 1IstriL266
“Iyalah kalo bagi kami kan cukup besarlah itu biayanya .. harus membayar jasa dokter juga kan kalo kita berobat ke dokter spesialis atau
di RS ..”
Partisipan 4IstriL92
b. Lokasi yang jauh
Partisipan juga mengeluhkan salah satu hambatan dalam pengobatan yang dilakukan adalah lokasi yang jauh. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan :
“Tempatnya itu ke pelosok-pelosok, jauhlah. Lewat sungai-sungai banyak pohonnya, kan kami takut dulu kesana cuma karena ingin punya anak
inilah membuat kami semangat”
Partisipan 2SuamiL99
c. Merasa bosan dan lelah
Merasa bosan dan lelah juga merupakan salah satu kendala atau hambatan dalam menjalani pengobatan pasangan infertilitas. Beberapa partisipan dalam
penelitian ini juga mengemukakan pernyataannya :
Universitas Sumatera Utara
“Kami sudah sangat lelah dan bosan dengan hasilnya yang tak kunjung ada anak dek”
Partisipan 2SuamiL141
“Kami sudah bosan melakukan pengobatan dan sampai sekarang tetap Tuhan belum karuniai anak. Yah kita sabar ajalah”
Partisipan 1IstriL269
“Kami berhenti total dari pengobatan semuanya. Kami rasanya udah jenuh, lelah, bosan juga”
Partisipan 2IstriL192
“Tapi toh juga dikasih obat-obatan tidak ada hasil sampai 6 bulan kemudian kami berhentilah dari situ, tidak diteruskan lagi berobat”
Partisipan 1SuamiL129
d. Faktor usia
Faktor usia juga menyumbang kendala dari pengobatan pasangan infertilitas. Berikut pernyataan partisipan :
“Ditambah lagi usia kami yang sudah 48 tahun, sudah berisiko juga untuk istri saya hamil jadi kami tidak melanjut pengobatan lagi dek”
Partisipan 2SuamiL143
e. Tidak ada perubahan
Partisipan juga mengatakan tidak ada perubahan pada pengobatan sebagai hambatan yang dirasakan ketika melakukan pengobatan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan partisipan berikut ini : “Ternyata selama enam bulan itu dan tidak ada perubahan, saya hentikan
karena biaya yang besar” Partisipan
3IstriL156
Universitas Sumatera Utara
f. Merasa putus asa
Partisipan juga mengalami kendala seperti putus asa ketika menjalani pengobatan. Berikut pernyataannya :
“Iya tidak kami teruskan dek. Biayanya juga mahal sekali. Kami juga sudah putus asalah. Kami stoplah dulu sekarang dari pengobatan dek,
kami tunda sampai tahun depan”
Partisipan 4SuamiL114
g. Pelayanan yang kurang efektif
Partisipan juga merasakan pelayanan yang kurang efektif sebagai kendala sehingga menghentikan pengobatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan
: “Baru gimanalah ya kita kewalahan juga disitu karena lama sekali
antriannya dek, pusing juga kita dibikin. Kami gak melanjutkan lagi kemarin pengobatannya di poli itu kan ..”
Partisipan 4IstriL97
2.5 Harapan setelah Menjalani Pengobatan Dari wawancara yang dilakukan dengan delapan partisipan, peneliti
mengidentifikasi bahwa pasangan infertilitas memiliki harapan akan keberhasilan dari pengobatan yang telah dilakukan meliputi a mendapatkan anak, b
adopsi anak, c melakukan pengobatan yang lebih maksimal.
a. Mendapatkan anak
Universitas Sumatera Utara
Mendapatkan anak merupakan harapan dari pasangan infertilitas. Ada partisipan yang sudah melakukan pengobatan yang maksimal dan masih
menjalani proses pengobatan. Berikut pernyataannya : “Jadi mungkin ke Penanglah jalan satu-satunya pengobatan yang paling
maksimal yang kami rasakan walaupun masih menerka-nerka kami hasilnya ini kan. Kan ini kami masih proses pengobatanlah di Penang
dek”
Partisipan 3SuamiL170
“Besar harapan kami berhasillah program bayi tabungku ini dek”
Partisipan 3IstriL244
b. Adopsi anak
Adopsi juga merupakan jalan untuk memiliki anak ditengah keluarga. Ada partisipan yang berencana untuk mengadopsi anak. Hal ini sejalan dengan
pernyataan : “Suami juga janji mau rencana gitu adopsi anak dek, daripada kami sedih
terus kan dia bilang gitu dek, kita ada niat mengadopsi anak tapi untuk waktu yang sekarang memang belum terfikirkanlah untuk cepat-cepat kan
yah?”
Partisipan 2IstriL216
c. Melakukan pengobatan yang lebih maksimal
Meskipun sudah melakukan pengobatan, partisipan akan terus melakukan pengobatan yang lebih maksimal untuk mendapat hasil yang maksimal juga.
Berikut pernyataan partisipan : “Karena kita juga ada rencana mau melakukan pengobatan ke tempat RS
yang lebih benefit dan terpercayalah khususnya klinik untuk mengobati penyakit yang tidak bisa punya anak gitulah”
Universitas Sumatera Utara
Partisipan 4IstriL103
“Untuk adopsi kita belum memikirkan yah dek maunya pengobatan dulu kita lakukan karena saya rasa pengobatan kami belum maksimal. Kami
masih fokus ke pekerjaan untuk menambah biaya dulu”
Partisipan 4SuamiL118
Universitas Sumatera Utara
Tabel Matriks Tema No Tema Sub Tema Kategori
1. Pemeriksaan infertilitas - Pemeriksaan ovulasi - Pemeriksaan sel telur
yang pernah dijalani - Pemeriksaan pap smear
- Pemeriksaan uterus - USG
Transvagina - HSG
- Konsultasi dengan dokter - Pengobatan yg pernah dijalani
- Gaya hidup - Frekuensi
senggama - Keluhan nyeri
haid - Ada atau
tidaknya penggunaan
obat penghilang
nyeri - Penggunaan
KB - Riwayat
keguguran - Penyakit
infeksi - Faktor genetik
- Lama perkawinan
- Siklus haid
- Pengukuran TB dan BB - Berat badan berlebihan
- Analisis sperma - Oligosperma kelainan
jumlah sperma
- Pergerakan sperma
lambat
Universitas Sumatera Utara
2. Pengobatan yang - Pengobatan medis - Pemberian obat
dilakukan pasangan kesuburan infertilitas - Pemberian obat
untuk kualitas sperma
- Pemberian obat
untuk penyakit infeksi
- Bayi tabung
- Akupuntur -
Penusukan jarum
diarea punggung
- Alternatif - Mencoba
pengobatan
tradisional - Berkusuk
- Pengobatan
dengan kepercayaan
adat istiadat
3. Respon psikis pasangan - Sedih - Pengobatan
selama menjalani tidak berhasil
pengobatan - Pengobatan
sudah maksimal
dan belum juga
berhasil
- Pasrah - Menerima
keadaan
Universitas Sumatera Utara
- Tetap berusaha
- Putus asa
- Bosan
- Waktu pemeriksaan
yang lama -
Hasil tidak didapat
dengan segera
- Perubahan fisik
tidak ada -
Takut - Melakukan
operasi -
Menyalahkan Tuhan - Pengobatan
tidak membuahkan
hasil
4. Hambatan dalam - Biaya - Pengobatan
menjalani pengobatan yang dijalani
mahal
- Lokasi - Tempat
pengobatan yang jauh
- Faktor diri - Usia yang
berisiko - Pekerjaan
yang dijalani
pasangan
Universitas Sumatera Utara
- Pelayanan yang
- Antrian yang
kurang efektif panjang Komu
nikasi yang tidak
ramah 5. Harapan setelah
- Mendapatkan anak -
Melakukan menjalani pengobatan
pengobatan yang lebih
maksimal - Adopsi
3. Pembahasan