Kebutuhan Hierarchical of Needs Theory . Kebutuhan yang diperlukan dapat diketahui dari jawaban pertanyaan, yaitu: apa yang ditawarkan
sebagai imbalan, apa yang mendorong seseorang berperilaku dan apa yang terpenting bagi seseorang. Motivasi PFA BPKP dikaitkan dengan
variabel independen dan kebutuhan adalah sebagai berikut:
Pertanyaan Elemen
Motivasi Kebutuhan
Hierarchica l of Needs
Theory ERG Theory
Content Theory
Variabel Independen
Apa yang
terpenting
Aktualisasi diri
Growth Self esteem
Tantangan Kerja
Apa yang
mendorong seseorang
berperilaku
Aktualisasi diri
Growth Self esteem
Kesempatan Diklat Aktualisasi
diri Growth
Self esteem Kesempatan Memperoleh Pengalaman Kerja
Pengetahuan Sosial
Relatedness Self esteem
Kebanggan Instansional Sosial
Relatedness Self esteem
Kebanggaan Individual Rasa Aman
Existence Inner Needs
Jaminan Kelangsungan Kerja
Apa yang
ditawarkan sebagai
imbalan Rasa Aman
Existence Inner Needs
Askes Taspen Kebutuhan
fisiologis Existence
Inner Needs Imbalan Gaji Tunjangan
Sosial Relatedness
Inner Needs Hak Cuti
Kebutuhan fisiologis
Existence Inner Needs
Tambahan Pendapatan Dinas Luar
Kebutuhan fisiologis
Existence Inner Needs
Fasilitas Rumah Dinas
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian atas Analisis Pengaruh Hubungan Antara KOMPETENSI, PENGETAHUAN, dan MOTIVASI terhadap KINERJA
Pejabat Fungsional Auditor PFA pada Perwakilan BPKP Provinsi Lampung sebagaimana tersebut di atas, penulis mengajukan saran kepada Kepala
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan KOMPETENSI PFA BPKP, kepada Kepala Perwakilan BPKP disarankan untuk memberikan perhatian khusus terhadap
variabel independen yang berpengaruh signifikan yaitu Pengalaman Kerja,
Concern of Quality, Tingkat Pendidikan, Teamwork and Cooperation, Directiveness, dan Self Confidance sebagai berikut:
1 Meningkatkan pengalaman kerja PFA BPKP dengan beberapa cara alternatif yaitu:
a. Mutasi bidang tugas PFA disesuaikan dengan tingkat kecukupan penguasaan kompetensi audit yang diperoleh dengan uji kemampuan substansi bukan
berpatokan kepada masa kerja PFA di bidang tugas. b. Penugasan PFA memperhatikan tingkat kesulitan kompleksitas objek
pemeriksaan dengan memperhatikan pengalaman kerja PFA, dan komposisi tim pemeriksa. Sebagai contoh: auditor pemula ditugaskan dalam tim audit
PDAM yang besaran kegiatannya lebih kecil dibandingkan objek PDAM lainnya atau ditugaskan dalam tim yang salah satu personilnya telah cukup
berpengalaman mengaudit objek PDAM. c. Untuk audit yang sifatnya berulang, PFA BPKP diberikan prioritas untuk
ditugaskan minimal 2 kali penugasan audit kegiatan sejenis. 2 Memberikan perhatian khusus terhadap kualitas hasil audit dengan cara:
a. Memupuk dan menumbuhkembangkan kesadaran PFA BPKP akan pentingnya kualitas hasil pengawasan terhadap eksistensi institusi BPKP.
b. Meningkatkan kompetensi auditor melalui mekanisme kendali mutu misalnya dengan brainstorming atas kasus sejenis dalam periode yang sama atau
berbeda baik di Perwakilan setempat maupun perwakilan lain; mengefektifkan peran pengendali teknis dan pengendali mutu serta Quality Assuranse dalam
setiap penugasan. 3 Mendorong dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada PFA BPKP
yang akan melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi ataupun pendidikansertifikasi profesi.
4 Menumbuhkembangkan kerjasama tim melalui kegiatan seperti outbond, dinamika kelompok.
5 Meningkatkan kemampuan mengarahkan Directiveness PFA BPKP
dengan melatih kemampuan tersebut melalui penugasan penyelenggaraan event tertentu seperti sosialisasi, seminar, workshop serta kegiatan sosial,
olah raga dan kesenian berskala daerah. 6 Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada PFA BPKP yang menurut
penilaian atasan memiliki kepercayaan diri self confidance yang berlebihan dengan merubahnya menjadi low profile high quality and high
performance.
7 Mengingat Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh BPKP Pusat tidak berpengaruh signifikan terhadap KOMPETENSI karena keterbatasan
penyelenggaraan diklat, maka kepada Kepala Perwakilan disarankan untuk Menyelenggarakan diklat Pelatihan Kantor Sendiri PKS dengan materi
setara dengan diklat substantif yang diselenggarakan oleh Pusdiklatwas BPKP.
2. Memberikan perhatian khusus terhadap variabel independen yang berpengaruh signifikan meningkatkan PENGETAHUAN PFA BPKP yaitu
Tingkatan Penggunaan Teknologi Auditee, Prosedur Teknis Operasional
dan Aturan Internal dengan cara: 1 Menyelenggarakan pelatihan kantor sendiri PKS untuk materi terkait
dengan penggunaan teknologi objek yang diperiksa dengan narasumber tim audit, misalnya PKS Sistem Informasi Akuntansi PDAM.
2 Menyelenggarakan PKS dengan materi pengetahuan teknis substantif kegiatan objek yang diaudit dengan narasumber dari instansi yang
membidangi, misalnya PKS tentang konstruksi bangunan gedung jalan jembatan dengan narasumber dari dinas Pekerjaan Umum.
3 Mencari peraturan berupa pedoman teknis petunjuk pelaksanaan kegiatan yang diaudit melalui internet jauh sebelum kegiatan audit
dilaksanakan dan mendistribusikan materi tersebut kepada PFA pada bidang terkait untuk dibaca dipelajari dan dilakukan PKS, misalnya:
Juklak Juknis Program Jamkesmas. 3. Dalam rangka meningkatkan MOTIVASI PFA BPKP, kepada Kepala
Perwakilan BPKP disarankan untuk memberikan perhatian khusus terhadap variabel independen yang berpengaruh signifikan yang sifatnya dalam
kendali Kepala Perwakilan controllable yaitu: Tantangan Kerja,
Kebanggaan Instansional, dan Jaminan Kelangsungan Kerja. Dikaitkan dengan tingkatan kebutuhan, motivasi PFA BPKP akan tinggi apabila PFA
diberi kesempatan penugasan yang memungkinkan PFA dapat
mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi yang ada pada PFAi serta penugasan yang dapat meningkatkan kebanggaan dan kepercayaan
diri. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan ritme penugasan yang menantang kepada PFA, menyelenggarakan rolling bidang dalam periode tertentu serta
menumbuhkembangkan rasa memiliki kebanggaan institusi dengan mewujudkan kinerja pengawasan yang dapat dibanggakan.
4. Dari hasil análisis pengaruh variabel independen KOMPETENSI, PENGETAHUAN DAN MOTIVASI terhadap kinerja PFA BPKP terlihat
bahwa MOTIVASI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja –
kualitas hasil pengawasan ketepatan waktu penyelesaian laporan. Hal tersebut menunjukkan bahwa PFA BPKP sudah sadar akan tugas dan
tanggungjawabnya, mempunyai kompetensi dan pengetahuan yang cukup dan dapat bekerja secara profesional.
Untuk itu, kepada Kepala Perwakilan disarankan untuk mengurangi penekanan pada upaya memotivasi PFA dan tindakan pengawasan ketat
terhadap pelaksanaan pekerjaan tetapi lebih menekankan pada pemberiaan pemahaman tentang arti penting kinerja dan tanggungjawab
penugasan kerja serta penekanan pada profesionalisme profesi. Atau dengan kata lain, lebih menekankan pada orientasi hasil daripada proses.
BAB I PENDAHULUAN