Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa L.)
PADA PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN KASCING

SKRIPSI

DELI REZKIYANI SAGALA
060301047

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa L.)
PADA PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN KASCING

SKRIPSI


DELI REZKIYANI SAGALA
060301047
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama
NIM
Departemen
Program Studi


: Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.)
Pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Kascing
: Deli Rezkiyani Sagala
: 060301047
: Budidaya Pertanian
: Agronomi

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Ir. Rosita Sipayung, MP.
NIP.131 459 302

Ir. Asil Barus, MS.
NIP.131 126 699


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
DELI REZKIYANI SAGALA. Pertumbuhan dan Produksi selada
(Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Kascing. Dibawah
bimbingan ROSITA SIPAYUNG dan ASIL BARUS.
Selada merupakan tanaman sayuran komersil yang sangat digemari di
masa sekarang. Budidaya kailan secara organik diharapkan dapat mengurangi
penggunaan bahan-bahan kimia. Pemberian pupuk organik cair dan kascing
diharapkan dapat mensuplai kebutuhan hara yang dibutuhkan selada. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk organik cair daan
kascing pada pertumbuhan dan Produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian
dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan mulai bulan Februari 2010 hingga bulan April 2010. Metode yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan,
faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 1cc/L air
(P1), 2 cc/L air (P2), 3 cc/L air (P3) dengan 3 ulangan, sedangkan faktor kedua
adalah pemberian kascing dengan dosis 0 g/kg ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1),
600 g/kg ultisol (K2) dan 900 g/kg ultisol (K3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh

tidak nyata pada semua parameter, yaitu tinggi tanamn, diameter batang, bobot
basah akar, bobot basah layak konsumsi, dan jumlah klorofil. Pemberian kascing
dengan berbagai taraf berpengaruh nyata pada semua parameter. Sedangkan
Interaksi antara berbagai media tanam dan pupuk organik cair berpengaruh nyata
pada tinggi tanaman 1, 2, dan 3 MSPT dan parameter jumlah klorofil 5 MSPT.
Kata kunci: selada, pupuk organik cair, kascing

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
DELI REZKIYANI SAGALA. Growth and production of Lettuce
(Lactuca sativa L.) with liquid organic fertilizer and vermicompost. Supervised by
ROSITA SIPAYUNG and ASIL BARUS.
Lettuce is a favorite commercial vegetable now. Lettuce agriculture by
using organic system were expected can make lessening of using chemist unsure.
By using liquid organic fertilizer and vermicompost was expected can be supply
requirement of hara in a plant need must . The research aimed to studied the
influence of using liquid organic fertilizer and vermicompost to growth and
production of lettuce (Lactuca sativa L.). Research was done in farmville at
agriculture faculty, university of north sumatera, Medan which started in

February 2010 until April 2010. Method of this research is randomized block
design factorial with two factor,the first is using liquid organic fertilizer at
consentration 1 cc/L water(P1), 2 cc/L water(P2), 3 cc/L water (P3) with 3
replications. And the second factor is addition vermicompost with dose 0 g/kg
ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1), 600 g/kg ultisol (K2) and 900 g/kg ultisol (K3)
Results of research showed that using liquid organic fertilizer is not
influence significantly at all of parameters, that is high of plant, stem diameters,
fresh weight which consumsed, fresh weight root and amount of klorofil. Using
vermicompost with various doses influence significantly at all of parameters .
Interaction of 2 treatment influence significantly at high of plant at 1, 2, 3 weeks
after planting removal and the amount of klorofil at 5 weeks after planting
removal .
Key words : lettuce, liquid organic fertilizer, vermicompost

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Deli Rezkiyani Sagala lahir di Sumberjo, Rantauprapat pada tanggal 11
Februari 1988, putri kedua dari empat bersaudara dari Bapak H. M. Sagala, AMK

dan Ibu Hj. L. Butar-butar SPd.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 118320
Perk. Berangir Rantauprapat pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan
ke SLTPN 1 A. K. Batu, Rantauprapat, selesai pada tahun 2003. Pada tahun 2006
penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 3 Ranutau Utara, kemudian
lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi
Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota BKM-FP
USU (2006-2007). Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN
IV Kebun Unit Pabatu di Pabatu, Deli Serdang pada bulan Juli sampai Agustus
2009.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”
Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Cair Organik dan Kascing” berhasil selesai dengan baik dan tepat waktu. Skripsi

disusun sebagai satu syarat untuk medapat gelar sarjana di Departemen Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
ayahanda H. M. Sagala, AMK dan ibunda tercinta Hj. L. Butar-butar, SPd. atas
semangat, dukungan, doa dan kasih sayangnya kepada penulis, penulis juga
berterima kasih kepada nenek dan kakak terbaik, dr. Hj. Devi Andayani Sagala
dan kedua adik tersayang Deni Sukmana Sagala dan Deri Putriyani Sagala, dan
seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan mendoakan
keberhasilan penulis selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
banyak kepada Ibu Ir Rosita Sipayung,MP dan Bapak Ir. Asil Barus,MP selaku
komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di lingkungan Program Studi Agronomi, Departemen
Budidaya Pertanian, Iqbal Rizlansyah BB yang sangat banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini, teman-teman stambuk 2006, serta adik-adik
stambuk 2007, 2008, AET 2009 dan seluruh pihak yang turut membantu dalam
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Penulis berharap semoga penelitian ini berguna sebagai dasar penelitianpenelitian selanjutnya dan dapat menyumbangkan pengetahuan bagi kemajuan
dunia pendidikan dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................i
ABSTRACT......................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix
PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
Hipotesis Penelitian............................................................................. 2
Kegunaan Penelitian ........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman .................................................................................. 4
Syarat Tumbuh .................................................................................... 6
Iklim ....................................................................................... 6
Tanah ..................................................................................... 6
Pupuk Organik Cair ............................................................................ 7
Kascing................................................................................................ 8
Pestisida Organik ............................................................................... 10
Ultisol................................................................................................. 10
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 12
Bahan dan Alat Penelitian.................................................................. 12
Metode Penelitian .............................................................................. 13
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyiapan Lahan ................................................................................ 15
Persemaian ......................................................................................... 15

Persiapan Media Tanam..................................................................... 15
Penanaman ......................................................................................... 15
Pemeliharaan Tanaman ...................................................................... 16
Penyiraman ............................................................................. 16
Penyulaman ............................................................................ 16
Pemupukan............................................................................. 16
Pengendalian Hama dan Penyakit.......................................... 16
Penyiangan ............................................................................. 16
vi
Pengamatan Parameter ....................................................................... 17

Universitas Sumatera Utara

Tinggi tanaman(cm) ............................................................... 17
Diameter Batang (cm) ............................................................ 17
Bobot Basah Akar (gram)....................................................... 17
Bobot Segar Layak Konsumsi (gram) .................................... 17
Jumlah Klorofil (unit/6mm3) ................................................. 17
Panen .................................................................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil .................................................................................................. 19
Pembahasan.........................................................................................27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................... 36
Saran................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1. Tinggi tanaman (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing
pada berbagai taraf pada umur 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah pindah
tanam (MSPT) .................................................................................................. 21
2. Diameter batang (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing
berbagai taraf ...................................................................................................... 23
3. Bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing
berbagai taraf ...................................................................................................... 24
4. Bobot basah layak konsumsi (g) pada pemberian pupuk organik cair
dan kascing berbagai taraf .................................................................................. 25
5. Jumlah klorofil (unit/6mm3) pada pada pemberian pupuk organik cair
dan kascing berbagai taraf .................................................................................. 26

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.
Hal
1. Deskripsi Tanaman................................................................................. 39
2. Bagan Penelitian...................................................................................... 40
3. Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 41
4. Analisis Kascing dan Ultisol .................................................................. 42
5. Data Tinggi Tanaman 1 MSPT .............................................................. 43
6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MSPT....................................... 43
7. Data Tinggi Tanaman 2 MSPT .............................................................. 44
8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MSPT....................................... 44
9. Data Tinggi Tanaman 3 MSPT .............................................................. 45
10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MSPT....................................... 45
11. Data Tinggi Tanaman 4 MSPT .............................................................. 46
12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT....................................... 46
13. Data Tinggi Tanaman 5 MSPT .............................................................. 47
14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MSPT....................................... 47
15. Data Diameter Batang ...............................................................................48
16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang..................................................... 48
17. Data Bobot Basah Akar .......................................................................... 49
18. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar ................................................. 49
19. Data Bobot Basah Layak Konsumsi ...................................................... 50
20. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Layak Konsumsi ............................... 50
21. Data Jumlah Klorofil 5 MSPT ................................................................ 51
22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil 5 MSPT ....................................... 51

Universitas Sumatera Utara

23. Data Jumlah Klorofil 9 MSPT ................................................................ 52
24. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil 5 MSPT........................................ 52
25. Foto Penelitian ........................................................................................ 53
26. Rangkuman uji beda rataan..................................................................... 66

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
DELI REZKIYANI SAGALA. Pertumbuhan dan Produksi selada
(Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Kascing. Dibawah
bimbingan ROSITA SIPAYUNG dan ASIL BARUS.
Selada merupakan tanaman sayuran komersil yang sangat digemari di
masa sekarang. Budidaya kailan secara organik diharapkan dapat mengurangi
penggunaan bahan-bahan kimia. Pemberian pupuk organik cair dan kascing
diharapkan dapat mensuplai kebutuhan hara yang dibutuhkan selada. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk organik cair daan
kascing pada pertumbuhan dan Produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian
dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan mulai bulan Februari 2010 hingga bulan April 2010. Metode yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan,
faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 1cc/L air
(P1), 2 cc/L air (P2), 3 cc/L air (P3) dengan 3 ulangan, sedangkan faktor kedua
adalah pemberian kascing dengan dosis 0 g/kg ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1),
600 g/kg ultisol (K2) dan 900 g/kg ultisol (K3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh
tidak nyata pada semua parameter, yaitu tinggi tanamn, diameter batang, bobot
basah akar, bobot basah layak konsumsi, dan jumlah klorofil. Pemberian kascing
dengan berbagai taraf berpengaruh nyata pada semua parameter. Sedangkan
Interaksi antara berbagai media tanam dan pupuk organik cair berpengaruh nyata
pada tinggi tanaman 1, 2, dan 3 MSPT dan parameter jumlah klorofil 5 MSPT.
Kata kunci: selada, pupuk organik cair, kascing

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
DELI REZKIYANI SAGALA. Growth and production of Lettuce
(Lactuca sativa L.) with liquid organic fertilizer and vermicompost. Supervised by
ROSITA SIPAYUNG and ASIL BARUS.
Lettuce is a favorite commercial vegetable now. Lettuce agriculture by
using organic system were expected can make lessening of using chemist unsure.
By using liquid organic fertilizer and vermicompost was expected can be supply
requirement of hara in a plant need must . The research aimed to studied the
influence of using liquid organic fertilizer and vermicompost to growth and
production of lettuce (Lactuca sativa L.). Research was done in farmville at
agriculture faculty, university of north sumatera, Medan which started in
February 2010 until April 2010. Method of this research is randomized block
design factorial with two factor,the first is using liquid organic fertilizer at
consentration 1 cc/L water(P1), 2 cc/L water(P2), 3 cc/L water (P3) with 3
replications. And the second factor is addition vermicompost with dose 0 g/kg
ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1), 600 g/kg ultisol (K2) and 900 g/kg ultisol (K3)
Results of research showed that using liquid organic fertilizer is not
influence significantly at all of parameters, that is high of plant, stem diameters,
fresh weight which consumsed, fresh weight root and amount of klorofil. Using
vermicompost with various doses influence significantly at all of parameters .
Interaction of 2 treatment influence significantly at high of plant at 1, 2, 3 weeks
after planting removal and the amount of klorofil at 5 weeks after planting
removal .
Key words : lettuce, liquid organic fertilizer, vermicompost

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selada termasuk kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal di
masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat-zat gizi khususnya vitamin dan
mineral yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai
bahan makanan bisa dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan yang
dimakan bersama dengan bahan makanan lain. (Wicaksono, 2008).
Selada yang mulai dibudidayakan dan dikembangkan saat ini adalah jenis
butterhead lettuce atau selada krop. Disebut selada krop karena daunnya akan
bertangkup dan membentuk krop pada saat dewasa. Bagian krop inilah yang akan
dipanen dan dikonsumsi sebagai sayur atau lalap. Tanaman pada saat muda
memiliki daun yang bergelombang, tetapi selanjutnya akan membentuk krop
(Pranowo, 2009).
Selada merupakan sayuran yang biasa dikomsumsi segar, oleh sebab itu,
penerapan teknologi ramah lingkungan semakin penting artinya dalam memenuhi
kebutuhan konsumen. Untuk itu diperlukan kesadaran petani dan berbagai pihak
yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan kelestarian
lingkungan.

Pertanian

organik

kemudian

dipercaya

mejadi

salah

satu

alternatifnya.
Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian
organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah.
Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk organik.

1
Universitas Sumatera Utara

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik yang telah
mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.
Kascing adalah kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah dan
bahan lainnya yang merupakan pupuk organik yang kaya akan unsur hara dan
kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik lain, karena
mengandung lebih banyak mikroorganisme, bahan organik, dan anorganik dalam
bentuk tersedia bagi tanaman serta mengandung enzim yang membantu
perombakan bahan organik (Sudirja, Muhammad dan Santi, 2005).
Selain kascing, pupuk organik cair juga dapat diberikan untuk memenuhi
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, karena selain pupuk ini memiliki
kandungan unsur

hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung beberapa

hormon pertumbuhan tanaman seperti auksin dan sitokinin serta tidak
ditemukannya bakteri pathogen.
Melihat uraian di atas dan berbagai kelebihan dari kascing dan pupuk
organik cair, saya tertarik untuk mencoba mengaplikasikannya pada pertanaman
selada secara organik.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.) pada
pemberian pupuk organik cair dan kascing.

Hipotesis Penelitian
Ada respon yang nyata dari pertumbuhan dan produksi selada
(Lactuca sativa L.) akibat pemberian pupuk organik cair dan kascing serta
interaksi antara kedua faktor tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi bidang
hortikultura.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman
selada adalah sebagai berikut:
Kingdom

:Plantae

Divisio

:Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Lactuca

Spesies

: Lactuca sativa L.

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman
20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap
oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi
(Rukmana, 1994).
Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam,
bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun
yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki
tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan
halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak

4
Universitas Sumatera Utara

manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm
(Wicaksono, 2008).
Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek
dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat
dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang
selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada
batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga
bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar
bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak
muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang
dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap
krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak
(Ashari, 1995).
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan
lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan
dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh

Iklim
Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun,
hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada
penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi
pertumbuhannya adalah 15-20o C (Sunarjono, 2003).
Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan,
karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau
tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan
terhadap hujan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang
terlalu panas (Suprayitno ,1996).
Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian
5-2.200 meter di atas permukaan laut. Selada krop biasanya membentuk krop bila
ditanam di dataran tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat
membentuk krop di dataran rendah seperti varietas great lakes dan Brando
(Haryanto dkk, 1996).
Tanah
Selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung
humus. Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk
pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu
dan lempung berpasir juga dapat digunakan sebagi media tanam

selada

(Haryanto dkk, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada
adalah berkisar antara 6,5-7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak
dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996).

Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah pupuk yang terbuat dari sari tumbuhan alami
berbentuk cair. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair adalah
“hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan pupuk ini
adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan bakteri.
Selain itu, pupuk ini juga dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan

tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan

karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung
hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk

juga mempercepat keluarnya bunga,

mempercepat masa panen sehingga

panen lebih cepat dari biasanya

(http://www.kaskus.com, 2009).
Kualitas pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul terbukti dalam
meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan
Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu
menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (http://www.kaskus.com, 2009).
Melihat hasil yang diperoleh dari pemberian pupuk organik cair hormon
tanaman unggul pada padi, diharapkan pamberian pupuk ini pada selada juga
dapat meningkatkan produksi.

Universitas Sumatera Utara

Kascing
Kascing atau vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil
perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Kascing
merupakan campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam
budidaya cacing tanah. Oleh karena itu, kascing merupakan pupuk organik yang
ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan
kompos lain (Mashur, 2001).
Kascing mempunyai kelebihan dari pupuk organik lainnya, karena selain
mempunyai hampir semua unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, kascing
juga mengandung unsur makro yang lebih tinggi, dan kascing juga mampu
menetralkan pH tanah (Liptan, 2001).
Kascing kaya akan N yang berasal dari perombakan bahan organik yang
kaya N dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem
pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan N dalam bentuk kascing selain
disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah
mati, juga oleh urin yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya
nitrogen (Isroi, 2007)
Kascing mengandung humus sebesar 13,88 % yang berguna untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Makin tinggi kadar humusnya, makin subur tanah
tersebut. Selain itu, nutrisi yang terdapat di dalam kascing adalah nutrisi dalam
bentuk terlarut sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Hal ini dikarenakan
cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut

Universitas Sumatera Utara

dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya
(Mashur, 2001).
Selain mengandung hampir semua unsur hara yang dibituhkan oleh
tanaman dalam jumlah yang tersedia, kascing juga mengandung hormon tumbuh
tanaman. Hormon tersebut akan memacu pertumbuhan tanaman, akar tanaman di
dalam tanah, memacu pertunasan ranting-ranting baru pada batang dan cabang
pohon, serta memacu pertumbuhan daun (Yuwono, 2006).
Pemberian kascing pada tanaman selada dapat meningkatkan hasil.
Dengan menambahkan kascing dengan dosis yang sesuai, maka lebar daun, tinggi
tanaman, jumlah daun dan berat bobot basah selada akan meningkat sekitar
100 %. Selain itu, pemberian kascing juga memperlihatkan pertumbuhan akar
yang baik sebab pemberian kascing dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
pertumbuhan akar selada baik (Nurmawati dan Anang, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian Aryani (1996), pemberian kascing berbeda
dosis pada tanaman tomat menyebabkan perbedaan yang nyata dalam luas daun
dan bobot kering tanaman. Peningkatan dosis kascing dapat meningkatkan hasil
sampai dosis kascing optimum 250 gram per kilogram tanah. Hasil penelitian
Gani (2002) menyatakan bahwa pemberian kascing sampai taraf 300 gram tiap
tanaman meningkatkan nilai-nilai variabel respon komponen hasil jagung. Hasil
penelitian Hidayat (2002) mengemukakan bahwa hasil buncis maksimal dicapai
dengan pemberian kascing 250 gram tiap kilogram tanah. Selanjutnya hasil
penelitian pada tanaman pangan, kascing dapat meningkatkan serapan hara N, P
dan K dan hasil kedelai meningkat hingga 100 %. Beberapa penelitian juga telah

Universitas Sumatera Utara

melaporkan bahwa kascing berpengaruh nyata terhadap struktur dan kesuburan
tanah (Anas, 1990 dalam Sudirja dkk, 2005).

Pestisida Organik
Pestisida organik cair adalah pestisida yang terbuat dari sari tumbuhan
alami berbentuk cair. Pestisida ini tidak mengandung bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi kesehatan. Ada berbagai merek dagang dari pestisida organik,
salah satunya adalah Multicomp. Pestisida organik ini dapat membasmi organisme
pengganggu tanaman seperti, ulat, jamur, tungau dan kutu,secara kontak dan
lambung. Keunggulan menggunakan pestisida organik selain tanaman bebas dari
organisme pengganggu tanaman adalah ekonomis, ramah lingkungan karena tidak
meninggalkan residu pestisida sehingga aman bagi lingkungan, karena terbuat dari
tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat-zat yang dapat menekan pertumbuhan
organisme pengganggu tanaman seperti tembakau. Adapun kandungan dari
pestisida organik ini adalah katorisida 12%, rotenone 4,29%, nikotin 0,86%,
kamporlins 0,0227%.
Ultisol
Tanah ultisol merupakan tanah yang terbentuk di bawah iklim lunak, curah
hujan besar dan biasanya terdapat di hutan. Karena di hutan banyak mengandung
sisa-sisa bahan organik maka tanah ini biasanya bersifat masam. Tanah ultisol
berwarna merah kekuningan. Kekhasannya ditandai oleh horizon putih yaitu
horizon yang bahan organik dan besinya telah tercuci, jadi hanya tersisa silikanya
saja (Brady dan Bucman, 1982).

Universitas Sumatera Utara

Tanah ultisol biasanya memiliki kesuburan yang rendah untuk pertanian,
karena ultisol memiliki kapasitas tukar kation yang rendah, dan ber-pH masam,
namun apabila dikelola dengan baik, dan iklim yang memungkinkan maka tanah
ultisol juga dapat menjadi lahan pertanaian yang dapat menghasilkan
(Foth, 1984).
Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga
faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh
berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang
berbeda

dalam

mempengaruhi

pertumbuhan

suatu

tanaman

(Sutedjo dan Kartasapoetra, 2006).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian lebih kurang 25 meter di
atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2010.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman selada
(Lactuca sativa L.) sebagai objek pengamatan, pupuk organik cair ’Hormon
Tanaman Unggul’ dan kascing sebagai perlakuan, pestisida organik untuk
melindungi tanaman dari hama dan penyakit, pasir untuk memudahkan penebaran
benih pada saat melakukan persemaian, polibek sebagai tempat penanaman,
topsoil dan kascing sebagi media tanam persemaian, tanah ultisol sebagai media
tanam, plastik untuk tempat sampel tanah dan sebagai wadah selada pada saat
panen, pacak plot dan blok, air untuk menyiram, untuk membedakan perlakuan,
dan berbagai bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah timbangan untuk menimbang,
pacak bambu dan tali plastik untuk membuat plot,cangkul untuk membuat plot
dan menyiangi gulma di plot, alat tulis dan kertas untuk mencatat data, gembor
untuk menyiram, handsprayer untuk memupuk dan menyemprot pestisida organik,
kalkulator untuk menghitung data, meteran untuk mengukur parameter tinggi
tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, pisau untuk memanen,
klorofilmeter untuk mengukur parameter klorofil, ember sebagai wadah air untuk

12
Universitas Sumatera Utara

membersihkan akar dan mengukur volume selada, dan alat lain yang membantu
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
1. Pupuk organik cair dengan 3 taraf perlakuan yaitu:
P1

= 1 cc / Liter air

P2

= 2 cc / Liter air

P3

= 3 cc / Liter air

2. Kascing dengan 3 taraf perlakuan yaitu:
K0 = 0 gram/ kg tanah
K1 = 300 gram/ kg tanah
K2 = 600 gram/ kg tanah
K3 = 900 gram/ kg tanah
Sehingga diperoleh 12 kombinasi yaitu:
P1K0

P1K1

P1K2

P1K3

P2K0

P2K1

P2K2

P2K3

P3K0

P3K1

P3K2

P3K3

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah kombinasi

: 12 kombinasi

Jumlah tanaman per plot

: 5 tanaman

Jumlah seluruh seluruhnya

: 180 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 108 tanaman

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar barisan

: 50 cm

Universitas Sumatera Utara

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai
berikut:

Yijk    i   j   k  (  ) jk   ijk
i = 1,2,3

j =1,2,3

k =1,2,3,4

Dimana
Yijk =

hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan perlakuan
dosis pemberian pupuk cair organik pada taraf ke-j dan kascing pada taraf
ke-k

 = Nilai tengah
i = Efek dari blok ke-i
 j = Efek dari perlakuan pupuk cair organik pada taraf ke-j
 k = Efek dari perlakuan kascing pada taraf ke-k
( ) jk = efek interaksi antara perlakuan pupuk cair organik Hantu pada taraf

ke-j dan kascing pada taraf ke-k pada blok ke-i
 ijk = Galat dari blok ke-i yang disebabkan pupuk cair organik pada taraf ke-j

dan kascing pada ke-k.

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi sanitasi lahan dan pembuatan parit serta plot
yang dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat plot berukuran
1x1 meter. Selain itu, juga dibuat naungan untuk persemaian benih selada dengan
ketinggian lebih kurang satu meter yang menghadap ke timur dan yang
menghadap ke bagian barat lebih kurang 60 centimeter.

Persemaian
Sebelum ditanam, benih selada disemaikan dahulu agar diperoleh bibit
tanaman yang baik dan seragam. Untuk menghindari benih saling berlekatan,
maka digunakan pasir, agar benih lebih mudah ditebarkan. Persemain dilakukan
dua minggu sebelum tanam. Media persemaian berupa campuran kascing dan top
soil.
Persiapan media
Persiapan media meliputi penyediaan tanah ultisol dan kascing yang
dilakukan satu minggu sebelum tanam. Kemudian, media tanam dicampur
menurut perlakuan dan dimasukkan pada polibek yang berukuran lima kilogram.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur dua minggu atau telah tumbuh
empat helai daun pada persemaian. Penanaman dilakukan dengan memindahkan
bibit dari persemaian ke polibek yang telah diberi perlakuan.

15
Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara menyiramnya sampai tanah
dalam kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman rusak atau mati dan dilakukan
paling lama satu minggu setelah pindah tanam ke lapangan.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menyemprotkan pupuk organik cair sesuai
dosis perlakuan. Pemupukan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur satu
minggu setelah pindah tanam ke lapangan dengan interval satu minggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian

hama

dan

penyakit

tanaman

dilakukan

dengan

menyemprotkan pestisida organik dengan interval satu minggu, dilakukan mulai
satu minggu setelah pindah tanam dengan interval satu minggu.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh di dalam
polibek maupun plot, dengan cara mencabut gulma yang ada dalam polibek dan
menyiangi plot dengan cangkul.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan parameter

Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman selada dilakukan dengan mengukur panjang
mulai dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah sampai bagian
tanaman tertinggi, pengamatan dilakukan satu minggu setelah pindah tanam
dengan interval satu minggu.
Diameter Batang (cm)
Pengamatan diameter batang selada dilakukan dengan mengukur diameter
batang dua centimeter di atas leher batang, dengan menggunakan jangka sorong.
Pengamatan dilakukan pada saat panen.
Bobot Basah Akar (gram)
Pengamatan bobot basah selada dilakukan dengan menimbang akar, penimbangan
dilakukan pada saat panen dengan membersihkan akar dari tanah terlebih dahulu.
Bobot Basah Layak Konsumsi (gram)
Pengamatan bobot basah layak konsumsi dilakukan dengan menimbang
selada yang telah dibersihkan dari daun-daun yang tua, penimbangan dilakukan
pada saat panen.
Jumlah Klorofil (unit/6mm3)
Pengamatan

jumlah

klorofil

dilakukan

dengan

menggunakan

klorofilmeter. Pengamatan dilakukan pada daun yang berada dua daun dibawah
pucuk selada, dilakukan dua kali yaitu pada saat selada berumur lima minggu
setelah pindah tanam dan pada saat panen.

Universitas Sumatera Utara

Panen
Panen dilakukan setelah selada berumur sembilan minggu setelah pindah
tanam, dengan cara memotong pangkal batang dengan menggunakan pisau.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair dan
kascing tidak

bepengaruh terhadap pembentukan krop pada selada. Hal ini

mungkin disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai, karena selada
ditanam di dataran rendah yang suhunya relatif tinggi, padahal untuk membentuk
krop selada membutuhkan suhu yang sejuk. Selada yang ditanam adalah varietas
Brando, varietas yang dapat membentuk krop di dataran rendah tetapi akan lebih
optimal bila ditanamn di dataran tinggi. Selada tidak membentuk krop mungkin
diakibatkan karena penanaman dilakukan pada saat musim kemarau sehingga
suhu tinggi.
Selada yang ditanaman hanya membentuk semi krop. Hal ini mungkin
disebabkan selada tidak mampu memenuhi kebutuhan hara yang cukup serta
keadaan lingkungan yang kurang sesuai dalam pembentukan krop, sebab pada saat
proses pembentukan terjadi, unsur hara dan kondisi lingkungan harus benar-benar
sesuai. Proses pembentukam krop pada selada terjadi karena pertumbuhan daun
selada yang pesat, tetapi tidak diimbangi dengan perkembangan daun, sehingga
daun akan bertumpang tindih dan lama kelamaan akan membengkok kemudian
terbentuklah krop. Proses pembentukan krop sangat dipengaruhi oleh iklim dan
kesuburan tanah.
Karena tidak membentuk krop maka yang dipanen adalah daun yang muda
yang layak untuk dikonsumsi. Namun ada beberapa yang membentuk semi krop,
yaitu sekitar 7 % dari seluruh sampel dari berbagai perlakuan. Selada yang

19
Universitas Sumatera Utara

dipanen dapat disimpan paling lama 4 hari, lebih cepat dibanding dengan yang
tertulis di deskripsi. Hal ini mungkin disebabkan karena selada tidak membentu
kkrop, sehingga daunnya lebih tipis dari krop, karena daunnya tipis, maka selada
mudah layu.
Dari hasil uji statistik berdasarkan sidik ragam pemberian kascing pada
berbagai taraf berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 1, 2, 3,4 dan 5
minggu setelah pindah tanam, diameter batang, bobot basah produksi layak
konsumsi, bobot basah akar, dan jumlah klorofil. Sedangkan pada pemberian
pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman,
diameter batang, bobot basah produksi layak konsumsi, bobot basah akar, dan
jumlah klorofil.
Tinggi Tanaman (cm)
Dari

data

pengamatan

tinggi

tanaman

dan

sidik

ragam

(Lampiran 5 sampai 14) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada
tanaman selada berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi selada pada umur 1
minggu setelah pindah tanam (MSPT) sampai umur 5 MSPT. Tetapi pemberian
kascing dengan berbagai taraf pada selada memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi selada pada umur 1 sampai 5 MSPT. Dari data-data tersebut juga terlihat
bahwa interaksi antara pupuk organik cair dan kascing juga berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman pada umur 1, 2 dan 3 MSPT. Data rataan tinggi tanaman
selada dapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing
berbagai taraf pada umur 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah pindah tanam
(MSPT)
Pupuk Organik Cair
(cc/l air)
1 MSPT
1
2
3
Rataan
2 MSPT
1
2
3
Rataan
3 MSPT
1
2
3
Rataan
4MSPT
1
2
3
Rataan
5 MSPT
1
2
3
Rataan

0

Kascing (g/kg ultisol)
300
600

900

Rataan

6.43 b-f
5.65 f
5.29 f
5.79

7.42 a-c
6.30 b-f
6.59 b-f
6.77

6.32 b-f
7.23 a-d
7.51 ab
7.02

5.70 f
8.20 a
7.20 a-e
7.03

6.46
6.84
6.64

9.29 c-g
8.16 g
8.15 g
8.53

10.60 a-c
9.07 d-g
9.99 b-e
9.88

9.42 b-g
10.07 a-d
10.66 a-b
10.05

8.91 d-g
11.51 a
9.59 b-f
10.00

9.55
9.70
9.60

13.96 g-j
13.01 j
12.78 j
13.25

16.59 a-c
14.51 d-i
15.83 a-e
15.64

15.02 d-h
15.90 a-d
16.68 a-b
15.86

15.16 b-g
17.16 a
15.81 a-f
16.04

15.18
15.14
15.27

16.87
16.27
16.62
16.59 c

19.28
20.11
20.69
20.03 ab

20.73
19.74
19.62
20.03 ab

18.78
20.25
21.50
20.18 a

18.91
19.09
19.61

19.57
18.20
19.70
19.16 c

22.34
23.00
23.96
23.10 ab

24.03
22.64
22.88
23.18 ab

22.59
24.45
24.43
23.82 a

22.13
22.07
22.74

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi tinggi tanaman selada
pada umur 1 MSPT terdapat pada perlakuan P2K3 yaitu sebesar 8.2 cm, lalu
berturut-turut diikuti oleh P3K2 (7.51 cm), P1K1 (7.42 cm), P2K2 (7.23 cm),
P3K3 (7.2 cm), P3K1 (6.59 cm), P1K0 (6.43 cm), P1K2 (6.32 cm), P2K1 (6.30
cm), P1K3 (5.7 cm), P2K0 (5.65 cm) dan tinggi tanaman yang terendah adalah
perlakuan P3K0 yaitu 5.29 cm.

Universitas Sumatera Utara

Pada saat selada berumur 2 MSPT rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat
pada perlakuan P2K3 yaitu sebasar 11.51 cm dan berturut-turut diikuti oleh P3K2
(10.66

cm), P1K1 (10.60

cm), P2K2 (10.07 cm), P3K1 (9.99 cm), P3K3

(9.59 cm), P1K2 (9.42 cm), P1K0 (9.29 cm) P2K1 (9.07 cm), P1K3 (8.91 cm),
P2K0 (8.16 cm) dan tinggi tanaman yang terendah adalah perlakuan P3K0 dengan
tinggi 8.15 cm.
Pada umur 3 MSPT, rataan tinggi tanaman selada mencapai nilai tertinggi
pada perlakuan P2K3 yaitu sebesar 17.16 cm dan berturut-turut diikuti oleh P3K2
(16.68 cm), P1K1 (16.59 cm), P2K2 (15.9 cm), P3K1 (15.83 cm), P3K3
(15.81 cm), P1K3 (15.16 cm), P1K2 (15.02 cm), P2K1 (14.51 cm), P1K0
(13.96 cm), P2K0 (13.01 cm), dan tinggi tanaman terendah P3K0 sebesar
12.78 cm.
Pada saat umur selada mencapai 4 MSPT, rataan tinggi tanaman tertinggi
terdapat pada pemberian kascing sebanyak 900 g/kg ultisol (K3) yaitu sebesar
21.50cm, lalu berturut-turut dikuti oleh pemberian kascing sebanyak 300 g g/kg
ultisol (K1) sebesar 20.69 cm, 600 g/kg ultisol (K2) dengan tinggi 19.62 cm, dan
0 g/kg ultisol (K0) 16.62 cm sebagai tinggi tanaman terendah.
Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pada saat umur selada mencapai 5
MSPT, rataan tertinggi tinggi tanaman terdapat pada selada yang diberi kascing
sebanyak 900 g/kg ultisol (K3) yaitu sebesar 24.43 cm, lalu berturut-turut diikuti
pemberian kascing sebanyak 300 g g/kg ultisol (K1) sebesar 23.96 cm, 600 g/kg
ultisol (K2) sebesar 22.88 cm, dan tinggi tanaman terendah terdapat

pada

pemberian kascing sebanyak 0 g/kg ultisol (K2) K0 19.70 cm.

Universitas Sumatera Utara

Diameter Batang (cm)
Dari

data

pengamatan

diameter

batang

dan

sidik

ragam

(lampiran 15 dan 16) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada tanaman
selada juga berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang selada pada umur
9 MSPT. Tetapi pemberian kascing dengan berbagai taraf pada selada
memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang selada pada umur 9 MSPT.
Data rataan diameter batang selada dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Diameter batang (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing
berbagai taraf
Kascing (g/kg ultisol)

Pupuk Organik
Cair (cc/l air)

0
1.15
1.02
1.13
1.10 d

1
2
3
Rataan

300
2.00
1.74
1.77
1.84 c

600
2.17
2.16
2.12
2.15 b

900
2.24
2.13
2.25
2.21a

Rataan
1.89
1.76
1.82

Keterangan : Angk –angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan diameter tinggi tanaman tertinggi
terdapat pada selada yang diberi kascing sebanyak 900 g/kg ultisol (K3) yaitu
sebesar 2.21 cm, lalu berturut-turut diikuti oleh pemberian kascing sebanyak
600 g/kg ultisol (K2) dengan diameter sebesar 2.15 cm, 300 g/kg ultisol (K1)
sebesar 1.84 cm dan diameter batang terendah terdapat pada pemberian kascing
sebanyak 0 g/kg ultisol (K0) dengan diameter 1.1 cm.
Bobot Basah Akar (g)
Dari

data

pengamatan

bobot

basah

akar

dan

sidik

ragam

(lampiran 17 dan 18) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada tanaman
selada juga berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar selada pada umur

Universitas Sumatera Utara

9 MSPT. Tetapi pemberian kascing dengan berbagai taraf pada selada
memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah akar selada pada umur
9 MSPT. Data rataan bobot basah akar selada dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing
berbagai taraf
Pupuk Organik
Cair (cc/l air)
1
2
3
Rataan

0
12.21
10.81
11.46
11.49 d

Kascing (g/kg ultisol)
300
600
20.52
17.55
16.75
16.02
19.75
14.43
19.01 a
16.00 c

900
20.38
15.22
18.75
18.12 ab

Rataan
17.66
14.70
16.10

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah akar selada tertinggi
terdapat pada selada yang diberi kascing sebanyak 300 g/kg ultisol (K1) yaitu
sebesar 19.01 g, lalu berturut-turut diikuti oleh pemberian kascing sebanyak
900 g/kg ultisol (K3) dengan berat sebesar 18.12 g, 600 g/kg ultisol (K2) sebesar
16 g dan bobot basah akar terendah terdapat pada pemberian kascing sebanyak
0 g/kg ultisol (K0) dengan berat akar sebesar 11.49 g.
Bobot Basah Layak Konsumsi (g)
Dari data pengamatan bobot basah layak konsumsi dan sidik ragam
(lampiran 19 dan 20) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada tanaman
selada juga berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah layak konsumsi selada
pada umur 9 MSPT. Tetapi pemberian kascing dengan berbagai taraf pada selada
memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah layak konsumsi selada pada
umur 9 MSPT. Data rataan bobot basah layak konsumsi selada dapat dilihat pada
Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Bobot basah layak konsumsi (g) pada pemberian pupuk organik cair dan
kascing berbagai taraf
Pupuk Organik
Cair (cc/l air)
1
2
3
Rataan

0
63.03
47.81
48.21
53.01 c

Kascing (g/kg ultisol)
300
600
121.03
136.40
162.24
111.29
132.75
133.95
138.67 a
127.21 b

900
131.84
112.56
123.47
122.63 b

Rataan
113.07
108.47
109.60

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah layak konsumsi selada
tertinggi terdapat pada selada yang diberi kascing sebanyak 300 g/kg ultisol (K1)
yaitu sebesar 138.67 g, lalu berturut-turut diikuti oleh pemberian kascing
sebanyak 600 g/kg ultisol (K2) dengan berat sebesar 127.21 g, 900 g/kg ultisol
(K3) sebesar 122.63 g dan bobot basah layak jual terendah terdapat pada
pemberian kascing sebanyak 0 g/kg ultisol (K0) dengan berat sebesar 53.01 g.
Jumlah Klorofil (unit/6mm3)
Dari

data

pengamatan

jumlah

klorofil

dan

sidik

ragam

(lampiran 21 sampai 24) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada
tanaman selada juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil selada
pada umur 5 dan 9 MSPT. Tetapi pemberian kascing dengan berbagai taraf pada
selada memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah klorofil selada pada umur
5 dan 9 MSPT. Interaksi antara pupuk organik cair dan kascing juga berpengaruh
nyata terhadap jumlah klorofil pada selada berumur 5 MSPT. Data rataan bobot
basah layak konsumsi selada dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Jumlah klorofil (unit/6mm3) pada pada pemberian pupuk organik cair dan
kascing berbagai taraf
Pupuk Organik
Cair (cc/l air)
Klorofil 5 MSPT
1
2
3
Rataan
Klorofil 9 MSPT
1
2
3
Rataan

Kascing (g/kg ultisol)
0

300

600

900

24.46 i
27.33 g-i
24.34 i
25.38

30.42 d-h
27.15 g-i
30.51 d-g
29.36

34.21 a-e
32.78 a-e
35.73 a-b
34.24

31.97 b-f
36.18 a
35.63 a-c
34.59

24.47
26.14
26.34
25.65 d

29.02
28.91
28.96
28.96 c

30.37
31.04
29.53
30.31 b

31.56
32.46
32.09
32.04 a

Rataan

30.26
30.86
31.55

28.86
29.64
29.23

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak
berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada saat selada berumur 5 MSPT, rataan
tertinggi jumlah klorofil selada terdapat pada perla