Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal demikian tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 mengenai fungsi pendidikan. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Karena pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak-anak sebagai peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah usaha untuk sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan pendidikan formal. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan ialah tahap pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak disebut pendidikan dasar yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Selain mendapatkan pendidikan formal di sekolah, anak-anak pun secara tidak langsung mendapatkan pendidikan informal. Yaitu jalur pendidikan dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan tanggung jawab. Salah satunya berada di lingkungan keluarga, yaitu di rumah. Pendidikan di lingkungan keluarga terlihat seperti halnya menonton tayangan televisi. Televisi merupakan media atau sarana komunikasi yang tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat, terutama anak-anak. Karena melalui 2 televisilah masyarakat bertambah pengetahuannya baik di bidang akademis, ekonomi, sosial, politik, pariwisata, budaya, dan semua hiburan lainnya yang mampu membuat masyarakat, khususnya anak-anak duduk berjam-jam lamanya di depan layar televisi. Dengan hadirnya televisi di tengah masyarakat diharapkan bisa membantu masyarakat dalam bersosialisasi, berinteraksi, dan mengetahui permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Hampir seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat memiliki televisi. Setiap hari masyarakat menghabiskan waktu luangnya untuk menonton tayangan televisi, termasuk anak-anak. Beragamnya program tayangan televisi yang dihadirkan oleh beberapa stasiun televisi mampu membuat penonton atau pemirsanya merasa terhibur dan tidak beranjak dari siaran televisi yang sedang ditontonnya. Stasiun televisi merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Secara tidak langsung stasiun televisi mempunyai tanggungjawab untuk menjaga sekaligus meningkatkan nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat, termasuk dalam hal mendidik anak- anak. Televisi dapat mempengaruhi anak untuk mempelajari hal-hal yang baru, merangsang anak untuk selalu berpikir dan bertanya. Dengan demikian hal tersebut akan memperkaya kehidupan intelektual anak. Melalui televisi anak dapat mempelajari tingkah laku yang baik seperti halnya belajar mengenal dan menerapkan berbagai norma yang positif. Akan tetapi perilaku yang negatif pun dapat diperoleh juga melalui acara televisi. Sebagai media komunikasi televisi merupakan media audio visual yang menghadirkan suara dan sekaligus gambar sehingga mampu membuat anak-anak senang duduk berjam-jam untuk menyaksikan tayangan televisi kesayangannya. Disisi lain, media televisi dapat membuat anak-anak duduk pasif selama berjam-jam setiap hari. Meier dalam Surbakti 2008:51 mengatakan bahwa televisi dapat menjadi alat yang bermanfaat, namun dapat juga merupakan penghalang kedewasaan emosi dan rohani anak. Televisi adalah sebuah alat penanggap siaran bergambar. Televisi merupakan alat yang ampuh dalam memengaruhi bahkan membentuk opini publik termasuk anak-anak. Tayangan-tayangan televisi diantaranya meliputi 3 film, sinetron, berita, iklan, kuis interaktif, reality show, game show, wisata kuliner, dan sebagainya. Masing-masing stasiun televisi memiliki program tayangan tersebut. Maka, tak heran apabila masyarakat khususnya anak-anak lebih senang mengisi waktu luang atau waktu berliburnya dengan menonton tayangan televisi. Tayangan televisi bersifat umum, artinya siapa saja bisa menyaksikannya. Namun, ada beberapa kategori yang harus diperhatikan masyarakat mengenai segmentasi penayangan film tersebut. Beberapa tayangan televisi ada yang mengharuskan orangtua dalam mengawasi anak- anaknya ketika menonton sebuah tayangan televisi, terutama anak-anak yang berada di bawah umur. Pada umumnya, anak-anak menyukai film animasi kartun. Film animasi kartun merupakan film yang menawarkan imajinasi bagi penonton televisi kelompok umur anak-anak. Film animasi kartun sebagai media hiburan dan pembelajaran untuk anak-anak diharapkan bisa membantu orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Konsep film animasi kartun dirancang sedemikian rupa untuk merangsang kreativitas anak dan daya tangkap pesan yang disampaikan melalui media audio visual agar dapat dimengerti dan dipahami oleh anak-anak yang menonton tayangan tersebut. Film animasi kartun bertujuan untuk menciptakan imajinasi dalam pikiran anak-anak. Kemudian anak-anak mulai berpikir logika dan belajar menanggapi sesuatu yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Salah satu program tayangan televisi kesayangan anak-anak adalah film animasi kartun Spongebob SquarePants yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi lokal di Indonesia. Tidak semua film animasi kartun bisa dinikmati oleh anak-anak. Ada beberapa film animasi kartun luar yang memang diperuntukkan remaja dan dewasa. Menurut Rachmad Widodo, yang membedakan film animasi kartun anak-anak dengan film animasi kartun dewasa adalah pada penokohan, tema cerita, dan pesan atau amanat. Hal itu dapat dilihat dari beberapa stasiun televisi lokal yang menayangkan film animasi kartun, terlebih dahulu memberikan peringatan berupa simbol-simbol berdasarkan kelompok umur yang tertera diatas layar kaca. Simbol-simbol itu diantaranya BO bimbingan 4 orangtua, A anak, R remaja, D dewasa, dan SU semua umur. Simbol- simbol tersebut digunakan untuk membatasi penonton tayangan televisi. Anak-anak senang sekali menonton film-film yang menampilkan aksi atau film-film yang menampilkan gerakan-gerakan cepat disertai oleh efek suara yang dahsyat. Semakin cepat gerakan-gerakan yang ditampilkan film, semakin tinggi tingkat respek anak-anak menontonnya. Itulah sebabnya mereka senang sekali menonton film animasi kartun yang banyak menampilkan gerakan-gerakan spektakuler Huston dalam Surbakti, 2008:43. Menurut Paud Anak Ceria UNAIR, tayangan televisi mempengaruhi perkembangan kecerdasan, kemampuan berpikir dan imajinasi anak yang disebabkan kehadiran dua stimulus yang terus-menerus melalui bunyi dan gambar yang terus bergerak. Televisi tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai medium komunikasi. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian ide, gagasan, atau opini seseorang yang disebut komunikator yang ditujukan kepada sejumlah sasaran yang dinamakan komunikan. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyana dalam Suprapto 2006:3 fungsi komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Apakah anak-anak mampu menangkap pesan moral yang disampaikan melalui film animasi kartun tersebut ataukah anak-anak menonton film animasi kartun Spongebob SquarePants sekadar untuk menghibur tanpa memedulikan pesan moral yang terkandung dalam film animasi kartun tersebut. Sampai sejauh mana anak-anak menangkap pesan moral film animasi kartun Spongebob SquarePants episode Where’s Gary. Keadaan demikian menarik minat untuk melihat gambaran sebenarnya, seperti apakah persepsi anak-anak saat menangkap pesan moral di film animasi kartun Spongebob SquarePants episode Where’s Gary. 5

1.2. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

0 6 48

Representasi Pesan Verbal Kritik Sosial Dalam Film Kartun "The SpongeBob Squarepants Movie" (Analisis Semiotik Roland Barthes Mengenai Pesan Verbal Kritik Sosial Dalam Film Kartun The SpongeBob Squarepants Movie)

2 29 1

PENGARUH MENONTON FILM KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS DI TELEVISI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI 067952 MEDAN JOHOR.

2 19 24

KEKERASAN DALAM PROGRAM ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Kekerasan Dalam Program Anak (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Squarepants).

0 1 16

PENDAHULUAN Kekerasan Dalam Program Anak (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Squarepants).

1 3 33

KEKERASAN DALAM PROGRAM ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Kekerasan Dalam Program Anak (Analisis Isi Kuantitatif Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun Spongebob Squarepants).

0 2 17

SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN FILM KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS SETELAH MEMBACA BERITA ONLINE (Studi Deskriptif tentang Sikap Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Film Kartun Spongebob Squarepants Setelah Membaca Berita Online tentang Film Kar

1 2 94

KUMPULAN LAGU ANAK ANAK ANIMASI KARTUN D

0 0 10

SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN FILM KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS SETELAH MEMBACA BERITA ONLINE (Studi Deskriptif tentang Sikap Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Film Kartun Spongebob Squarepants Setelah Membaca Berita Online tentang Film Kar

0 0 17

PESAN MORAL DALAM FILM ANAK INDONESIA TERLARIS 2007-2015

0 0 16