PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

(1)

PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL

(Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

SKRIPSI

Oleh IMAM FAISAL NIM : 07220131

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG


(2)

PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL

(Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh IMAM FAISAL

NIM: 07220131

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Imam Faisal NIM : 07220131

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB

SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

Disetujui,

Pembimbing I

Dra. Frida Kusumastuti

Pembimbing II

Joko Susilo, S.sos. M.si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Imam Faisal NIM : 07220131 Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 27 April 2013 Tempat : Ruang 607


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Imam Faisal

Tempat, tanggal lahir : Blitar, 03 Juli 1989 Nomor Induk Mahasiswa : 07220131

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS

BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 27 April 2013 Yang Menyatakan,


(6)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Imam Faisal 2. NIM : 07220131

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

7. Pembimbing : 1. Dra. Frida Kusumastuti, M.si 2. Joko susilo, S.sos, M.si 8. Kronologi Bimbingan

Malang, 17 April 2013 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam saya haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikannya tugas akhir ini. Dengan perjuangan keras akhirnya saya dapat menuntaskan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Dengan terselesaikannya Skripsi saya yang berjudul “Pemanfaatan Film Animasi SpongeBob SquarPants Berdasarkan Perbedaan Golongan Sosial (Studi Pada Anak-anak SD di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)”, maka selesai sudah masa studi Strata 1 saya. Walaupun masih terdapat Banyak kekurangan pada penelitian yang saya lakukan, Insyaallah skripsi ini menjadikan acuan saya guna mengembangkan terus keilmuan saya di bidang komunikasi.

Saya tertarik untuk meneliti anak-anak penngemar acara televisi yang bergenre film animasi yaitu SpongeBob SquarPants, yang merupakan Salah satu film animasi yang digemari anak-anak di indonesia, karena Seiring dengan perkembangan waktu film ini dinilai tidak baik dikonsumsi oleh publik, khususnya anak-anak. Akan tetapi penelitian tentang acara televisi tidak akan lengkap tanpa menggali bukti-bukti yang ada dalam penelitian terhadap penonton. Dalam skripsi ini peneliti menganalisis tentang bagaimana perbedaan individu khususnya anak-anak dalam memanfaatkan film animasi SpongeBob SquarPants dalam dunia mereka. peneliti menggunakan metode kualitatif interpretatif yang bertujuan untuk memberi penjelasan sehingga peneliti dapat memahami peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi dilapangan. Selain itu dengan metode kualitatif dalam riset ini peneliti mencoba mengeksplorasi bagaimana para pemirsa televisi khususnya penonton film animasi SpongeBob SquarPants membangun hubungan, loyalitas, dan koneksi dengan acara mereka dan dengan para tokoh yang digambarkan dalam jalan cerita. Selain itu anak-anak juga mengungkapkan


(8)

aktivitas menonton film SpongeBob SquarPants ini mereka gunakan untuk membentuk komunitas bermain, media belajar dan pembentukan mood.

Dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan untuk :

1. Bapak Dr. Wahyudi, M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Nurudin, S.sos. M.si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

3. Ibu Dra. Frida Kusumastuti selaku Dosen pembimbing yang sudah mau meluangkan waktu dan sabar memberikan arahan dan masukan guna menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak Joko Susilo, S.sos. M.si, selaku Dosen pembimbing yang sudah mau meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan pengarahan dengan teliti dan terima kasih juga atas wejangan sedikit namun sangat berarti tentang Aqidah agama.

5. Bapak dan Ibu dosen yang sudah meluangkan waktu untuk mendengar sekaligus memberi semangat bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi. 6. Terkhusus untuk Almarhum bapak dan ibu, Alhamdulillah amanah kalian

berdua satu langkah sudah hampir selsesai. Semoga skripsi ini bisa menjadi awal langkah anakmu selanjutnya guna menjadi anak yang berhasil dan berbakti kepada kalian berdua serta bisa membuat bapak dan ibu bangga disana.

7. Mas Ali, Mas Kholek, Mas Rofik, Mbak win dan seluruh keluargaku terimakasih atas dukungan baik moril maupun materiil serta kepercayaan yang kalian berikan kepada adikmu ini sehingga bisa menyelesaiakn kuliah S1.

8. Sahabat-sahabatku kos tirto 67, terimakasih telah memberi dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Kalian semua memang keluarga baruku yang cukup hangat.


(9)

Semoga Allah SWT berkenan menerima amal baik yang telah mereka berikan kepada saya. Akhir kata penulis sadar bahwa dalam penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan, agar dimasa yang akan datang penulis bisa menjadi lebih baik lagi dalam berkarya. Penulis nerharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan.

Malang, 27 April 2013 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas... iii

Lembar Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

Abstaksi ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

E.1 Definisi Komunikasi Massa ... 9

E.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa ... 13

E.3 Film Animasi ... 16

E.4 Golongan Sosial ... 20

E.5 Kategori Sosial ... 24

E.6 Kelompok sosial ... 25

E.7 Teori Uses and Gratification ... 28

E.8 NEnt (Need for Entertainment) ... 29

F. Fokus Penelitian ... 29

G. Metode Penelitian ... 30

G.1 Pendekatan ... 30

G.2 Subjek Penelitian ... 30

G.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

G.4 Analisis Data ... 33


(11)

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 36

A. Sinopsis Film Animasi SpongeBob SquarPants ... 36

B. Deskripsi Tokoh Dalam Film SpongeBob SquarPants ... 38

C. Apresiasi Terhadap Film SpongeBob SquarPants ... 42

D. Tentang Stephen Hillenburg ... 44

E. Dunia Bermain Anak-anak Desa Bacem ... 46

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 50

A. Deskripsi Subjek Penelitian ... 50

B. Kebutuhan Individu Akan Hiburan ... 53

C. Pemanfaatan Film Animasi SpongeBob SquarPants oleh Anak-anak Berdasarkan Golongan Sosial ... 57

C1. Acara Film Animasi SpongeBob SquarPants Sebagai Pemenuh Hasrat Akan Hiburan. ... 57

C2. Membangun Koneksi dengan Acara dan Tokoh Dalam Film Animasi SpongeBob SquarPants ... 61

C3. Kegunaan Sosial dan Pembangunan Komunitas ... 66

C4. Keuntungan Informasional ... 71

BAB IV PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 78


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi SuatuPengantar. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Bungin, Burhan, S.sos, M.si, 2011. Sosiologi Komunikasi. Kencana : Jakarta Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja

Rosdakarya : Bandung.

Friestad, M., & Wright, P. 1994. “The persuasion knowledge model: How people cope with persuasion attempts”. Journal of Consumer Research, 1-32 Hamidi, M.Si, 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. UMM Press :

Malang.

Hidayat, Nur, dan Sutomo Dkk_2004. Sosiologi. ( tanpa Nama Penerbit ) : Blitar.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana : ( Tanpa Nama Kota )

McQuail, Dennis. 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga : Jakarta. Muin, Idianto. 2004. Sosiologi. Erlangga. Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Rosdakarya : Bandung.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan KrisisMultidimensional. Bumi Aksara : Jakarta.

Nurudin, M.S.i. 2007. Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo : Jakarta. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Lkis : Jogjakarta

Rahmat, Jalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Remaja Karya : Bandung.

Rochmadi, Nur Wahyu, M.pd., M.si., 2003. Kewarganegaraan. Yudhistira : (Tanpa nama kota)

Rubin, A.M., & Perse, E.M. 1987. “Audience activity and soap opera involvement”. Human Communication Research. 246-248

Samani, Muchlas, dan Hariyanto. 2012. Pendidikan Karakter. Rosda Karya : Bandung. Shrum, L.J (ed). 2010. Psikologi Media Entertainment. Jalasutra : Yogyakarta.

Singarimbun, Masri, dan Effendi Sofian (ed). 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES : Jakarta.


(13)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung.

Winarni. 2003. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. UMM Press : Malang. Non Buku

http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/01/karakteristik-dan-perbedaan-individu/ di akses pada 25 juni 2012 pukul 20.15 wib

http://wikheayu.blogspot.com/2010/10/grafik-2d-dan-3d.html di akses pada 25 juni 2012 pukul 18.00 wib

http://www.kidia.org/panduan/tahun/2010/bulan/11/tanggal/01/id/171/ di akses pada 19 September 2012 pukul 13.00 wib


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Media massa adalah alat - alat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Di banding dengan jenis komunikasi lain media massa memiliki kelebihan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas . Bentuk-bentuk dari media massa saat ini antara lain adalah surat kabar dan majalah sebagai media cetak serta radio, televisi dan internet merupakan media elektronik. Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat, terlebih media elektronik khususnya televisi.

Akan tetapi hadirnya teknologi komunikasi telah membawa perubahan yang besar bagi kehidupan. Televisi misalnya, apapun pengertian televisi maupun jenis-jenisnya, masyarakat hanya sekedar mengetahui bahwa munculnya televisi adalah sebuah teknologi atau alat komunikasi yang dapat merubah kebiasaan-kebiasaan hidup mereka. Televisi adalah salah satu media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengakses informasi dan hiburan. Disamping itu apa yang disampaikan oleh media televisi lebih cenderung bersifat universal, hal ini dikarenakan pada khalayaknya yang heterogen, baik dari umur, jenis kelamin maupun pendidikan dan status sosial. Tayangan televisi juga merupakan media peniruan dan pemahaman nilai bagi anak. Padahal anak-anak


(15)

2

masih belum mampu membedakan mana yang baik dan benar dengan begitu jelas tanpa pengawasan orang tuanya.

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai dan norma dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Nurudin,2007:86).

Beberapa tayangan ditelevisi memberi pembenaran atas perilaku yang menyimpang dari anak. Seperti film animasi anak “SpongeBob SquarPants” yang dianggap oleh banyak pengamat mengajarkan budaya yang melenceng jauh dari nilai normatif. Seperti budaya kekerasan, kemalasan, kebencian dan keserakahan. Maka tidak berlebihan jika orang tua sudi untuk mendampingi anak dan memberi penjelasan tentang hal baik dan hal buruk pada tayangan film animasi. Apalagi, disamping bermain dengan teman-teman sebayanya, kegiatan yang paling disukai anak adalah menonton televisi. Bahkan banyak anak yang lebih memilih asyik didepan televisi berjam-jam daripada bermain dengan teman-temanya. Penelitian bersama Undip-YPMA-UNICEF menemukan bahwa mayoritas anak-anak yang diteliti mengaku menghabiskan 3-5 jam pada hari kerja, dan 4-6 jam pada hari libur untuk menonton TV, bahkan beberapa secara ekstrim mengakui bahwa mereka menonton 16 jam pada hari libur. Dari data ini terlihat bahwa anak menonton di atas batas waktu yang ditoleransi para ahli (maksimal 2 jam per hari). Bahkan, ada anak yang dapat dikatakan cukup ekstrem menghabiskan waktunya di depan TV, yakni sekitar 8 jam (dalam kategori 7-8 jam dan lebih dari 8 jam). Artinya, dalam aktivitas sehari-hari, sepertiga waktu anak tersebut tersita oleh TV.


(16)

3

Data Nielsen Media Januari-Maret 2008 menemukan bahwa anak menonton TV rata-rata 3 jam per hari. Dari total penonton televisi, 21% adalah anak usia 5-14 tahun. Jumlah anak yang menonton pada pagi hari (06.00-10.00) dan siang-malam hari (12.00-21.00) lebih banyak dari kelompok umur lainnya. Pada pagi hari sebagian besar anak menonton sendirian sementara pada siang hingga malam hari mereka akan menonton dengan ibu mereka berbagai tayangan yang tidak ditujukan untuk anak. (http://www.kidia.org/panduan/tahun/2010/bulan/11/tanggal/01/id/171/) Memahami perbedaan individu dalam variabel psikologi-sosial kemungkinan besar mempunyai garis lurus dalam konteks psikologi komunikasi. Hal ini berhubungan dengan apa yang peneliti klaim bahwasanya televisi itu bukan hanya bersifat menghibur tetapi televisi telah berubah format menjadi sebuah hal alamiah bagi representasi semua pengalaman. Dengan kata lain televisi disini juga digunakan untuk sarana pendidikan melalui program acaranya khususnya film animasi. Film animasi pada dasarnya didasarkan pada cerita-cerita berbau fantasi. Oleh karena itu, anak-anak sangat menyukai film animasi atau yang mereka kenal sebagai film kartun, sebab mereka menggunakannya sebagai wadah untuk berfantasi dengan gambarnya yang unik dan lucu. Fantasi bahkan menjadi unsur yang mendukung meningkatnya kreatifitas anak. Kodrat fantasi pada umumnya bersumber pada keinginan anak-anak dan kebebasan merupakan kebutuhan tertentu yang ada pada dirinya.

Film animasi merupakan salah satu media yang sangat populer sejak ditemukanya teknik animasi sederhana sekitar tahun 1800an. Film animasi semakin populer dan digunakan untuk berbagai macam keperluan yang berbeda. Mulai dari memvisualisasikan dongeng klasik, sebagai sarana pembelajaran, serta membuat film yang unik dimana tokoh dalam film animasi biasa melakukan hal yang tidak biasa dilakukan didunia nyata. Akan tetapi banyak sekali


(17)

hujatan-4

hujatan positif dan negatif yang diberikan pada berbagai jenis film film animasi, seperti efeknya yang buruk pada audience atau nilai-nilai normatif yang dimuat didalamnya.

Film animasi SpongeBob SquarPants banyak menerima kritikan dari para pengamat yang menyebutkan bahwa didalam film animasi ini terdapat nilai-nilai yang di klaim tidak layak ditampilkan dalam sebuah adegan film animasi, khususnya yang disuguhkan bagi anak-anak. Seperti kebencian dan kemarahan Squidward, sifat malas yang ditunjukkan oleh Patrick sahabat SpongeBob, dan lain sebagainya. Setiap pembuatan film kartun selain mengedepankan unsur hiburan dan bisnis, terdapat sisipan pesan moral dari penciptanya. Ada yang jelas kelihatan, ada pula yang tersamar. Ada yang nilai kadarnya tinggi ada pula yang hanya sedikit. Adapun pesan-pesan moral yang terdapat pada film-film kartun di Indonesia antara lain : kejujuran, suka menolong, ketegasan, percaya diri, pantang menyerah, santun, ksatria, dan lain sebagainya. Maka dari itu kita tidak bisa menghindari unsur negatif film kartun (misalnya adanya tokoh-tokoh jahat) tetapi paling tidak meminimalisir dan berusaha menetralisir keadaan dengan penjelasan logis tentang prinsip keseimbangan. Seperti istilah adanya Ying dan Yang, ada baik ada buruk. Dua hal yang tak dapat terpisahkan. Beberapa contoh film kartun yang sering ditonton dan disukai anak-anak dan mengandung unsur mendidik budi pekerti, misalnya: SpongeBob ( persahabatan), Dora The Explorer ( petualangan ), Scoobe Doo ( pemberantas kejahatan ), Avatar The Legend ( perjuangan dan kepahlawanan ), Kungfu Panda dan lain-lain.


(18)

5

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pada era Globalisasi seperti saat ini, khususnya didaerah pedesaan yang masih baru mengenal teknologi seperti ditempat penelitian ini, anak-anak yang seharusnya menerima pendidikan formal maupun informal, baik itu disekolah maupun lewat sosialisasi bermain dengan teman sebayanya tergeser dengan adanya teknologi seperti televisi yang menyuguhkan tayangan-tayangan yang megharuskan anak-anak duduk terdiam didepan televisi melihat tayangan yang disukai seperti film animasi atau yang lebih mereka kenal dengan sebutan film kartun. Sehingga ada konsekuensi sosial dan konsekuensi budaya yang harus ditanggung oleh masyarakat desa Bacem khususnya anak-anak dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi yang mulai menyuguhkan berbagai macam tayangan yang menyita hampir sebagian waktu mereka.

Acara film animasi adalah acara yang ditayangkan untuk hiburan pada dasarnya. Terlihat dari gambar-gambar yang ditayangkan yang dikemas begitu menarik dengan audio visual yang sangat apik. Akan tetapi film-film kartun pada era saat ini penuh dengan kemunculan bahasa-bahasa kasar, seperti kubunuh kau, enyahlah dan sebagainya. Bahkan gerakan-gerakan yang banyak didominasi oleh tindakan kekerasan. Film animasi di Indonesia sudah terlanjur di ”cap” sebagai film anak-anak. Masyarakat melekati definisi bahwa film animasi atau yang lebih dikenal dengan film kartun adalah film yang memang ditujukan untuk anak-anak, karena formatya adalah kartun yaitu kumpulan gambar-gambar tangan yang di gerakkan oleh komputer sehingga diperoleh hasil yang lucu dan penuh warna. Akan tetapi kemungkinan adanya keuntungan yang bisa dipetik dari kebiasaan


(19)

6

menonton film animasi juga perlu diketahui karena pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain.

Apa yang diajarkan oleh keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain seperti media massa hal itu disebabkan karena pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut (Idianto Mu’in, 2004 : 123).

Literasi film animasi biasanya secara umum diyakini menjadi rumit hanya sejak usia awal, karena terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dimensi psikologis suatu narasi dan juga makna figuratif bahasa. Orang dewasa mungkin mampu waspada terhadap persepsi prasadar semata-mata dengan memperhatikan tampilan suatu gambar, akan tetapi mungkin berbeda cerita dengan anak-anak yang masih memerlukan petunjuk-petunjuk untuk memproduksi argumen tandingan. Tayangan film animasi yang berfarian memikat anak-anak ke dalam sebuah zona tempat mereka dapat memainkan fantasi. Secara mental, mereka bersorak ketika tokoh baik menang atas tokoh jahat. Mereka menonton dengan nafas tertahan ketika peristiwa-peristiwa apokaliptik mengancam planet mereka didalam film. Mata mereka menjadi berkaca-kaca ketika seorang tokoh mengalahkan semua tantangan dan menemukan kebahagiaan. Ketika akhirnya mereka keluar dari zona fantasi dan masuk ke dunia yang sebenarnya, proses kembali ke dunia nyata mungkin tidak sepenuhnya berhasil. Karena berbagai citraan yang diciptakan oleh media entertainment, film animasi misalnya, memang mengaburkan batas-batas antara realitas dan apa yang kita persepsi sebagai sebuah realitas.


(20)

7

Stimulus yang kita proses biasanya dipicu oleh kebutuhan untuk memenuhi motivasi tertentu atau oleh situasi disekeliling kita, secara alamiah kita akan terbimbing untuk memroses stimulus tertetentu, sekaligus membatasi atau menghilangkan stimulus yang lain. Dalam jangka waktu yang relatif pendek, kehidupan anak-anak telah ditransformasi oleh berbagai pendorong yang mudah diakses pada televisi dan radio yang bisa mengaburkan batas antara realitas dan fantasi. Antara fakta dan fiksi, dan antara hiburan dan nilai-nilai komersial.

Penilaian tentang acara televisi tidak akan lengkap tanpa menggali bukti-bukti yang ada dalam penelitian terhadap penonton. Hal ini terkait dengan paradigma audien aktif yang menunjukkan bahwa penonton bukanlah orang bodoh dan pasif yang menerima pesan dan makna televisi begitu saja, paradigma audien aktif berkembang sebagai reaksi penolakan dari audien pasif. Pendukung pendekatan audien aktif mejelaskan bahwa bukti-bukti perilaku penonton tidak sekedar inkonklusif dan kontradiktif, dengan korelasi statistik yang tidak bisa dijadikan bukti dari penalaran ini, sebagai contoh berjilid-jilid penelitian yang memahami aktivitas menonton dalam konteks perilaku, menyatakan bahwa penonton meniru kekerasan dalam acara televisi, atau yang menggunakan korelasi statistik untuk membuktikan menonton tayangan televisi memiliki efek tertentu terhadap penonton. Namun ini adalah cara yang salah dalam mendekati penonton televisi, karena penonton televisi bukanlah sekumpulan orang yang terisolasi dan terbeda-bedakan. Namun, menonton televisi adalah suatu aktivitas yang diinformasikan secara sosial dan kultural secara menyeluruh.


(21)

8

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengangkat judul “Pemanfaatan Film Animasi SpongeBob SquarPants Berdasarkan Golongan Sosial (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana anak-anak memanfaatan film animasi SpongeBob SquarPants Berdasarkan Golongan Sosial”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan diteliti maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami individu dalam memanfaatkan film animasi SpongeBob SquarPants Berdasarkan Golongan Sosial.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis

 Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat dan tambahan referensi bagi penelitian sejenis selanjutnya.

 Penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan mengenai cara atau proses yang dilakukan audien dalam memanfaatkan film animasi.


(22)

9

2. Kegunaan Praktis

 Penelitian ini diharapkan mampu menjadi cerminan bagi pihak-pihak pertelevisian atau para seniman film animasi tentang hubungan antara acara televisi dan audien.

 Untuk memperoleh gambaran obyektivitas tentang pemanfaatan film animasi oleh anak-anak, sehingga dapat direkomendasikan kepada orang tua agar lebih mengenal anak mereka.

E. Tinjauan Pustaka E.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication yang artinya komunikasi menggunakan media masssa baik cetak maupun elektronik yang dihasilkan dari teknologi modern. Proses komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi pembagi atau media massa secara proposional guna menyebarluaskan pengalamanya melalui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Biitner mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang(Ardianto dan Komala,2004:3).

Salah satu bentuk komunikasi yang dikenal selain komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa juga sebagai proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media (alat), dalam hal ini yaitu media massa yang ditujukan oleh khalayak.


(23)

10

Komunikasi Massa adalah sebagian ketrampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam arti bahwa ia meliputi tehnik-tehnik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika wawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang etis untuk iklan majalah atau menampilkan teras informasi yang memikat bagi sebuah kisah informasi. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.

Definisi Komunikasi Massa dipertegas oleh Joseph A Devito dalam bukunya Communicology An Introduction To The Study of Communication yaitu: “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi maupun film, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku.


(24)

11

E.1.1 Fungsi Komunikasi Massa

Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa menyebutkan bahwa dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa mengalami penambahan, antara lain:

E.1.1.1 Informasi

Fungsi informasi adalah faktor yang paling penting dalam komunikasi massa, dimana berita yang disajikan merupakan komponen yang paling penting untuk mengetahui fungsi informasi yang ada.

E.1.1.2. Hiburan

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, hal ini dikarenakan masyarakat kita menggunakan televisi sebagai media hiburan. Dimana hal ini yang menjadi pembeda dengan media cetak, media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi.

E.1.1.3. Persuasi

Media mempunyai fungsi untuk meyakinkan atau memengaruhi khalayak. Persuasi yang dilakukan media meliputi, mengukuhkan, atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; mengubah sikap, niali, kepercayaanseseorang; menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan menawarkan etika atau system nilai tertentu.

E.1.1.4. Transmisi Budaya

Fungsi ini berperan meningkatkan keutuhan sosial dan mengurangi ketidakpastian di tengah masyarakat. Disfungsi dari transmisi budaya ini adalah


(25)

12

bagi masyarakat akan berkembang masyarakat massa, dan bagi individu akan terjadi depersonalisasi sosialisasi yaitu proses sosialisasi menjadi sama bagi setiap orang, tidak terjadi kekhasan bagi setiap individu.

E.1.1.5. Mendorong Kohesi Sosial

Fungsi ini mendorong masyarakat untuk bersatu. Namun ketika media massa mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, di sisi lain media massa juga mempunyai peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial. Sehingga ketika membicarakan fungsi media sebagai penyatu masyarakat, kita juga perlu membicarakan peluang munculnya permusuhan dan konflik di masyarakat akibat pemberitaan media massa.

E.1.1.6. Pengawasan

Disini komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya tertuju pada pengumpulan dan penyebaran informasinya. Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua.

 Warning or beware surveillance ( pengawasan peringatan)

 Instrumental surveillance (pengawasan instrumental) E.1.1.7. Korelasi

Fungsi ini menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya, meningkatkan mobilisasi, mengurangi ancaman terhadap stabilitas nasional, mengurangi kepanikan dan agenda setting. Adapun disfungsinya yaitu meningkatkan konformisme: merintangi perubahan sosial jika kritik-kritik sosial diabaikan, meningkatkan hak kritik dan meningkatkan kepasifan.


(26)

13

E.1.1.8. Pewarisan Sosial

Dalam tahap ini dijelaskan bahwasanya media massa berfungsi sebagai pendidik, baik formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengatahuan, nilai, norma, prannata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

E.1.1.9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif

Hal yang sering dilupakan oleh masyarakat adalah, komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Informasi memang diberikan, tapi informasi yang diungkapkan ternyata mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan.

E.1.1.10. Menggugat Hubungan Trikotomi

Hubungan trikotomi adalah hubungan adalah hubungan yang bertolak belakang antara tiga belah pihak, yaitu pemerintah, pers dan masyarakat. Dimana hubungan trikotomi ini dinilai kurang efektif. Disinilah komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk mengubah hubungan trikotomi yang tidak adil tersebut.

E.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film merupakan sebuah penemuan teknologi baru yang muncul pada akhir abad ke-19, tetapi apa yang dapat diberikan oleh film sebenarnya tidak terlalu baru jika dilihat dari segi isi atau fungsi. Film kini tidak lagi dimaknai sekedar karya seni (films as art). tetapi film lebih dianggap sebagai praktik sosial, bahkan Jowett dan Linton dalam buku Movies as Mass Communication memaknainya sebagai komunikasi massa. Diantara media komunikasi sosial, film telah menjadi


(27)

14

medium umum dan dihargai, yang seringkali menyebarkan pesan-pesan yang dapat saja mempengaruhi dan memberikan pilihan bagi khalayak ramai dalam bentuk komunikasi yang bukan hanya melalui kata-kata melainkan juga disertai dengan peristiwa-peristiwa kongkret yang di ungkapkan dalam gambar.

Film memang salah satu media yang dirasa paling efektif untuk meyampaikan pesan karena film adalah termasuk sebagai salah satu alat atau media komunikasi. Jika dulu orang berkomunikasi dengan mepertunjukan drama, maka dengan perkembangan teknologi ada film yang kini sebagai penggantiya. Film dapat menyalurkan pesan atau makna kepada khalayak luas yang anonim (tidak saling mengenal) yang tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Film yang berbasis pada audio dan visual juga termasuk alat komunikasi massa.

Setiap media komunikasi massa mempunyai empat buah fungsi sebagai fungsi dasar sebuah komunikasi yaitu To Inform (Memberikan Informasi), To Persuate (Mempengaruhi), To Educate (Pendidikan), To Entertaint (Memberikan Hiburan) (Lasswell dalam Winarni, 2003 : 44).

Dalam sejarah perkembangan film telah muncul tiga tema besar. Tema pertama ialah pemanfaatan film sebagai alat propaganda. Tema ini penting terutama dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan nasional dan masyarakat. Hal tersebut berkenaan dengan pandangan yang menilai bahwa film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat. Kedua tema yang lain dalam sejarah film ialah munculnya beberapa aliran seni film dan lahirnya film dokumentasi sosial. Kedua kecenderungan tersebut merupakan suatu penyimpangan dalam pengertian bahwa keduanya hanya menjangkau minoritas penduduk dan berorientasi ke realisme. Terlepas dari hal itu keduanya mempunyai kaitan dengan tema “film sebagai alat propaganda”.


(28)

15

Bagi masyarakat umum film merupakan media hiburan yang oleh para pengusaha dijadikan sebagai ladang uang untuk dapat menghasilkan keuntungan. Bagi para ilmuan, film dimaknai sebagai alat yang digunakan untuk merekam penemuan-penemuan baru yang kemudian di dokumentasikan dan bagi pemerintah film digunakan untuk tujuan pendidikan dan juga penerangan. Hingga detik ini studi tentang film di dominasi oleh suatu perspektif analisis dimana film dipandang sebagai media yang mampu menjadi benda seni sekaligus memproduksi realitas dengan disertai gambar dan suara sebagai objek kajiannya. Asal-usul film dan bagaimana film dipelajari telah diolah menjadi berbagai macam perspektif, dimulai dari masalah tentang peningkatan teknologi hingga tercapainya ilusi yang sesuai dengan realitas, sebagai sejarah, hingga kisah tentang selebritis-selebritis ternama. Film kini digunakan sebagai indeks budaya pada abad ini. Dunia film sebagai salah satu media komunikasi virtual dapat memberikan suatu pemikiran baru. Dunia virtual yang semakin berkembang membuat masyarakat berfikir ulang tentang realitas, tentang ruang yang kini menjadi sesuatu yang tidak terbatas. Maka dapat dilihat bahwa film merupakan salah satu media komunikasi yang luar biasa ampuh, film bukan saja dapat menayangkan hal-hal yang bersifat hiburan, melainkan dapat menyampaikan pesan-pesan yang bisa diterima oleh para penonton secara langsung. Karena itulah dalam proses pendidikan dan pengajaran di abad modern sekarang ini, dominan memakai film sebagai media komunikasi. Dengan demikian anak didik akan lebih mudah untuk menangkap dan menerima pelajaran yang diberikan karena film


(29)

16

merupakan medium komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi.

E.3. Film Animasi

Menurut Grierson dalam bukunya Luis Giannetti, Understanding Movies; Seventh Edition ,1996, memberikan definisi film animasi sebagai berikut : “Film animasi adalah film yang merupakan hasil pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak yang pada awal penemuannya dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak”.

Animasi berasal dari bahasa latin, anima, yang artinya jiwa, hidup, nyawa dan semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak. Animasi ialah suatu seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah hidup dan bergerak, yang terdiri dari animasi 2 dimensi maupun 3 dimensi. Animasi 2D membuat benda seolah hidup dengan mengunakan kertas atau komputer. Animasi 3D merupakan animasi yang dibuat dengan menggunakan model seperti yang berasal dari lilin, clay, boneka/marionette dan menggunakan kamera animasi yang dapat merekam frame demi frame. Ketika gambar-gambar tersebut diproyeksikan secara berurutan dan cepat, lilin atau clay boneka atau marionette tersebut akan teihat seperti hidup dan bergerak. Animasi 3D dapat juga dibuat dengan menggunakan komputer. Proses awalnya adalah membentuk model, pemberian tekstur, warna, hingga cahaya. Kemudian model tersebut diberi kerangka, warna, hingga cahaya. Kemudian model tersebut diberi kerangka dan gerakanya dirancang satu persatu. Seluruh proses pembuatannya dari awal hingga akhir dikerjakan di komputer. Contohnya film Kungfu Panda.

(http://wikheayu.blogspot.com/2010/10/grafik-2d-dan-3d.html)

Pengertian ini menunjukkan bahwa film animasi berisi susunan gambar-gambar yang kemudian diproses sehingga menghasilkan ilusi gerakkan. Di era modern seperti sekarang ini, dengan bantuan komputer pembuatan film animasi menjadi lebih cepat dan mudah. Film animasi memiliki format penayangan yang


(30)

17

unik dan menarik. Gambar yang dibuat adalah didasarkan pada imajinasi sang animator. Ide-ide kreatif tersebut yang menyebabkan film animasi banyak diminati mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Film animasi sangat identik dengan kelucuan dan keunikan, baik dalam segi bentuk atau gambar dan dalam dalam segi cerita. Maka, tak jarang masyarakat cenderung memaknai sebagai film anak-anak ketimbang film orang dewasa. Pemaknaan itulah yang secara tidak langsung menjadi sebuah kekhawatiran. Dalam sajian format yang warna-warni yang lucu animasi kini ternyata tidak hanya berisi cerita khusus anak-anak, melainkan beberapa dari film tersebut seharusnya di khususkan bagi orang dewasa contohnya berupa penyajian adegan kekerasan, cerita percintaan dan lain sebagianya.

Walau animasi adalah film yang disajikan dalam bentuk ilusi gambar bergerak dan bukan diperankan oleh tokoh manusia secara nyata, tetap saja ia adalah film yang disajikan untuk masyarakat dimana film merupakan salah satu media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan informasi, mempengaruhi, sebagai media pendidikan dan sarana hiburan. Jadi, walau format sebuah film animasi merupakan penyajian gambar-gambar fiktif, di dalamnya tidak luput akan siratan pesan yang disampaikan kepada khalayak luas atau audience yang menontonnya.

Jenis-jenis Animasi menurut Patmore ada beberapa jenis animasi, diantaranya adalah :


(31)

18

1. Stop Motion

Disebut juga frame by frame. Tehnik animasi ini akan membuat objek seakan bergerak. Objek bisa bergerak karena mempunyai banyak frame yang dijalankan secara berurutan.

2. Cell Animation

Dulunya cell animation merupakan gambar berurutan dibanyak halaman yang dijalankan. Animasi tradisional bisa disebut juga animasi klasik atau animasi hand-draw. Cell animation merupakan animasi tertua dan merupakan bentuk animasi yang paling populer.

3. Time-Lapse

Setiap frame akan di capture dengan kecepatan yang lebih rendah dari pada kecepatan ketika frame dimainkan. Contohnya : gerakan bunga yang terlihat ketika mekar, pergerakan matahari yang terlihat dari terbit sampai tenggelamnya, dan lain sebagainya.

4. Claymation

Claymation dulunya disebut dengan clay animation dan merupakan salah satu bentuk dari stop motion animation.

5. Cut-out Animation

Tehnik ini digunakan untuk memproduksi animasi menggunakan karakter, properti dan background dari potongan material seperti kertas, karton atau foto.


(32)

19

E.3.1 Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran di Rumah

Film animasi atau kartun sebagai media hiburan sampai sekarang masih mendapat tempat di hati para pecinta atau penggemarnya. Penggemar film jenis ini tidak memandang usia, meskipun film jenis ini kebanyakan untuk konsumsi anak-anak. Ada juga film kartun untuk usia remaja dan dewasa. Yang membedakan film kartun anak-anak dengan film kartun dewasa adalah pada penokohan, tema cerita dan amanat atau pesan.

Film yang sampai saat ini masih didominasi produsen Jepang dan Amerika Serikat ini selain mengandung unsur hiburan juga mengandung unsur pendidikan, meskipun kadang terselip unsur permusuhan dan kekerasan. Dua hal yang senantiasa kita hindarkan pengaruhnya bagi anak-anak.

Anak-anak sebagai konsumen terbesar film kartun jika kita biarkan bebas biasanya saking cintanya pada film ini bahkan sampai melupakan sebagian besar waktunya untuk belajar dan membantu bekerja. Jika kita melarang mereka menonton sepertinya ini terlalu ekstrim. Yang lebih memprihatinkan setelah usai menonton film ini mereka tidak dapat menangkap pesan moral dari film tersebut, yang membekas di benak mereka justru unsur negatifnya saja. Misalnya tokoh jagoannya, aksi pukul, bicara kasar/keras, pertengkaran dan kekerasan lainnya yang dikemas secara lucu dan menggelikan.Tak jarang mereka menirukan aksi-aksi tokoh kartunnya.

Sebagai langkah bijaksana alangkah baiknya jika anak-anak kita dampingi saat menyaksikan film kartun sambil kita jelaskan pesan-pesan moral seperti : kejujuran, keteguhan, toleransi, kebijaksanaan, kesabaran dan sebagainya. Dengan


(33)

20

begitu selain film kartun sebagai media hiburan dan tontonan namun juga sebagai tuntunan dan media pembelajaran budi pekerti anak-anak kita di rumah.

E.4. Golongan Sosial

Sejak manusia hidup dalam masyarakat dan selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai baik berupa benda ekononis (kekayaan), kekuasaan, keturunan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Maka sesuatu yang dihargai tersebut akan menjadi bibit timbulnya sistem penggolongan sosial dalam masyarakat. Aristoteles selalu menyatakan bahwa dalam setiap negara terdapat tiga unsur golongan. Yakni orang kaya sekali, orang melarat dan orang yang berada ditengahnya.

Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dan lain-lain. Faktor penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu. Dalam perkembangannya, ada pula golongan sosial yang sengaja berbentuk/disusun untuk mengejar tujuan/kepentingan tertentu, biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dalam suatu organisasi formal misalnya pemerintahan, partai politik, sekolah, universitas, perusahaan, kemiliteran dan lain sebagainya.


(34)

21

E.4.1. Pengertian Golongan Sosial

Secara teoritis manusia sama derajatnya, tetapi dalam kenyataan hidup di masyarakat ada penghargaan yang berbeda terhadap sekelompok manusia berdasarkan kelebihan yang dimiliki seperti: kekayaan, kekuasaan, pendidikan dan keturunan. Adanya penilaian yang berbeda ini menimbulkan terjadinya pengelompokan masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan nama golongan sosial (istilah sosiologinya: stratifikasi sosial / pelapisan sosial ).

Koentjaraningrat mengartikan golongan sosial adalah kesatuan manusia yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu dan memiliki identitas sosial serta idealisme. Ikatan identitas sosial muncul karena adanya kesadaran identitas sebagai reaksi atas pandangan pihak luar terhadap golongan sosial tersebut atau dapat pula terjadi karena golongan sosial tersebut terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu.

Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat/hierarkhis. Perwujudannya dikenal dengan adanya kelas sosial tinggi (upper class) contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha; kelas sosial menengah (midle class) contohnya: dosen, pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah; kelas sosial rendah (lower class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan sebagai ukuran dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan sosial/pelapisan sosial adalah :


(35)

22

1. Ukuran Kekayaan

2. Unsur kekuasaan atau wewenang 3. Ukuran Ilmu Pengetahuan 4. Unsur kehormatan (keturunan) E.4.2.Karakteristik Golongan Sosial

Beberapa karakteristik golongan sosial/pelapisan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat adalah :

1. Adanya perbedaan status dan peranan 2. Adanya pola interaksi yang berbeda

3. Adanya distribusi hak dan kewajiban

4. Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok 5. Adanya prestise dan penghargaan

6. Adanya penggolongan yang bersifat universal

Berdasarkan karakteristik golongan sosial di atas, maka terdapat beberapa pembagian golongan sosial sebagai berikut :

1). Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian (Agraris), di dasarkan pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:

a) Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang untuk rumah tinggal (penduduk inti).

b) Golongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah tapi tidak memiliki tanah pertanian (kuli gendul).

c) Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau pekarangan (inding ngisor).


(36)

23

2). Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada hubungan kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi menjadi:

a) Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan. b) Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).

3). Sistem Golongan Sosial pada Masa Pemerintahan Kolonial, meliputi

a) Golongan Eropa, merupakan lapisan atas, terdiri orang Belanda, Eropa, Jepang .

b) Golongan Timur Asing, merupakan lapisan menengah, tediri keturunan China dan Arab.

c) Golongan Bumi Putera, merupakan lapisan bawah, tediri dari pribumi atau bangsa Indonesia asli.

4). Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri, meliputi :

a) Golongan teratas terdiri para pengusaha besar atau pemilik modal, direktur, komisaris.

b) Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga ahli dan karyawan. c) Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja setengah terampil, pekerja

sektor informal (pembantu).

Disamping berdasarkan karakteristik spt di atas, golongan sosial dapat pula dibagi berdasarkan sudut pandang ekonomi, sosial, politik sebagaimana teruraidi bawah ini.


(37)

24

Berdasarkan bidang ekonomi, penggolongan masyarakat dibedakan menjadi :

1). Penggolongan masyarakat berdasarkan atas kepemilikan harta, yang terdiri tigagolongan, yaitu:

a) Golongan atas yang terdiri orang-orang kaya.

b) Golongan menengah terdiri orang-orang yang sudah dapat mencukupikebutuhan pokoknya.

c) Golongan bawah yang terdiri orang-orang miskin.

2). Penggolongan masyarakat berdasarkan profesi / mata pencaharian, yang terdirienam golongan, yaitu:

a) Golongan elite, yaitu orang-orang kaya, yang punya kedudukan/pekerjaan terpandang.

b) Golongan profesional, yaitu mereka yang bergelar sarjana dan yang berhasil dalam dunia profesinya.

c) Golongan semi professional, yang terdiri pedagang, teknisi, pegawai kantor.

d) Golongan tenaga trampil, seperti tukang cukur, pekerja pabrik, juru tulis. e) Tenaga semi terlatih, seperti sopir, pelayan restoran.

f) Tenaga tidak terlatih, seperti pembantu rumah tangga, tukang kebun.

E.5. Kategori Sosial

Menurut Koentjaraningrat, kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri obyektif yang dikenakan pada


(38)

manusia-25

manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak memiliki identitas, tidak memiliki lokasi, tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.

Dalam masyarakat suatu negara melalui ketentuan hukum yang berlaku ada kategori warga berdasarkan kelompok umur seperti kategori warga di atas umur 18 tahun dan kategori untuk membedakan warga negara yang telah memiliki hak pilih dengan warga negara yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilu. Contoh lain ada kategori orang yang memiliki mobil dan ada kategori orang yang tidak memiliki mobil dengan maksud untuk menentukan warga masyarakat yang harus membayar dan yang tidak membayar pajak kendaraan.

Kategori sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka.

E.6. Kelompok Sosial

Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di antara mereka.


(39)

26

Kesatuan manusia yang hidup bersama disebut kelompok sosial harus memenuhi kriteria :

a. Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok tersebut.

 Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar anggota kelompok

 Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.

 Memiliki suatu sistem dan proses tertentu.

 Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota kelompok, seperti persamaan nasib, kepentingan tujuan, ideologi politik dll.

b. Jenis-Jenis Kelompok Sosial

Jenis-jenis kelompok sosial dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Berdasarkan Identifikasi Diri, dikenal adanya in group dan out group.In group adalah kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu untuk mengidentifikasi dirinya. In group sering dikaitkan dengan istilah “kami atau kita” dan pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. “Kami anggota kelompoknya”. Sedangkan Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in group-nya. Out group sering dihubungkan dengan istilah”mereka”. Sikap out group ditandai oleh suatu sikap antipati.


(40)

27

 Berdasarkan hubungan kedekatan anggota, teridentifikasi adanya kelompok primer (primary group). Menurut Charles Horton Cooley kelompok primer/primary group adalah kelompok sosial yang paling sederhana, anggotanya saling mengenal, serta terdapat kerjasama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi sosial berlangsung secara tatap muka (face to face), Contohnya: keluarga, kelompok bermain, klik/clique.

 Berdasarkan hubungan familistik (sifat kekeluargaan), dikenal adanya paguyuban (Gemeinschaft). Ferdinand Tonnies mengataakan bahwa paguyuban (gemeinscaft) adalah bentuk kehidupan hubungan batin yang murni terikat oleh hubungan batin yang kekal berdasarkan rasa cinta dan rasa persatuan batin. Contohnya: kelompok kekerabatan, rukun tetangga/RT.

 Berdasarkan sifat organisasi, terdapat informal group. Informal group adalah kelompok yang tidak memiliki struktur/organisasi tertentu, kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk berdasarkan pertemuan yang berulangkali. Contohnya: kelompok arisan, kelompok belajar, klik/clique.

 Berdasarkan keanggotaan, terdapat adanya kelompok membership group danreference group. Kelompok membership adalah kelompok yang para anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota. Contohnya: peserta asuransi nasabah bank, anggota OSIS, anggota PGRI. Sedangkan kelompok reference/kelompok rujukan atau acuan adalah kelompok sosial yang dijadikan rujukan/acuan oleh individu-individu yang tidak tercatat


(41)

28

dalam anggota kelompok tersebut untuk membentuk kepribadiannya dalam berperilaku. Contohnya; seseorang yang gagal menjadi mahasiswa UI tetapi ia tetap bertingkah laku seperti mahasiswa UI.

E.7. Teori Uses and Gratification

Teori ini dicetuskan oleh Elihu Katz, Michel Gurevitch dan Hadassa Hass (1973). Teori ini berbicara tentang penggunaan dan kepuasan ini menyatakan bahwa orang-orang mempunyai kebutuhan dan kepuasan yang dapat terpenuhi dengan menggunakan (berlangganan, membaca, menonton) media massa.

Teori ini mengasumsikan khalayak itu tidak pasif, sehingga apa yang dianggap penting oleh media (misalnya diberitakan dihalaman pertama), belum tentu dianggap penting juga oleh khalayak. Menurut teori yang menganggap khalayak pasif media dengan pesan-pesanya sangat mempengaruhi perilaku khalayaknya. (Hamidi,2010 : 77)

Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut orang lalu memilih, media apa yang hendak digunakan, kemudian juga memilih pesan apa ( acara, berita) yang akan dinikmati. Tindakan ini dilakukan karena khalayak mengaharpkan kepuasan atau terpenuhinya keinginan.

Uses and gratification muncul dari paradigma fungsionalis dalam tradisi ilmu sosial. Uses and gratification membahas penggunaan media dalam kerangka pemenuhan kebutuhan sosial atau psikologis bagi individu. Media massa bersaing dengan sumber pemenuhan informasi lain, namun pemenuhan kebutuhan itu bisa dipenuhi melalui isi media (misalnya dengan melihat acara tertentu di televisi), dari genre tertentu dalam media (misalnya talkshaw), dari terpaan media secara umum (misalnya menonton televisi, membaca koran). Uses and gratification berpendapat bahwa kebutuhan itu akan mempengaruhi dalam bagaimana


(42)

29

menggunakan dan memberikan respon terhadap media. Zilman membuktikan pengaruh suasana hati terhadap penggunaan media. Bahwa saat bosan, orang cenderung memilih acara yang menarik, sementara yang sedang stress memilih acara yang bisa memberikan ketenangan. Acara yang sama juga bisa saja memenuhi kebutuhan yang berbeda bagi individu yang berbda. Perbedaan kebutuhan itu berhubungan dengan kepribadian, tingkat kematangan, latar belakang dan peran sosialnya. Faktor perkembangan itu tampaknya berhubungan dengan tujuan menggunakan media. Van Evra (1990) menunjukkan bahwa anak-anak bisa jadi melihat televisi untuk mencari informasi sehingga akan lebih mudah untuk menerima pengaruh darinya.

E.8. NEnt (Need for Entertainment)

Ialah kebutuhan individu akan hiburan, yang bisa mengaktifkan dan memfasilitasi saraf penerimaan pesan. Orang dengan NEnt tinggi, boleh jadi akan diliputi berbagai kebutuhan dan mengekspresikannya ke semua bidang kehidupan. Kecenderungan ini akan memberikan tempat bagi pesan persuasif yang berasal dari sebuah narasi fiksional, sehingga memengaruhi naluri bahwa sadarnya. F. Fokus Penelitian

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tetap fokus dan tidak meluas, maka penelitian ini melakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah mengenai pemanfaatan film animasi; bagaimanakah perbedaan individu di kalangan anak-anak dalam memanfaatkan film animasiSpongeBob SquarPants.


(43)

30

G. Metode Penelitian G.1. Tipe dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan sebuah fenomena sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi, karena jika data yang terkumpul sudah mendalam dan cukup menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling yang lain.

Pendekatan kualitatif mmemiliki ciri khas penyajian datanya berbentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari responden hasil wawancara dan dokumentasi (Hamidi,2010 : 55)

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Tujuannya adalah untuk menggambarkan pemanfaatan acara film animasi SpongeBob SquarPants oleh audien.

G.2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak-anak SD/MI didesa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar, pemilihan tersebut ditetapkan karena peneliti beranggapan bahwa anak-anak didesa Bacem banyak yang menyukai acara film animasi SpongeBob SquarPants, ditambah dari hasil mini riset peneliti berupa observasi awal. Bahwasanya karakteristik desa Bacem yang masih merupakan desa berkembang yang baru terkena arus perkembangan teknologi komunikasi,


(44)

31

seperti televisi yang menyuguhkan berbagai macam acara didalamnya seperti film animasi yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak didesa bacem.

Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa : penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penentuan sampel pada penelitian kualitatif tidak didasarkan penghitungan statistik. Sampel yang diperoleh berguna untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. (Sugiyono,2008 : 394) Penentuan sampling dilakukan dengan menggunakan purposive samplinng yakni cara memilih sampel berdasarkan pada kelompok, wilayah atau sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu dari peneliti yang diyakini dapat mewakili semua unit analisis yang ada. Pemilihan kelompok atau wilayah tertentu dilakukan setelah peneliti melakukan pengamatan atau penjajakan di lokasi penelitian. Adapaun kriteria yang dipilih oleh peneliti sebagai sampel adalah sebagai berikut :

1. Anak-Anak SD/MI di desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. karena lingkungan sosial yang menunjang dan fasilitas multimedia yang menunjang dalam pengembangan penelitian.

2. Anak-anak yang menyukai film animasi SpongeBob SquarPants. karena mereka dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, sehingga akan membantu dan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti.

3. Anak-anak yang berusia antara 9-12 Tahun. Karena berdasarkan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) dijelaskan bahwasanya anak pada usia 9-12 tahun mempunyai unsur kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan visual-spasial yakni menunjukkan kemampuan seseorang


(45)

32

untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang dan Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah, sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (Observasi Partisipatif)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang diteliti atau yang sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, yaitu menonton film animasi. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat :

a. Partisipasi Pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. b. Partisipasi moderat, dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap, dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian.


(46)

33

Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

(Sugiyono,2008 : 405)

2. Wawancara Mendalam ( Depth Interview)

wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau depth interview, di mana wawancara dilakukan secara langsung dengan nara sumber/ informan. Wawancara dapat dilakukan secara intensif agar data yang diperoleh dapat lebih berkualitas. Dalam teknik ini, informan memiliki kebebasan untuk menjawab. Sehingga agar mendapatkan data yang lengkap, mendalam, dan terbuka, peneliti harus melakukan wawancara dengan situasi yang informal dan sangat penting untuk menjalin keakraban.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Kriyantono, 2006:98). Menurut pendapat Denzin yang disadur oleh Kriyantono, memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain adalah hal yang memungkinkan. Namun, susunan kata dan urutan nya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan.

G.4. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan semenjak sebelum memasuki lapangan. Peneliti memulai analisis semenjak ditemukan permasalahan sampai penelitian berakhir. Nasution (1988) menyatakan analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil akhir. Namun dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan analisis selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.


(47)

34

“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitianya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.” (Sugiyono,2008 : 427)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data di lapangan dengan model Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2008: 430) diantaranya yaitu :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka semakin banyak pula data yang diperoleh.Maka diperlukan adanya pencatatan dan diperlukan segera adanya analisis data dengan reduksi data. Menurut Sugiyono mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi, peneliti dapat dibantu dengan menggunakan peralatan elektronik seperti computer dan dengan memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah peneliti mereduksi data, langkah selanjutnya yang ditempuh adalah mendisplay data. Peneliti akan menyajikan data dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman, (dalam Sugiyono, 2008:249) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.Dengan menggunakan data display maka diharapkan peneliti akan diberi kemudahan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya dengan melihat apa yang telah dipahami sebelumnya.

c. Conclusion Drawing/verification

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data dan penyajian data, langkah yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan pada penelitian kualitatif diharapkan dapat menjawab yang ada di rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal ditambah dengan bukti-bukti atau data-data yang telah ada.

G.5. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data digunakan dalam sebuah penelitian untuk mengetahui ketepatan dan keabsahan data yang diperoleh melalui kecakapan


(48)

35

referensi. Adapun jenis teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Untuk pemeriksaan kesahan (validity) dan ketetapan (reliability) data, maka pengkaji menetapkan teknik penyetigaan (tringulasi). Kesahan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan adalah sejauh mana data yang dikumpulkan telah secara signifikan mencerminkan atau mewakili realitas atau gejala yang dikaji. Sedangkan ketetapan tersebut dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan alat pengumpulan data (pawito, 2007:97).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini penelelti menggunakan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi. Bila dengan ketiga cara tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda.


(1)

G. Metode Penelitian G.1. Tipe dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan sebuah fenomena sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi, karena jika data yang terkumpul sudah mendalam dan cukup menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling yang lain.

Pendekatan kualitatif mmemiliki ciri khas penyajian datanya berbentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari responden hasil wawancara dan dokumentasi (Hamidi,2010 : 55)

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Tujuannya adalah untuk menggambarkan pemanfaatan acara film animasi SpongeBob SquarPants oleh audien.

G.2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak-anak SD/MI didesa Bacem kecamatan Ponggok kabupaten Blitar, pemilihan tersebut ditetapkan karena peneliti beranggapan bahwa anak-anak didesa Bacem banyak yang menyukai acara film animasi SpongeBob SquarPants, ditambah dari hasil mini riset peneliti berupa observasi awal. Bahwasanya karakteristik desa Bacem yang masih merupakan desa berkembang yang baru terkena arus perkembangan teknologi komunikasi,


(2)

seperti televisi yang menyuguhkan berbagai macam acara didalamnya seperti film animasi yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak didesa bacem.

Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa : penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penentuan sampel pada penelitian kualitatif tidak didasarkan penghitungan statistik. Sampel yang diperoleh berguna untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. (Sugiyono,2008 : 394) Penentuan sampling dilakukan dengan menggunakan purposive samplinng yakni cara memilih sampel berdasarkan pada kelompok, wilayah atau sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu dari peneliti yang diyakini dapat mewakili semua unit analisis yang ada. Pemilihan kelompok atau wilayah tertentu dilakukan setelah peneliti melakukan pengamatan atau penjajakan di lokasi penelitian. Adapaun kriteria yang dipilih oleh peneliti sebagai sampel adalah sebagai berikut :

1. Anak-Anak SD/MI di desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. karena lingkungan sosial yang menunjang dan fasilitas multimedia yang menunjang dalam pengembangan penelitian.

2. Anak-anak yang menyukai film animasi SpongeBob SquarPants. karena mereka dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, sehingga akan membantu dan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti.

3. Anak-anak yang berusia antara 9-12 Tahun. Karena berdasarkan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) dijelaskan bahwasanya anak pada usia 9-12 tahun mempunyai unsur kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan visual-spasial yakni menunjukkan kemampuan seseorang


(3)

untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang dan Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah, sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (Observasi Partisipatif)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang diteliti atau yang sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, yaitu menonton film animasi. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat :

a. Partisipasi Pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. b. Partisipasi moderat, dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap, dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian.


(4)

Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

(Sugiyono,2008 : 405)

2. Wawancara Mendalam ( Depth Interview)

wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau depth interview, di mana wawancara dilakukan secara langsung dengan nara sumber/ informan. Wawancara dapat dilakukan secara intensif agar data yang diperoleh dapat lebih berkualitas. Dalam teknik ini, informan memiliki kebebasan untuk menjawab. Sehingga agar mendapatkan data yang lengkap, mendalam, dan terbuka, peneliti harus melakukan wawancara dengan situasi yang informal dan sangat penting untuk menjalin keakraban.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Kriyantono, 2006:98). Menurut pendapat Denzin yang disadur oleh Kriyantono, memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain adalah hal yang memungkinkan. Namun, susunan kata dan urutan nya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan.

G.4. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan semenjak sebelum memasuki lapangan. Peneliti memulai analisis semenjak ditemukan permasalahan sampai penelitian berakhir. Nasution (1988) menyatakan analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil akhir. Namun dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan analisis selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.


(5)

“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitianya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.” (Sugiyono,2008 : 427)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data di lapangan dengan model Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2008: 430) diantaranya yaitu :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka semakin banyak pula data yang diperoleh.Maka diperlukan adanya pencatatan dan diperlukan segera adanya analisis data dengan reduksi data. Menurut Sugiyono mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi, peneliti dapat dibantu dengan menggunakan peralatan elektronik seperti computer dan dengan memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah peneliti mereduksi data, langkah selanjutnya yang ditempuh adalah mendisplay data. Peneliti akan menyajikan data dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman, (dalam Sugiyono, 2008:249) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.Dengan menggunakan data display maka diharapkan peneliti akan diberi kemudahan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya dengan melihat apa yang telah dipahami sebelumnya.

c. Conclusion Drawing/verification

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data dan penyajian data, langkah yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan pada penelitian kualitatif diharapkan dapat menjawab yang ada di rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal ditambah dengan bukti-bukti atau data-data yang telah ada.

G.5. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data digunakan dalam sebuah penelitian untuk mengetahui ketepatan dan keabsahan data yang diperoleh melalui kecakapan


(6)

referensi. Adapun jenis teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Untuk pemeriksaan kesahan (validity) dan ketetapan (reliability) data, maka pengkaji menetapkan teknik penyetigaan (tringulasi). Kesahan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan adalah sejauh mana data yang dikumpulkan telah secara signifikan mencerminkan atau mewakili realitas atau gejala yang dikaji. Sedangkan ketetapan tersebut dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan alat pengumpulan data (pawito, 2007:97).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini penelelti menggunakan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi. Bila dengan ketiga cara tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH TINGKAT MANAJEMEN TERHADAP PRODUKSI DAN EFISIENSI BIAYA SERTA TINGKAT KEUNTUNGAN PETERNAKAN AYAM PETELUR (Studi kasus di Desa Dadaplangu dan Desa Kebonduren Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

0 26 80

KONTRIBUSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI TANAMAN RAMBUTAN DIPEKARANGAN (Studi Kasus di Desa Mronjo Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar)

0 18 1

STUDI KOMPARATIF PEMASARAN JAGUNG (Zea mays. L) SISTEM BEBAS DAN SISTEM KONTRAK (Studi Kasus di Desa Sumberdiren Kecamatan Garum Kabupaten Blitar)

0 6 2

PEMANFAATAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUARPANTS BERDASARKAN GOLONGAN SOSIAL (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar)

0 6 48

KONFLIK SOSIAL ANTAR MASYARAKAT PASCA PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi di Desa Pogalan Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek)

1 16 2

DAMPAK KEBERADAAN PETERNAKAN UNGGAS TERHADAP PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Dampak Keberadaan CV. Bumi Ayu terhadap Perubahan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Plosoarang, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar)

1 7 2

Eksistensi Kesenian Kuda Lumping (Studi Pada Komunitas Kuda Lumping Bawono Langgeng di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar)

4 31 34

INTERVENSI SOSIAL PADA PROSES PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL DI PEDESAAN (Studi Evaluatif pada Pendampingan Yayasan Daya Pertiwi dalam Pembentukan Kelompok Usaha Mikro di Desa Resapombo Kecamatan Doko Kabupaten Blitar)

0 6 2

DAMPAK SOSIAL INDUSTRI TIWUL INSTAN TERHADAP MASYARAKAT DESA JATILENGGER KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR(Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Jatilengger, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar)

0 7 3

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DAN KEKUASAAN DALAM STRATEGI PEMENANGAN KEPALA DESA (Studi Deskriptif : di Desa Bahapal Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun)

0 1 9