BAKU MUTU UDARA AMBIEN
3. BAKU MUTU UDARA AMBIEN
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient.
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan burni pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi suatu Negara yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan burni pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi suatu Negara yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan
Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
Tabel 4. Standar Baku Mutu Udara Ambient di Indonesia. Parameter
Baku Mutu yang Diperkenankan NOx
0,05 p.p.m/24 jam CO
20 p.p.m/8 jam Sox
0,10 p.p.m/24 jam O3
0,10 p.p.m/24 jam SPM10
100 p.p.m/24 jam HC 0,24 p.p.m/3 jam
Sumber: Harman, 2010; PP.41/2007
Baku Mutu Udara Ambien erat kaitannya dengan Nilai Ambang Batas (NAB). NAB adalah kadar tertinggi suatu zat dimana seseorang dalam suatu lingkungan masih sanggup berada tanpa menunjukkan suatu respons berupa penyakit atau gangguan-gangguan terhadap kesehatannya sehari-harinya untuk jangka waktu 8 jam /hari derta 40 jam seminggu.
Tabel 5. Batas berbagai gas yang mengganggu kesehatan
Ancaman
Jenis
Bahaya untuk
Bahaya Mati dalam M.A.C Pencemar
Penghidupan dalam 30- Waktu Pendek (p.p.m)
60 menit (p.p.m)
10 1 Sumber: Harman, 2010
Tabel 6. Ambient air quality standard (USA)
Standard (p.p.m)
Federal Std Pollutan
California Std
Average Time
Concentration Photochemical
Concentration
Same as primary Oxidant
(200 µg/m3)
(160 µg/m3)
Same as primary
(11 mg/m3)
8 hour
9 (10 mg/m3)
1 hour
(46 mg/m3)
(40 mg/m3)
NO2 An. Avrg
Same as primary
(100 µg/m3)
1 hour
(470 µg/m3)
SO2 An. Avrg
(80 µg/m3)
(60 µg/m3)
(105 µg/m3)
(365 µg/m3)
(260 µg/m3)
3 hour
0,5 (1.300 µg/m3)
1 hour
(1.310 µg/m3)
Suspended
60 µg/m3 Particular
An.G.M
60 µg/m3
75 µg/m3
150 µg/m3 Matter Lead
24 hour
100 µg/m3
260 µg/m3
- (Particulate) Hydrogen
30 day
1.5 µg/m3
(42 µg/m3)
Hydrocarbon
Same as primary (Metane)
3 hour
(6-9 a.m)
(160 µg/m3)
Sumber: Harman, 2010; CDC, 2014
Bahan buangan gas dan partikulat industri akan merupakan bahan pencemar udara yang mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia pada masa yang tidak lama. Keadaan ini merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pesatnya pembangunan sector industri yang ada. Disamping itu, jenis industri juga akan semakin banyak dengan sifat pencemar yang semakin spesifik pula.
Kendala ekonomi dan teknologi merupakan kendala utama yang dihadapi dalam penerapan program pengendalian pencemaran industri. Akibatnya Kendala ekonomi dan teknologi merupakan kendala utama yang dihadapi dalam penerapan program pengendalian pencemaran industri. Akibatnya
Teknologi alternative yang lebih sederhana dan murah telah dikembangkan, dan telah membawa hasil yang baik. Penerapannya akan merupakan metode pemecahan yang layak dalam mengatasi kendala ekonomi dan teknik yang sekarang banyak dihadapi. Pencemaran udara tidak hanya ditentukan oleh besaran intensitas sumber tetapi juga oleh keadaan meteorology local dan regional yang berlaku di suatu daerah.
Pengendalian secara parsial dengan hanya mengendalikan sumber dalam beberapa hal tidak akan memecahkan permasalahan yang timbul. Peraturan khusus yang berlaku secara local dalam suatu daerah mungkin akan diperlukan. Masalah pencemaran udara dan cara penanggulangannya merupakan bidang penelitian yang masih sangat terbuka di Indonesia dan perlu dijalankan dalam mengimbangi kecepatan perkembangan masalah yang dihadapi. Rekayasa transportasi dan lalu lintas pada dasarnya telah mensyaratkan criteria yang ditujukan untuk mengurangi dampak yang mungkin timbul terhadap lingkungan.
Kriteria dan persyaratan mengenai pengendalian kebisingan, kecepatan rata- rata, jalur hijau antar lain ditujukan untuk mengurangi dampak lingkungan yang akan timbul. Jenis mesin pada kendaraan bermotor berbahan bakar bensin ternyata berpengaruh terhadap besarnya emisi yang dihasilkan. Mesin kendaraan yang memiliki kapasitas lebih besar akan mengeluarkan zat-zat pencemar yang lebih besar. Tetapi sebaliknya, kendaraan yang berkapasitas mesin besar akan menghasilkan opacity yang lebih rendah.
Seperti halnya pada kendaraan berbahan bakar bensin, pada kendaraan berbahan bakar solar pun terlihat adanya hubungan antara besarnya emisi zat pencemar dengan besarnya kapasitas mesin. Kendaraan dengan bahan Seperti halnya pada kendaraan berbahan bakar bensin, pada kendaraan berbahan bakar solar pun terlihat adanya hubungan antara besarnya emisi zat pencemar dengan besarnya kapasitas mesin. Kendaraan dengan bahan