Penutup Kesimpulan

D. Penutup Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh keterangan bahwa dalam perencanaan pembangunan sudah menggunakan prinsip-prinsip perencanaan kota yang baik sesuai aturan-aturan yang ditentukan, seperti misalnya:

a. Sudah mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan.

b. Terintegrasi dengan semua aspek kota, seperti transportasi, saran publik, mitigasi bencana, dan sebagainya.

c. Terintegrasi dengan perencanaan biaya.

d. Melibatkan mitra dan stakeholder.

e. Sesuai dengan prinsip-prinsip tentang tata kawasan dan hunian.

f. Mendukung respons pasar terhadap kawasan tersebut.

g. Mendukung akses menuju ke kawasan tersebut.

h. Mengembangkan fasilitas pendukung yang sesuai.

i. Berpihak pada golongan ekonomi rendah dan kepentingan umum.

202 Sri Kistiyah, Rochmat Martanto, A.H. Farid

j. Memperhatikan keragaman budaya. Akan tetapi pula dalam penyusunan perencanaan Tata Ruang wilayah telah mengesampingkan unsur-unsur pertanahan, baik ditinjau dari sisi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan dan pemilikan tanah. Hal ini dapat dilihat dalam penyusunan peren- canaan Tata Ruang Wilayah yang tidak pernah memperhatikan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana penggunaan tanah dan pemanfaatan tanah yang ada serta, pemilikan dan penguasaan tanah tanah baik oleh masyarakat, Badan Hukum, Instansi Pemerintah tidak menjadi pertimbangan dalam penyu- sunan perencanaan tersebut. Padahal dengan mengabaikan masalah penggunaan tanah, Pemanfaatan Tanah, Penguasaan Tanah dan Pemilikan Tanah sehingga menimbulkan berbagai kontra produktif bagi pembangunan itu sendiri.

2. Dampak yang timbul akibat penyelewengan perijinan tata ruang antara lain kerusakan lingkungan dan ekologi, alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan existing penggunaan tanah, konflik dan sengketa pertanahan, konflik sosial akibat konflik penguasaan tanah hingga penguasaan pemilikan tanah secara ilegal.Hal ini dapat dilihat dari kawasan wilayah lokasi penelitian dengan berdi- rinya bangunan-bangunan seperti hotel, mall, komplek peru- mahan dan pabrik-pabrik yang berdiri tidak tertatadi tengah- tengah pemukiman warga/penduduk.

3. Setelah dilakukan konfirmasi dengan Kepala Kantor Pertanahan Jakarta Barat, ternyata dalam penyusunan perencanaan tata ruang , Kantor Pertanahan tidak terlibat sama sekali sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dituangkan dalam regulasi Peraturan Pre- siden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kemen- terian Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

4. Badan Pertanahan Nasional di tingkat daerah hingga saat ini dalam melaksanakan ketugasannya masih mengacu pada kewe- nangan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional/Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan

203 Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional dimana ketugasan tentang

Integrasi Perecanaan Tata Ruang dan Pertanahan ...

Tata Ruang belum disesuaikan dengan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sesuai dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Orga- nisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Saran

1. Perencanaan yang komprehensip harus mempunyai pandangan yang jauh ke depan. Keterpaduan dalam perencanaan, pelaksa- naan dan pembangunan harus diwujudkan dalam kenyataan, dengan mengesampingkan arogansi sektoral dan egosentrisme wilayah yang cenderung menggunakan kaca mata kuda.

2. Alternatif perencanaan dan evaluasinya yang tajam selayaknya digarap dengan tuntas lebih dahulu, sebelum pemerintah daerah menempuh sikap untuk rancangan dan pelaksanaan pem- bangunan.

3. Peran serta dalam proses perencanaan Tata Ruang wilayah harus benar-benar diperhatikan.

4. Integrasi dalam bentuk yang harmonis dalam perencanaan tata ruang, harus dilakukan secara terkoordinasi.

5. Harus ada keberanian dari Kementerian Agraria dan Tata Ru- ang/Badan Pertanahan Nasional untuk mengintegrasikan penata- an ruang dan pertanahan dalam satu kewenangan, yaitu di Ke- menterian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.