Sanksi Jarimah Ikhtilath dalam Hukum Adat

3.3.4. Sanksi Jarimah Ikhtilath dalam Hukum Adat

Merujuk pada ketentuan yang dimuat dalam buku “Musyawarah Adat kecamatan Kluet Tengah” yang juga telah dimuat pada bab satu sebelumnya,

bahwa setiap pelaku ikhtilath, baik dalam kategori pelaku sumbang duduk maupun sumbang berdiri akan dikenakan sanksi hukum adat yaitu berupa satu ekor Kambing lengkap ditambah dengan hukuman lainnya sesuai dengan keputusan hasil musyawarah adat. Hal ini dapat dipahami dari ketentuan di bawah ini:

1. “Sumbang duduk, seorang lelaki duduk dengan seorang perempuan yang bukan muhrimnya didalam rumah, kecuali si lelaki duduk di muka pintu dan kaki si lelaki menjulur keluar. Bila didalam kendaraan roda empat, sumbang duduk seorang lelaki duduk berduaan dengan seorang perempuan di luar rumah yang menurut adat sudah melanggar, misalnya dalam kegelapan malam, dalam semak dan hutan atau tempat dan situasi lain yang menurut adat serta syari’at Islam sudah di larang ”.

2. “Sumbang berjalan yaitu seperti laki-laki berboncengan dengan seorang perempuan yang bukan muhrimnya, bila mereka berboncengan di saat atau tempat yang melanggar adat. Kemudian ada seorang lelaki berjalan bergandengan tangan dengan seorang perempuan yang bukan muhrimnya. Sumbang ini dalam ketentuan adat masyarakat manggamat

akan dikenakan satu (1) ekor kambing lengkap, dan di tambah denda hukuman lain yang mungkin akan menjadi keputusan adat setempat 99 ”.

Sebagaimana keterangan dari Syahrul, bahwa hukuman pelaku ikhtilath dengan membayar seekor Kambing, pada dasarnya diperuntukkan pada seluruh warga gampong. Namun, kenyataannya masyarakat kebanyakan tidak hadir. Untuk itu, satu ekor Kambing tersebut diberikan kepada para pemuda untuk

kemudian dimakan secara bersama-sama. 100 Berdasarkan beberapa informasi lainnya, salah satunya seperti dinyatakan oleh Najiman bahwa hukuman atau

sanksi atas pelaku ikhtilath telah mudah untuk ditetapkan, hal ini karena telah dimuat dan dapat dirujuk secara langsung dalam buku hasil musyawarah adat. Untuk itu, setiap kasus diselesaikan dengan sanski hukum sebagaimana hasil

kesepakatan adat, yaitu satu ekor Kambing lengkap. 101 Namun demikian, ia menambahkan bahwa jika para tokoh adat yang

menyelesaikan kasus tersebut memandang perlu untuk menambah hukuman lain selain ketetapan dalam buku musyawarah adat, maka hal tersebut bisa dilakukan. Najiman memberikan contoh hukuman lain tersebut misalnya dengan menambah sejumlah uang, harus menyediakan pinang cerano (sekapur sirih) dan lainnya

yang hal ini murni kebijakan tokoh adat tersebut. 102 Terkait dengan penambahan hukuman atas pelaku ikhtilath, biasanya

dilihat pada tingkat ikhtilath yang dilakukan. Syahrul menjelaskan bahwa

99 Keputusan Musyawarah Adat Kemukiman Manggamat , 22 November 1999. 100 Hasil wawancara dengan Syahrul, Ketua Tuha Peut Gampong Padang, Kecamatan

Kluet Tengah, Aceh Selatan, pada tanggal 24 Desember 2016. 101 Hasil wawancara dengan Najiman, Warga Gampong Kampung Sawah, Kecamatan

Kluet Tengah, Aceh Selatan, pada tanggal 19 Januari 2017. 102 Ibid.

penambahan hukuman selain dengan membayar seekor Kambing, ditujukan dan dilihat pada parah tidaknya tindakan ikhtilath yang dilakukan. Jika hanya sekedar sumbang berjalan misalnya dengan berboncengan di atas kreta pada tempat- tempat yang ditempat yang melanggar adat, salah satunya di jalan umum yang tidak sampai hal-hal yang dilarang keras dalam agama, maka hal ini cukup dengan memberikan sanksi satu ekor kambing. Namun, jika pelaku melakukan sumbang duduk dalam arti duduk di dalam rumah berduaan dengan melakukan hal-hal yang dilarang, seperti berpelukan, maka kondisi seperti ini memungkinkan bagi pihak

adat untuk menambah sanksi hukum atas pelaku. 103

103 Hasil wawancara dengan Syahrul, Ketua Tuha Peut Gampong Padang, Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan, pada tanggal 24 Desember 2016.