PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PROSTITUSI ONLINE SEBAGAI TINDAK PIDANA PELACURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

ABSTRACT

LAW ENFORCEMENT TOWARD ONLINE PROSTITUTION
AS CRIMINAL OFFENSE PROSTITUTION BASED ON ACT
NUMBER 11 OF 2008 ON INFORMATION
AND ELECTRONIC TRANSACTIONS
By
MONA TIARA PUTRI

Criminal acts of prostitution had been developed with the progress of Internet
technology in the form of online prostitution. Enforcement of Law No. 11 of 2008 as
an umbrella law online prostitution prevention. Legal gap is not all regional police
agency was able to uncover prostitution online. The problem of this research are: (1)
How does law enforcement against online prostitution as a criminal offense
prostitution? (2) What are the factors that constrain law enforcement against online
prostitution as a criminal offense prostitution?
The approach used is a juridical problem normative and empirical. The data were
collected through library research and field studies. Furthermore, the data The data
were analyzed qualitatively.
Based on the results of research and discussion can be concluded: (1) Law
enforcement against online prostitution as a crime committed by the Special Criminal

Investigation Directorate of Bangka Belitung Islands Regional Police conducted the
investigation process to search for and collect evidence on the crime of prostitution
online and to find suspects . Once the investigation is completed, the case transferred
to the Prosecutor and the Court for further proceedings in accordance with the
criminal justice system. (2) Factors inhibiting factor consisting of legal, law
enforcement factor, factor means and facilities in law enforcement, community
factors and cultural factors. The most influential factor in the weak enforcement of
laws against prostitution is a factor of law enforcement. This is because not all
investigators have the educational background of the law, lack of control mechanisms
of the components of the criminal justice, law enforcement fails to demonstrate
exemplary, no cyber unit, mastery of technology is still lacking, law enforcement
cooperation between countries that have not been effective.
Suggestion of this research are: (1) It takes a commitment in law enforcement against
crime online prostitution and improving the quality of law enforcement both mastery
of the law, the use of a foreign language and the language of law and the means and
facilities. (2) Required synergy between legal awareness and moral consciousness of
society in the enforcement of laws against online prostitution.

Keywords: Law Enforcement, Prostitution, Online


ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PROSTITUSI ONLINE SEBAGAI
TINDAK PIDANA PELACURAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)
Oleh
MONA TIARA PUTRI
Tindak pidana pelacuran mengalami perkembangan seiring kemajuan teknologi
internet dalam bentuk prostitusi online. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 menjadi payung hukum penanggulangan prostitusi online. Kesenjangan
hukumnya adalah tidak semua institusi Kepolisian Daerah mampu mengungkap
praktik prostitusi online. Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah
penegakan hukum terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran? (2)
Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat penegakan hukum terhadap
prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran?
Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris.
Data penelitian dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Selanjutnya
data dianalisis data dilakukan secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: (1) Penegakan

hukum terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran yang dilakukan
oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka
Belitung dilaksanakan dengan proses penyidikan untuk mencari serta mengumpulkan
bukti tentang tindak pidana prostitusi online dan untuk menemukan tersangkanya.
Setelah penyidikan selesai dilaksanakan maka perkara dilimpahkan ke Kejaksaan dan
Pengadilan untuk proses hukum selanjutnya sesuai dengan sistem peradilan pidana.
(2) Faktor-faktor yang menjadi penghambat terdiri dari faktor hukum, faktor penegak
hukum, faktor sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum, faktor masyarakat dan
faktor budaya. Faktor yang paling berpengaruh pada lemahnya penegakan hukum
terhadap prostitusi adalah faktor penegak hukum. Hal ini disebabkan karena tidak
semua penyidik memiliki latar belakang pendidikan hukum, kurangnya mekanisme
kontrol dari komponen peradilan pidana, penegak hukum kurang menunjukkan
keteladanan, tidak adanya unit cyber, penguasaan teknologi yang masih kurang,
kerjasama penegak hukum antar negara yang belum efektif.
Saran penelitian ini adalah: (1) Diperlukan komitmen dalam penegakan hukum
terhadap kejahatan prostitusi online dan peningkatan kualitas penegak hukum baik
penguasaan terhadap hukum, penggunaan bahasa asing dan bahasa hukum maupun
sarana dan fasilitas. (2) Diperlukan sinergi antara kesadaran hukum dan kesadaran
moral dari masyarakat dalam penegakan hukum terhadap prostitusi online.
Kata Kunci: Penegakan Hukum, Prostitusi, Online


PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PROSTITUSI ONLINE SEBAGAI
TINDAK PIDANA PELACURAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Oleh

MONA TIARA PUTRI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER HUKUM

Pada
Program Pascasarjana Program Studi Magister Hukum
Fakultas Hukum Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2015

i

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PROSTITUSI ONLINE SEBAGAI
TINDAK PIDANA PELACURAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)
(Tesis)

Oleh
MONA TIARA PUTRI

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR ISI


I.

II.

III.

IV.

PENDAHULUAN .................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ....................................................

7


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....................................................

8

D. Kerangka Pemikiran .........................................................................

9

E. Metode Penelitian..............................................................................

16

F. Sistematika Penulisan .......................................................................

20

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

22


A. Penegakan Hukum Pidana.................................................................

22

B. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia...........................

36

C. Tindak Pidana Prostitusi Online........................................................

41

D. Pengertian Penyidikan .......................................................................

52

E. Penanggulangan Tindak Pidana atau Kejahatan ...............................

65


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................

68

A. Karakteristik Narasumber .................................................................

68

B. Penegakan Hukum terhadap Prostitusi Online sebagai
Tindak Pidana Pelacuran oleh Direktorat Reserse Kriminal
Khusus Polda Kepulauan Bangka Belitung ......................................

69

C. Faktor-Faktor yang Menjadi Penghambat Penegakan Hukum
terhadap Prostitusi Online sebagai Tindak Pidana Pelacuran
oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan
Bangka Belitung ................................................................................

94


PENUTUP .............................................................................................

108

A. Simpulan ...........................................................................................

108

B. Saran ..................................................................................................

109

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

MENGESAIIKAN

Tim Penguji
Ketua Tim Penguji


: Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H.

Sekretaris

: Dr. Erna Dewi, S.H., M.H.

Penguji Utama

: Dr. Eddy Rlfa'i, S.H., M.H.

Anggota

: Dr. Maroni, S.H., M.H.

Anggota

: Dr" Ifeni Siswanto, S.H., M.H.

.

Dr. Sudjarwo, M.S.

19530s28 198103 1 002

4.

Tanggal Lulus Ujian : 15 Januari 2015

"'*;ul

Tesis

S(gno ffrara

\:i.lJ

\.:'

PENEGAKAN IIUKUM TERIIADAP PROSTITUSI
ONLII\'E SEBAGAI TINDAK PIDANA PELACT]RAN
MENURUT UNDANG.{INDANG NOMOR 11 TAHTIN
2OO8 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK GTE)

Pokok Mahasiswa

ftutri

1322011028

P:.rgram Kekhususan

Hukum Pidana

;:kultas

Hukum

MENYETI]JUI
Dosen Komisi Pembimbins

Yln
,,')dl,
'\vry1,k

/

Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H.

\rP

19ss0106 198003 2 001

,4ry
-/'

D{.E*nu Dewi, S.H., M.H.
NrP 196lA7ts 198503 2 003

MENGETAHUI
Fakultas Hukum

Anwar, S.H., M.Hum.

SURAT PERI\IYATAAI\T

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

l.

Tesis dengan judul: "Penegakan Hukurn Terhadap Prostitusi Online Sebagai Tindak

Pidana Pelacuran Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)", adalah karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang
tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau
yang disebut plagiarisme.

2.

Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas
Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari temyata ditemukan adanya ketidak
benaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya;
saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 15 Januari 2015
Yang Membuat Pernyataan

Mona
ra Putri
NPM 1322011028

PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Allah SWT Sang Pencipta Semesta Alam..
Yang selalu mendampingiku apapun keadaanku, saatku tertunduk tak berdaya
dihadapanMu, selalu ada rahmat yang diberikan-Nya untuk memberiku jalan terbaik
dalam menyongsong masa depanku.
Alhamdulillah, semua hasil ini karena ku berharap berkah dari-Mu
guna menjadi hamba-Mu yang bermanfaat untuk kehidupan di dunia wal akhirat..
Papa dan Mamaku tercinta
yang telah tulus ikhlas mendampingi dan memberikan separuh hidup kalian untuk
mengasihiku dan menjagaku mendidikku hingga kini ku dewasa, kalian terindah dalam
hidupku selalu menjadi terindah, nasihat dan bimbingan kalian yang selaluku butuhkan
dalam mencapai keberhasilan yang kupersembahkan kembali untuk kalian kelak..
ILove You Pa Ma..
Bapak dan Mama Mertuaku
yang turut mendukung serta mendoakan ..terima kasih..
Adik-adikku tersayang yang selalu memberiku semangat dan doa kalian
selalu untuk keberhasilan kakak..
Suamiku tersayang AKP.M.Rosidi, S,H.
sosok imamku dunia akhirat terima kasih untuk dukungan dan doamu selalu..
puji syukur atas karya kecil dan calon baby kita tersayang ini merupakan bingkisan
kecil anugerah dariNya..
Alhamdulillah..
Sahabat-sahabat setiaku
yang telah memberikan semangat motivasi dan waktu kalian
untuk membantu kesuksesanku..
Almamater Tercinta Universitas Lampung

i

MOTO

”Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar, dari dosa-dosa (zina), yang tengah kamu
mengerjakannya, niscaya Allah menutup segala kejahatanmu dari padamu dan Allah
memasukkan kamu ke dalam tempat yang mulia (surga)”
(Q.S. Annisa: 31)
”Kemenangan yang seindah indahnya dan sesukar sukarnya yang boleh direbut
oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”
(R.A. Kartini)

PERSEMBAHAN

i

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Allah SWT Sang Pencipta Semesta Alam..
Yang selalu mendampingiku apapun keadaanku, saatku tertunduk tak berdaya
dihadapanMu, selalu ada rahmat yang diberikan-Nya untuk memberiku jalan terbaik
dalam menyongsong masa depanku.
Alhamdulillah, semua hasil ini karena ku berharap berkah dari-Mu
guna menjadi hamba-Mu yang bermanfaat untuk kehidupan di dunia wal akhirat..
Papa dan Mamaku tercinta
yang telah tulus ikhlas mendampingi dan memberikan separuh hidup kalian untuk
mengasihiku dan menjagaku mendidikku hingga kini ku dewasa, kalian terindah dalam
hidupku selalu menjadi terindah, nasihat dan bimbingan kalian yang selaluku butuhkan
dalam mencapai keberhasilan yang kupersembahkan kembali untuk kalian kelak..
ILove You Pa Ma..
Bapak dan Mama Mertuaku
yang turut mendukung serta mendoakan ..terima kasih..
Adik-adikku tersayang yang selalu memberiku semangat dan doa kalian
selalu untuk keberhasilan kakak..
Suamiku tersayang AKP.M.Rosidi, S,H.
sosok imamku dunia akhirat terima kasih untuk dukungan dan doamu selalu..
puji syukur atas karya kecil dan calon baby kita tersayang ini merupakan bingkisan
kecil anugerah dariNya..
Alhamdulillah..
Sahabat-sahabat setiaku
yang telah memberikan semangat motivasi dan waktu kalian
untuk membantu kesuksesanku..
Almamater Tercinta Universitas Lampung

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mona Tiara Putri, dilahirkan di Kota
Palembang pada tanggal 20 Januari 1991, sebagai putri
pertama dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Bapak Hi. Ir.
Zulkarnain Sakti Utama, M.T. dan Ibu Hj. Metty Herawati, S.H.

Penulis menempuh pendidikan TK Kesuma Bangsa Muara Enim selesai pada 1995,
Sekolah Dasar (SDN) 3 Perum Way Kandis diselesaikan pada Tahun 2001, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004,
Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun
2007. Selanjutnya pada Tahun 2011, penulis menyelesaikan pendidikan pada Program
Strata Satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

i

SAI\ WACANA

-{lhamdulillahirobbil alumin, scgala puji dan syukur pcnulis panjatkon kehodirat Allah

SUT. Tuhan yang Maha Menguasai

Semesta

Alam, sebab hanya dengan kehendak-

\1'a maka penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul:

Penegakan Hukum

Terhadap Prostitusi Online Sebagai Tindak Pidana Pelacuran Menurut Undang-Undang

Nomor l1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekhonik (ITE)
I

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum
pada Fakultas Hukum Program Pascasarjana Universitas Lampung. Dalam penulisan

tesis ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihah oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada:

l.

Bapak Prof. Dr. Heryandi, SH., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.

2.

Bapak Dr. Khaidir Anwar, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Pascasarjana
Program Studi MagisterHukum Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Nikmah

Rosidah, S.H., M.H. selaku Pembimbing

I,

atas bimbingarU

masukan, motivasi dan saran yang diberikan dalam penyusunan sampai dengan
selesainya Tesis ini.

4.

Ibu Dr. Erna Dewi. S.H., M.H. selaku Pembimbing II, atas bimbingan, masukan,
motivasi dan saran 1'ang diberikan dalam penyusunan sampai dengan selesainya
Tesis ini.

Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H., Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H., dan Bapak Dr.

I{eni Siswanto, S.H., M.H., selaku Tim Penguji, atas masukan, dan saran yang
diberikan dalam perbaikan Tesis ini.

:

Bapak dan lbu dosen Program Pascasarjana Magister Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lampung yang telah memberikan ihnu kepada penulis.

-

Seluruh staf Program Pascasadana Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

B. Para narasumber dari Direktorat

Reserse

Kriminal Khusus Kepolisian Daerah

Kepulauan Bangka Belitung, atas informasi dan bantuan yang diberikan

e.

Rekan-Rekan Program Pascasarjana Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas
Lampung, atas persahabatan dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian Tesis
dan menempuh studi.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis berdoa semoga kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan
kebaikan dari sisi Allah

swr.

Akhirnya semoga Tesis ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 15 Januari 2015
Penuliq

\,

d*-

trtoo"\ri"ra Putri

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan teknologi jaringan komputer semakin meningkat, selain sebagai media
penyedia informasi, melalui internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi
bagian terbesar dan pesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara,
bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam.
Melalui dunia internet atau disebut juga cyber space, apapun dapat dilakukan.

Perkembangan internet bagaikan dua sisi mata uang, pada satu sisi berdampak
positif, yaitu memudahkan manusia dalam berinteraksi, bertukar informasi dalam
berbagai aktivitasnya dan menambah trend perkembangan teknologi dengan
segala bentuk kreativitas manusia. Pada saat bersamaan dampak negatifnya tidak
bisa dihindari, berbagai muatan pornografi dan perilaku asusila banyak yang
menggunakan media internet. Seiring dengan perkembangan teknologi internet,
munculnya kejahatan melalui jaringan internet (cyber crime). Salah satu jenis
kejahatan ini adalah prostitusi melalui internet atau disebut prostitusi online.

Prostitusi menurut James A. Inciardi sebagaimana dikutip oleh Topo Santoso,
merupakan the offering of sexual relations for monetary or other gain (penawaran
hubungan seksual untuk memperoleh uang atau keuntungan lainnya). Jadi
prostitusi adalah seks untuk pencaharian, terkandung beberapa tujuan yang ingin
diperoleh, biasanya berupa uang. Termasuk di dalamnya bukan saja persetubuhan

2

tetapi juga setiap bentuk hubungan seksual dengan orang lain untuk mendapat
bayaran. Dalam prostitusi terlibat tiga komponen penting yakni pelacur
(prostitute), mucikari atau germo dan pelanggannya (client) yang dapat dilakukan
secara kovensional maupun melalui dunia maya atau prostitusi online. 1

Kejahatan prostitusi online di Indonesia pertama kali terungkap pada bulan Mei
2003, Satuan Reskrimsus cyber crime Polda Metro Jaya berhasil menangkap
mucikari cyber. Pelakunya adalah sepasang suami istri, Ramdoni alias Rino dan
Yanti Sari alias Bela. Prostitusi online ini adalah modus baru yakni dengan
menawarkan wanita melalui sebuah alamat web. Pemilik web ini memajang fotofoto wanita tersebut dengan busana minim yang siap melayani customer. Para
peminat hanya cukup menghubungi Nomor HP para mucikari tersebut yang
ditampilkan di halaman website, kemudian mucikari inilah yang mengantarkan
pesanan ke kamar hotel atau ke apartemen sesuai dengan keinginan pelanggan.2

Prostitusi sebagai tindak pidana konvensional, sebelum berkembangnya media
internet, pada dasarnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) di antaranya sebagai berikut:
Pasal 281 KUHP:
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
denda paling banyak lima ratus rupiah (disesuaikan):
Ke-1. Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
Ke-2. Barang siapa dengan sengaja dan dimuka orang lain yang ada disitu
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
1

Topo Santoso, 1997, Seksualitas dan Hukum Pidana, Ind-Hill-Co, Jakarta, hlm. 134.
Sutarman, Cyber Crime Modus Operandi dan Penanggulangannya, LaksBang PRESSindo,
Yogyakarta, 2007. hlm. 67.

2

3

Pasal 296 KUHP :
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan
cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya menjadi
pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima ribu rupiah
(disesuaikan)

Pasal 506 KUHP:
Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seseorang wanita
dan menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan pidana kurungan
paling lama satu tahun.

Pada perkembangan selanjutnya, pemberlakuan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjadi payung hukum
dari penanggulangan prostitusi online, artinya aparat kepolisian semakin leluasa
dalam menjaring praktik prostitusi yang dilakukan melalui internet ini.

Praktik prostitusi online tersebut biasanya dilakukan mucikari dengan cara
merekrut atau mencari gadis belia yang berpenampilan menarik untuk dijadikan
anak buahnya melalui layanan chatting dan sejenisnya yang beberapa tahun
belakangan ini sudah menjadi trend di kalangan anak muda. Setelah mucikari
berhasil merayu para gadis belia untuk menjadi anak asuhannya, mereka biasanya
akan langsung ditawarkan lewat website yang dikelola mucikari tersebut. Untuk
bisa berkencan dengan gadis-gadis muda ini, pada umumnya calon penyewa
harus mendaftarkan diri dulu pada website di mana gadis-gadis tersebut
dipamerkan. Calon penyewa akan mengisi formulir yang berisi nama, alamat,

4

nomor telepon dan lainya. Setelah pendaftaran selesai calon penyewa bisa
langsung memilih gadis mana yang akan dikencani, lalu calon penyewa bisa
mulai bernegosiasi harga. Setelah semua proses pendaftaran atau pemesanan
selesai gadis pesanan akan diantarkan ke tempat yang telah disepakati.3

Prostitusi berkembang menjadi sebuah bisnis berpotensi mendatangkan uang
dengan sangat cepat. Tidak perlu modal banyak, hanya beberapa tubuh yang
secara profesional bersedia untuk dibisniskan, sehingga bisnis ini tidak akan
menemui masa masa sulit. Prostitusi bukan hanya berdampak pada mereka yang
melakukannya yaitu perlaku dan pemakai jasanya akan tetapi juga berimbas
kepada masyarakat luas, prostitusi atau pelacuran bahkan membahayakan bagi
kehidupan rumah tangga yang terjalin sampai bisa menimbulkan tindak pidana
kejahatan dan lain sebagainya. Berbagai alasan orang-orang yang tidak
bertanggung

jawab

menggunakan

media

internet

ini

sebagai

sarana

mempromosikan pelacuran, seperti alasan strategis dan aman. Media ini memang
lebih aman jika dibandingkan dengan langsung menjajakan di pinggir jalan
ataupun tempat lokalisasi. Dengan adanya media ini seseorang bisa lebih leluasa
dalam bertransaksi, tidak harus saling bertemu langsung antara seorang pelaku
prostitusi dengan orang yang ingin memakai jasanya.

Penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana memiliki peranan yang
besar dalam penyelengaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menjamin
kepentingan mayoritas masyarakat atau warga negara, terjaminnya kepastian
hukum sehingga berbagai perilaku kriminal dan tindakan sewenang-wenang yang
3

http://www. inilah. com/read/detail/62916/polisi-bongkar-prostitusi-via-internet/. Diakses 6
Oktober 2014.

5

dilakukan anggota masyarakat atas anggota masyarakat lainnya akan dapat
dihindarkan. Penegakan hukum secara ideal akan dapat mengantisipasi berbagai
penyelewengan pada anggota masyarakat dan adanya pegangan yang pasti bagi
masyarakat dalam menaati dan melaksanakan hukum.

Terkait dengan tindak pidan prostitusi ini maka Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang bertugas menciptakan memelihara keamanan dalam negeri dengan
menyelenggaraan berbagai fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian selaku
alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Mengingat bahwa prostitusi merupakan suatu perbuatan melanggar
hukum maka menjadi kewajiban Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui
jajaran di bawahnya untuk menangani masalah ini, yaitu dengan semaksimal
mungkin menekan angka kriminalitas atau tindak pidana yang mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat.

Direktorat Reserse Kriminal Khusus harus melaksanakan serangkaian prosedur
dalam mengungkapkan kasus melalui tahapan penyidikan. Menurut Pasal 1 Ayat
(13) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

6

Ketentuan tentang penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir (2) Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahwa penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang
ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Penyidikan ini dilakukan untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti
yang pada tahap pertama harus dapat memberikan keyakinan, walaupun sifatnya
masih sementara, kepada penuntut umum tentang apa yang sebenarnya terjadi
atau tentang tindak pidana yang telah dilakukan serta siapa tersangkanya. Apabila
berdasarkan keyakinan tersebut, penuntut umum berpendapat cukup alasan untuk
mengajukan tersangka ke depan sidang pengadilan untuk segera disidangkan.
Terlihat bahwa penyidikan suatu pekerjaan yang dilakukan untuk membuat terang
suatu perkara, yang selanjutnya dapat dipakai oleh penuntut umum sebagai dasar
untuk mengajukan tersangka beserta bukti-bukti yang ada kedepan persidangan.
Bila diperhatikan pekerjaan ini mempunyai segi-segi yuridis, oleh karena
keseluruhan pekerjaan ini ditujukan pada pekerjaan di sidang pengadilan.

Salah satu perkara prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran yang
ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Bangka
Belitung

terdapat

dalam

Berkas

Perkara

Nomor:

BP/37/XI/2014/DIT

RESKRIMSUS, atas nama Tersangka Zalfikardi alias Vikar alias Vikai Bin
Artam Romli, yang telah melakukan tindak pidana prostitusi online dan
mengeksploitasi seksual anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 27 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

7

Elektronik dan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Tersangka ditangkap pada hari selasa 23 September 2014 di
Hotel Vella Pangkal Pinang terkait dengan tindak pidana prostitusi online dan
mengeksploitasi seksual anak, terhadap dua orang perempuan yang dijual untuk
kegiatan prostitusi dengan harga Rp 1.000.000 (Satu juta rupiah) per orangnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melaksanakan penelitian yang berjudul:
Penegakan Hukum Terhadap Prostitusi Online Sebagai Tindak Pidana Pelacuran
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap prostitusi online sebagai tindak
pidana pelacuran?
b. Apakah faktor yang menjadi penghambat penegakan hukum terhadap
prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran?

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup substansi penelitian ini adalah hukum pidana, terkait objek
penegakan hukum terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran.
Ruang lingkup lokasi penelitian adalah pada wilayah hukum Direktorat Reserse
Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung, dengan waktu
penelitian yaitu 2014.

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini adalah:
a. Untuk menganalisis penegakan hukum terhadap prostitusi online sebagai
tindak pidana pelacuran
b. Untuk menganalisis faktor yang menjadi penghambat penegakan hukum
terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya khazanah
ilmu hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan penegakan hukum
terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran oleh Direktorat
Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran
bagi Direktorat Reserse Kriminal Khusus dalam mengungkap tindak pidana
prostitusi online. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai penegakan hukum
terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana pelacuran.

9

D. Kerangka Pemikiran

1. Alur Pikir

Bagan 1. Alur Pikir Penelitian

Penyalahgunaan
Teknologi Informasi
dan Komunikasi
(Internet)

Tindak Pidana
Prostitusi Online

Penyelidikan dan
Penyidikan
Tindak Pidana

Undang-Undang
Nomor 11 Tahun
2008 tentang ITE

Direktorat Reserse
Kriminal Khusus
Polda Kepulauan
Bangka Belitung

Penegakan
Hukum Pidana

Pelaksanaan
Penegakan Hukum

Faktor-Faktor Yang
Menjadi Penghambat
Penegakan Hukum

Pembahasan

Kesimpulan

10

2. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar
yang relevan untuk pelaksanaan penelitian hukum. Berdasarkan pernyataan di atas
maka kerangka teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah upaya aparat penegak hukum untuk menjamin kepastian
hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi
saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu
menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang
didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab. Sebagai suatu
proses kegiatan yang meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam
kerangka pencapaian tujuan, adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum
pidana sebagai sistem peradilan pidana4

Menurut Joseph Goldstein dalam Teori Penegakan Hukum (Law Enforcement
Theory) Penegakan hukum sendiri, harus diartikan dalam kerangka tiga konsep:
(1) Konsep penegakan hukum yang bersifat total (total enforcement concept) yang
menuntut agar semua nilai yang ada dibelakang norma hukum tersebut
ditegakkan tanpa terkecuali
(2) Konsep penegakan hukum yang bersifat penuh (full enforcement concept)
yang menyadari bahwa konsep total perlu dibatasi dengan hukum acara dan
sebagainya demi perlindungan kepentingan individual
4

Mardjono Reksodiputro. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan dan Penegakan
Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta,1994, hlm.
76.

11

(3) Konsep penegakan hukum aktual (actual enforcement concept) yang muncul
setelah diyakini adanya diskresi dalam penegakan hukum karena keterbatasanketerbatasan, baik yang berkaitan dengan sarana-prasarana, kualitas sumber
daya manusianya, kualitas perundang-undangannya dan kurangnya partisipasi
masyarakat5

Penegakan hukum tidak dapat dipisahkan dari konsep sistem hukum. Menurut
Lawrence Friedman dalam Mardjono Reksodiputro, menjelaskan bahwa unsurunsur sistem hukum itu terdiri dari struktur hukum (legal structure), substansi
hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture).
(1) Struktur hukum meliputi badan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta
lembaga-lembaga terkait, seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan.
(2) Substansi hukum adalah mengenai norma, peraturan maupun undang-undang.
(3) Budaya hukum adalah meliputi pandangan, kebiasaan maupun perilaku dari
masyarakat mengenai pemikiran nilai-nilai dan pengharapan dari sistim
hukum yang berlaku, dengan perkataan lain, budaya hukum itu adalah iklim
dari pemikiran sosial tentang bagaimana hukum itu diaplikasikan, dilanggar
atau dilaksanakan.6

Substansi hukum bukanlah sesuatu yang mudah direncanakan, bahkan hal ini
dapat dianggap sebagai perkara yang sulit, namun bukan karena kesulitan itulah
sehingga substansi hukum perlu direncankan, melainkan substansi hukum juga
sangat tergantung pada bidang apakah yang hendak diatur. Perlu pula diperhatikan
perkembangan
5
6

Ibid. hlm. 78.
Ibid. hlm. 81.

sosial,

ekonomi

dan

politik,

termasuk

perkembangan-

12

perkembangan ditingkat global yang semuanya sulit diprediksi. Sikap politik yang
paling pantas untuk diambil adalah meletakan atau menggariskan prinsip-prinsip
pengembangannya. Sebatas inilah blue printnya. Untuk itu maka gagasan dasar
yang terdapat dalam UUD 1945 itulah yang harus dijadikan prinsip-prinsip atau
parameter dalam pembentukan undang-undang apa saja, kesetaraan antar lembaga
negara, hubungan yang bersifat demokratis antara pemerintah pusat dengan
daerah, hak asasi manusia (HAM) yang meliputi hak sosial, ekonomi, hukum, dan
pembangunan harus dijadikan sumber sekaligus parameter dalam menguji
substansi RUU atau UU yang akan dibentuk.7
Budaya hukum (legal culture) menjelaskan keanekaragaman ide tentang hukum
yang ada dalam berbagai masyarakat dan posisinya dalam tatanan sosial. Ide-ide
ini menjelaskan tentang praktik-praktik hukum, sikap warga negara terhadap
hukum dan kemauan dan ketidakmauannya untuk mengajukan perkara, dan
signifikansi hukum yang relatif, dalam menjelaskan pemikiran dan perilaku yang
lebih luas di luar praktik dan bentuk diskursus khusus yang terkait dengan
lembaga hukum. Dengan demikian, variasi budaya hukum mungkin mampu
menjelaskan banyak tentang perbedaan-perbedaan cara di mana lembaga hukum
yang nampak sama dapat berfungsi pada masyarakat yang berbeda. Aspek kultural
melengkapi aktualisasi suatu sistem hukum, yang menyangkut dengan nilai-nilai,
sikap, pola perilaku para warga masyarakat dan faktor nonteknis yang merupakan
pengikat sistem hukum tersebut. Wibawa hukum melengkapi kehadiran dari
faktor-faktor non teknis dalam hukum. Wibawa hukum memperlancar bekerjanya
hukum sehingga perilaku orang menjadi positif terhadap hukum. Wibawa hukum
7

Ibid. hlm. 82.

13

tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang rasional dan mengandung unsur-unsur
spiritual, yaitu kepercayaan. Kewibawaan hukum dapat dirumuskan sebagai suatu
kondisi psikologis masyarakat yang menerima dan menghormati hukumnya. 8

Hal ini tidak berarti sistem peradilan pidana terpadu (integrated criminal justice
system) antar lembaga penegak hukum harus menjadi satu fungsi di bawah “satu
atap”, akan tetapi masing-masing fungsi tetap dibawah koordinasi sendiri-sendiri
yang independen dengan kerjasama yang aktif dalam persepsi yang sama dilihat
dari fungsi dan wewenang masing-masing lembaga tersebut. Keterpaduan antara
subsistem dalam penegakan hukum menjadi penentu efektifvitas suatu peraturan.
Sistem hukum dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan jika semua
unsur saling mendukung dan melengkapi. Semakin tinggi kesadaran hukum
seseorang, akan semakin tinggi pula tingkat ketaatan dan kepatuhannya kepada
hukum, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran hukum seseorang maka
ia akan banyak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan hukum. 9

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Penegakan hukum pada dasarnya bukan semata-mata pelaksanaan perundangundangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu
sebagai berikut10:
1) Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)
Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan
8

Ibid. hlm. 83.
Ibid. hlm. 84.
10
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rineka Cipta.
Jakarta. 1986. hlm. 8-11
9

14

konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan
kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.
2) Faktor penegak hukum
Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas
atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam kerangka penegakan
hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa keadilan tanpa kebenaran
adalah kebejatan dan kebenaran tanpa kejujuran adalah kemunafikan.
3) Faktor sarana dan fasilitas
Sarana dan fasilitas mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan memadai, keuangan yang cukup.
Semakin memadai dan lengkap sarana prasarana maka akan semakin
memudahkan dalam menegakkan hukum pidana
4) Faktor masyarakat
Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan
hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat
maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.
5) Faktor Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.
Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilainilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin
banyak

penyesuaian

antara

peraturan

perundang-undangan

dengan

kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah dalam menegakannya.

15

3. Kerangka Konsep

Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan
dalam

melaksanakan

penelitian.11

Berdasarkan

definisi

tersebut,

maka

konseptualisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penegakan hukum adalah suatu proses yang dapat menjamin kepastian hukum,
ketertiban

dan

perlindungan

hukum

dengan

menjaga

keselarasan,

keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilainilai aktual di dalam masyarakat beradab. Sebagai suatu proses kegiatan yang
meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam kerangka pencapaian
tujuan, adalah merupakan keharusan untuk melihat penegakan hukum pidana
sebagai suatu sistem peradilan pidana12
b. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu
bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Tindak pidana merupakan
pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan
sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku13
c. Pelaku tindak pidana adalah setiap orang yang melakukan perbuatan
melanggar atau melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam undangundang. Pelaku tindak pidana harus diberi sanksi demi terpeliharanya tertib
hukum dan terjaminnya kepentingan umum14

11

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1983. hlm. 63
Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan.
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 23.
13
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara,
Jakarta. 1993. hlm. 46.
14
Satjipto Rahardjo. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana. Pusat
Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Jakarta. 1998. hlm. 25

12

16

d. Penanggulangan tindak pidana adalah upaya yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum dalam rangka menanggulangi kejahatan melalui dua sarana
yaitu sarana penal (penerapan hukum pidana) dan sarana non penal
(penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi sosial tertentu, namun
secara tidak langsung mempengaruhi pencegahan terjadinya kejahatan) 15
e. Prostitusi adalah penawaran hubungan seksual untuk memperoleh uang atau
keuntungan

lainnya.

Prostitusi

menjadikan

seks

untuk

pencaharian,

terkandung beberapa tujuan yang ingin diperoleh, biasanya berupa uang.
Termasuk di dalamnya bukan saja persetubuhan tetapi juga setiap bentuk
hubungan seksual dengan orang lain untuk mendapat bayaran.
f. Prostitusi online adalah tindakan penawaran hubungan seksual atau menjual
komoditas seks dengan menggunakan media internet secara online16.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
dan pendekatan yuridis empiris.
a. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan
(library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teori
hukum dan perundang-undangan yang berhubungan permasalahan.
b. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan
pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas atau studi kasus17

15

Badra Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung. 2002. hlm. 77-78
16
Agus Raharjo, Cyber Crime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Citra
Adtiya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 59.

17

2. Sumber dan Jenis Data
Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan.
Data lapangan adalah yang diperoleh dari lapangan penelitian, sementara itu data
kepustakaan adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Jenis
data meliputi data primer dan data sekunder 18

Data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library
research), dengan cara membaca, menelaah dan mengutip terhadap berbagai
teori, asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam
penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Bahan Hukum Primer, terdiri dari:
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73
Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
d) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik

17
18

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1983. hlm. 7
Ibid. hlm. 36

18

e) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder dalam penelitian bersumber dari bahan-bahan
hukum yang dapat membantu menganalisa permasalahan, berbagai buku
hukum, arsip dan dokumen, brosur, makalah dan sumber internet.

b. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan
penelitian dengan cara melakukan observasi dan wawancara (interview)
dengan narasumber penelitian.
3. Penentuan Narasumber
Narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda
Kepulauan Bangka Belitung

2 orang

(2) Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila

1 orang +

Jumlah

3 orang

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan:
1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan
melakukan serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip dari

19

bahan kepustakaan serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan
2) Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan
data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang
dibutuhkan dengan melakukan wawancara (interview), kepada narasumber
penelitian.

b. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
1) Seleksi Data, yaitu memeriksa data untuk mengetahui kelengkapan data
selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan
2) Klasifikasi Data, yaitu menempatkan data menurut kelompok-kelompok
yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar
diperlukan dan akurat.
3) Penyusunan Data, yaitu menyusun data yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan yang terpadu pada pokok bahasan untuk
mempermudah interpretasi data penelitian.

5. Analisis Data
Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu
dilakukan analisis kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam
bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti
untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan secara umum yang didasarkan
fakta-fakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti.
Penarikan kesimpulan dilakuan secara induktif, yaitu menarik kesimpulan

20

berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus lalu disimpulkan secara umum dan
selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran. 19

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tesis ini disajikan ke dalam empat bab yang saling
berkaitan antara satu bab dengan bab lainnya, yaitu sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN
ini berisi pendahuluan penyusunan Tesis yang terdiri dari Latar Belakang,
Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka
Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang meliputi pengertian penegakan hukum
pidana, pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengertian penyidikan,
pengertian tindak prostitusi online dan pengertian kebijakan penganggulangan
hukum pidana.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penyajian dan pembahasan data yang telah didapat dari hasil
penelitian, yang terdiri dari análisis penegakan hukum terhadap prostitusi online
sebagai tindak pidana pelacuran oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus
Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung dan faktor-faktor yang menjadi
penghambat penegakan hukum terhadap prostitusi online sebagai tindak pidana

19

Ibid. hlm. 69.

21

pelacuran oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kepulauan
Bangka Belitung.

IV. PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang didasarkan pada analisis dan
pembahasan penelitian serta berbagai saran yang ditujukan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan
hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila
berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan
dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di
dalam masyarakat beradab. Sebagai suatu proses kegiatan yang meliputi berbagai
pihak termasuk masyarakat dalam kerangka pencapaian tujuan, adalah keharusan
untuk melihat penegakan hukum pidana sebagai sistem peradilan pidana1

Menurut Roscoe Pound hukum adalah sebagai sarana untuk melakukan rekayasa
sosial (social engineering). Keadilan bukanlah hubungan sosial yang ideal atau
beberapa bentuk kebajikan. Ia merupakan suatu hal dari “penyesuaianpenyesuaian hubungan tadi dan penataan perilaku sehingga tercipta kebaikan, alat
yang memuaskan keinginan manusia untuk memiliki dan mengerjakan sesuatu,
melampaui berbagai kemungkinan terjadinya ketegangan, inti teorinya terletak
pada konsep “kepentingan”. Ia mengatakan bahwa sistem hukum mencapai tujuan
ketertiban hukum dengan mengakui kepentingan-kepentingan itu, dengan
menentukan batasan-batasan pengakuan atas kepentingan-kepentingan tersebut
dan aturan hukum yang dikembangkan serta diterapkan oleh proses peradilan
1

Mardjono Reksodiputro. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan dan Penegakan
Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, 1994, hlm.
76.

23

memiliki dampak positif serta dilaksanakan melalui prosedur yang berwibawa,
juga berusaha menghormati berbagai kepentingan sesuai dengan batas-batas yang
diakui dan ditetapkan.2

Kebutuhan akan adanya kontrol sosial bersumber dari fakta mengenai kelangkaan.
Kelangkaan mendorong kebutuhan untuk menciptakan sebuah sistem hukum yang
mampu mengklasifikasikan berbagai kepentingan serta menyahihkan sebagian
dari kepentingan-kepentingan itu. Ia menyatakan bahwa hukum tidak melahirkan
kepentingan, melainkan menemukannya dan menjamin keamanannya. Hukum
memilih untuk berbagai kepentingan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan
mengembangan peradaban. Pound mengakui adanya tumpang tindih dari berbagai
kelompok kepentingan, yaitu antara kepentingan individual atau personal dengan
kepentingan public atau sosial. Semua itu diamankan melalui dan ditetapkan
dengan status “hak hukum”.
Law as a tool of sosial engineering merupakan teori yang dikemukakan oleh
Roscoe Pound, yang berarti hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat,
dalam istilah ini hukum diharapkan dapat berperan merubah nilai-nilai sosial
dalam masyarakat. Dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia,
konsepsi “law as a tool of social engineering” yang merupakan inti pemikiran dari
aliran pragmatic legal realism itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja kemudian
dikembangkan di Indonesia. Menurut pendapat Mochtar Kusumaatmadja,
konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat Indonesia lebih luas
jangkauan dan ruang lingkupnya daripada di Amerika Serikat tempat
2

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. PT. CitraAditya
Bakti : Bandung. 2007. hlm. 44

24

kelahirannya, alasannya oleh karena lebih menonjolnya perundang-undangan
dalam proses pembaharuan hukum di Indonesia (walau yurisprudensi memegang
peranan pula) dan ditolaknya aplikasi mekanisme daripada konsepsi tersebut yang
digambarkan akan mengakibatkan hasil yang sama daripada penerapan faham
legisme yang banyak ditentang di Indonesia.3

Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu dapat berupa undangundang atau yurisprudensi atau kombinasi keduanya, seperti telah dikemukakan
dimuka, di Indonesia yang paling menonjol adalah perundang-undangan,
yurisprudensi juga berperan namun tidak seberapa. Agar supaya dalam
pelaksanaan perundang-undangan yang bertujuan untuk pembaharuan itu dapat
berjalan sebagaimana mestinya, hendaknya perundang-undangan yang dibentuk
itu sesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran sociological
Jurisprudence yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang
hidup di dalam masyarakat. Sebab jika ternyata tidak, akibatnya ketentuan
tersebut akan tidak dapat dilaksanakan dan akan mendapat tantangan-tantangan.
Beberapa

contoh

perundang-undangan

yang

berfungsi

sebagai

sarana

pembaharuan dalam arti merubah sikap mental masyarakat tradisional kearah
modern.

Law as a tool of social engineering dapat pula diartikan sebagai sarana yang
ditujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat, sesuai dengan tujuantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu masalah yang dihadapi di
dalam bidang ini adalah apabila terjadi apa yang dinamakan oleh Gunnar Myrdal
3

Mochtar Kusumaatmadja. Hukum, Masyarakat, dan Pembangunan. Binacipta : Bandung. 2005.
hlm. 62-63

25

sebagai softdevelopment yaitu di mana hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan
diterapkan ternyata tidak efektif. Gejala-gejala semacam itu akan timbul, apabila
ada faktor-faktor tertentu yang menjadi