186 — Sittu Duror 186 — Sittu Duror

186 — Sittu Duror 186 — Sittu Duror

Dan nampak dari sikap mujamalah (basa-basi)nya partai- partai Islam terhadap ahlu bid'ah dan sikap mereka yang berdiam diri dari kekeliruan ahlu bid'ah disebabkan mereka beranggapan bahwa kewibawaan kaum muslimin hanya dapat dikembalikan melalui kotak-kotak suara Pemilu. Oleh karena itu, mereka tidak mau memberi kritikan karena khawatir suara yang mendukung mereka hilang atau ber- kurang. Demikianlah, biasanya setiap kejelekan akan selalu lahirdari kejelekan pula.

Karena Allah telah mentakdirkan kepada kita adanya orang yang menyelisihi, yang dianggap masih berada di jalan Islam. Dalam hal ini jalan yang harus ditempuh adalah tashfiyah (pembersihan), karena secara syar'; Allah telah mewajibkan kepada kita untuk menghadapi dan membantah mereka sebagaimana yang telah aku jelaskan di muka.

Dan oleh karena Allah telah menetapkan kemuiiaan bagi ahli ilmu dan penuntut ilmu, sebagaimana yang telah aku jelaskan dalam dua pokok bahasan sebelumnya. Dia mem- berikan bahasan kepada kita jalan tarbiyah yang penjelasan- nya akan disebutkan pada bahasan berikutnya.

212. Majmu'Fatawa wa Maqaalaati Mutanawwi'ah karya Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baaz

(3/202-203). Sittu Duror — 187

Setelah kita jelas bahwa kemuliaan umat Islam ter- gantung kepada kualitas ilmu dan amal. Kita juga telah tahu bahwa dalam kedua hal tersebut umat Islam berselisih

dengan perselisihan yang banyak, apalagi ditambah dengan dimasukkannya ke dalam Islam apa-apa yang sebenarnya bukan dari Islam. Telah diketahui bahwa tidakadajalan untuk terlepas dari kehinaan yang menimpa kita dari generasi ke generasi kecuali dengan kembali kepada agama yang benar, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibnu 'Umardari Nabi  bahwa beliau bersabda:

"Apabila kalian berjual beli dengan sistem 'inah (saw barang dengan dua harga-termasuk salah satu jenis riba) dan kalian sibuk dengan urusan peternakan serta urusan pertanian dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan

Sittu Duror — 189 Sittu Duror — 189

Wajib bagi kita untuk bersegera mewujudkan apa yang bisa mengangkat kehinaan itu dari kita. Dan jalan tersebut adalah dengan kembali kepada kemumian dua wahyu: Al Qur'an dan As sunnah sesuai dengan pemahaman tiga generasi pertama.

Kelika penyimpangan (tahrif) telah mengotori kemurnian Islam, juga telah menodai keindahan Islam, maka usaha tashfiyah (membersihkan Islam dari segala kotoran yang masuk) dalam seluruh aspek ajarannya merupakan salah satu kewajiban yang paling utama. Ini karena kebenaran yang Allah ig turunkan dengan mengutus Nabi-Nya  masih dijamin oleh Allah kelestariannya sampai di suatu hari di mana langitdan bumi digoncangkan kelak. Allahiiberfirman

"Sesungguhnya Kami yang menurunkan Adz Dzikra (Al Qur'an) dan Kamipulalah yang akan menjaganya." (QS. Al Hijr: 9)

Apabila tahrif (penyimpangan) telah menyebar di suatu kaum dan manhaj-manhaj mereka sangat minim dari usaha pembersihannya (tashfiyah), maka kebingunganlah yang akan menimpa mereka, sehingga mereka tidak bisa membedakan yang halal dan haram. Imam Muslim meriwayatkan dari 'lyadh bin Hammar Al Majasyi'i bahwa Rasulullah  dalam suatu khutbahnya bersabda:

"Ketahuilah, sesungguhnya Rabb-ku telah memerintahkan kepadaku untuk mengajarkan kepadamu apa-apa yang tidak kalian ketahui. Di antara apa-apa yang diajarkan kepadaku hari ini adalah: Setiap harta yang Aku berikan kepada seorang hamba-Ku adalah halal (baginya), dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-Ku dalam keadaan hanif (agama tauhid

213. Riwayat Abu Dawud (3462) dan riwayat ini Shahih, Lihat Ash-Shahihah karya Al

Albany (nomor 11). 190 — Sittu Duror Albany (nomor 11). 190 — Sittu Duror