178 — Sittu Duror

178 — Sittu Duror

Saya berkata: "Oleh karena itu para syaikh dan imam-imam kita tidak mau mencari muka dan menjilat orang-orang yang menyimpang dari manhaj salaf, bahkan imam-imam kita berpendapat bahwa jihad yang paling besar adalah berjihad melawan mereka, sebagaimana yang dinyatakan oleh Yahya bin Yahya -guru atau syaikh dari Imam Bukhari dan Imam Muslim- bahwa membela dan mempertahankan As Sunnah

adalah lebih mulia dari jihad." m)

Diriwayatkan dari Al Harawi dengan sanad-nya yang sampai kepada Nashr bin Zakariya bahwa beliau berkata: "Aku mendengar Muhammad bin Yahya Adz Dzuhali ber- kata: "Aku mendengar Yahya bin Yahya berkata: "Membela sunnah adalah lebih mulia daripada jihad di jalan Allah."

Muhammad bin Yahya Adz Dzuhali berkata: "Aku berkata kepada Yahya: "Ada seorang mujahid yang menginfakkan hartanya, menyibukkan dirinya (dengan amal shalih) dan berjihad. Apakah orangyang (membela sunnah) lebih mulia dari lelaki ini?!"

"Ya, orang yang membela sunnah jauh lebih mulia", jawab Yahya bin Yahya rahimahullaah." 200)

Al Humaidi -guru atau syaikh Imam Bukhari- berkata: "Demi Allah, saya lebih mencintai berperang melawan orang- orang yang menolak hadits Rasulullah  dibanding berperang melawan sejumlah tentara Turki." 201)

Maksudnya adalah berperang melawan orang-orang kafir.

Dan sungguh saya dapati perkataan yang semisal ini dari orang yang lebih tinggi thobaqot (tingkatan dalam urusan

199. Majmu' Fata wa (4/13) 200. DzammulKalam (Q-WU) 201. Diriwayatkan oleh Al Harawi dengan sanad-nya di Dzammul Kalam (228-As Syabl)

Sittu Duror —179 Sittu Duror —179

banyaknya tentara Turki." 202 '

202. Riwayat Ibnu Abi Syaibah (15/303) dan Ahmad (3/33). 'Ashim bin Syumaikh dengan huruf Wro'adalah yang benar. Anaknya, 'Abdullah, meriwayatkan dalam kitab As Sunnah (2/635) dengan sanaddari bapaknya sendiri, akan tetapi yang dicetak dengan tahqiq Muhammad bin Sa'id 'Alqothoni tertulis: 'Ashim bin Syumeij dengan huruf jim. Aku menyangka hal itu karena salah cetak kalau seandainya tidak aku dapati secara pasti yang seperti itu dua kali. Berkata yang men-tahqiq pada awalnya (2/634)." 'Asyim bin Syumaij! dengan dua titik dan ditasgir (bentuk pegecilan: Syumeij), dan ditasydid huruf/m!! Al Ghalayani.... At Taqrib (1/384)!!!!). Aku merujuk

kepada At Taqrib temyata didalamnya tertulis 'Asyim bin Syumaikh, dengan titik dua dan ditashgir, Abul Farojjal dengan difathah fa'dan ro'dan ditasjid huruf fm......." Dengan begitu aku tahu bahwa kesalahan ini adalah dari penta/ig/gtatkala dia terbalik pada huruf Mo'nama 'Abi Ashim kepada y/mjulukannya (Abu Farojjal), padahal bacaan Syumaikh dengan jim di-fasyd/dtidak ada dasarnya.Riwayat ini oleh muhaqiqdicacati karena ada periwayat bemama 'Ikrimah bin Amar. Akan tetapi aku dapati ada yang mendukung periwayatannya dalam Mushonafnya Ibnu Abi Syaibah (15/331) dari jalan Yazid bin Harun berkata: telah menceritakan kepada kami Al 'Awwam bin Hausyab dia berkata: telah menceritakan kepadaku orang yang mendengar Abu Said Al Khudri berkata tentang pembunuhan kaum khowarij. "Itu lebih aku sukai daripada pembunuhan Dailam." Dukungan periwayatan semisal ini tetap dipakai sekalipun ada tuduhan mafiul (tidak diketahui) terhadap perawi yang meriwayatkan kepada Al 'Awwam bin Hausyab. Begitulah menurut Syaikh yang mulia: Abdul Mukhsin Al Abbad dan Robi' Al Madkholi, apabila dalam sanad itu tidak ada kritikan yang lain. Lebih-lebih jika yang majhulWu dari generasi yang dipersaksikan kebaikannya (para sahabat) oleh Nabi m, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam Al Ba'itsul Hadits hal (97). Apalagi diketahui bahwa dia termasuk orang yang secara pasti mendengar hadits itu dari Abu Sa'id dan dia bukan 'Asyim bin Syumeikh yang ada dalam sanad Imam Ahmad karena dia bukan gurunya Al 'Awwam. Sedangkan hadits 'Ikrimah terangkat, karena kelemahannya tergolong ringan. Al Hafizh berkata tentang hal ini dalam At Taqrib no (276).: "Shaduq terkadang salah." "Wallahu a'/am./'Faedah: Ibnu Mandzur menyebutkan dalam Lisanul 'Arab-patia bagian huruf daaAbahwa "Dailam" adalah nama suatu generasi

manusia dari kalangan Turki (orang-orang kafir). 180 — Sittu Duror

Saya berkata: "Karena itu, Ibnu Hubairah berkata sehu- bungan dengan pemyataan Abu Sa'id Al Khudri 4» ini: "Ucapan beliau *& ini juga menunjukkan bahwa memerangi orang-orang Khawarij adalah lebih utama daripada meme- rangi orang-orang musyrik. Hikmah yang terkandung adalah memerangi mereka sama halnya dengan menjaga modal utama Islam sedangkan memerangi orang-orang musyrik berarti mencari untung, padahal menjaga modal adalah lebih

utama." 2031

Abu Ubaid Al Qasim bin Salaam berkata: "Orang yang mengikut As Sunnah bagaikan seorang yang menggenggam bara api, dan saat sekarang ini ia lebih mulia di sisiku

dibanding mengangkat pedang di jalan Allah . nw)

Ibnul Qayyim berkata: "Berjihad dengan hujjah dan lisan lebih didahulukan dari berjihad dengan pedang dan

tombak." 205 '

Bersikap keras dalam mengingkari ahlu bid'ah

bukan berarti loyal terhadap orang-orang kafir

Barangsiapa yang mendapati dalam pembahasanku ini sedikit keras terhadap orang yang menyelisihi maka janganlah berkata: "Dia berbicara tentang (kesalahan) saudara-saudara- nya tapi berdiam diri dari kesalahan musuh-musuhnya"

Ketahuilah bahwa pokok dalam berarrw ma'ruf nahi mungkar adalah lemah lembutdan bersikap lunak. Sebagai- mana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:

203. Fathul SariKarya Ibnu Hajar (12/301). 204. Riwayal Al Khatiib dalam Tarikh Baghdad'(12/410) dan Ibnu 'Asakir dalam Tarikh

Dimasyq (49/79). 205. Syarh Al Qashidah An Nuniyyah karya Syaikh Muhammad Khalil Harras (1 /12) dan lihat Al Jawab Ash Shahihah karya Ibnu Taimiyah.

Sittu Duror —181

"Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang palingbaik." (QS. An Nah1:125)

Dan Allah berfirman kepada Musa dan Harun 'alaihimas salaam:

"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Katakanlah kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut. Mudah-mudahan dia ingat atau takut." (QS. Thaha: 43-44)

Dari 'Aisyah, istri Nabi  bahwa Nabi  bersabda:

"Sesungguhnya tidaklah kelembutan itu diletakan pada sesuatu kecuali akan menghiasinya dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu kecuali akan merusaknya." (HR. Muslim) 206)

Akan tetapi jika kemungkaran tidak berubah kecuali dengan kekerasan atau ketegasan, maka tidak apa-apa kiranya jika kita kemudian menggunakan kekerasan, sekalipun terhadap kaum muslimin.

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah membolehkan meme- rangi mereka demi perintah amarma'ruf ini?

206. Riwayat Muslim (2594)