Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Imam Syafi’i

43 Departemen Agama RI, Al-

luarkan sperma bagi laki-laki. dan Terjemahnya (Jakarta: PT. PANTJA

Qur‟an

Imamiyah, Maliki, Syafi’i dan CEMERLANG, 2015), h. 77.

Hambali mengatakan; tumbuhnya

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 106 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 106

Hanafi menolaknya, sebab bulu-bulu ُهاَوَر( .ٌنَسَح ِللها َدْنِع َوُهَ ف اًنَسَح َنْوُمِلْسُمْلا ُهَأَر اَم

seseorang.

Sedangkan

ketiak itu tidak ada bedanya dengan )دْوُعْسَم ِنْبا ِنَعُدَْحَْأ

bulu-bulu lain yang ada pada tubuh. Artinya: ‚Apa yang dipandang

Syafi’i dan Hambali menyatakan: baik oleh orang Islam, maka baik pula usia baligh untuk anak laki-laki dan

disisi Allah Swt). (HR. Ahmad dari perempuan adalah lima belas tahun,

Ibnu Mas’ud).‛ sedangkan Maliki menetapkan tujuh

Dari Maqasid Al-Syar’iyyah di belas tahun. Sementara itu Hanafi

atas dapat dijelaskan bahwa suatu menetapkan usia baligh bagi anak

adat yang memiliki maksud dan tuju- laki-laki adalah delapan belas tahun,

an yang baik serta tidak bertentangan sedangkan anak perempuan tujuh

dengan Al-quran dan hadits nabi belas tahun. 44 sebagai dua sumber hukum yang

Perbedaan para imam madzhab di qoth’i hal tersebut dapat dijalankan. 45

atas mengenai usia baligh sangat

dipengaruhi oleh lingkungan dan Persamaan dan Perbedaan Hukum Perkawinan di Bawah Umur menurut

kultur di tempat mereka tinggal. Imam Abu Hanifah tinggal di Kufah,

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Iraq. Imam Malik tinggal di kota

dan menurut Imam Syafi’i Terdapat persamaan di antara

Rasulullah saw, Madinah. Imam Syafi’i keduanya, yaitu hukum Islam dan tinggal berpindah-pindah

mulai dari Madinah, Baghdad, Hijaz Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 hingga Mesir dan ditempat terakhir

tahun 1974 tentang perkawinan sama- inilah beliau meninggal. Sedangkan

sama mewajibkan keberadaanya da- Imam Ahmad tinggal di Baghdad.

lam suatu ikatan pernikahan. Kedua- Hal ini sebagaimana yang dijelas-

nya sangat jelas dalam menjelaskan kan pula dalam kaidah Ushul Fiqih

dan merinci siapa saja yang berhak karena tujuan dari Maqhashid Al-

menjadi dan memohon izin wali. Syari’ah yang hendak dicapai, pada

Misalnya dalam Undang-Undang dasarnya adalah

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Per- ُحِلاَصَلما ِبْلَج ىَلَع ٌمَّدَقُم ُدِساَفَلما ُء ْرَد kawinan Pasal 6 ayat 2, 3 dan 4 menyatakan bahwa: Izin orang tua

Artinya: ‚Meninggalkan kerusak- bagi orang yang akan melangsungkan an itu lebih didahulukan (lebih utama)

perkawinan apabila belum mencapai dari pada melakukan kebaikan.‛

umur 21 tahun (Pasal 6 ayat 2), dalam

44 Muhammad Jawad Mughniyah,

45 Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Fiqih Lima Mazhab (Jakarta: Lentera,

Ilmu Fiqih (Al- Qawa‟idul Fiqhiyyah) 2007), hh. 317-318.

(Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 43.

107 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 107 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016

berikut:

mampu menyatakan kehendaknya, maka izin yang dimaksud ayat (2)

pasal ini cukup diperoleh dari orang Undanng - tua yang masih hidup atau dari orang

Nomor 1 Imam Syafi’i tua

Tahun kehendaknya (Pasal 6 ayat 3), dalam

yang mampu

menyetakan

ahan

1974 hal kedua orang tua telah meninggal Laki-laki 1 (19

Laki-laki dan dunia atau dalam keadaan tidak

Tahun), mampu untuk menyatakan kehendak-

Umur

Perempuan

Perempuan (15 nya, maka izin diperoleh dari wali

(16). tahun)/ Baligh. yang memelihara atau keluarga yang Harus

seizin mempunyai hubungan darah dalam

keluarga garis keturunan lurus ke atas selama

atau wali Harus seizin mereka masih hidup dan dalam

2 Izin

melakukan

segaris keluarga atau wali ayah

atau kakek. Hal tersebut sesuai dengan penda-

keluarga dalam

keadaan menyatakan kehendaknya. 46 perkawinan

garis lurus pat Imam Syafi’i yang menyatakan

ke atas. bahwa perkawinan anak yang masih

Dilarang. Jaiz (boleh). kecil itu diperbolehkan seperti pendapat Imam Abu Hanifah. Tetapi

Hukum

yang berhak mengawinkan hanya Analisis Perkawinan dibawah Umur ayah atau kakeknya. Bila keduanya

Menurut Para Ulama tidak ada maka hak mengawinkan

Mazhab Imam Hanafi menetapkan anak yang masih kecil itu tidak dap

batas baligh anak laki – laki berumur dipindah kepada walinya. 47 delapan belas tahun, sedangkan

wanita berumur tujuh belas tahun. Dari uraian diatas maka dapatlah 48 kita lihat perbedaan tentang per-

Sementara untuk perwalian nikah, nikahan dibawah umur menurut

menurut Imam Hanafi adalah wali Undang-Undang Nomor 1 Tahun

ayah atau kakek lebih diutamakan, 1974 dan menurut hukum Imam

karena akadnya berlaku dengan pilih- an kedua anak tersebut setelah kedua-

nya dewasa. 49

46 Perpustakaan

Nasional

RI,

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 (Bandung: New Merah Putih,

48 Muhammad Jawad Mughniyah, 2009), h.12.

Fiqih Lima Mazhab (Jakarta: Lentera,

47 Alhamdani, Risalah Nikah 2007), hh. 317-318. (Jakarta: Pustaka Almani, 1985), h. 47.

49 Alhamdani, Op.Cit., h. 47.

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 108

Imam Maliki berpendapat bahwa disebut dengan hak ijbari . Pemberian tumbuhnya

hak istimewa ini bukanlah tanpa batas merupakan bukti baligh nya sese-

bulu-bulu

ketiak

tetapi ada persyaratan tertentu agar orang. 50 Sementara untuk perwalian

tidak melanggar hak asasi perempuan nikah, Imam Maliki berpendapat

dan atas dasar pertimbangan kemas- perkawinan anak perempuan yang

lahatan. Kemaslahatan yang menjadi masih kecil dengan laki-laki yang juga

dasar aturan tersebut tercermin pada masih kecil hanya dapat dilaksanakan

tujuan syara’ dalam menetapkan oleh ayahnya sendiri apabila ayahnya

hukum-hukumnya yang dikenal de- masih hidup. Kalau ayahnya sudah

ngan al-Maqasid al-Khamsah , yaitu meninggal nikahnya dilaksanakan

memelihara kemaslahatan agama menurut wasiat ayahnya sebagai

( hifd al-din ), memelihara jiwa ( hifd penghormatan

al-nafs ), memelihara akal ( hifd al- ayahnya sewaktu masih hidup atau

kepada

keinginan

‘aql ), memelihara kehormatan ( hifd setelah meninggalnya. 51 al-nasl ) dan memelihara harta benda

Menurut Imam Hambali bahwa ( hifd al-mal ). 52 Dasar adanya hak usia baligh untuk anak laki-laki dn

ijbar ini adalah kemaslahatan si gadis perempuan adalah lima belas tahun.

yang akan dinikahkan. Hal ini sesuai Sehingga dapat diambil kesimpulan

dengan prinsip perkawinan, sebagai- bahwa para ulama mazhab sepakat

mana firman Allah Swt dalam QS. bahwa haid dan hamil bukti ke-

An-Nisa ayat 21. baligh -an seorang wanita. Hamil

Dalam perkawinan, orang tua terjadi karena terjadinya pembuahan

mempunyai peran yang cukup besar ovum oleh sperma, sedangkan haid

dalam menentukan pasangannya. kedudukannya sama dengan menge-

Konsep hak ijbar dalam perkawinan luarkan sperma bagi laki-laki.

tersebut sesuai dengan tujuan syara’ Adapun menurut Yusuf al-

yang digaris-bawahi oleh Islam, yai- Qardhawi, salah satu syarat per-

tu memelihara agama ( hifd al-din ) dan kawinan dalam fiqh adalah adanya

memelihara jiwa ( hifd al-nasl ). De- wali. Sehingga kerelaan kedua belah

ngan mendapatkan pasangan yang pihak antara wali mempelai perem-

tepat maka agamanya akan terpeli- puan dan mempelai laki-laki (ijab-

hara serta kelak akan menghasilkan qabul) juga merupakan syarat sah

keturunan yang berkualitas. Namun akad perkawinan. Hak istimewa yang

dalam hal ini terdapat perbedaan dimiliki oleh wali untuk menikahkan anak perempuannya secara sepihak

52 H. Ismail Muhammad Syah,

50 “Tujuan dan Ciri Hukum Islam,” dalam Muhammad Jawad Mughniyah, H. Ismail Muhammad Syah, Dkk., Filsafat

Op.Cit.,

h. 317. Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara,

51 Alhamdani, Op.Cit., h. 48.

1992), h. 67.

109 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 109 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016

maksa) kepada para wali tersebut atau hak wali. Dalam realitas

merupakan gender inequality yang masyarakat sekarang, terdapat banyak

tidak sejalan dengan syari’at Islam 54 wanita yang melakukan kegiatan

sehingga harus dipertimbangkan. publik, transaksi muamalah, ikut

Hal ini demi mewujudkan tujuan menanggung beban keluarga bahkan

perkawinan yang sangat suci yang ikut dalam politik kenegaraan.

memerlukan kesiapan jasmani mau- Namun banyak orang tua atau wali

pun rohani dan kematangan jiwa agar yang menjodohkan anak-anak mere-

tidak terjadi hal-hal yang tidak di- ka tanpa persetujuan anak tersebut

inginkan di tengah perjalanan kehi- bahkan tidak jarang ada yang menjo-

dupan rumah tangga seperti per- dohkan mereka ketika masih kecil

sengketaan, percekcokan yang ber- (belum dewasa). Sebagaimana hadits

kepanjangan dan berakhir dengan Nabi:

perceraian. Dengan demikian meng- ٍدَعَس ِنْب ٍداَيِز ْنَع َناَيْفُس اَنَ ثَّدَح ُدْيِعَس ِنْبَةَبْيَ تُ ق انثّدَحَو hindari hal-hal yang tidak diingin- ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع ُرَ بُْيُ ٍْيرِبَج ِنْب ٍعِفاَن kan sangat diperlukan demi tercip- َعَِسَ ِلْضَفْلا ِنْب ِللها ِدْبَع ْنَع tanya kemaslahatan secara umum

ْنِم اَهِسْفَ نِب ُّقَحَأ ُبِّيَّ ثلا َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها َّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ terutama dalam kehidupan keluarga. َمِلْسُم ُهاَوَر .اَتهْوُكُس اَمُهُ نْذِإ ْوُرَمْأَتْسُت ُرْكِبلاَو اَهِّ يِلِو

Hal ini sesuai dengan Al-Qaidah Al- Artinya: ‚Telah meriwayatkan

Fiqhiyyah :

kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah

55 ِحِلاَصَمْلا ِبْلَج ىَلَع ُمَّدَقُم َدِساَفَمْلا ُءْرَد meriwayatkan kepada kami Sufyan

Dalam menghadapi persoalan dari Ziyad bin Saad dari ‘Abdillah bin

tentang hak ijbar , Yusuf Al-Qaradawi Fadhl telah mendengar dari Nafi’ bin

berpendapat bahwa konsep hak ijbar Jabir telah mengkhabarkan dari Ibn

terdapat dalam perkawinan anak Abbas Bahwa Nabi Saw telah ber-

perempuan yang masih kecil baik sabda seorang jand lebih berhak

gadis maupun janda. 56 Pendapatnya menikah dengan sendirinya daripada

tersebut didasarkan pada pendekatan wali dan seorang gadis lebih berhak menikah dengan izin kedua orang

tuanya dan diamnya. ‛ 54 Moh. Fauzi Umma, “Perempuan Sebagi Wali Nikah” dalam Hj. Sri Suhardjati Sukri, (Ed.), Bias Gender Dalam Pemahaman Islam (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 43.

53 Abu Al-Husain Muslim bin Al-

55 Asymuni Abdurrahman, Qaidah-

Qaidah Fiqhiyyah, cet I (Jakarta: Bulan Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-

Bintang 1976), h. 75. Naisaburi, Shohihu Muslim Juz‟u Al-

56 Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Awwali (Indonesia: Dar Ilmi), h. 594.

Kontemporer

h. 472.

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 110 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 110

Menurut Undang-Undang Nomor 1 pendapat terkuat di antara beberapa

Tahun 1974

pendapat yang ada dalam pusaka Perkawinan ialah ikatan lahir peninggalan fiqh yang penuh dengan

batin antara seorang pria dengan seo-

rang wanita sebagai suami isteri ijtihad intiqa’i ini dilakukan dengan

fatwa dengan aturan hukum. 57 Proses

dengan tujuan membentuk keluarga studi komparatif terhadap pendapat-

(rumah tangga) yang bahagia dan pendapat ulama klasik dan meneliti

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang kembali dalil-dalil nash dan dalil

Maha Esa. Demikian menurut Un- ijtihad yang dijadikan sandaran pen-

dang-Undan Nomor 1 Tahun 1974 dapat tersebut sehingga pada akhir-

tentang Perkawinan. nya dapat memilih pendapat yang

Apabila dilihat dari kematangan terkuat dalilnya dan alasannya sesuai

usia kedua mempelai, cukup untuk kaidah 58 tarjih . membina sebuah keluarga (rumah

Dalam melakukan ijtihad intiqa’i tangga) yang bahagia. Walaupun ini, beliau menambahkan beberapa

umur dari mempelai perempuan masih teori yang relevan, yaitu qiyas .

belum mencapai batas maksimal yang Menurut jumhur ulama, qiyas adalah

telah ditentukan oleh undang-undang, salah satu dasar syari’at yang

tetapi masih ada suami yang bisa diturunkan Allah dengan benar dan

membimbingnya serta keluarga yang adil, dengan membedakan dua hal

bisa menasehati apabila ada per- yang serupa dan perlu menyamakan

selisihanperselisihan di antara kedua- dua hal yang berbeda. Jumhur ulama

nya. Karena umur yang lebih tua tidak berpendapat bahwa qiyas adalah

dapat dijadikan jaminan kematangan hujjah syar’iyyah mengenai tindakan-

usia itu sendiri demi terwujudnya tindakan manusia. Qiyas menempati

sebuah rumah tangga yang bahagia. urutan keempat diantara

hujjah

Perkawinan itu merupakan suatu syar’iyyah yang ada. 59 perjanjian perikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Per-

57 Yusuf Al-Qardawi, Ijtihad dalam

janjian disini bukan sembarang per- Syari‟at Islam: Beberapa Pandangan

janjian seperti jual beli atau sewa Analitis tentang Ijtihad Kontemporer

menyewa. Tetapi perjanjian dalam (Jakarta: Bulan Bintang 1987), h. 150.

58 Yusuf pernikahan merupakan perjanjian suci Al-Qardawi, Ijtihad untuk membentuk keluarga antara Kontemporer: Kode Etik dan Berbagai

seorang laki-laki dan seorang perem- Penyimpangan (Surabaya: Risalah Gusti, puan, yaitu suci dilihat dari segi 1995), h. 24. 59

Yusuf Al-Qardawi, Kiat Mengatasi Kemiskinan (Jakarta: Gema Insasi Perss, 1995), h. 88.

111 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 111 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016

Dengan melaksanakan perkawin- sesuatu yang berhubungan dengan an, kedua mempelai bertujuan untuk

perkawinan yang disesuaikan dengan menjaga kesucian agama tentang 61 perkembangan dan tuntutan zaman.

hubungan antara seorang laki-laki dan Asas-asas atau prinsip-prinsip seorang perempuan dengan ikatan

yang tercantum dalam undang-undang yang suci yaitu dengan perkawinan

ini antara lain : agar mereka tidak terlalu lama dengan

1. Tujuan perkawinan adalah jalinan cinta yang bisa menjerumus-

membentuk keluarga yang bahagia kan dalam hal-hal yang dilarang oleh

dan melengkapi agar masing-masing agama.

dapat mengembangkan kepribadian- Perkawinan mengandung aspek

membantu dan mencapai akibat hukum. Setelah melangsung-

nya

kesejahteraan spiritual dan materiil. kan perkawinan suami isteri saling

Dengan jalan perkawinan ini, kedua mendapat hak dan kewajiban, serta

mempelai bisa mencapai kesejah- dengan mengadakan hubungan per-

teraan spiritual karena keduanya telah gaulan yang dilandasi tolong-meno-

dipertemukan dalam wadah yang suci long. Karena perkawinan termasuk

yaitu sebuah perkawinan dengan pelaksanaan agama, maka di dalam-

orang yang dicintai, oleh karena itu nya terkandung adanya maksud

bisa saling mendukung dalam hal-hal mengharapkan keridhaan Allah SWT.

yang diperintahkan dan dianjurkan Suami isteri memikul kewajiban

oleh agama. Serta dalam hal materiil yang luhur untuk menegakkan sebuah

bisa tercukupi dengan pekerjaannya rumah tangga yang sejahtera. Seorang

dan bisa terus berusaha untuk meme- suami wajib melindungi isterinya dan

nuhi kebutuhan dan membahagiakan memberikan segala sesuatu keperluan

istreri beserta keluarga. hidup berumah tangga sesuai dengan

2. Dalam undang-undang ini kemampuannya. Masing-masing pi-

dinyatakan bahwa suatu perkawinan hak berhak untuk melakukan per-

adalah sah bilamana dilakukan me- buatan hukum, suami adalah kepala

nurut hukum masing-masing agama rumah tangga dan isteri ibu rumah

dan kepercayaanya itu, dan di sam- tangga agar segala urusan rumah

ping itu tiap-tiap perkawinan harus tangga diatur dengan sebaik-baiknya.

dicatat menurut peraturan-peraturan Dalam Undang-Undang Nomor1

perundang-undangan yang berlaku. Tahun 1974 tentang Perkawinan

60 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis Dari Undang-

Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Undang No. 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi

hh. 8-9. Hukum Islam , hh. 55-56.

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 112

Pencatatan tiap-tiap perkawinan ada- tahun bagi wanita. Dengan melihat lah sama halnya dengan pencatatan

umur mempelai laki-laki yaitu 23 peristiwa-peristiwa penting dalam ke-

tahun, sudah bisa dibilang telah hidupan seseorang misalnya kelahiran,

masak jiwa raganya dan telah siap kematian yang dinyatakan dalam

membina keluarga (rumah tangga) surat-surat keterangan, suatu akta

dengan orang yang dicintainya walau- resmi yang juga dimuat dalam daftar

pun masih berumur 15 tahun, tapi pencatatan. Perkawinan dalam kasus

dengan kedewasaan yang dimilikinya ini sudah memenuhi syarat dan rukun

dapat membimbing sang isteri untuk yang telah ditentukan oleh agama

bersama-sama membentuk sebuah dalam

keluarga yang bahagia sesuai dengan Seperti yang terdapat dalam asas-asas

pelaksanaan

perkawinan.

tujuan perkawinan itu sendiri. dan prinsip-prinsip undang-undang

4. Hak dan kedudukan istri ada- yang menyatakan bahwa suatu

lah seimbang dengan hak dan perkawinan adalah sah apabila

kedudukan suami, baik dalam kehi- dilakukan menurut hukum masing-

dupan rumah tangga maupun dalam masing agama dan kepercayaannya.

pergaulan

masyarakat, sehingga

3. Undang-undang ini meng- dengan demikian segala sesuatu anut prinsip bahwa calon suami itu

dalam keluarga dapat dirundingkan harus telah masak jiwa raganya untuk

dan diputuskan bersama oleh suami dapat melangsungkan perkawinan,

istri. Bila dilihat dari segi kese- agar dapat mewujudkan tujuan

imbangan hak dan kedudukan suami perkawinan secara baik tanpa berakhir

isteri, bisa terpenuhi dengan adanya pada perceraia dan mendapat ketu-

saling pengertian dan saling meng- runan yang baik dan sehat, untuk itu

hormati dalam hak dan kewajiban harus dicegah adanya perkawinan

suami isteri walaupun rentang umur antara calon suami isteri yang masih

mereka terpaut 8 (delapan) tahun, hal di bawah umur. Disamping itu

ini tidak berpengaruh dalam hal perkawinan mempunyai hubungan

keseimbangan dan kedudukan suami masalah kependudukan. Ternyata

isteri.

bahwa batas umur yang lebih rendah Dalam Undang-Undang Perkawin- bagi seseorang wanita untuk kawin

an untuk melaksanakan perkawinan mengakibatkan laju kelahiran yang

harus memenuhi syarat-syarat yang lebih tinggi daripada jika dibanding-

lebih dititik beratkan kepada orang kan dengan batas umur yang lebih

yang akan melangsungkan perka- tinggi. Berhubung dengan itu maka

winan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini menentukan batas

Pasal 6 Undang-Undang Perkawinan umur untuk kawin bagi pria maupun

sebagai berikut: (!) Pekawinan harus bagi wanita ialah 19 (sembilan belas)

didasarkan atas persetujuan kedua tahun bagi pria dan 16 (enam belas)

calon mempelai. (2) Untuk melang-

113 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 113 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016

yang berlaku, kewajiban bagi orang satu) tahun harus mendapat izin dari

tua dan juga masyarakat sekitar agar kedua orang tua. (#3) Dalam hal salah

mendidik anak untuk mempersiapkan seorang dari kedua orang tua telah

diri dalam membina rumah tangga meninggal dunia atau dalam keadaan

sejahtera dan hidup bahagia. Serta tak mampu menyatakan kehendaknya,

dengan memberikan informasi ten- maka izin dimaksud ayat 2 pasal ini

tang manfaat dan kerugian suatu cukup diperoleh dari orang tua yang

perkawinan di bawah umur. masih hidup atau dari orang tua yang

Sampai saat ini, kebanyakan orang mampu menyatakan kehendaknya. (4)

tua berpendapat bahwa dari pada Dalam hal kedua orang tua telah

anak-anak mereka melakukan hal-hal meninggal dunia, atau dalam keadaan

yang tidak diinginkan, lebih baik tidak mampu untuk menyatakan ke-

mereka dikawinkan saja, dan salah hendaknya, maka izin diperoleh dari

satu sebabnya mungkin juga karena wali, orang yang memelihara atau

masalah harta ataupun warisan. De- keluarga yang mempunyai hubungan

ngan demikian keadaan tersebut tidak darah dalam garis keturunan lurus ke

sesuai dengan Undang-Undang Pasal atas selama mereka masih hidup dan

7 ayat (1) yang menyatakan bahwa: dalam keadaan dapat menyatakan

Perkawinan hanya diizinkan jika kehendaknya. (5) Dalam hal ada

pihak pria sudah mencapai umur 19 perbedaan pendapat antara orang-

(sembilan belas) tahun dan pihak orang yang disebut dalam ayat (2),

wanita sudah mencapai umur 16 (3), dan (4) pasal ini, atau salah

(enam belas) tahun. Dan juga ayat (2). seorang/ lebih diantara mereka tidak

Undang-undang mengatur tentang menyatakan

persyaratan umur minimal bagi calon pengadilan dalam daerah hukum

pendapatnya,

maka

suami dan calon isteri serta beberapa tempat tinggal orang yang akan

alternatif lain untuk mendapatkan melangsungkan

jalan keluar apabila ketentuan umur permintaan orang tersebutdapat mem-

perkawinan

atas

tersebut belum dapat berikan izin setelah lebih dahulu

minimal

terpenuhi. Dalam hal ini undang- mendengar

undang mengatur sebagai berikut: dalam ayat (2), (3), dan (4) pasal ini.

orang-orang

tersebut

1. Perkawinan hanya diizinkan

1) Ketentuan tersebut ayat (1) jika pihak pria sudah mencapai umur sampai dengan ayat (5) pasal ini

19 (sembilan belas) tahun dan pihak berlaku sepanjang hukum masing-

wanita sudah mencapai umur 16 masing agamanya dan kepercayaanya

(enam belas) tahun. itu dari yang bersangkutan tidak

2. Dalam hal penyimpangan menentukan lain.

terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Penga-

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 114 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 114

maupun pihak wanita. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 7

Kesimpulan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun Berdasarkan uraian diatas dapat di 1974 tentang Perkawinan dimana ayat

tarik beberapa kesimpulan, sebagai (1) dalam pasal ini memerlukan

berikut:

penjelasan yaitu: ‚untuk menjaga

1. Menurut Undang – Undang kesehatan suami isteri dan keturunan,

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 perlu ditetapkan batas-batas umur

Berdasarkan Undang-Undang Re- untuk perkawinan‛.

publik Indonesia yang berlaku hingga Jika dianalisis lebih jauh, per-

sekarang, pengertian belum dewasa aturan batas usia perkawinan ini

dan dewasa belum ada pengertiannya. memiliki kaitan yang cukup erat

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 dengan masalah kependudukan. De-

Tahun 1974, hanya mengatur tentang: ngan adanya batasan umur, Undang-

a. Izin orang tua bagi orang Undang Perkawinan bermaksud untuk

yang akan melangsungkan perka- merekayasa untuk tidak mengatakan

winan apabila belum mencapai umur menahan laju perkawinan yang

21 tahun (pasal 6 ayat 2). membawa akibat pada laju per-

b. Umur minimal untuk diizin- tambahan penduduk.

kan melangsungkan perkawinan, yaitu Tidak dapat dipungkiri juga bah-

pria 19 tahun dan wanita 16 tahun wa ternyata batas umur yang rendah

(pasal 7 ayat 2). Dalam pasal 7 bagi seorang wanita untuk kawin,

Undang-Undang Perkawinan disebut- mengakibatkan laju kelahiran lebih

kan, untuk dapat menikah, pihak pria tinggi dan berakibat pula pada ke-

harus sudah mencapai umur 19 tahun matian ibu hamil yang juga cukup

dan pihak wanita sudah mencapai tinggi.

umur 16 tahun. Dengan demikian pengaturan ten-

2. Pandangan Imam Syafi’i tang usia ini sebenarnya sesuai

Tentang Pernikahan dibawah Umur dengan prinsip perkawinan yang

Menurut Imam Syafi’i bahwa usia menyatakan bahwa calon suami dan

baligh untuk melaksanakan perka- istri harus telah masak jiwa raganya.

winan adalah berusia 15 tahun. Tujuannya adalah agar tujuan perka-

Pendapat yang menjadi dasar bagi winan untuk menciptakan keluarga yang kekal dan bahagia secara baik

tanpa berakhir dengan perceraian dan 62 Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di

Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI , h. 71.

115 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016

Imam Syafi’i mengenai usia 15 tahun menjelaskannya sekalipun ada kon- bagi laki-laki adalah dari rasulullah

troversinya.

bahwa jihad (membela agama Allah)

itu adalah berusia 15 tahun. Pada usia Daftar Pustaka itu juga sudah ditetapkan dalam hukuman hadd (denda) padanya.

Lebih lanjut Imam Syafi’i berpen- Abdurrahman.

Kompilasi Hukum dapat bahwa untuk menambah kede-

Islam di Indonesia . Jakarta: PT. wasaan baik dewasa mengurus dirinya Akademika Pressindo, 2007. sendiri maupun dewasa mengurus Abdurrahman, Asymuni.

Qaidah- suami dan rumah tangganya, ada

Qaidah Fiqhiyyah . Jakarta: Bulan baiknya kalau anak perempuan Bintang 1976. tersebut menikah pada usia 15 tahun Abd. Aziz, et al . Fiqh Munakahat. kemudian hal ini dijadikan landasan Jakarta: Amzah, 2009. usia perkawinan menurut Imam

Adhim, Muhammad Fauzil. Indahnya Syafi’i adalah berdasarkan dari firman

Pernikahan Dini . Jakarta: Gema Allah dalam surat An-Nisa ayat 6. Insani Press. 2002.

Al-Asqalani, Al-Hafidz ibnu Hajar. tentang pernikahan dibawah umur

3. Persamaan dan perbedaan

Bulugh Al-Maram Min ‘Adilatil menurut Undang-Undang Nomor 1

Ahkam . Dar Al-Ihya Al-Kitabul Tahun 1974 dan Imam Syafi’i ‘Arabiyah.

Terdapat persamaan diantara ke- --------- Fathul Bari Juz v . Darul Kutub duanya, yaitu hukum Islam dan

Ilmiah, Beirut. Undang-Undang Perkawinan Nomor 1

---------Fathul Bari, vol.9, Beirut: tahun 1974 tentang perkawinan sama-

Darul Kutub Ilmiah, Beirut. sama

Abu Abdillah dalam suatu ika tan pernikahan. Ke-

Muhammad bin Ismail. Matn Al- duanya sangat jelas dalam men-

Bukhari Bihasiyati Al-Sanadi jelaskan dan merinci siapa saja yang

Juz’u Al-Tsalisu . Indonesia: Al- berhak menjadi dan memohon izin

Haramain.

wali. Sedangkan perbedaan yang Al-Ashfahani, Abu Syuja’ Ahmad bin fundamental antara keduanya adalah

Husain bin Ahmad. Matan Al- hukum Islam tidak menjelaskannya

Ghayah Wa Taqrib . Maktabah dengan rinci, karena hukum Islam

Jumhuriyah ‘Arabiyah. memang tidak memberi batasan usia,

Al-Hadhramy, Syaikh Salim bin yang ada hanya syarat tamyiz dan

Samir. Safinatun Naja fii Ushul baligh saja. Sedangkan dalam Un-

Al-Diin wa Al-Fiqh . Semarang: dang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Toha Putra. tentang Perkawinan secara rinci

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 116

Alhamdani. Risalah Nikah . Jakarta: Mujatahid Wa Nihayat Al- Pustaka Almani, 1985.

Muqtashid Juz 2. Haramain. Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam

Al-Qardawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa di Indonesia . Jakarta: Sinar

Kontemporer . Grafika, 2006.

Al-Ghazi, Syaikh Muhammad bin ---------Ijtihad dalam Syari’at Islam: Beberapa Pandangan Analitis

Qasim. Syarah Fath Al-Qorib Al- Mujib tentang Ijtihad Kontemporer.

. Surabaya: Darul I’lmi. Al-Qurtubi, Abu Walid Muhammad

Jakarta: Bulan Bintang 1987. bin Ahmad bin Muhammad bin

Syafi’i, Imam. Al-Umm, Jilid 3 . Dar Ahmad bin Rusyd.

Al Fikr, Mesir, 1991. Mujatahid Wa Nihayat Al-

Bidayat Al-

Syah, Ismail Muhammad. ‚ Tujuan Muqtashid Juz 2. Haramain.

dan Ciri Hukum Islam,‛ dalam H. Al-Qardawi, Yusuf.

Ismail Muhammad Syah, Dkk., Kontemporer .

Fatwa-Fatwa

Filsafat Hukum Islam . Jakarta: ---------Ijtihad dalam Syari’at Islam: Bumi Aksara, 1992.

Beberapa Pandangan Analitis

Amir. Hukum tentang Ijtihad Kontemporer.

Syarifuddin,

Perkawinan Islam di Indonesia : Jakarta: Bulan Bintang 1987.

antara Fiqh Munakahat dan Undang Undang Perkawinan.

Al-Kahlani Al-Sayyid,

Al-Imam

Jakarta: Kencana, 2011. Muhammad bin Ismail. Subul Al- Salam .

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Dahlan, Jilid 3.

Bandung:

Maktabah

Indonesia . Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1986.

--------- Subul Al-Salam juz II Syarah Umma, Moh. Fauzi. ‚Perempuan Bulugh Al-Maram min Adilati Al-

Sebagi Wali Nikah‛ dalam Hj. Sri Ahkam .

Suhardjati Sukri, (Ed.), Bias Dahlan

Bandung:

Maktabah

Gender Dalam Pemahaman Islam . --------- Subul Al-Salam Juz 3 Cairo:

Yogyakarta: Gama Media, 2002. Syirkah Maktabah Mustafa Al-

Anshori. Fiqih Wanita . Babu Al-Halabi, 1950

Umar,

Semarang: CV. Asy-Syifa, 1986. Al-Ghazi, Syaikh Muhammad bin

Undang-Undang Republik Indonesia Qasim. Syarah Fath Al-Qorib Al-

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Mujib . Surabaya: Darul I’lmi.

Perkawinan . Al-Qurtubi, Abu Walid Muhammad

Undang-Undang Republik Indonesia bin Ahmad bin Muhammad bin

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Ahmad bin Rusyd.

Bidayat Al-

Perlindungan Anak .

117 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016

Undang-Undang

Umar, Anshori Fiqih Wanita . Republik Indonesia Tahun 1974,

Perkawinan

Semarang: CV. Asy-Syifa, 1986. Surabaya: Arloka.

V. Jupp. The Sage Dictionary Of Undang-Undang

Social Research Method. Britain: Republik Indonesia Tahun 1945

Dasar

Negara

Athenaeum Press, Great 2006. Umar Hasyim, Mencari Ulama Para

Muhammad Isna. Pewaris Nabi, Surabaya: Bina

Wahyudi,

Pembaharuan Hukum Perdata Ilmu, 1983.

Islam Pendekatan dan Penerapan . Bandung: CV. Mandar Maju,

2014.

Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 118